Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Hubungan Sistem Kekerabatan, Sistem Religi, dan Perilaku Kesehatan Wanita


Afrika-Amerika”
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Organisasi Sosial dan Kekerabatan

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3
1. Rismattus Fadila (072011733078)
2. Raihan Favian Azhar (072011733077)
3. Bima Kusmahendra (072011733083)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Rustinsyah, Dra., M.Si

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap masyarakat di seluruh dunia tentu memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang
beragam. Kebudayaan sendiri juga dapat diartikan sebagai hasil dari pembiasaan yang
hidup dalam lingkungan suatu masyarakat. Tentu kebiasaan tersebut terjadi karena
adanya proses repetisi atau pengulangan. Kebudayaan yang berupa kebiasaan tersebut
memiliki unsur-unsur. Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah sistem kekerabatan
dan sistem religi. Sistem kekerabatan dan sistem religi memiliki hubungan dalam
implementasinya. Sistem religi juga memiliki peran atau pengaruh dalam pembentukan
kelompok kekerabatan yang ada dalam masyarakat. Di sisi lain, agama juga memiliki
peranan dalam menentukan perilaku kesehatan suatu masyarakat. Penulisan makalah
ini difokuskan untuk mengetahui hubungan antara sistem kekerabatan, sistem religi,
dan perilaku kesehatan wanita Afrika-Amerika dan juga contoh kasus serupa yang ada
di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
• Bagaimana hubungan sistem kekerabatan, sistem religi, dan perilaku
kesehatan?
• Bagaimana hubungan sistem kekerabatan, sistem religi, dan perilaku kesehatan
wanita Afrika-Amerika?
• Apa saja contoh hubungan sistem kekerabatan, sistem religi, dan perilaku
kesehatan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
• Menjelaskan hubungan sistem kekerabatan, sistem religi, dan perilaku
kesehatan?
• Mengetahui hubungan sistem kekerabatan, sistem religi, dan perilaku kesehatan
wanita Afrika-Amerika?
• Mengetahui contoh hubungan sistem kekerabatan, sistem religi, dan perilaku
kesehatan di Indonesia?
PEMBAHASAN

A. Sistem Kekerabatan
Menurut Schneider, sistem kekerabatan adalah suatu sistem simbol budaya dan setiap
kebudayaan memiliki sistem kekerabatan yang berbeda (Sahlins, 2013, p. 76). Sistem
kekerabatan ini terjalin adanya hubungan kekeluargaan karena adanya perkawinan.
Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip dalam mengelompokkan individu ke
kelompok sosial, peran, kategori, dan silsilah.
Sistem kekerabatan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
• Parental: sistem keturunan yang ditarik menurut garis lahir dari dua sisi yaitu
ayah dan ibu. Sistem ini kedudukan anak laki-laki dan perempuan tidak
dibedakan. Dalam kekerabatan ini, berlaku perkawinan bebas. Contoh sukunya:
Jawa, Aceh, dan Kalimantan.
• Matrilineal: sistem keturunan yang ditarik menurut garis lahir dari ibu. Suami
tetap menjadi anggota kerabat asal dan tidak masuk ke dalam kerabat istri.
Sedangkan anak-anak hasil perkawinan harus mengikuti anggota kerabat
ibunya. Contoh sukunya adalah suku Minang.
• Patrilineal: sistem keturunan yang ditarik menurut garis lahir dari ayah. Dalam
sistem ini, kedudukan anak laki-laki lebih utama dibandingkan anak
perempuan.Contoh sukunya: batak, bali, dan lampung.Patrilineal:
sistem keturunan yang ditarik menurut garis lahir dari ayah. Dalam sistem ini,
kedudukan anak laki-laki lebih utama dibandingkan anak perempuan. Contoh
sukunya: Batak, Bali, dan Lampung.

B. Sistem Religi
Menurut Durkheim, religi adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan
upacara-upacara yang keramat, artinya terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan
upacara yang berorientasi kepada suatu komunitas moral yang disebut umat
(Firmansyah, 2017, p. 238). Sistem religi bisa dibilang suatu sistem yang
menghubungkan umat dan tuhan atau dunia ghaib.
Sistem religi juga terdapat unsur-unsur, yaitu: emosi keagamaan; sistem kepercayaan;
upacara keagamaan; ritus; dan kelompok keagamaan. Dalam buku Pengantar Ilmu
Antropologi karya Koentjaraningrat (Pratama Cahya, 2020, p. 1), dijelaskan bahwa
sistem religi memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
• Keyakinan: berhubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib.
• Upacara religi: lebih memfokuskan pada kegiatan, tempat, dan waktu
• Umat penganut religi: masyarakat yang mempercayai keyakinan tersebut

C. Hubungan Sistem Kekerabatan, Religi, dan Perilaku Kesehatan Wanita Afrika-


Amerika
Sistem religi biasanya menentukan pembentukan atau mempengaruhi adanya
sistem kekerabatan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Di sisi lain, kelompok
kekerabatan yang ada di masyarakat juga selalu diwarnai dengan adanya kebudayaan
setempat. Kebudayaan ini juga dapat berupa kebiasaan yang ada di masyarakat. Oleh
karenanya, disini perilaku kesehatan wanita Afrika-Amerika memiliki kaitan erat
dengan sistem kekerabatan dan sistem religi.
Karakteristik kesehatan yang dinilai dari diri sendiri merupakan suatu indikator
dalam menilai kesehatan yang dimiliki oleh tiap individu oleh individu itu sendiri,
kelebihan dari indikator ini adalah individu memiliki kuasa yang cukup besar dalam
memutuskan informasi apa yang akan digunakan ketika mengevaluasi kesehatan
mereka sendiri (misalnya, kondisi kesehatan, keadaan, gejala/sensasi, pengalaman
kesehatan sebelumnya, disposisi, faktor kontekstual). Kesehatan yang dinilai dari
sendiri dan dimiliki oleh wanita Afrika-Amerika di Amerika menunjukkan hasil yang
kurang baik, perempuan Afrika-Amerika seringkali dihadapkan pada kenyataan bahwa
banyak perempuan Afrika-Amerika yang mengalami gejala obesitas atau kelebihan
berat badan yang menyebabkan tingkat kesehatan perempuan keturunan Afrika-
Amerika lebih buruk dibandingkan perempuan kulit putih (Baruth et al., 2014).
Indikator penilaian kesehatan diri sendiri juga menjadi faktor kuat dalam melihat
penyebab kematian, menurut Latham, et al dan dikutip oleh (Baruth et al., 2014)
menemukan bahwa penilaian kesehatan dari diri sendiri bisa dijadikan sebagai suatu
indikator yang dapat memprediksi dan berdampak sangat signifikan dalam melihat
timbulnya setiap kondisi kronis dan lima kondisi kronis tertentu yang dialami oleh
manusia, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, penyakit paru-paru dan
arthritis.
Kemudian pola hidup tidak sehat yang diterapkan perempuan Afrika-Amerika
juga membuat banyak dari mereka pesimis dan lebih bersifat tidak peduli terhadap
kesehatan diri mereka sendiri jika dibandingkan dengan kesehatan perempuan kulit
putih bahkan ketika status kesehatan mereka kurang lebih sama, belum lagi faktor-
faktor lain seperti tingkat ekonomi, kemiskinan, pekerjaan, pendapatan keluarga, dan
tingkat kesejahteraan juga turut berkontribusi terhadap tidak baiknya indeks kesehatan
perempuan Afrika-Amerika. Studi juga menunjukkan hubungan antara SRH (Self Rated
Health) atau kesehatan yang dinilai dari sendiri menunjukkan jika individu melakukan
berbagai macam perilaku kesehatan, seperti aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan
berbagai macam buah, ditambah penggunaan perawatan kesehatan, di mana individu
yang terlibat dalam perilaku diatas bisa dikategorikan ke dalam kategori sehat dan
pemanfaatan pelayanan perawatan kesehatan membuat individu cenderung menilai
kesehatan mereka dengan indikator yang tinggi alias baik.
Remaja Afrika-Amerika, khususnya perempuan juga ditengarai lebih rentan
mengalami krisis kesehatan mental dibandingkan remaja kulit putih. Sayangnya,
mereka lebih jarang mencari bantuan dari profesional atau mendapat akses untuk
penanganan (Asrianti and Christiyaningsih, 2020). Pakar psikologi anak dan remaja
Rebecca Klisz-Hulbert di Detroit, Michigan, Amerika Serikat (AS) menjelaskan
alasannya. Remaja kulit hitam rawan mengalami diskriminasi, selain kemiskinan dan
kurangnya fasilitas kesehatan. Hurbert juga menambahkan bahwa dalam 1-2 tahun
terakhir ini merupakan tahun yang berat bagi para remaja keturunan Afrika-Amerika
khususnya yang dialami oleh perempuan, Klisz-Hulbert mengatakan selama satu tahun
terakhir terdapat sembilan persen remaja kulit hitam yang disinyalir mengidap depresi
berat. Akan tetapi, dari keseluruhan jumlah itu, hanya 40 persen yang menerima
penanganan (Asrianti and Christiyaningsih, 2020). Dari permasalahan diatas tentu
berakibat fatal jika tidak ditangani sesegera mungkin, pilihan untuk mengakhiri hidup
menjadi pilihan tertinggi kedua bagi remaja keturunan Afrika-Amerika dengan rentang
umur 10-19 tahun, jumlah tersebur meningkat drastis dibandingkan dengan kelompok
etnis lainnya. (Asrianti and Christiyaningsih, 2020) juga menambahkan bahwa sejak
awal pandemi, anak dan remaja kulit hitam pun rentan mengalami kejadian traumatis.
Belum lagi dengan berbagai kabar tentang penembakan George Floyd, Ahmaud
Arbery, serta banyak kasus lain dengan korban etnis Afrika Amerika. Diskriminasi dan
stigma sosial juga menjadi ketakutan, kekhawatiran, dan penghalang tersendiri bagi
orang tua remaja Afrika-Amerika dalam menangani depresi bagi masing-masing anak
mereka.
D. Contoh Hubungan Sistem Kekerabatan, Sistem Religi, dan Perilaku Kesehatan di
Indonesia
1. Ritual Bedekeh Suku Akit (di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau)
Suku Akit menggunakan sistem pengetahuan, kepercayaan persepsi sebagai bagian
dari kebudayaan dan tradisi mereka terhadap konsep sehat dan sakit serta penyebab
sakit tersebut. Suku Akit dan masyarakat pendukungnya telah memiliki
pengetahuan lokal (local knowlegde) dan kearifan lokal (local wisdom) dalam
mengatasi masalah kesehatan dan cara mengobatinya apabila masyarakat
mengalami gangguan kesehatan (Suroyo, 2018).
Pelaksanaan Ritual Bedekeh memiliki beberapa tahap yaitu:
a. Tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan perlengkapan upacara ritual dipimpin
oleh Batin dan Bomoh menentukan waktu untuk mengadakan ritual.
b. Tahap penyerahan yaitu omoh menyerahkan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan dalam upacara pelaksanaan ritual.
c. Tahap tegak bomoh yaitu berlangsungnya upacara ritual pengobatan oleh
bomoh.

Ritual Bedekeh ini erat kaitannya dengan sistem religi, sistem kekerabatan, dan
menunjukkan adanya perilaku kesehatan masyarakat suku Akit. Hubungan Ritual
Bedekeh dengan sistem religi yaitu ditunjukkan dengan adanya tujuan ritual ini
dilaksanakan karena didasarkan pada kepercayaan masyarakat suku Akit terhadap
roh nenek moyang dan makhluk gaib. Mereka percaya bahwa penyakit yang ada
adalah karena sebab murka dari roh nenek moyang ataupun makhluk halus. Oleh
karenanya ritual Bedekeh ini ada untuk menghilangkan penyakit-penyakit yang
dialami oleh masyarakat suku Akit tersebut. Sistem kekerabatan suku Akit
didasarkan pada sistem bilateral dimana penarikan garis keturunan didasarkan pada
pihak ayah dan ibu dengan kedudukan yang sama. Masyarakat suku Akit juga
termasuk ke dalam golongan klan besar dimana mereka menganggap seluruh
masyarakat yang ada merupakan saudara. Dalam pelaksanaan ritual Bedekeh ini
dapat diketahui bahwa salah satu tujuan dilaksanakannya ritual adalah untuk
mempererat hubungan kekerabatan antar anggota masyarakat. Dalam ritual
Bedekeh ini pula terdapat konsep sehat dan sakit yang berhubungan dengan perilaku
masyarakat yaitu apabila seseorang tidak ingin terkena penyakit maka ia harus
membiasakan pola hidup sehat dan senantiasa menaati peraturan dan norma-norma
yang ada di masyarakat agar leluhur yang ada tidak murka kepada masyarakat itu
sendiri.

2. Tradisi “Maccani-cani” terdapat di Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru,


Sulawesi Selatan. Tradisi Maccani-cani merupakan tradisi yang dilaksanakan
secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Ritual ini dilaksanakan oleh
seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kabupaten Barru mulai dari bayi, remaja,
hingga orang dewasa. Ritual ini dimaksudkan sebagai ritual penyucian diri dan
untuk menolak bencana atau malapetaka bagi kampung dan seisi kampungnya agar
ke depannya terhindar dari penyakit-penyakit dan menjadi anak yang bermanfaat di
masyarakat. Tradisi ini dilaksanakan selama dua minggu (Hijrayani, et al., 2020).
Nama Maccani-cani adalah karena pada saat ritual berlangsung ada pemberian
madu terhadap orang yang berkumpul di dalam rumah yang dijadikan tempat
prosesi adat berlangsung. Tahap Ritual Maccani-cani:
a. Tahap persiapan dimana semua pemangku adat berkumpul untuk mengadakan
musyawarah sehingga nantinya memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa ritual akan dimulai. Semua orang yang hendak mengikuti ritual ini
diharuskan untuk mengkonsumsi gula merah dan kelapa muda dengan alasan
agar terutama anak-anak mereka menjadi orang yg pintar dan kepribadiannya
baik serta bermanfaat bagi orang lain. Ini sesuai dengan filosofi pohon aren dan
kelapa yang dapat digunakan semua bagian tanamannya.
b. Tahap Doa dimana pemangku adat akan memimpin doa dengan tujuan agar
ritual berjalan dengan lancer. Anak-anak akan diolesi madu pada bagian jidat,
lengan kiri dan kanan, serta pada bagian teliga setiap tiga kali sehari.
c. Tahap Pantangan dimana seluruh masyarakat yang mengikuti upacara ini
dilarang untuk mengkonsumsi makanan seperti daging dan buah yang bergetah,
dilarang untuk mandi dan cuci piring menggunakan sabun.
d. Tahap Penyucian Diri dimana semua orang yang terlibat akan mandi dengan
tujuan agar segala dosa dan sial yang telah diperbuat dapat hanyut bersama air
dan Kembali pada kehidupan yang lebih baik.
e. Tahap melepas pantangan dimana mereka sudah boleh menyembelih ayam dan
mengolahnya menjadi makanan yang disebut Sokko/Songkolo dimana ayam
diolah dengan nasi beras ketan. Setelahnya mereka akan makan bersama di
tempat ritual dilaksanakan.
Tradisi Maccani-cani menunjukkan adanya hubungan antara sistem religi,
sistem kekerabatan, dan perilaku kesehatan masyarakat Kabupaten Barru. Adanya
tradisi ini jelas didasari oleh kepercayaan lokal masyarakat yang mempercayai adanya
kekuatan roh nenek moyang dimana apabila mereka tidak membiasakan perilaku hidup
sehat maka roh tersebut akan murka dan mengakibatkan banyak masyarakat tertimpa
penyakit di seluruh desa. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan penyakit secara
tradisional melalui tradisi Maccani-cani ini. Tradisi ini juga dilaksanakan pada saat ada
lebih dari lima warga yang mengalami penyakit yang sama.

Dari segi kekerabatan, masyarakat Kabupaten Barru memang menganut sistem


kekerabatan bilateral dengan golongan klan besar. Mereka menganggap seluruh
masyarakat yang mendiami wilayah tersebut merupakan satu keluarga. Hal ini terbukti
ketika pelaksanaan tradisi Maccani-cani ini dilaksanakan mereka saling bahu-membahu
dalam prosesnya. Mereka juga turut menyepakati dan menaati segala aturan dan
pantangan yang ada dalam tradisi ini karena mereka menganggap tradisi ini dilakukan
demi kebaikan bersama. Sedangkan dari sisi perilaku kesehatan jelas ditunjukkan
bahwa segala pantangan yang ada memang untuk menimbulkan dampak sehat baik bagi
individu dalam masyarakat ataupun bagi lingkungan sekitar. Contohnya masyarakat
Kabupaten Barru dilarang untuk menggunakan sabun karena sabun sendiri banyak
mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Masyarakat juga dilarang
untuk mengkonsumsi daging karena memang daging terdapat beberapa kandungan
yang kurang sehat apabila dikonsumsi oleh tubuh seperti kandungan kolesterol dan lain
sebagainya. Tradisi ini dilaksanakan sebagai perwujudan selain keselamatan daerahnya
juga agar masyarakat saling menjalin hubungan kekeluargaan serta sebagai bentuk rasa
syukur masyarakat terhadap segala karunia hidup yang diberikan Tuhan.

SIMPULAN

Sistem religi dan sistem kekerabatan pada dasarnya memiliki pengaruh terhadap pola
hidup masyarakat, terutama berkaitan dengan perilaku kesahatan masyarakat. Disini yang
menjadi fokus bahasan adalah mengenai perilaku kesehatan wanita Afrika-Amerika. Wanita
Afrika-Amerika atau mereka yang berkulit hitam lebih banyak rentan terindikasi obesitas.
Obesitas ini sendiri sebenarnya dapat memicu munculnya penyakit lain seperti jantung koroner,
diabetes, stroke, penyakit paru-paru dan arthritis. Wanita Afrika-Amerika juga memiliki resiko
tinggi untuk terkena penyakit kesehatan mental. Hal tersebut terjadi karena beberapa hal yaitu
wanita Afrika-Amerika rawan mengalami diskriminasi, selain kemiskinan dan kurangnya
fasilitas kesehatan, bahkan mereka sering kali juga mengalami kesulitan akses informasi
kesehatan. Tidak hanya itu, terdapat pula beberapa contoh kaitan antara sistem kekerabatan,
sistem religi, dan perilaku kesehatan di Indonesia seperti adanya Tradisi Bedekeh dan Tradisi
Maccani-cani.
DAFTAR PUSTAKA

Asrianti, S. and Christiyaningsih (2020) ‘Remaja Afrika-Amerika Rentan Hadapi Krisis


Kesehatan Mental’, Republika, July, p. 1.

Baruth, M. et al. (2014) ‘Health characteristics and health behaviors of African American
adults according to self-rated health status’, Ethnicity and Disease, 24(1), pp. 97–103.

Hijrayani, Idris, F. P. & Gobel, F. A., 2020. Keyakinan Masyarakat Mengenai Tradisi
“Maccani-cani”Terhadap Kesehatan di Kabupaten Barru. Jurnal Kesehatan Komunitas
Muslim, 1(3), pp. 1-15.
Firmansyah, E. K. P. N. D. (2017). Sistem Religi Dan Kepercayaan Masyarakat Kampung.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(4), 236–243.
Pratama Cahya. (2020). Sistem Religi dalam Perspektif Antropologi. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/14/164343869/sistem-religi-dalam-perspektif-
antropologi?page=all
Suroyo, 2018. RINGKASAN DISERTASI RITUAL BEDEKEH SUKU AKIT DI PULAU
RUPAT KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU PADA ERA GLOBAL. Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia, 44(2), pp. 88-97.
Sahlins, M. (2013). What Kinship is… And Is not. Linguistik Indonesia, 35(1), 95–99.
https://doi.org/10.26499/li.v35i1.57

Anda mungkin juga menyukai