ABUSIVE RELATIONSHIP
Disusun oleh:
Rombel: 3
JURUSAN PSIKOLOGI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
merupakan salah satu tugas intervensi psikologi klinis dan non klinis pada
semester lima. Shalawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada Nabi
syafaatnya amin.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat dan penyusunan
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran yang dapat membangun dari pembaca. Semoga modul intervensi kelompok
2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER…………………………………………………………………………... 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... 3
PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 4
LANDASARN TEORI…………………………………………………………... 9
2.1 Depresi…………………………………………………..…………………… 9
2.2.1 Pengertian……………………………………………………………….... 19
3
2.3 Masa Dewasa…………………………………………………………… .. 22
PENJABARAN SESI-SESI……………………………………………………..26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
LAMPIRAN…………………………………………………………………….
4
PENDAHULUAN
Masa dewasa adalah salah satu tahap perkembangan yang akan dilalui oleh
setiap manusia. Menurut Erikson, masa dewasa terjadi pada rentang usia 19-40
tahun. Di dalam tahap ini individu akan melalui fase yang bernama intimacy vs
isolation. Dimana pada fase ini individu akan mulai menjalin sebuah hubungan
dengan orang lain, namun apabila ikatan tersebut gagal yang akan terjadi adalah
Ketika individu mulai menjalin relasi dengan orang lain tentunya akan
memiliki dampak positif dan negatif. Namun, dalam pembahasan masalah ini
penulis akan berfokus pada dampak negatif yang dialami oleh mahasiswa dalam
relasi romantisnya. Dampak negatif yang sering dialami oleh mahasiswa di dalam
kepada KOMNAS Perempuan naik menjadi 1.750 kasus dari 1.528 kasus. Masih
banyak kasus serupa yang belum terkuat ataupun tertangani oleh pihak
berwenang. Artinya kasus ini tidak berhenti sampai disini dan masih banyak
banyak korban lebih memilih untuk diam daripada harus mendapat tekanan lebih.
Sehingga mereka cenderung akan menutup diri dari segala interaksi dengan orang
5
lain. Hal inilah yang membuat mereka kerap kali merasakan stres, depresi, trauma
Dalam modul ini, penulis akan menggunakan metode terapi feminis yang
relationship.
biasanya terjadi karena masalah percintaan yang membuat individu merasa tidak
bisa mengontrol emosinya dan melakukan tindakan yang dapat merugikan dirinya
sendiri yaitu melakukn aksi bunuh diri. Untuk itu metode terapi feminis sebagai
pencegahannya.
6
1.5 Manfaat Intervensi
tingkat depresi pada mahasiswa, dan diharapkan mahasiswa mampu untuk bisa
ada dengan baik supaya tidak menjadi beban, tertekan dan mencegah terjadinya
depresi.
1. Perempuan
2. Mahasiswa UNNES
1.7 Waktu
7
FGD - Bulpoin Sesi 3:
Cooedinator
FGD
5 09.30- SESI 3 : - Lembar - Coordinator
11.00 Peserta dibagi menjadi permasalahan roleplay:
tiga kelompok untuk Eldra
melakukan roleplay.
Dimana peserta akan
diposisikan dirinya
sebagai korban dan
juga orang yang
melihat perilaku abuse
terhadap pasangannya
6 11.00- SESI 4 : - - Alfa
11.30 diskusi dan evaluasi
7 11.30- SESI 5 : Kenang-kenangan 4
11.45 Pemberian motivasi (Eldra, Yunika,
dan penutup Alfa, Wibi)
8
LANDASAN TEORI
2.1Pengertian Depresi
2.1.1 Pengertian
pendidikan tertinggi diantara yang lain. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk
bisa mengatasi segala problematika dalam perkuliahan. Tidak jarang mereka harus
pertama, ia harus berpisah dengan orang tua, sahabat, perpindahan tempat tinggal,
perubahan sistem pendidikan, dan pertentangan sistem nilai. Selain hal tersebut
menekan tersebut akan memicu timbulnya depresi pada mahasiswa (Fisher, 1988;
Mazure, 1998; Rey, 1995). Menurut pandangan kognitif, reaksi emosi muncul
terhadap situasi tersebut (Beck, 1985; Burns, 1988). Pemikiran individu terhadap
situasi menekan yang dihadapi akan menentukan kualitas dan intensitas reaksi
9
menemukan bahwa pemikiran-pemikiran negative dapat memunculkan reaksi
menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain dan lingkungan, ruminasi, dan
orang lain (Sue, dkk, 1986). Trisna (dalam Hadi, 2004) juga mengatakan bahwa
depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan
diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh, mulai dari perasaam murung sampai
definisi bahwa depresi merupakan perasaan sedih atau kosong yang disertai
tidur dan pola makan, penurunan kemampuan konsentrasi, perasaan bersalah yang
sedih, putus asa dan kecewa. Individu yang mengalami depresi juga sering merasa
diisolasi, ditolak dan tidak dicintai. Individu yang mengalami depresi kadang-
bahwa depresi ditandai dengan pandangan negative mengenai diri sendiri, dunia,
10
dan masa depan. Individu dapat mengalamai depresi karena ia memiliki skema
kognitif yang negative. Skema kognitif ini dikembangkan dari masa kanak-kanak
atau remaja dan bersifat disfungsional. Skema kognitif yang negative tersebut
Dowd, 2004).
perasaan tidak ada harapan lagi yang ditandai dengan kemurungan, sedih,
terpuruk, putus asa, mengasihani diri sendiri, rasa bersalah, yang mendalam dan
berkelanjutan sehingga kehilangan minat dari berbagai aktivitas serta menarik diri
hingga hilangnya kegairahan hidup untuk periode paling sedikit dua minggu.
Depresi terdiri dari beberapa aspek (Nevid, Rathus & Greene, 2005), yaitu:
a. Emosional, terdiri dari (1) Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari
perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muran). (2) Penuh airmata atau
b. Motivasi, terdiri dari (1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan
untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat
tidur. (2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas
11
Menurunnya minat pada seks. (4) Gagal untuk berespons pada pujian atau
reward.
c. Perilaku motoric, terdiri dari (1) Bergerak atau berbicara dengan lebih
perlahan dari biasanya. (2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu
banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa
kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta disebut mudah terbangun di pagi
buta). (3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu
sedikit). (4) Perubahan dalam berat bedan (bertambah atau kehilangan berat
badan). (5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja
atau di sekolah.
d. Kognitif, terdiri dari (1) Kesulitan berkonsentrasi atau berfikir jerniah. (2)
Berfikir negative mengenai diri sendiri dan masa depan. (3) Perasaan bersalah
atau merasa tidak adekuat. (5) Berfikir akan kematian atau bunuh diri
Terdapat enam aspek atau gejala depresi menurut Beck dan Alford (2009),
yaitu:
a. Aspek Emosi
suasana hati. Selain itu, individu juga memiliki perilaku yang secara langsung
dialami oleh individu yang mengalami gangguan depresi, yaitu perasaan sedih,
perasaan negative terhadap diri sendiri, perasaan tidak puas, hilangnya kelekatan
12
emosional dengan orang lain, meningkatnya intensitas menangis, serta hilangnya
rasa humor.
b. Aspek Kognitif
distorsi kognitif atau kesalahan berfikir terhadap diri sendiri, pengalaman, serta
masa depan. Individu dengan gangguan depresi memilik harga diri yang rendah,
c. Aspek Motivasi
Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku yang dapat menunjukkan tingkat motivasi
individu. Individu yang mengalami gangguan depresi dapat ditandai dengan tidak
d. Aspek Fisik
gairah seksual, dan mudah lelah. Delusi Individu yang mengalami gangguan
depresi juga dapat ditandai dengan munculnya delusi atau distorsi kognitif
mengenai dirinya sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Ada
beberapa kategori delusi, seperti delusi bahwa dirinya tidak berharga, penuh dosa,
13
F. Halusinasi
Halusinasi juga terkadang muncul sebagai salah satu gejala individu yang
merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak jerjadi. DSM V (2013)
sebagai salah satu gejala depresi. Penderita depresi akan merasakan berbagai
adanya perubahan cara pandang atau kesalahan berpikir pada penderita depresi.
Individu yang memiliki gangguan depresi akan memiliki pikiran bahwa dirinya
penulis ingin menegaskan bahwa penelitian ini akan mengacu pada aspek aspek
depresi yang dikemukakan oleh Beck dan Alford (2009), yaitu aspek emosi,
dialami oleh penderita depresi. Individu yang memiliki gangguan depresi akan
14
cenderung lebih sensitif. 2) Somatik Aspek somatik menunjukkan adanya
perubahan fisik sebagai salah satu gejala depresi. Penderita depresi akan
pada penderita depresi. Individu yang memiliki gangguan depresi akan memiliki
serangkaian symptom depresif, termasuk mood depresi (merasa sedih, tidak punya
harapan, atau terpuruk) dan atau hilangnya minat atau kesenangan dalam semua
atau hampir semua aktivitas paling tidak selama dua minggu (APA, 2013).
Depresi mayor bukan hanya kondisi kesedihan atau murung. Orang dengan
gangguan depresi mayor (MDD) mungkin memiliki selera makan yang rendah,
turunnya atau meningkatnya berat badan secara signifikan, memiliki masalah tidur
atau tidur terlalu lama, dan secara fisik terganggu atau pada kondisi ekstrem
Gangguan depresi mayor adalah jenis paling umum dari gangguan mood
15
gangguan ini di sepanjang hidup adalah sekitar 12% pada pria, 21% pada wanit,
dan 16,5% secara keseluruhan (Conway et al, 2006; Forgeard et al.,2011). Hampir
8 % dari orang dewasa AS saat ini menderita gangguan depresi mayor (National
Center for Health Statistics, 2012). Depresi mayor adalah masalah kesehatan
publik yang utama, tidak hanya mempengaruhi fungsi psikologis seseorang, tetapi
mayor yang kronis atau bentuk depresi kronis yang lebih ringan atau distimia
(dysthymia). Distimia umumya dimulai pada masa kecil atau remaja dan
cenderung menjadi kronis selama masa dewasa. Kata distimia berasal dari bahasa
Yunani, dys-, yang berarti “buruk” atau “keras”, dan thymos, yang berarti “jiwa”.
tertentu dalam hidup mereka (Conway et al., 2006). Seperti gangguan depresi
dari PMDD ditujukan pada wanita yang mengalami berbagai symptom psikologis
yang signifikan satu minggu sebelum menstruasi (dan peningkatan dimulai dalam
16
Beberapa symptom harus muncul untuk dapat mendiagnosis PMDD,
termasuk symptom seperti perubahan mood, rasa ingin menangis atau kesedihan
yang muncul tiba-tiba, mood tertekan atau merasa tidak memiliki harapan, mudah
2009). Faktor psikologis, seperti sikap wanita terhadap menstruasi, juga dapat
yang normal dapat memicu reaksi emosional negative pada wanita dengan
PMDD, tetapi tidak pada wanita yang sehat (Baller et al., 20013; Eppersonm
2013).
17
1. Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi pada episode
depresi ringan.
(c) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu merumuskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali padaa taraf yang sangat terbatas. 2.
Depresi berat dengan gejala psikotik, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a)
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria dari depresif berat tanpa gejala
psikotik, (b) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
18
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau 20
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stuor.
2.2.1 Pengertian
memiliki karakteristik unik dan berhak untuk dimuliakan dan juga setara dengan
satu landasan yang paling penting dalam terapi ini adalah pemahaman mengenai
19
feminis yang memiliki dua hal pokok yakni pertama, memperkaya kajian secara
rasional pada bidang yang berkaitan dengan sex, gender, psikologi perempuan,
penilaian secara psikologis agar menjadikan pihak perempuan menjadi lebih baik.
a. Pemberdayaan.
klien agar dapat menjadi pribadi yang mandiri dan mempunyai partisipasi yang
b. Keterbukaan
hanya melalui sharing information dan pengalaman tetapi ada hubungan timbal
gender dan dampaknya pada pengambilan keputusan untuk masa yang akan
datang.
20
Terapis memberikan pemahaman yang menekankan pada perbedaan peran
e. Bibliotherapy
problem yang dialami klien berhubungan dengan tekanan sosial (social pressure)
h. Group work
untuk bergabung dalam kelompok. Langkah ini dimaksudkan agar klien merasa
i. Social action
21
2.3 Masa Dewasa
Menurut Erik Erikson, masa dewasa awal berada tahap usia 19-40 tahun.
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini
lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang
intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang
kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim
hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul
22
2.4 Kerangka Berpikir
23
BLUE PRINT MODUL PELATIHAN PENCEGAHAN DEPRESI
Operasional Operasional
Pencapaian
bahayanya.
- Adanya feedback
positif peserta
(senyuman,
24
antusias, dan
semangat)
seperti senyuman,
semangat, dan
antusias
25
PENJABARAN SESI-SESI
26