Anda di halaman 1dari 13

Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.

1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

IMBAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 49 TAHUN 2018


DALAM PENATAAN PEGAWAI DI INSTANSI PEMERINTAH 1
Henny Juliani
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, S.H. Tembalang, Semarang 50274
hennyjuliani.fhundip@gmail.com

Abstract

This research was conducted to determine impact of PP Number 49 of 2018 concerning PPPK
Management in structuring employees in government agencies. The approach used is normative
juridical, while its specification is descriptive analytic. The results showed that impact of
implementation of PP 49 of 2018 provide significant impact namely forbidding promoting
contract workers as ASN officers, including for replacing resign or fired honorary workers
solution to fulfill employee demand is conducted by open honorary workers recruitment to obtain
professional ASN. ASN professionalism demand through JF PPPK selection as bureaucation
structuring form in create good governance should be conducted by fair regulation policy for K1
and K2 contract workers who has worked for government.

Keywords: Employee Management; PPPK; Government Agencies.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui imbas PP Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK dalam penataan pegawai di instansi pemerintah. Metode pendekatan yang digunakan
adalah yuridis normatif, sedangkan spesifikasi penelitiannya adalah deskriptif analitis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa imbas berlakunya PP Nomor 49 Tahun 2018 memberi dampak
yang signifikan yaitu larangan pengangkatan tenaga honorer untuk pengisian jabatan ASN
termasuk pengangkatan dalam rangka mengganti tenaga honorer yang berhenti atau
diberhentikan. Solusi pengisian kebutuhan pegawai di instansi Pemerintah dilakukan melalui
rekrutmen PPPK secara terbuka agar diperoleh ASN yang profesional. Tuntutan profesionalitas
ASN melalui seleksi JF PPPK sebagai bentuk penataan birokrasi dalam mewujudkan good
governance harus dilakukan dengan kebijakan regulasi yang berkeadilan bagi tenaga kontrak K1
dan K2 yang selama ini telah bekerja di instansi Pemerintah.

Kata kunci: Penataan Pegawai; PPPK; Instansi Pemerintah.

1
Penelitian dibiayai oleh Dana Selain APBN Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Tahun Anggaran 2020.

36
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

A. Pendahuluan kekuasaan hukum. Dalam negara hukum,


hukum ditempatkan sebagai aturan main
Administrasi pemerintahan sebagai tata
dalam penyelenggaraan kenegaraan,
laksana dalam pengambilan keputusan
pemerintahan, dan kemasyarakatan,
dan/atau tindakan oleh badan/pejabat
sementara tujuan hukum itu sendiri antara
pemerintahan dibutuhkan dalam
lain “... opgelegd om de samenleving
penyelenggaraan fungsi pemerintahan, yang
vreedzaam, rechtvaardig, en doelmatig te
berupa fungsi pengaturan, pelayanan,
ordenen... (diletakkan untuk menata
pembangunan, pemberdayaan, dan
masyarakat yang damai, adil dan bermakna).
perlindungan. Hal tersebut dapat terlaksana
Artinya sasaran dari negara hukum adalah
apabila didukung oleh birokrasi yang andal,
terciptanya kegiatan kenegaraan,
berupa sumber daya manusia (SDM)
pemerintahan, dan kemasyarakatan yang
aparatur/pegawai Aparatur Sipil Negara
bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan
(ASN) yang berintegritas dan bertanggung
kemanfaatan, atau kebermaknaan. Dalam
jawab dalam melaksanakan fungsi-fungsi
negara hukum, eksistensi hukum dijadikan
pemerintahan tersebut. Terwujudnya
sebagai instrumen dalam menata kehidupan
ketersediaan SDM Aparatur menjadi faktor
kenegaraan, pemerintahan, dan
penting dalam memenuhi tuntutan
kemasyarakatan (Ridwan H.R., 2014).
masyarakat akan pelayanan publik yang
Sasaran negara hukum diwujudkan melalui
cepat dan profesional agar roda
instrumen pemerintahan sebagai sarana
pemerintahan dapat berjalan secara optimal
untuk melaksanakan tugas-tugas
sesuai tuntutan dan harapan masyarakat.
pemerintahan, yang antara lain berupa
Ketersediaan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
instrumen peraturan kebijakan. Instrumen
sebagai SDM Aparatur dirasakan masih
peraturan kebijakan ini diperoleh pemerintah
kurang. Kondisi tersebut membuat pejabat
melalui kewenangan diskresi yang melekat
pemerintahan yang berwenang
pada pejabat pemerintahan. Freies ermessen
melaksanakan kewenangan diskresi untuk
atau diskresi dimiliki oleh setiap pemegang
memenuhi kekurangan tersebut melalui
jabatan atau pejabat pemerintahan untuk
perekrutan tenaga honorer. Hal ini
mengambil kebijakan strategis berupa
dimungkinkan karena pengadaan calon PNS
keputusan atau tindakan dalam mengatasi
tidak sebanding dengan jumlah yang
persoalan konkret yang mendesak yang
dibutuhkan oleh instansi pemerintah. Oleh
membutuhkan penanganan segera. Dalam
karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa
negara hukum, pertanggungjawaban pejabat
keberadaan tenaga honorer memiliki
pemerintahan merupakan suatu keharusan.
kontribusi penting untuk mengisi
Pengecualian terhadap asas legalitas dengan
kekurangan jumlah PNS dalam
menggunakan asas diskresi tetap harus dapat
penyelenggaraan pelayanan publik. Untuk
dipertanggungjawabkan, karena tanpa
itu diperlukan regulasi dalam penataan
pertanggungjawaban maka tindakan diskresi
tenaga honorer yang eksisting sangat besar
pemerintah dapat berpotensi disalahgunakan
jumlahnya dan upaya pemenuhan kebutuhan
(Juliani, 2018). Diskresi dalam
SDM aparatur yang profesional, yang
penyelenggaraan pemerintahan seyogianya
diperoleh secara selektif dan kompetitif.
bersifat situasional atau sesuai keadaan yang
Undang Undang Dasar Negara Republik
tepat. Diskresi adalah kekuasaan yang
Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3)
mengandung pengertian sangat khusus, yaitu
menyatakan bahwa: “Negara Indonesia
pengecualian dari situasi normal dimana
adalah negara hukum.” Sebagai negara
tuntutan mengenai tindakan yang harus
hukum, maka setiap penyelenggaraan urusan
dilakukan oleh pemerintah sudah tercakup
pemerintahan haruslah berdasarkan pada
dalam ketentuan peraturan perundang-
hukum yang berlaku. Kekuasaan negara dan
undangan. Dalam situasi normal maka jenis
penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam
kekuasaan yang berlaku bagi pemerintah
segala bentuknya dilakukan di bawah

37
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

adalah kekuasaan atau kewenangan terikat professional (Rahayu & Juwono, 2019).
(Darumurti, 2016). Pelaksanaan tugas dan Menurut Sri Nurhari Susanto, menciptakan
fungsi pemerintahan tersebut memerlukan pemerintah (government) yang baik, maka
dukungan SDM aparatur (ASN) sebagai tata kelola pemerintahan (governance) yang
birokrat yang bekerja pada instansi baik belum tentu akan tercipta, tetapi jika
pemerintah. tata kelola pemerintahan (governance) yang
Birokrasi adalah kata yang lekat dengan baik tercipta, maka pemerintah (government)
mesin kerja pemerintah. Meskipun yang baik pasti akan tercipta juga (Susanto,
sesungguhnya birokrasi adalah salah satu 2019).
tipe organisasi, akan tetapi secara awam Penelitian tentang Pegawai Pemerintah
lebih merefleksikan organisasi pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) telah
(Wicaksono, 2014). Max Weber banyak dilakukan setelah diundangkannya
sebagaimana dikutip oleh Amy Y.S. Rahayu UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
dan Vishnu Juwono mengidentifikasikan Sipil Negara (ASN) dan PP Nomor 49
beberapa karakteristik birokrasi yang ideal, Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK.
profesional dan rasional dijalankan. Salah satunya adalah artikel yang termuat
Karakteristik tersebut di antaranya sebagai dalam jurnal Administrative Law &
sebuah sistem administrasi publik yang Governance, Volume 2, Issue 2, June 2019
rasional berdasarkan aturan tertulis, dikelola yang berjudul: Diskresi dalam Rekrutmen
secara impersonal dan dengan pembagian Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Setelah
tugas yang jelas. Para birokrat yang dipilih Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor
untuk jabatan pimpinan berdasarkan tingkat 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai
kompetensi, bukan kolusi. Selain itu Weber Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, yang
juga menekankan pentingnya pendidikan ditulis oleh Henny Juliani. Penelitian
dan birokrat seharusnya merupakan sebuah tersebut dilakukan untuk mengetahui akibat
profesi dengan tingkat keahlian yang tinggi. hukum yang timbul dari diskresi pejabat
Sehingga Weber berkesimpulan bahwa pemerintahan dalam perekrutan pegawai
birokrasi terdiri dari struktur yang hierarkis tidak tetap/non-PNS (honorer/kontrak)
namun profesional, taat kepada sistem setelah berlakunya PP Nomor 49 Tahun
hukum, bersifat impersonal, menganut 2018 tentang Manajemen PPPK.
sistem meritokrasi yang terdiri dari para Peraturan pelaksanaan dari PP Nomor
aparatur negara dengan sebuah keahlian 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK
tertentu (Rahayu & Juwono, 2019). Menurut telah banyak dikeluarkan oleh pemerintah
Sultana, birokrasi merupakan jenis sebagai upaya dalam memberikan solusi
pemerintahan yang ideal dan terkait dengan terhadap tuntutan profesionalitas ASN,
good governance (Rahayu & Juwono, 2019). namun permasalahan muncul berkaitan
Quah berpendapat bahwa reformasi dengan bagaimana penanganan tenaga
birokrasi diterapkan berdasarkan honorer yang eksisting di banyak instansi
perencanaan untuk mewujudkan good pemerintah baik pusat maupun daerah yang
governance dalam jalannya birokrasi selama ini digunakan sebagai alternatif
(Rahayu & Juwono, 2019). Sedangkan Ilyas penyediaan SDM aparatur dalam menopang
menyatakan bahwa good governance sangat kelancaran administrasi pemerintahan.
bergantung pada birokrasi yang jujur dan Bagaimana kebijakan yang ditempuh
kuat. Birokrasi mengharuskan para birokrat pemerintah untuk mengatasi hal tersebut
untuk mematuhi arahan pejabat atasan, sebagai imbas dari PP Nomor 49 Tahun
dengan tetap memperhatikan peraturan- 2018. Di sisi lain untuk mewujudkan PPPK
peraturan (Rahayu & Juwono, 2019). Bevir yang berkualitas, berkompeten, berdisiplin,
mendefinisikan good governance sebagai profesional dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan negara dengan memperhatikan fungsinya perlu dilakukan rekrutmen secara
nilai-nilai demokratis, terbuka, dan terbuka dan kompetitif agar mendapatkan

38
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

PPPK yang andal. Hal tersebut membuat tahun 2016 karena pemerintah menetapkan
pemerintah mengeluarkan berbagai moratorium pada tahun 2015 dan 2016. Dari
peraturan kebijakan sebagai pelaksanaan PP 4.121.176 orang, sebanyak 147.524 pegawai
Nomor 49 Tahun 2018. Oleh karena itu tersebut pada tahun 2020 diprediksi
tujuan penelitian ini adalah untuk memasuki usia pensiun (Badan
mengetahui sejauh mana imbas PP Nomor Kepegawaian Negara, 2020). Jumlah PNS
49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK yang mengalami penurunan tersebut
dalam penataan pegawai di instansi menunjukkan realita yang terjadi di banyak
pemerintah. instansi pemerintah, bahwa jumlah PNS
untuk melaksanakan pelayanan publik
B. Metode Penelitian dirasakan masih kurang karena hanya
tersedia 4,2 juta birokrat dibandingkan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
dengan 270 juta penduduk yang dilayani.
yuridis normatif, karena masalah yang akan
Menurut Undang-Undang Nomor 5
diteliti tersebut berhubungan erat dengan
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
law in books. Penelitian hukum normatif
ASN adalah profesi bagi pegawai negeri
merupakan penelitian kepustakaan, yaitu
sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan
penelitian yang dilakukan untuk mengkaji
perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada
hukum berdasarkan data sekunder. Ronny
instansi pemerintah. Pegawai ASN tersebut
Hanitijo Soemitro menyatakan bahwa, data
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
sekunder di bidang hukum (dipandang dari
(PPK) dan diserahi tugas dalam suatu
sudut kekuatan mengikatnya), dapat
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas
dibedakan menjadi bahan-bahan hukum
negara lainnya dan digaji berdasarkan
primer, bahan-bahan hukum sekunder, dan
peraturan perundang-undangan. Pegawai
bahan hukum tersier (Soemitro, 1994).
ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur
Spesifikasi penelitian yang digunakan
negara, yang berfungsi sebagai pelaksana
dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis
kebijakan publik, pelayan publik, dan
dimana hasil penelitian yang diperoleh dari
perekat serta pemersatu bangsa. Sebagai
penelitian ini digambarkan secara rinci,
suatu profesi, maka manajemen ASN
sistematis, dan menyeluruh berkaitan dengan
diselenggarakan berdasarkan sistem merit.
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Manajemen ASN tersebut meliputi
dan teori-teori hukum untuk mendukung
manajemen PNS dan manajemen PPPK.
penyelesaian permasalahan, yang kemudian
Manajemen ASN merupakan suatu model
akan dilakukan analisa secara kritis terhadap
pengelolaan ASN untuk menghasilkan
permasalahan tersebut. Bahan-bahan
pegawai ASN yang profesional. Barang dan
tersebut selanjutnya dianalisis secara
jasa publik hendaknya dapat dikelola secara
kualitatif.
efisien dan efektif. Sedangkan konsekuensi
dari pengelolaan tersebut menjadi tanggung
C. Hasil dan Pembahasan
jawab birokrasi. Dengan demikian peran
1. Urgensi SDM Aparatur yang pemerintah yang sangat strategis tersebut
Profesional dalam Pelayanan Publik akan banyak ditopang oleh bagaimana
Berdasarkan data, jumlah PNS per Juni birokrasi publik mampu melaksanakan tugas
2020 sebanyak 4.121.176 orang, yang dan fungsinya. Pelayanan yang diberikan
tersebar di instansi daerah sebanyak oleh birokrat ditafsirkan sebagai kewajiban,
3.174.570 orang (77%) dan di instansi pusat bukan hak karena mereka diangkat oleh
sebanyak 946.606 orang (23%). Jumlah pemerintah untuk melayani masyarakat, oleh
tersebut mengalami penurunan 1,62% karena itu harus dibangun komitmen yang
apabila dibandingkan dengan jumlah PNS kuat untuk melayani sehingga pelayanan
pada bulan Desember 2019 yaitu sebanyak akan dapat menjadi lebih responsif terhadap
4.189.121 orang. Penurunan ini terjadi sejak kebutuhan masyarakat dan dapat merancang

39
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

model pelayanan yang lebih kreatif serta sistem meritokrasi yang terdiri dari para
lebih efisien (Abbas & Sadat, 2020). aparatur negara dengan sebuah keahlian
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tertentu (Rahayu & Juwono, 2019). Menurut
tentang ASN tersebut menjadi dasar hukum Sultana, birokrasi merupakan jenis
dalam membangun ASN yang profesional pemerintahan yang ideal dan terkait dengan
berdasarkan sistem merit sebagai bagian dari good governance. Sedangkan Quah
reformasi birokrasi. Hal tersebut sejalan berpendapat bahwa reformasi birokrasi
dengan pendapat Ridwan H.R. bahwa dalam diterapkan berdasarkan perencanaan untuk
negara hukum, hukum ditempatkan sebagai mewujudkan good governance dalam
aturan main dalam penyelenggaraan jalannya birokrasi (Rahayu & Juwono,
kenegaraan, pemerintahan, dan 2019).
kemasyarakatan, sementara tujuan hukum Penjelasan Umum PP Nomor 49 Tahun
itu sendiri antara lain “... opgelegd om de 2018 tentang Manajemen PPPK menyatakan
samenleving vreedzaam, rechtvaardig, en bahwa untuk dapat menjalankan tugas
doelmatig te ordenen... (diletakkan untuk pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan
menata masyarakat yang damai, adil dan tugas pembangunan tertentu, PPPK harus
bermakna). Artinya sasaran dari negara memiliki profesi dan manajemen PPPK yang
hukum adalah terciptanya kegiatan berdasarkan pada sistem Merit atau
kenegaraan, pemerintahan, dan perbandingan antara kualifikasi, kompetensi,
kemasyarakatan yang bertumpu pada dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan
keadilan, kedamaian, dan kemanfaatan, atau dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
kebermaknaan. Dalam negara hukum, yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen,
eksistensi hukum dijadikan sebagai pengangkatan, dan penempatan sejalan
instrumen dalam menata kehidupan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
kenegaraan, pemerintahan, dan Oleh karena itu diperlukan reformasi dalam
kemasyarakatan (Ridwan H.R., 2014). tata kelola pemerintahan terhadap SDM
Birokrasi adalah kata yang lekat dengan aparatur. Reformasi dalam perpektif
mesin kerja pemerintah. Meskipun Administrasi Publik, lebih dikenal dengan
sesungguhnya birokrasi adalah salah satu istilah reformasi administrasi (administrative
tipe organisasi, akan tetapi secara awam reform) yang diperkenalkan yang
lebih merefleksikan organisasi pemerintah menekankan pentingnya transformasi nilai-
(Wicaksono, 2014). Max Weber nilai baru ke dalam birokrasi, sehingga
sebagaimana dikutip oleh Amy Y.S. Rahayu birokrasi pemerintah dapat berkinerja baik
dan Vishnu Juwono mengidentifikasikan dalam penyelenggaraan pemerintahan
beberapa karakteristik birokrasi yang ideal, nasional, maupun daerah dalam
profesional dan rasional dijalankan. mewujudkan pelayanan publik yang
Karakteristik tersebut di antaranya sebagai berkualitas, sebagai syarat terciptanya
sebuah sistem administrasi publik yang kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
rasional berdasarkan aturan tertulis, dikelola atas semua jenis layanan yang diterima dari
secara impersonal dan dengan pembagian pejabat publik (Haning, 2018).
tugas yang jelas. Para birokrat yang dipilih Berdasarkan hal tersebut maka
untuk jabatan pimpinan berdasarkan tingkat pemerintah berharap dapat memperoleh
kompetensi, bukan kolusi. Selain itu Weber pegawai PPPK yang profesional berdasarkan
juga menekankan pentingnya pendidikan pada sistem Merit melalui proses seleksi
dan birokrat seharusnya merupakan sebuah administrasi maupun seleksi kompetensi
profesi dengan tingkat keahlian yang tinggi. yang meliputi seleksi manajerial, teknis,
Sehingga Weber berkesimpulan bahwa maupun sosial kultural. Dengan demikian
birokrasi terdiri dari struktur yang hierarkis berdasarkan PP tersebut pegawai honorer
namun profesional, taat kepada sistem tidak dapat secara otomatis diangkat sebagai
hukum, bersifat impersonal, menganut Calon PPPK, namun untuk dapat diangkat

40
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

sebagai Calon PPPK maka pegawai honorer Nomor 43 Tahun 1999. Pasal 2 ayat (3)
tersebut harus memenuhi syarat dan lolos menyatakan bahwa di samping pegawai
seleksi administrasi maupun seleksi negeri, pejabat yang berwenang dapat
kompetensi, yang pelaksanaannya mirip mengangkat pegawai tidak tetap (PTT),
dengan pelaksanaan seleksi CPNS. Hal yang diangkat untuk jangka waktu tertentu
tersebut sesuai dengan pendapat Bevir yang guna melaksanakan tugas pemerintahan dan
mendefinisikan good governance sebagai pembangunan yang bersifat teknis
pengelolaan negara dengan memperhatikan profesional dan administrasi sesuai dengan
nilai-nilai demokratis, terbuka, dan kebutuhan dan kemampuan organisasi. PTT
professional (Rahayu & Juwono, 2019). tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.
Menurut Sri Nurhari Susanto, menciptakan Ketentuan tersebut menjadi dasar
pemerintah (government) yang baik, maka pengangkatan PTT/tenaga honorer untuk
tata kelola pemerintahan (governance) yang dipekerjakan di instansi pemerintah oleh
baik belum tentu akan tercipta, tetapi jika pejabat pemerintahan dengan menggunakan
tata kelola pemerintahan (governance) yang kewenangan diskresi dengan maksud agar
baik, maka pemerintah (government) yang kebutuhan pegawai yang bersifat mendesak
baik pasti akan tercipta juga (Susanto, dapat terpenuhi. Hal tersebut dilakukan agar
2019). fungsi pemerintahan bisa berjalan, karena
apabila berharap pada ketersediaan pegawai
2. Implikasi Yuridis PP Nomor 49 negeri maka pelaksanaan fungsi
Tahun 2018 dalam Penataan Pegawai pemerintahan akan mengalami hambatan.
Oleh karena itu maka kebijakan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
pengangkatan PTT/tenaga honorer
tentang Aparatur Sipil Negara menjadi dasar
tergantung pada diskresi pejabat
pengaturan kepegawaian di Indonesia.
pemerintahan. Diskresi dalam
Undang-Undang tersebut mencabut dan
penyelenggaraan pemerintahan seyogianya
menyatakan tidak berlaku Undang-Undang
bersifat situasional atau sesuai keadaan yang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
tepat. Diskresi adalah kekuasaan yang
Kepegawaian sebagaimana telah diubah
mengandung pengertian sangat khusus, yaitu
dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
pengecualian dari situasi normal di mana
1999. Kedua undang-undang tersebut
tuntutan mengenai tindakan yang harus
memiliki perbedaan mendasar dalam hal
dilakukan oleh pemerintah sudah tercakup
pengaturan mengenai jenis-jenis pegawai
dalam ketentuan peraturan perundang-
dan ketentuan-ketentuan lainnya.
undangan. Dalam situasi normal maka jenis
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
kekuasaan yang berlaku bagi pemerintah
Nomor 5 Tahun 2014 menyatakan bahwa
adalah kekuasaan atau kewenangan terikat
ASN adalah profesi bagi PNS dan PPPK
(Darumurti, 2016). Diskresi (freies
yang bekerja pada instansi pemerintah.
ermessen) merupakan kewajiban pemerintah
Berdasarkan hal tersebut, maka jenis
dalam sebuah negara kesejahteraan (welfare
pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK
state), yang mana tugas pemerintah yang
(Pasal 6). Perbedaan antara PNS dengan
utama dalam negara kesejahteraan adalah
PPPK adalah bahwa PNS merupakan
memberikan pelayanan umum atau
pegawai ASN yang diangkat secara tetap,
mengusahakan kesejahteraan bagi warga
sedangkan PPPK merupakan pegawai ASN
negara. Diskresi yang ada di Indonesia
yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
muncul bersamaan dengan adanya
untuk jangka waktu tertentu. Keduanya
pemberian tugas bagi pemerintah untuk
memiliki kedudukan sebagai unsur aparatur
melaksanakan dan merealisasikan tujuan
negara yang melaksanakan tugas
negara Indonesia (Sihotang, Pujiyono, &
pemerintahan.
Sa’adah, 2017). Dalam praktek, kebijakan
Hal tersebut berbeda dengan jenis
strategis rekrutmen/pengangkatan tenaga
pegawai yang diatur dalam Undang-Undang

41
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

honorer tersebut sering kali dilakukan oleh belum ada kejelasan status kepegawaian
pejabat pemerintahan tidak secara terbuka maupun tunjangan dan gaji yang belum
bahkan sarat dengan nuansa kolusi dan sesuai dengan beban kinerja (Lohida, 2015).
nepotisme sehingga sulit mendapatkan Masalah seputar penyelesaian honorer
tenaga honorer yang berkompeten, K2 pelik dan berliku. Sejak 2014 hingga saat
berintegritas dan profesional. Hal tersebut ini, dari 438.590 honorer K2 yang masuk
justru bertentangan dengan makna diskresi database Badan Kepegawaian Negara
itu sendiri, karena sesungguhnya Freies (BKN), baru terselesaikan sekitar 59.000
ermessen atau diskresi dimiliki oleh setiap orang. Rinciannya, sekitar 8.000 orang
pemegang jabatan atau pejabat pemerintahan diangkat menjadi PNS lewat tes dan 51.000
untuk mengambil kebijakan strategis berupa orang lolos seleksi PPPK (Pegawai
keputusan atau tindakan dalam mengatasi Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)
persoalan konkret yang mendesak yang (Jambiekspres, 2020).
membutuhkan penanganan segera. Dalam Sejak tahun 2005 pemerintah telah
negara hukum, pertanggungjawaban pejabat berusaha menyelesaikan polemik
pemerintahan merupakan suatu keharusan. penanganan tenaga honorer. Pada tahun
Pengecualian terhadap asas legalitas dengan 2005 pemerintah menetapkan PP Nomor 48
menggunakan asas diskresi tetap harus dapat Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga
dipertanggungjawabkan, karena tanpa Honorer Menjadi Calon PNS. PP tersebut
pertanggungjawaban maka tindakan diskresi telah diubah dengan PP Nomor 43 Tahun
pemerintah dapat berpotensi disalahgunakan 2007 dan PP Nomor 56 Tahun 2012. PP
(Juliani, 2018). tersebut memberikan kesempatan kepada
PTT/tenaga honorer banyak digunakan tenaga honorer yang telah bekerja di instansi
dan tersebar di instansi pemerintah baik di pemerintah diprioritaskan diangkat sebagai
pusat maupun daerah. Mereka telah bekerja calon PNS secara otomatis. Menurut PP
selama bertahun-tahun dengan berdasar pada Nomor 48 Tahun 2005, tenaga honorer
kontrak yang diperbaharui setiap tahun, dan adalah seseorang yang melaksanakan tugas
beban kerja mereka yang relatif sama tertentu pada instansi pemerintah, yang
bahkan bisa berlebih apabila dibandingkan penghasilannya berasal dari APBN atau
dengan PNS namun penghasilan mereka APBD. Selanjutnya menindaklanjuti
berbeda. Saat ini tercatat sebanyak 438.590 ketentuan yang diatur dalam PP Nomor 48
tenaga honorer. Dari jumlah tersebut Tahun 2005, dikeluarkan Surat Edaran
157.210 atau 35,84% berprofesi sebagai Menteri PAN dan RB Nomor 05 Tahun
guru (Faqir, 2020) . Tenaga honorer yang 2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer
bekerja di instansi pemerintah terdiri dari yang Bekerja di Lingkungan Instansi
beberapa jenis, yaitu: tenaga honorer Pemerintah. SE tersebut menjadi bentuk
kategori 1 (K1), tenaga honorer kategori 2 tertulis dari diskresi pemerintah dengan
(K2), dan tenaga honorer non-kategori. membagi tenaga honorer menjadi kategori 1
Implikasi yang ditimbulkan kemudian (Honorer K1) dan tenaga honorer kategori 2
adalah semakin membengkaknya beban (Honorer K2) yang penghasilannya dibiayai
kerja PTT daripada PNS. Hal inilah yang bukan dari APBN atau APBD, misalnya
tentunya membuat ranah kinerja pegawai untuk guru digaji dari dana komite dan dana
tidak tetap justru berada di dua ranah antara BOS. Dalam perkembangan selanjutnya
informal maupun formal dengan porsi terdapat jenis tenaga honorer non-kategori,
tanggung jawab yang cukup besar pula. yaitu tenaga honorer yang keberadaannya
Maka tidaklah mengherankan apabila PTT muncul setelah pendataan tahun 2005 dan
sering kali mendapat sebutan the real civil pendataan ulang tahun 2010. Setelah
service ketimbang PNS yang selalu berlakunya UU Nomor 5 Tahun 2014 dan
berdedikasi secara penuh dalam mengemban PP Nomor 49 Tahun 2018 pengangkatan
amanah tugas. Meskipun hingga saat ini secara otomatis tenaga honorer menjadi PNS

42
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

sudah tidak berlaku lagi, sehingga tenaga oleh PPPK, yaitu sebagai berikut: a). Jabatan
honorerpun tidak dapat diangkat secara yang kompetensinya tidak tersedia atau
otomatis sebagai PPPK karena untuk dapat terbatas di kalangan PNS; b). Jabatan yang
diangkat sebagai calon PPPK maka tenaga diperlukan untuk percepatan peningkatan
honorer tersebut harus memenuhi syarat dan kapasitas organisasi; c). Jabatan yang
lolos seleksi administrasi maupun seleksi diperlukan untuk percepatan pencapaian
kompetensi, yang pelaksanaannya mirip tujuan strategis nasional; d). Jabatan yang
dengan pelaksanaan seleksi CPNS. mensyaratkan sertifikasi teknis dari
Ketentuan tersebut menimbulkan keresahan organisasi profesi; e). bukan Jabatan di
bagi tenaga honorer karena tidak ada lagi bidang rahasia negara, pertahanan,
pengangkatan secara otomatis sebagaimana keamanan, pengelolaan aparatur negara,
ketentuan PP Nomor 48 Tahun 2005 kesekretariatan negara, pengelolaan sumber
maupun SE MenPAN RB Nomor 05 Tahun daya alam, pengelolaan keuangan negara,
2010. Namun untuk mewujudkan SDM dan hubungan luar negeri; dan f). bukan
aparatur yang profesional berdasarkan Jabatan yang menurut ketentuan Undang-
sistem merit memang diperlukan reformasi Undang, Peraturan Pemerintah, dan
manajemen PPPK. Peraturan Presiden harus diisi oleh PNS.
Menurut Pasal 2 PP Nomor 49 Tahun Lampiran Perpres Nomor 38 Tahun
2018 tentang Manajemen PPPK dinyatakan 2020 menyebutkan adanya 147 jenis jabatan
bahwa jabatan ASN yang dapat diisi oleh fungsional yang dapat diisi oleh PPPK.
PPPK adalah Jabatan Fungsional (JF) dan Ketentuan tersebut ditindaklanjuti dengan
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT). Selain dikeluarkan Peraturan Menteri PAN dan RB
jabatan tersebut, maka Menteri dapat (PerMenPAN RB) Nomor 72 Tahun 2020
menetapkan jabatan lain yang dapat diisi yang mengubah PerMen PAN RB Nomor 2
oleh PPPK, namun jabatan tersebut bukan Tahun 2019 tentang Pengadaan PPPK untuk
jabatan struktural walaupun menjalankan Guru, Dosen, Tenaga Kesehatan dan
fungsi manajemen pada instansi pemerintah. Penyuluh Pertanian. Dengan demikian untuk
Berdasarkan hal tersebut maka dikeluarkan pengisian JF PPPK, sementara yang
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 ditindaklanjuti melalui regulasi baru 4 jenis
Tahun 2020 tentang Jenis Jabatan yang JF dari 147 jenis JF yang dapat diisi oleh
Dapat Diisi oleh PPPK. Untuk JPT, yang PPPK. Regulasi lainnya perlu segera
dapat diisi oleh PPPK hanya JPT utama dikeluarkan agar kebutuhan JF PPPK yang
tertentu dan JPT madya tertentu. Selanjutnya lain dapat segera terpenuhi sehingga tugas
dinyatakan bahwa Jabatan lain bukan JA pelayanan publik tidak terhambat.
atau bukan JPT pratama dapat disetarakan Keberadaan PPPK sebagai ASN tidak
dengan JA atau JPT pratama sesuai dengan sama dengan tenaga honorer yang bekerja di
ketentuan peraturan perundang-undangan. instansi pemerintah, karena selama ini
Penetapan jabatan lain tersebut sangat tenaga honorer tidak memiliki jenjang karier
dinantikan oleh tenaga honorer yang dan tingkat kesejahteraan yang jelas,
menduduki jabatan administrasi karena sedangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
realita di lapangan masih banyak tenaga 2014 dan PP Nomor 49 Tahun 2018
honorer yang bertugas bukan pada jabatan menjanjikan kejelasan jenjang karier dan
fungsional. Reformasi birokrasi melalui kesejahteraan bagi PPPK. Menurut Pasal 22
manajemen ASN memang mengarahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014,
pada pengisian jabatan fungsional namun PPPK berhak memperoleh: a). Gaji dan
tetap diperlukan solusi bagi pegawai tunjangan; b). Cuti; c). Perlindungan; dan d).
eksisting yang masih menduduki jabatan Pengembangan kompetensi. Pasal 20B (1)
administrasi. PerMen PAN RB Nomor 72 Tahun 2020
Pasal 4 Perpres Nomor 38 Tahun 2020 menyatakan bahwa PPPK yang telah
menyebutkan kriteria JF yang dapat diisi diangkat diberikan gaji berdasarkan

43
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

golongan gaji sesuai dengan ketentuan kapasitas fiskal yang rendah inilah yang
peraturan perundang-undangan dengan masa wajib menjadi perhatian bersama jika
kerja 0 (nol) setelah perjanjian kerja nantinya harus mendanai kebutuhan PPPK
ditandatangani. Menurut Pasal 38 ayat (2) di daerah masing-masing. Alternatif terbaik
PP Nomor 49 Tahun 2018, gaji dan yang mungkin dilakukan adalah kebijakan
tunjangan PPPK berlaku sesuai dengan realokasi belanja dengan menjaga
ketentuan peraturan perundangan yang keseimbangan antara jumlah kebutuhan
berlaku bagi PNS. Hal tersebut memberikan pegawai baru dengan pegawai yang
kepastian peningkatan kesejahteraan bagi memasuki usia pensiun. Ke depannya,
PPPK. Ketentuan tersebut diatur lebih lanjut sekiranya Pemerintah Pusat wajib
dalam Perpres Nomor 98 Tahun 2020 memberikan arahan dan petunjuk terkait
tentang Gaji dan Tunjangan bagi PPPK. kebijakan pengelolaan PNS dan PPPK ini
PPPK yang diangkat untuk melaksanakan dalam kerangka UU ASN. Perlu dihitung
tugas jabatan diberikan Gaji yang komposisi ideal jumlah kepegawaian PNS
besarannya didasarkan golongan dan masa dan PPPK dengan mempertimbangkan
kerja golongan. Termasuk juga berhak atas kondisi fiskal yang ada serta tujuan
kenaikan gaji berkala atau kenaikan gaji meningkatkan pelayanan publik serta
istimewa. Selain gaji, PPPK juga pembangunan di masing-masing daerah.
memperoleh tunjangan yang terdiri atas: a). Sentralisasi pengelolaan PNS dan PPPK
tunjangan keluarga; b). tunjangan pangan; sekiranya menjadi alternatif pilihan
c). tunjangan jabatan struktural; d). kebijakan yang perlu disimulasikan
tunjangan jabatan fungsional; atau e). bersama-sama. Jangan sampai masing-
tunjangan lainnya. Gaji dan tunjangan bagi masing daerah kemudian melakukan
PPPK yang bekerja di Instansi Pusat kebijakan kepegawaiannya secara terpisah,
dibebankan pada APBN, sedangkan gaji dan tak lama kemudian justru mengalami defisit
tunjangan bagi PPPK yang bekerja di pendanaan (Haryanto, 2015).
Instansi Daerah dibebankan pada APBD. Masa perjanjian kerja PPPK diatur
Ketentuan tersebut berdampak pada dalam Pasal 37 PP Nomor 49 Tahun 2018,
peningkatan alokasi anggaran belanja yaitu “Masa hubungan perjanjian kerja bagi
pegawai baik di pusat maupun di daerah. PPPK paling singkat 1 (satu) tahun dan
Peningkatan alokasi belanja pegawai dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan
(termasuk PPPK) tentu berpotensi berdasarkan penilaian kinerja”. Ketentuan
menimbulkan tambahan beban baik dalam tersebut ditindaklanjuti dengan PerMen
APBD secara langsung serta APBN secara PAN RB Nomor 70 Tahun 2020 tentang
tidak langsung. Karenanya perlu dipikirkan Masa Hubungan Perjanjian Kerja PPPK.
kondisi pengelolaan keuangan daerah dalam Masa Hubungan Perjanjian Kerja adalah
menyikapi mekanisme pengelolaan jangka waktu kebutuhan suatu Jabatan yang
kepegawaian di daerah baik PNSD maupun dapat diisi oleh PPPK dalam suatu instansi.
PPPK. Jangan sampai beban kebutuhan PerMen PAN RB Nomor 70 Tahun 2020
belanja pegawai tersebut akhirnya menyatakan dalam Pasal 4 bahwa: Masa
menghilangkan alokasi APBD untuk tujuan Hubungan Perjanjian Kerja untuk Jabatan
investasi dan pembangunan di daerah. Fungsional dan Jabatan lain yang bukan
Secara umum, daerah dengan rasio belanja merupakan Jabatan struktural tetapi
pegawai besar terhadap total belanja APBD menjalankan fungsi manajemen pada
nya, adalah daerah dengan peta kapasitas Instansi Pemerintah ditetapkan dalam jangka
fiskal rendah (Provinsi Bengkulu, Provinsi waktu paling singkat 1 (satu) tahun dan
DIY dan Provinsi NTT). Hanya Provinsi paling lama 5 (lima) tahun sesuai dengan
DKI Jakarta dan Provinsi Maluku Utara penyusunan kebutuhan ASN. Masa
yang relatif memiliki kapasitas fiskal sangat Hubungan Perjanjian Kerja untuk Jabatan
tinggi dan tinggi. Untuk daerah dengan peta Fungsional dapat diperpanjang untuk jangka

44
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

waktu paling lama 5 (lima) tahun. Masa pengangkatan dalam rangka mengganti
Hubungan Perjanjian Kerja untuk JPT utama pegawai non-PNS dan/atau non-PPPK yang
tertentu dan JPT madya tertentu ditetapkan berhenti/diberhentikan. Apabila ketentuan
sesuai dengan ketentuan peraturan tersebut dilanggar, maka kepada PPK atau
perundang-undangan. Perpanjangan masa pejabat lain selain PPK akan dikenakan
hubungan perjanjian kerja untuk JPT utama sanksi sesuai ketentuan peraturan
tertentu dan JPT madya tertentu paling lama perundang-undangan. Berdasarkan
5 (lima) tahun. Pasal 5 ayat (1) menyatakan ketentuan tersebut, maka Pejabat
bahwa Jangka waktu hubungan perjanjian Pemerintahan yang berwenang melakukan
kerja antara PPPK dengan PPK tidak pengangkatan pegawai sebagaimana tersebut
melebihi batas waktu Masa Hubungan di atas tidak lagi dapat menggunakan
Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud kewenangan diskresi dalam pengangkatan
dalam Pasal 4. Apabila ditelaah, maka pegawai honorer. Apabila unit kerja instansi
ketentuan ini memberikan batasan waktu Pemerintah masih membutuhkan pegawai
paling lama 10 (sepuluh) tahun bagi PPPK untuk mengisi kekosongan jabatan ASN,
dengan kriteria tersebut di atas (JF dan maka dapat mengajukan kebutuhan pegawai
jabatan lain) untuk bekerja pada instansi melalui pengajuan usul formasi CPNS
pemerintah dan selanjutnya diberhentikan dan/atau CPPPK setelah melakukan
karena jangka waktu perjanjian kerja penataan/penempatan pegawai pada peta
berakhir atau terjadi pemutusan hubungan jabatan masing-masing (Juliani, 2019).
kerja. Hal tersebut berdampak pada Ketentuan tentang larangan
ketidakpastian masa depan PPPK bahkan pengangkatan tenaga honorer sebenarnya
bertentangan dengan ketentuan masa telah termuat juga dalam PP Nomor 48
hubungan perjanjian kerja bagi PPPK yang Tahun 2005 yang menyatakan bahwa sejak
diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 ditetapkannya PP Nomor 48 Tahun 2005,
Tahun 2014 tentang ASN dan PP Nomor 49 semua Pejabat Pembina Kepegawaian dan
Tahun 2018 tentang PPPK yang mengatur pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang
masa hubungan kerja bagi PPPK paling mengangkat tenaga honorer atau yang
singkat 1 (satu) tahun dan dapat sejenis, kecuali ditetapkan dengan Peraturan
diperpanjang sesuai kebutuhan dan Pemerintah. Adanya larangan pengangkatan
berdasarkan penilaian kinerja. Ketentuan tenaga honorer atau pegawai Non PNS
untuk JPT utama dan JPT Madya tertentu tersebut memberikan konsekuensi bagi
memang seharusnya memiliki batasan waktu satuan organisasi pusat maupun daerah
sebagaimana diatur dalam PerMen PAN RB untuk tidak mengangkat pegawai Non PNS
Nomor 70 Tahun 2020 karena menduduki atau tenaga honorer atau tenaga yang
jabatan pimpinan tinggi. Perpanjangan sejenisnya. Dengan mengabaikan jumlah
hubungan perjanjian kerja bagi PPPK yang PNS yang ada dan perhitungan kebutuhan
menduduki JPT Utama dan JPT Madya pegawai secara ideal, sebenarnya di masing-
tertentu paling lama 5 (lima) tahun inipun masing satuan organisasi baik Pemerintah
tidak bertentangan dengan Undang-Undang Daerah atau Pusat sebagian besar
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan PP pertumbuhan jumlah PNS atau pegawainya
Nomor 48 Tahun 2019 tentang PPPK. adalah minus atau dengan kata lain minus
Imbas berlakunya PP Nomor 49 Tahun growth, hal ini disebabkan karena setiap
2018 tentang Manajemen PPPK secara tahunnya perbandingan jumlah PNS atau
signifikan dapat dilihat bahwa sejak tanggal pegawai yang keluar (karena mutasi,
28 November 2018 Pejabat Pembina pensiun, atau meninggal dunia) selalu lebih
Kepegawaian (PPK) atau pejabat lain selain besar dibandingkan dengan jumlah PNS atau
PPK dilarang mengangkat pegawai non-PNS pegawai yang masuk (karena terbatasnya
dan/atau non-PPPK untuk mengisi jabatan jumlah formasi CPNS yang diberikan oleh
ASN. Larangan tersebut juga berlaku untuk pemerintah pusat). Sulitnya memenuhi

45
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

lowongan formasi melalui jalur CPNS, kepada daerah masing-masing dengan


disadari atau tidak satuan organisasi catatan gajinya harus setara dengan upah
tentunya membutuhkan tambahan pegawai minimum regional (UMR), sedangkan bagi
yang hanya dimungkinkan melalui tenaga honorer non-kategori dapat
pengadaan pegawai non PNS. Hal inilah mengikuti tes CPNS dan tes CPPPK melalui
yang kemudian menjadikan adanya larangan jalur umum (Jambiekspres, 2020). Berkaitan
pengangkatan pegawai Non PNS melalui PP dengan hal tersebut itu maka terhadap
Honorer menjadi kurang bertaji dan tenaga honorer yang tidak lulus tes CPNS
cenderung tidak ditaati oleh Satuan atau tes CPPPK masih tetap dapat
Organisasi baik pusat maupun daerah. Tidak dipekerjakan oleh pemerintah daerah dengan
adanya sanksi yang jelas bagi satuan menggunakan dasar yuridis UU Nomor 13
organisasi yang melaksanakan pengangkatan Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juncto
pegawai non PNS atau tenaga honorer juga UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
menjadikan banyak satuan organisasi Kerja. Tenaga kontrak dipekerjakan melalui
memilih untuk tetap melaksanakan skema hubungan kerja Perjanjian Kerja
pengadaan pegawai non PNS atau tenaga Waktu Tertentu (PKWT) atau melalui
honorer dengan dalih untuk mengisi hubungan kerja dengan perusahaan alih
kekurangan pegawai yang tidak dapat diisi daya. Kebijakan tersebut cukup memberikan
melalui formasi CPNS (Pujiraharjo, 2015). keadilan bagi tenaga honorer yang selama
Pasal 99 PP Nomor 49 Tahun 2018 ini telah bekerja di instansi Pemerintah
tentang PPPK mengatur bahwa terhadap dalam mewujudkan ketenangan dalam
pegawai non-PNS (tenaga honorer atau bekerja dan peningkatan penghasilan.
sebutan lain) yang telah bertugas, masih Mewujudkan ASN sebagai bagian dari
tetap melaksanakan tugas paling lama 5 reformasi birokrasi melalui UU Nomor 5
(lima) tahun. Apabila telah berakhir masa Tahun 2014 dan PP Nomor 49 Tahun 2018
penugasannya/kontraknya dan tenaganya berimbas pada penataan pegawai di instansi
masih dibutuhkan maka dapat diperpanjang pemerintah. Gejolak sosial muncul terutama
penugasannya/kontraknya dan/atau diangkat yang berasal dari para tenaga honorer
kembali dengan menetapkan surat keputusan sebagai reaksi atas implementasi peraturan
pengangkatan kembali/perpanjangan perundang-undangan tersebut, namun
perjanjian kontrak. Sedangkan apabila birokrasi yang andal menjadi suatu
tenaganya tidak dibutuhkan karena kebutuhan masyarakat dan hal tersebut tidak
akan/telah digantikan oleh dapat dinafikan oleh pemerintah sebagai
CPNS/PNS/PPPK maka pegawai non-PNS penyelenggara pelayanan publik. Kebijakan
tersebut dapat diberhentikan. Dalam jangka pemerintah yang berkeadilan dalam
waktu paling lama 5 (lima) tahun (sampai penataan pegawai tetap diperlukan bagi
dengan tahun 2023) tersebut pegawai non- tenaga honorer yang selama ini telah
PNS dapat diangkat menjadi PPPK apabila bekerja, namun birokrasi yang andal dan
memenuhi persyaratan yang diatur dalam PP profesional merupakan suatu kebutuhan
Nomor 49 Tahun 2018. untuk mewujudkan good governance.
Kebijakan yang ditempuh pemerintah
dalam mengatasi masalah tenaga honorer D. Simpulan dan Saran
hingga tahun 2023 menurut Kepala BKN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan,
Bima Haria Wibisana adalah melalui
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
beberapa cara yaitu: lewat jalur tes CPNS
berikut: (1) ketersediaan SDM Aparatur
bagi tenaga honorer yang berusia di bawah
yang andal menjadi faktor penting untuk
35 tahun, lewat jalur tes CPPPK bagi tenaga
memenuhi tuntutan masyarakat akan
honorer yang berusia di atas 35 tahun. Bagi
pelayanan publik yang cepat dan
tenaga honorer yang tidak lulus tes CPNS
profesional. Untuk itu diperlukan adanya
maupun tes CPPPK, maka dikembalikan
penataan birokrasi melalui reformasi

46
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

birokrasi agar tercipta good governance Darumurti, K. (2016). Diskresi Kajian Teori
dalam penyelenggaraan pemerintahan; (2) Hukum. Yogyakarta: Genta Publishing.
selama ini solusi keterbatasan jumlah SDM
Aparatur PNS dilakukan melalui rekrutmen Faqir, A. Al. (2020). Pemerintah Catat Saat
PTT/tenaga honorer oleh pejabat ini Ada 438.590 Pegawai Honorer, 35
pemerintahan baik di pusat maupun daerah Persennya Guru. Merdeka.Com.
dengan menggunakan kewenangan diskresi; Haning, M. T. (2018). Reformasi Birokrasi
(3) lahirnya PP Nomor 49 Tahun 2018 di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif
tentang Manajemen PPPK membawa imbas Administrasi Publik. Jurnal Analisis
atau dampak yang sangat signifikan yaitu Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 4(1),
Pejabat Pemerintahan tidak dapat lagi 25–37.
menggunakan kewenangan diskresi dalam
perekrutan PTT/tenaga honorer, namun Haryanto, J. T. (2015). Analisis Beban
harus sesuai dengan kriteria yang ditentukan Fiskal Manajemen Pegawai Pemerintah
dalam peraturan perundang-undangan; (4) Dengan Perjanjian Kerja Fiscal Burden
kebijakan penanganan tenaga honorer yang Analysis for Non-Ongoing Employees
selama ini telah bekerja di instansi Management. Jurnal Civil Service, 9(2),
Pemerintah dalam penataan pegawai setelah 1–12.
lahirnya PP Nomor 49 Tahun 2018 tentang Jambiekspres. (2020). Penjelasan Kepala
Manajemen PPPK dilakukan melalui BKN soal Honorer K2 dan Nonkategori,
rekrutmen CPNS dan CPPPK secara Lengkap! Jambiekspre. Jambi.
terbuka, bagi yang lolos seleksi dapat
diangkat sebagai CPNS atau CPPPK, namun Juliani, H. (2018). Pertanggungjawaban
bagi yang tidak lolos tetap dapat Pejabat Pemerintahan Dalam
dipekerjakan dengan menggunakan dasar Penggunaan Diskresi Yang Membebani
yuridis UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Administrative Law
Ketenagakerjaan juncto UU Nomor 11 and Governance Journal, 1(3), 280–
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 298.
Selanjutnya, saran yang dapat diberikan http://doi.org/10.14710/alj.v1i3.280-298
adalah peraturan kebijakan sebagai
Juliani, H. (2019). Diskresi Dalam
pelaksanaan PP Nomor 49 Tahun 2018
Rekrutmen Pegawai Non Pegawai
hendaknya disusun secara konsisten dan
Negeri Sipil Setelah Pemberlakuan
tidak bertentangan dengan UU Nomor 5
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
Tahun 2014 dan PP Nomor 49 Tahun 2018,
2018 tentang Manajemen Pegawai
sehingga dapat memberikan kepastian
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja.
peningkatan kesejahteraan dan menghindari
Administrative Law and Governance
ketidakpastian masa depan bagi tenaga
Journal, 2(2), 314–325.
honorer yang diangkat sebagai PPPK. Di sisi
http://doi.org/10.14710/alj.v2i2.314-325
yang lain solusi terhadap tuntutan
profesionalitas ASN juga dapat terpenuhi. Lohida, L. (2015). Analisis Komparasi
Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian
DAFTAR PUSTAKA Kerja ( Pppk ) Dalam Paradigma
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Abbas, F., & Sadat, A. (2020). Model Tentang Aparatur Sipil Negara
Pelayanan Publik Terhadap Reformasi Comparative Analysis of Non-Ongoing
Birokrasi. Jurnal Studi Ilmu Employee From the Perspective of Law
Pemerintahan, 1(1), 16–25. No . 5 Year 2014 About State App.
Jurnal Civil Service, 9(2), 45–53.
Badan Kepegawaian Negara. (2020). Buku
Statistik PNS Juni 2020. Jakarta: Badan Pujiraharjo, H. S. (2015). Pegawai
Kepegawaian Negara. Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
47
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 36-48 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

(Pppk): Solusi dalam Rekruitmen http://doi.org/10.14710/lr.v13i1.15951


Pegawai dari Pegawai Non PNS ASN.
Jurnal Civil Service, 9(2), 21–30. Soemitro, R. (1994). Metodologi Penelitian
Hukum dan Yurimetri. Jakarta: Ghalia
Rahayu, A. Y. S., & Juwono, V. (2019). Indonesia.
Birokrasi & Governance. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Susanto, S. N. H. (2019). Good Governance
Dalam Konteks Hukum Administrasi.
Ridwan H.R. (2014). Hukum Administrasi Administrative Law and Governance
Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Journal, 2(2), 205–217.
http://doi.org/10.14710/alj.v2i2.205-217
Sihotang, G. A., Pujiyono, P., & Sa’adah, N.
(2017). Diskresi Dan Tanggung Jawab Wicaksono, K. (2014). Telaah Kritis
Pejabat Publik Pada Pelaksanaan Tugas Administrasi & Manajemen Sektor
Dalam Situasi Darurat. Law Reform, Publik di Indonesia. Jakarta: Penerbit
13(1), 60–69. Gava Media.

48

Anda mungkin juga menyukai