1. PENDAHULUAN
A. Pengertian Hak Ulayat
Hak Ulayat merupakan hak teringgi atas tanah yang di miliki oleh suatu persekutuan
hukum (desa,suku) untuk menjamin ketertiban pemanfaatan/pendayagunaan tanah. Hak
Ulayat adalah hak yang dimiliki oleh suatu persekutuan hukum, di mana para
masyarakat tersebut mempunyai hak menguasai tanah, yang pelaksanaannya di atur
oleh para ketua adat atau kepala kampong yang bersangkutan.
Konsepsi Hak Ulayat menurut hukum adat terdapat nilai-nilai komunalistik-religius magis
yang memberi peluang penguasaan tanah secara individual, serta hak-hak yang bersifat
pribadi, namun demikian Hak Ulayat bukan hak perseorangan. Sehingga dapat
dikatakan Hak Ulayat bersifat komunalistik karena hak itu milik bersama anggota
masyarakat hukum adat di atas tanah bersangkutan.
1. Dasar hukum
Masyarakat adat desa langir mengenal konsep “ ina nian tana wawa, ama
lero wulan reta” yang jika diterjemahkan yaitu “ibu bumi,bapa langit”.
Konsep ini dapat di artikan sebagai dasar hukum yang menjadi tolak ukur
untuk melakukan ritual-ritual adat maupun mengatur hak-hak ulayat. Konsep
diatas merupakan dasar terbentuknya tata cara atau peraturan-peraturan
yang mengatur hak ulayat daerah tersebut.
2. Siapa yang mengolah dan bertanggung jawab atas tanah ulayat
Masyarakat adat desa langir yang tergabung dalam satu kesatuan adat,
mempunyai hak sama untuk mengelolah dan bertanggung jawab atas tanah
ulayat. Tetapi sebelum masuknya Kolonial Belanda, yang lebih dominan
dalam mengolah tanah ulayat adalah perempuan, dengan bahasa adatnya
“napun dadu wolon wole”. Yang dapat kita maknai laki-laki tidak diberi
kuasa atas tanah ulayat karena sering bermain judi dengan menghabiskan
hasil yang didapat dari tanah ulayat. Tetapi ketika kerajaan kangae di bentuk
barulah ratu NAI ROA memerintahkan agar memberikan hak sepenuhnya
kepada laki-lakiuntuk mengatur tanah ulayat tersebut.
3. Kapan tanah ulayat dapat digunakan
Tanah ulayat di desa langir sudah mengalami pembagian hak-hak atas tanah
oleh masing-masing suku (lepo). Oleh karena itu tanah ulayat dapat
digunakan pada saat masing-masing suku (lepo0 ingin membuka kebun,
mengambil hasil panen dan menggunakan tanah ulayat tersebut untuk
keperluan kebutuhan hidup masing-masing suku (lepo), sesuai dengan
pembagian tanah tersebut.
4. Apa kewajiban anggota suku atas tanah ulayat
Msing-masing suku yang suda di bagikan tanah ulayatnya, mempunyai
kewajiban menjaga, melestarikan dan menggunakan sepenuhnya untuk
keberlangsungan hidup anggota suku (lepo) bersama.
5. Sanksi
Sanksi yang diberikan jika salah satu suku melanggar kewajiban atau aturan
adat yang sudah ditetapkan, seperti menjual ytanah ulayat untuk kepentingan
diri sendiri maka akan dilakukan upacara adat, dengan memberi makan satu
kampung dan mengembalikan tanah yang dijual. Jika sanksi itu tidak
dipenuhi maka akan dikeluarkan dari satu kesatuan hukum adat di suku
(lepo) tersebut.