1) Datuk Ri Bandang
Makam
Tarekat Syattariyah
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, syaikh untuk Tarekat
Syattariyah Ahmad al-Qusyasyi adalah salah satu gurunya. Nama Abdurrauf
muncul dalam silsilah tarekat dan ia menjadi orang pertama yang
memperkenalkan Syattariyah di Indonesia. Namanya juga dihubungkan
dengan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an bahasa Melayu atas karya Al-
Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa Asrar at-Ta'wil, yang pertama kali
diterbitkan di Istanbul tahun 1884.
Wafat
Abdurrauf Singkil meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia
73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala
Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh.
Namanya kini dilakabkan menjadi nama Universitas Syiah Kuala atau
Unsyiah. Universitas itu berada di Darussalam, Banda Aceh.
Keberadan makam
Syekh Abdurrauf As-Singkili dipercaya memiliki dua makam. Satu
berada di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Satu lagi di
Desa Kilangan, Singkil. Makam di Singkil berada di bibir Krueng Singkil.
Banyak peziarah mendatangi makam ini, baik dari Aceh maupun dari luar
daerah seperti Sumatera Barat.
Sementara di Banda Aceh, lokasi makam Syiah Kuala berada di bibir Selat
Malaka. Seperti halnya di Singkil, lokasi makam ini juga banyak dikunjungi
peziarah. Bahkan makam dijadikan sebagai lokasi wisata religi di Tanah
Rencong oleh pemerintah daerah.
3) Sunan Kalijaga
Kemudian, rasa solidaritas dan simpati dari Raden Said kepada rakyat
Tuban membuat Beliau melakukan aksi nekat berupa pencurian bahan
makanan di gudang Kadipaten. Setelah melakukan pencurian, Raden Said
secara diam-diam membagikannya kepada rakyat Tuban. Namun, aksi
tersebut diketahui oleh penjaga Kadipaten hingga menyebabkan Beliau
mendapatkan hukuman berupa pengusiran dari Tuban.
4) Sunan Gresik
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah nama salah seorang
Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, Gresik.
Kelahiran : Kashan, Iran
Meninggal : 8 April 1419, Kabupaten Gresik
Anak : Sunan Ampel, Sunan Ngudung, Ali Murthada
Cicit : Sunan Kudus, Trenggono, Dewi Ruhil, Panembahan Kudus,
Jayeng Katon, lainnya
Nama lengkap : Maulana Malik Ibrahim
Tempat pemakaman: Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim, Gresik
Orang tua : Syekh Jumadil Qubro
Dalam berdakwah, Sunan Gresik dikenal sebagai sosok pemberani
yang sangat bijaksana dan tidak memaksakan ajarannya.
Sifatnya yang ramah dan penuh kedamaian tidak hanya ditunjukkan pada
umat Muslim, tetapi juga kepada pemeluk agama lain.
Hal itulah yang membuat Sunan Gresik dikagumi dan dihormati,
bahkan oleh Raja Majapahit sekalipun.
Ketika berhadapan dengan rakyat dari golongan bawah yang pengetahuannya
masih kurang, Sunan Gresik mengajar sesuai kapasitas orang tersebut agar
ajarannya mudah dimengerti dan diterima.
Sunan Gresik menerapkan anjuran Nabi, bahwa Islam harus disiarkan
dengan cara yang mudah, sehingga umat menjadi nyaman dan tidak terancam.
Selain menjadi guru agama, Sunan Gresik juga berdakwah dengan metode
perdagangan, pertanian, dan pengobatan.
Sunan Gresik berdagang berbagai macam kebutuhan pokok, di mana
ia bisa berinteraksi dan mendekati masyarakat untuk mengenalkan Islam.Di
bidang pertanian, penduduk diberi pengetahuan mengolah tanah yang baik
agar hasil panen mereka meningkat.
Beberapa keterangan juga menyebut bahwa sejak kedatangannya, hasil
pertanian rakyat Gresik meningkat.
Selain itu, Sunan Gresik dikenal sebagai tabib yang melayani pengobatan bagi
masyarakat sekitar.
Pengobatan yang diberikan menggunakan ramuan dari bahan alami dan
masyarakat tidak perlu membayar alias gratis.Selama berdakwah, Sunan
Gresik tidak hanya membimbing masyarakat untuk mengenal dan mendalami
agama Islam, tetapi juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan
penduduk menjadi lebih baik.
Seperti para wali lainnya, Sunan Gresik memiliki karomah atau anugerah dari
Allah.
Salah satu karomah yang dimiliki Sunan Gresik adalah menurunkan hujan
ketika rakyat terjebak kemarau panjang.Dalam riwayat disebut bahwa Sunan
Gresik melakukan salat sunah Istiqah untuk memohon hujan ketika melihat
penduduk melakukan ritual memanggil hujan.
Beberapa saat setelah salat selesai dilakukan, hujan pun turun di tengah
kemarau.
Wafat
Selama berdakwah, Sunan Gresik membangun pondok pesantren dan
Masjid Pasucian yang berada di Leran, Manyar, Gresik. Sunan Gresik wafat
pada 1419 setelah selesai membangun dan menata pondok sebagai tempat
belajar agama Islam. Makam Sunan Gresik kini terdapat di Kampung Gapura,
dekat dengan alun-alun Gresik dan Masjid Jami' Gresik. Di lokasi makam,
terdapat dua buah bagian makam yang berisikan Sunan Gresik sendiri dan
juga ulama Gresik lainnya. Tidak perlu khawatir akan akses menuju
makamnya karena ia tidak terletak di pinggiran kota maupun di jalan yang
menanjak, akan tetapi makam beliau terletak dekat dengan alun-alun Kota
Gresik.