Anda di halaman 1dari 8

PENANAMAN NILAI ISLAM SEJAK DINI UNTUK MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN

MASA DEPAN YANG ANTI KORUPSI

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang memiliki luas wilayah yakni
1.916.862,2 Km2 dengan banyaknya jumlah pulau yang tersebar berjumlah 16.056 pulau 1.
Disamping itu, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang ikut tersebar di seluruh daerah
sebanyak 261.890.900 jiwa dengan penduduk usia produktif sebanyak 238.399.300 jiwa 2.
Banyaknya usia produktif tersebut juga didukung oleh jumlah generasi muda Indonesia (umur
15-24 tahun) yang berjumlah ±20.286.900 jiwa yang tersebar di seluruh Indonesia 3.
Berdasarkan data tentang jumlah generasi muda tersebut, Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar untuk maju dalam kanca persaingan global antar negara. Sebagaimana perkataan
salah satu founding fathers, Ir. Soekarno, yang berbunyi “Berikan aku 1000 orang tua, maka
akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 orang pemuda, maka akan kugoncangkan
dunia”

Berdasarkan perkataan dari Bung Karno di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemuda merupakan modal yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa dan negara dalam
berkompetensi di dunia Internasional. Berkaitan halnya dengan pemuda, peran pemuda juga
sangat penting dalam proses bangsa Indonesia masa kolonialisme dan imperialisme menuju ke
jalan kemerdekaan. Salah satu bukti perjuangan pemuda yakni didirikannya organsisasi Budi
Utomo pada tahun 1908 yang dipelopori oleh para pemuda soetomo dan kawan-kawannya
yang merasa tergugah hatinya dengan keadaan masyarakat Indonesia zaman penjajahan yang
miskin pendidikan dan kehidupan pada masa itu4.

Betapa pentingnya remaja bagi bangsa negara dan agama. Karena remaja merupakan
penerus estafet kepemimpinan tiap-tiap negara. Ketika dimasa remaja saja remaja sudah
hancur karena tidak memiliki nilai nilai moral yang baik, maka bukan suatu hal yang mustahil
1
Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik Indoneisa:: Statistical Yearbook of Indonesia 2018. Republik
Indonesia. Jakarta. 2018. Hal.4
2
Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik Indoneisa:: Statistical Yearbook of Indonesia 2018. Republik
Indonesia. Jakarta. 2018. Hal.85
3
Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik Indoneisa:: Statistical Yearbook of Indonesia 2018. Republik
Indonesia. Jakarta. 2018. Hal.93
4
Aloysius Bram Widyanto. Pemuda Dalam Perubahan Sosial. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. 2010.
Hal. 2.
jika negara tersebut akan hancur ketika dipimpin oleh orang orang yang tidak bermoral dan
tidak berakhlak. Maraknya pejabat korup atau ‘tikur negara’ merupakan fenomena nyata akan
kehancuran bangsa ini dikarenakan pemimpin yang tidak berakhlak dan tidak berpegang pada
nilai islam. Dimana dijelaskan pada Surat Al-Baqarah ayat 188 :

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) hartamu itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.” 
Rasulullah SAW sebagai pemimpin seluruh umat islam, merupakan salah satu contoh
nyata yang dapat dijadikan contoh yang harus dijalankan di Indonesia. Rasulullah SAW
merupakan implementasi nyata dari sifat Amanah, Shiddiq, Tabligh, dan Fathanah yang
sangat penting ditanamkan pada usia dini untuk mempersiapkan pemimpin masa depan yang
anti korupsi.

B. Pemimpin dalam perspektif Islam

Islam merupakan agama yang paling sempurna yang selalu memberikan pengaturan
akan hidup dan segala hal yang akan dilakukan oleh umat Islam. Bahkan Islam merupakan
ajaran agama yang selalu memberikan pengajaran terbaik di dalam kehidupan di dunia salah
satunya adalah tentang dasar kepemimpinan dalam Islam.

1.Bertaqwa Kepada Allah SWT

Untuk menjadi seorang pemimpin maka kita harus ditanamakan etika dan dasar
kepemimpinan dalam islam yang kuat yakni sikap bertaqwa kepada Allah SWT. Seperti
yang tercantum di dalam  QS.Ali Imran [3]: 102:

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa,


dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan memeluk agama
Islam.”
Sama dengan cara menguatkan iman dan taqwa, dasar atas taqwa disini
memiliki unsur takut kepada larangan Allah SWT hingga nantinya ia selalu menjaga
bagaimana ia berbuat dan menjaga perilakunya dengan baik. Selalu mengamalkan
tentang hari akhir dan selalu memiliki rasaQinaah atau rela dengan sesautu walaupun
hanya terlihat sedikit dimata manusia.

2. Tanggung jawab
Kepemimpinan adalah dasar dari sebuah tanggung jawab. Seperti yang
dinyatakan di dalam Surat An-Nahl Ayat 93-96 :

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah
kamu kerjakan”. (16: 93)

Seperti yang dinyatakan di dalam ayat alqur’an akan tanggung jawab, maka


menjadi pemimpin berarti akan memikul tanggung jawab tidak hanya di dunia namun di
akhirat kelak. Karena setiap pemimpin nantinya akan dimintai pertanggung jawaban
mereka nantinya.

3. Musyawarah dan Istiqarah


Pemimpin harus pandai dalam mengajak para bawahan atau orang-orang yang
ia pimpin untuk tetap bermusyawarah dengan baik. Dan selalu menerapkan sifat
istiqarah atau berserah diri atas pilihan yang ditentukan oleh Allah SWT nantinya Ini
tercantum di dalam surat Asy-Syura ayat 38:

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka”

4. Adil
Pemimpin yang bertaqwa maka akan selalu berlaku adil terhadap apapun.
karena sikap ini adalah sikap yang terpuji dan sangat disukai oleh Allah SWT seperti
yang tercantum di dalam Surat An-Nahl Ayat 90-92:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi
kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran. (16: 90)

5. Tidak membebani orang lain 


Sifat dasar kepemimpinan lain yang seharusnya dimiliki pemimpin dalam
ajaran islam adalah tidak memberatkan apapun kepada orang lain apalagi diluar
kemampuan orang tersebut. Seperti yang dinyatakan dalam surat Al Baqarah : 287

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya.


Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk
apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau
telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau
membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan
ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum kafir.”

6. Amanah (dapat dipercaya)


Pemimpin yang seharusnya memenuhi dasar syariat islam adalah dia yang
amanah dan tidka munafik seperti yang digambarkan di dalam ayat-ayat al quran tentang
amanah, salah satunya adalah di dalam QS. An-Nisa’: 58

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat.”

7. Taat Kepada perkara yang baik


Pemimpin yang baik akan selali mengetahui mana ajaran yang layak di ikuti
sesuai dengan syariat islam dan mana yang tidka boleh diikuti. Dan Pemimpin yang baik
akan selalu mengetahui serta taat pada perkara yang baik seperti yang dinyatakan di
dalam dasar agama Ismal.

8. Suri Tauladan
Pemimpin yang sesuai dengan ajaran islam adalah dia yang bisa dijadikan
sebagai sang suri tauladan yang baik. Seperti yang tercantum di dalam QS. Al-Ahzaab:
215

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan
yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

C. Korupsi dalam perspektif Islam

Korupsi atau rasuah adalah tindakan pejabat public, baik politisi maupun pegawai
negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan public yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak. Dalam arti yang luas, korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah-pemerintahan rentan korupsi
dalam praktiknya.

Agama Islam sendiri juga membagi istilah korupsi dalam beberapa dimensi yakni
risywah atau suap, saraqah atau pencurian, al gasysy atau penipuan dan juga khianat atau
penghianatan. Korupsi dalam dimensi suap atau risywah di dalam pandangan hukum islam

5
https://dalamislam.com/dasar-islam/dasar-kepemimpinan-dalam-islam
adalah perbuatan yang tercela dan juga menjadi dosa besar dan Allah sendiri juga
melaknatnya. Saraqah atau pencurian dilihat dari etimologinya memiliki arti melakukan
sebuah tindakan pada orang lain dengan cara sembunyi. Namun menurut Abdul Qadir ‘Awdah
pencurian diartikan sebagai tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-
sembunyi6.

Dalam hukum islam disyariatkan Allah SWT demi kemaslahatan manusia dan diantara
kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam syariat hukum tersebut adalah harta yang
terpelihara dari pemindahan hak milik yang tidak menurut dengan prosedur hukum dan juga
dari pemanfaatannya yang tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT. Karena itulah, larangan
merampas, mencuri, mencopet dan lainnya menjadi pemeliharaan keamanan harta dari
kepemilikan yang tidak sah. Larangan memakainya sebagai taruahn judi dan juga memberikan
pada orang lain yang diyakini akan dipakai untuk pebuatan maksiat, sebab penggunaan yang
tidak sesuai dengan jalan Allah SWT menjadikan kemaslahatan yang dituju menjadi tidak
tercapai.

D. Hukum menggunakan hasil korupsi

Istilah dari penggunaan mempunyai pengertian yang luas seperti menyantap,


mengeluarkan untuk keperluan ibadah, keperluan sosial dan sebagainya. Menggunakan harta
kekayaan dari hasil tindak pidana korupsi sama saja dengan hasil rampasan, hasil judi, hasil
cruian, dan hasil haram lainnya. Dengan cara meraihnya yang sama, maka hukum
menggunakan hasilnya juga tentu sama. Ulama fikih dalam urusan ini juga sepakat jika
menggunakan harta dari pemanfaatannya yang didapat dengan cara terlarang maka hukumnya
adalah haram karena prinsip harta tersebut bukan menjadi milik yang sah namun milik orang
lain yang didapat dengan cara terlarang 7. Dasar yang menjadi penguat ulama fikih ini adalah
surat Al-Baqarah ayat 188 :

6
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam
7
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) hartamu itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.” 
E. Bahaya Korupsi (Ghulul)

Allah sendiri tidak melarang sesuatu hal, namun dibalik itu terkandung hal buruk serta
mudharat atau bahaya bagi pelakunya. Begitu juga halnya dengan korupsi atau ghulul yang
juga tidak luput dari keburukan dan juga mudharat dan diantaranya adalah:

1. Pelaku Ghulul akan dibelenggu

Pelaku ghulul atau korupsi akan dibelenggu atau akan membawa hasil dari
korupsi di hari kiamat seperti yang ditunjukkan pada ayat ke-161 Surat Ali Imran dan
juga hadits ‘Adiy bin ‘Amirah Radhiyallahu ‘anhu. Sedangkan dalam hadits Abu
Humaid as Sa’idi Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Demi (Allah), yang jiwaku berada di tanganNya. Tidaklah seseorang
mengambil sesuatu daripadanya (harta zakat), melainkan dia akan datang pada hari
Kiamat membawanya di lehernya. Jjika (yang dia ambil) seekor unta, maka (unta itu)
bersuara. Jika (yang dia ambil) seekor sapi, maka (sapi itu pun) bersuara. Atau jika
(yang dia ambil) seekor kambing, maka (kambing itu pun) bersuara …”

2. Korupsi Penyebab Kehinaan dan Siksa Api Neraka

Korupsi juga menjadi penyebab dari kehinaan serta siksa api neraka di hari
kiamat. Pada hadits Ubadah bin ash Shamit Radhyyallahu ‘anhu, jika Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda dengan arti, “(karena) sesungguhnya ghulul (korupsi) itu
adalah kehinaan, aib dan api neraka bagi pelakunya”.

3. Mati Saat Korupsi Akan Terhalang Masuk Surga

Seseorang yang mati saat membawa harta korupsi atau ghulul maka ia tidak
mendapat jaminan atau terhalang masuk surga. Hal tersebut juga dipahami dari sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa berpisah ruh dari jasadnya (mati)
dalam keadaan terbebas dari tiga perkara, maka ia (dijamin) masuk surga. Yaitu
kesombongan, ghulul (korupsi) dan hutang”.

4. Allah Tidak Menerima Shadaqah Korupsi

Allah SWT juga tidak akan menerima shadaqah seseorang dari hasil harta
ghulul atau korupsi8

F. Tuntunan Al-Quran dalam menanggulangi Korupsi

8
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai