net/publication/338711228
CITATIONS READS
0 2,903
3 authors, including:
Yosephine Suharyanti
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
30 PUBLICATIONS 23 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
design-manufacture-fabricate dining plate tableware with batik kawung motif View project
All content following this page was uploaded by Yosephine Suharyanti on 21 January 2020.
Kezia Asriningtyas
PT. Indokarlo Perkasa, Jl. Raya Jakarta-Bogor km 47, Cibinong-Bogor 16912
Email: kz181288@yahoo.com
Vincencius Ariyono
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: aron@mail.uajy.ac.id
Yosephine Suharyanti
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: yosephine@mail.uajy.ac.id
ABSTRAK PENDAHULUAN
Tata letak fasilitas merupakan pengorganisasian
Persaingan di dunia industri manufaktur yang
fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk
sangat ketat, mengharuskan perusahaan untuk
menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya
melakukan evaluasi terhadap kinerjanya agar
perusahaan. Tata letak fasilitas manufaktur yang
perusahaan dapat bertahan dan terus berkembang.
kurang baik akan mengakibatkan kurang baiknya
Salah satu evaluasi yang dapat dilakukan oleh
aliran material yang terjadi. Aliran material yang
perusahaan adalah evaluasi mengenai efektivitas
kurang baik akan menyebabkan biaya inventori
dan efisiensi tata letak fasilitas manufaktur. Hasil
tinggi, biaya pemindahan material yang besar,
evaluasi ini diharapkan dapat meminimasi
memperpanjang waktu proses, serta meningkatkan
pemborosan yang terjadi di dalam sistem
Work In Process (WIP).
pemindahan material dari satu departemen ke
PT Adi Putro Wirasejati merupakan sebuah
departemen lainnya di dalam proses produksi serta
perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang
mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan.
karoseri. Permasalahan yang terdapat pada tata letak
produksi PT Adi Putro yaitu adanya aliran material Penelitian berkaitan dengan evaluasi efektivitas dan
utama (produk bus dan minibus) yang tidak efisien efisiensi tata letak fasilitas manufaktur telah banyak
dan area produksi yang kurang luas di beberapa dilakukan [1-4, 6-7]. Penelitian-penelitian tersebut
bagian. PT Adi Putro merencanakan adanya fokus kepada pengaturan tata letak ruangan dan
perluasan lantai produksi untuk mengakomodasi fasilitas industri serta memperbaiki aliran
rencana kenaikan kapasitas. Jika aliran material prosesnya. Penelitian saat ini dilakukan di PT Adi
utama tidak diatur ulang, maka ketidakefisienan Putro Wirasejati Malang yang merupakan sebuah
aliran utama akan terulang di area produksi yang perusahaan manufaktur dan bergerak di bidang
baru. industri karoseri. Perusahaan ini memproduksi body
Perancangan tata letak lantai produksi usulan minibus dan bus (interior maupun eksterior). Saat
berdasar pada pemetaan ulang aliran produksi ini, PT Adi Putro sedang melakukan perluasan
utama. Dari hasil perancangan, didapatkan usulan wilayah menjadi 70.500 m2, yang sebelumnya
tata letak yang mempertimbangkan efisiensi aliran seluas 48.500 m2 dengan maksud untuk
material, perluasan area pabrik, serta peningkatan mengakomodasi order yang meningkat saat ini dan
target produksi yang hendak dicapai oleh pabrik. untuk meningkatkan kapasitas produksi. Jika aliran
Pada usulan tata letak baru, aliran material utama material utama tidak diatur ulang, maka
mengadopsi pola U-Shape dan jarak perpindahan ketidakefisienan aliran utama akan terulang di area
material bus dan minibus terhadap tata letak lama produksi yang baru. Dalam penelitian ini, diberikan
masing-masing berkurang sebesar 152,03 meter dan usulan awal perancangan tata letak lantai produksi
142,8 meter. Pada penelitian ini, masalah yang PT Adi Putro dengan mempertimbangkan rencana
teridentifikasi di tata letak yang lama sebagian besar perluasan, perbaikan aliran material pada lantai
dapat diselesaikan. produksi, serta penyelesaian permasalahan tata letak
Kata kunci: tata letak, fasilitas produksi, karoseri, yang ditemukan selama observasi pada departemen
aliran material. yang berkaitan. Fokus utama penelitian ini adalah
1
pada perbaikan aliran material utama. ke dalam area produksi seperti yang selama ini
terjadi. Berdasarkan interview dengan Manajer
Produksi, Pusat Gudang ini nantinya akan
METODOLOGI
seluas Departemen Trimming Minibus saat ini
Data dengan ukuran 66 m x 20 m.
2. Warehouse Bus, karena selama ini bus-bus
Data-data yang dipergunakan dalam analisis adalah
yang telah jadi hanya diletakkan di pinggiran
sebagai berikut: area yang masih tersisa setelah Departemen
Data jenis produk dan dimensi produk, Secara Trimming Bus.
umum, produk yang dihasilkan oleh PT Adi Putro
3. Road Test untuk bus yang akan digunakan
ada dua jenis, yaitu minibus dan bus. Untuk untuk menguji keseimbangan air suspension
minibus, produk yang dihasilkan ada dua tipe yaitu sebuah bus yang telah diproduksi ketika
tipe Elf dan tipe L-300. Sementara itu untuk bus, dijalankan sepanjang 110 m.
produk yang dihasilkan terdiri dari dua tipe yaitu 4. Area repair bus. Selama ini area repair terletak
bus besar dan bus medio.
pada beberapa departemen produksi bus
Data mesin produksi, data ini diperoleh dari hasil tergantung dari kerusakannya. Perusahaan
pengukuran secara langsung pada mesin-mesin menginginkan agar bus diperbaiki pada satu
produksi yang digunakan pada departemen-
area khusus, yaitu area repair bus dengan
departemen produksi. ukuran 27,5 m x 31,5 m.
Data produksi tahun 2009.
Data waktu produksi, data waktu produksi bus Selain pembuatan fasilitas baru, PT Adi Putro
dan minibus diperoleh dari data yang terdapat pada berencana untuk meningkatkan kapasitas
bagian produksi. Data ini berupa waktu produksi produksinya menjadi 4 bus per hari dan 3 minibus
(jam) yang diperlukan untuk memproduksi satu unit per hari untuk masing-masing stall dalam
bus dan satu unit minibus di masing-masing stall departemen produksi.
(stasiun kerja) tiap departemen.
Proses produksi bus, secara singkat, proses
pembuatan sebuah bus di PT Adi Putro terdiri dari
beberapa tahapan, antara lain:
1. Pelepasan panel-panel instrumen, dilakukan
oleh Departemen Bongkar Chasis.
2. Pengeboran chasis dan pembuatan air
suspension, dilakukan oleh Departemen
Mekanik.
3. Pembuatan rangka body bus, dilakukan oleh
Departemen Rangka.
4. Perakitan body bus, dilakukan oleh Departemen
Panelling.
5. Pendempulan, dilakukan oleh Departemen
Putty.
6. Pengecatan, dilakukan oleh Departemen
Painting.
7. Pemasangan interior dan eksterior bus,
dilakukan oleh Departemen Trimming.
8. Finishing.
Tata letak awal, data ini berupa denah tata letak
awal, rencana perluasan, dan luas area masing-
masing departemen. Gambar tata letak awal beserta
rencana perluasan dapat dilihat pada gambar 1.
Permasalahan tiap departemen, data ini Gambar 1: Tata Letak Adi Putro Saat Ini beserta Rencana
Perluasan
didapatkan dari hasil interview terhadap kepala
bagian, supervisor, maupun operator yang bekerja Analisis
di departemen yang bersangkutan. Permasalahan
Analisis dimulai dengan evaluasi tata letak awal dan
utama mayoritas menyangkut area kerja yang
permasalahan-permasalahan yang diketemukan.
kurang luas.
Hasil evaluasi selanjutnya digunakan untuk
Rencana perluasan dan penambahan fasilitas,
merancang tata letak baru yang telah
rencana perluasan dapat dilihat pada Gambar 1,
mempertimbangkan rencana perluasan dan
sedangkan fasilitas yang akan ditambahkan adalah
penambahan fasilitas. Tahapan analisis diuraikan
sebagai berikut:
berikut ini:
1. Pusat gudang penerimaan, bertujuan agar
supplier-supplier bahan baku tidak bisa masuk
2
Evaluasi Tata Letak Awal Departemen Produksi Bus dan Departemen
Produksi Minibus, dapat digolongkan sebagai flow
Tata letak awal PT Adi Putro beserta aliran produk
shop. Urutan operasi yang terjadi antar Departemen
utama dapat dilihat pada Gambar 2. Dua
Produksi Bus dan Departemen Produksi Minibus
permasalahan utama pada tata letak awal adalah:
mengikuti aliran produksi produk. Pola aliran dasar
Masalah Aliran Material Utama yang diterapkan pada penelitian ini adalah pola
aliran dasar U-shape [5]. Pertimbangan yang
Aliran produksi antar departemen memiliki jarak digunakan adalah:
yang jauh dan melewati beberapa departemen yang 1. Material yang masuk (input berupa chasis) dan
seharusnya tidak dilalui oleh aliran tersebut. Hal ini
material yang keluar (output berupa bus dan
dapat dilihat pada perpindahan chasis dari minibus yang telah jadi) berada pada sisi yang
Departemen Bongkar Chasis menuju ke Parkir sama, dikarenakan PT Adi Putro berada tepat di
Chasis Bus yang terletak di dekat Departemen sisi Jalan Raya Bale Arjosari Malang.
Mekanik. Chasis dari Departemen Bongkar Chasis 2. Product layout [5] sesuai diterapkan untuk
harus melewati beberapa departemen untuk sampai
sistem produksi flow shop.
ke Parkir Chasis Bus (jarak perpindahan sekitar 571 3. Pertimbangan mengenai departemen-
meter). departemen yang tidak bisa dipindah (fixed
position) akibat adanya mesin-mesin berat yang
terdapat dalam departemen tersebut sudah
terinstalasi secara permanen.
ea rj
A r nge
n
pe aa ual
an
m
Gambar 2: Tata Letak Adi Putro Saat Ini beserta Aliran Gambar 3: Pola Aliran Dasar U-Shape pada Usulan Tata
Material yang terjadi Letak Baru
3
Penyesuaian ini dilakukan dengan
mempertimbangkan departemen-departemen yang
tidak bisa dipindah (fixed location) dan pergerakan
dari material utama. Salah satu faktor pergerakan
material utama yang diperhitungkan adalah radius
putar bus (11,5 m) dan radisu putar minibus (7,5 m).
Contoh hasil penyesuaian luas untuk Departemen
Mekanik dapat dilihat pada gambar 5.
OVEN
Stall 1
Stall 2
OVEN
Dudukan coil plat Dudukan coil plat
untuk panel untuk atap
Stall 1 Stall 2
REPAIR
Stall 3
Area
drop
ROOF
MAIN BODY JIG
DR
ROOF
SIDE WALL PANEL
OP
Area
drop
LANTAI
AI RANGKA
NT
LA
ROOF
SIDE WALL PANEL Stall 5
LANTAI
Area
drop
Stall 5
Stall 4
RANGKA CHASIS
ROAD TEST
Stall 5
CHASIS CHASIS
CHASIS
PLANDES Stall 6
Stall 3 CHASIS
perakitan
dan 4
KOMPONEN 1
CHASIS
ENGINEERING
pengukuran
pengelasan
GUDANG KOMPONEN
perakitan
REPAIR BUS
pembuatan stripping
Kantor dan tempat
Ruangan
OVEN
EPOXY SUB ASSY BUS
CHASIS
komponen-komponen
Perakitan pipa
Stall 1
dan 2
SUB ASSY
KANTO
BUS STRIPPING
SUB ASSY BUS
Area
peng
Gudang KACA, dan ecata
Gudang FIBER n AC
GUDANG KOMPONEN
MINIBUS
Pengerjaan pipa
PAINTING BUS
GUDANG
CAT
1,2375 ≈ 2 lintasan.
n
al jaa
nu er
Stall 1 AR
ma ng
CHASIS EA
pe
PE
ea
NG RUANG
Ar
CHASIS ER FINISHI
Stall 2 JAA
N NG OVEN
FIB
CHASIS ER
TRIPLEK TRIMMING
PLASMA
CHASIS Stall 3
Gosok ER
SUB ASSY MINIBUS JAA Stall 1
CHASIS
epoxy
N
AB
TRIMMING BUS Stall 3 Stall 2
S
departemen.
CHASIS
BODY WELDING AREA
PENG
ERJA
CHASIS DEPARTEMEN PUTTY AN INJEC Stall 4
Stall 6 T
CHASIS
DIES SHOP
PARKIR CHASIS BUS
a
c
Finishing a
CHASIS GUDANG KAIN GUDANG BUS k
SA aluminium
CHASIS
CHASIS
Stall 5 FINISHING
PLASMA
CHASIS Penca
mpura
n cat
SA ducting
Kursi-kursi
CHASIS
bus
CHASIS
Stall 6
CHASIS
CHASIS
CHASIS
MAINTENANCE PAINTING
CHASIS ss
a pre
Are
OVEN
PRESS SHOP
STRIPPING
CHASIS
AREA
CHASIS
CHASIS
ting
CHASIS a cut
Komponen-komponen: kaca, jok, dll
STALL 2
CHASIS
PIPA
TRIMMING FINISHING
Keterangan:
BONGKAR CHASIS
BONGKAR
Kantor
CHASIS
WAREHOUSE
Tempat Komponen
GUDANG PUSAT
MINIBUS
Aliran material bus
SHOWROOM DAN KANTOR
ADMINISTRASI Aliran material minibus
Mesin Produksi
di tiap departemen.
3. Dimensi produk paling besar yang diproses,
yaitu 2,5m x 12m untuk bus dan 4,75m x 1,6m Gambar 6: Usulan Tata Letak Baru PT Adi Putro
untuk minibus.
4. Kebutuhan area untuk aktivitas di tiap
departemen. Di sini juga diperhitungkan PEMBAHASAN
kelonggaran area (allowance) untuk operator.
Evaluasi Usulan Tata Letak Baru
Setelah didapatkan luas untuk masing-masing
departemen, dilakukan penyesuaian area pada Terdapat dua masalah utama yang ada pada tata
pemetaan departemen yang sudah dibuat. letak yang lama yaitu masalah aliran material
4
utama dan masalah area departemen. minibus masing-masing adalah 152,03 meter dan
142,8 meter. Dengan jarak perpindahan material
Evaluasi Aliran Material Utama
yang lebih pendek, maka biaya perpindahan
Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan
material pun menjadi lebih kecil dan waktu
jarak perpindahan material utama dari satu
produksi menjadi lebih singkat.
departemen ke departemen lainnya. Hasil
perbandingan jarak perpindahan material utama
Evaluasi Area Departemen dan Aktivitas
dapat dilihat pada Tabel 1 (bus) dan Tabel 2
Produksi
(minibus).
Selama observasi pada Departemen Bongkar
Perpindahan Jarak Jarak Chasis, ditemukan permasalahan mengenai area
No penempatan chasis yang sangat kurang, sehingga
Material (Dep.) Lama (m) Baru (m)
1. Bongkar Chasis operator sendiri sempat kebingungan di dalam
884,1 146 penempatan chasis. Proses pemindahan chasis,
ke Parkir Chasis
2. Parkir Chasis ke khususnya chasis bus, sering terhambat oleh chasis-
31,1 121,05 chasis yang baru datang karena ditempatkan secara
Mekanik
3. Mekanik ke sembarang. Pada usulan tata letak yang baru,
112,6 108,1 penempatan chasis sudah diatur secara rapi dan
Rangka
4. Rangka ke sedemikian rupa, sehingga aliran masuk dan keluar
204,85 75 chasis dapat dilakukan lebih mudah dibandingkan
Panelling
5. Panelling ke dengan tata letak awal.
207 244,7
Putty Pada Departemen Mekanik, untuk tata letak saat ini
6. Putty Bus ke ditemukan permasalahan mengenai operator yang
172,65 155,22
Painting Bus sering mengalami kesulitan untuk memindah chasis
7. Painting Bus ke dari pengerjaan stall air suspension ke pengerjaan
54,1 206,2
Trimming plandes. Hal ini terjadi karena Departemen
8. Trimming Bus ke Mekanik terletak dekat dengan parkir chasis, dan
- 421,5
Road Test apabila lapangan penuh maka chasis yang hendak
Road Test ke dipindahkan terhalang oleh chasis-chasis yang
- 139,3
Finishing Bus diparkir di lapangan chasis. Dengan usulan
Trimming ke perancangan tata letak yang baru, hal ini tidak
270,7 -
Finishing Bus terjadi dikarenakan tidak adanya material yang
9. Finishing Bus ke menghambat perpindahan material dari satu stall ke
- 168
Warehouse Bus stall lainnya.
Total Jarak 1.937,1 1.785,07 Dengan tata letak saat ini, area Finishing Bus bisa
Tabel 1: Perbandingan jarak perpindahan dikatakan tidak cukup untuk menampung seluruh
material utama (bus) bus yang ada. Berdasarkan hasil interview dengan
kepala bagian, hal ini dikarenakan bus yang keluar
lebih sedikit dibanding bus yang masuk
Perpindahan Jarak Jarak (keterlambatan customer mengambil produknya)
No
Material (Dep.) Lama (m) Baru (m) sehingga ada penumpukan bus. Penumpukan ini
1. Bongkar Chasis menyebabkan bus-bus terpaksa di parkir di jalan-
175,4 191,7
ke Body Welding jalan. Selain itu, keadaan area finishing bus kurang
2. Body Welding ke standar, karena kebanyakan bus-bus ini hanya
221,5 237,4
Putty Minibus diletakkan di emperan. Pada tata letak yang baru,
3. Putty Minibus ke telah dibuat area finishing tersendiri dan telah
29,2 120,4
Painting Minibus terdapat warehouse bus yang dapat menampung 13
4. Painting Minibus bus. Apabila masih terjadi penumpukan, masih
ke Trimming 185,2 49,4 terdapat area kosong di sekitar finishing dan
Minibus warehouse sehingga bisa digunakan untuk
5. Trimming menampung bus-bus yang menumpuk.
Minibus ke
125 31,25 Area Putty Minibus dirasa kurang karena aliran
Finishing
produksinya yang belum beraturan (dikarenakan
Minibus
mesin epoxy atau spray booth yang digunakan
6. Finishing ke
63,9 27,25 hanya satu buah dan terletak di luar Departemen
Warehouse
Putty, menyebabkan harus bergerak bolak-balik).
Total Jarak 800,2 657,4 Dalam perancangan usulan tata letak, dilakukan
Tabel 2: Perbandingan jarak perpindahan perbaikan aliran dengan menggunakan kembali
material utama (minibus) ruang epoxy yang berada di dalam departemen
sesuai dengan perencanaan dari supervisor
Selisih jarak perpindahan material untuk bus dan
5
departemen ini. [6] Wicaksana, Ari, 2007, Usulan Tata Letak
Pabrik (Studi Kasus di CV. Dian Mandala,
Masih terdapat beberapa permasalahan yang tidak
Yogyakarta), Skripsi, Program Studi Teknik
diselesaikan pada penelitian kali ini, yaitu
Industri, Fakultas Teknologi Industri,
permasalahan tata letak yang terdapat pada
Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
departemen-departemen pendukung, seperti
Yogyakarta.
Departemen Press Shop, Departemen Fiber,
[7] Yuniarti, A.T. (2009), Usulan Perancangan
Departemen Sub-Assy Bus, dan area interior
Tata Letak Baru Akibat Perluasan Pabrik
minibus. Hal ini dikarenakan fokus penelitian
(Studi Kasus di PT. Mega Andalan Kalasan,
hanya terbatas pada departemen-departemen
Yogyakarta), Skripsi, Program Studi Teknik
produksi utama. Oleh karena itu, permasalahan tata
Industri, Fakultas Teknologi Industri,
letak pada departemen-departemen pendukung
Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
Yogyakarta.
KESIMPULAN
Usulan perancangan tata letak baru PT Adi Putro
yang mempertimbangkan efisiensi aliran material,
perluasan area pabrik, serta peningkatan target
produksi yang hendak dicapai oleh pabrik telah
dibuat (lihat Gambar 6). Sebelum adanya perluasan
area, jarak perpindahan untuk bus dan minibus
masing-masing sebesar 1.937,1 meter dan 800,2
meter. Pada tata letak baru yang telah
mempertimbangkan perluasan, jarak perpindahan
bus dan minibus berkurang menjadi masing-masing
sebesar 1.785,07 meter (selisih 152,03 meter) dan
657,4 meter (selisih 142,8 meter). Pada penelitian
ini, masalah yang teridentifikasi di tata letak yang
lama sebagian besar dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dasi, P.M.K.D (2008), Usulan Perancangan
Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di
CV. Pandanus Internusa, Yogyakarta),
Skripsi, Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
[2] Lengga, E.H. (2006), Perancangan Ulang
Tata Letak Fasilitas Produksi (Studi kasus
Di PT.Iprima Nusa Permata Dianmas),
Skripsi, Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
[3] Rachmani, M. (2009), Perancangan Ulang
Tata Letak Fasilitas Produksi (Studi Kasus
Di UKM Handicraft, Yogyakarta), Skripsi,
Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta.
[4] Selowati, Y. (2009), Perancangan Ulang
Tata Letak Lantai Produksi (Studi Kasus Di
Chandra Laker Furniture, Balapulang-
Tegal), Skripsi, Program Studi Teknik
Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta.
[5] Tompkins, J.A., et. al. (2003), Facilities
Planning, 3rd Ed, John Wiley & Sons, Inc.,
United States of America.