PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang Dasar Tahun 1945 yaitu pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
modal dasar kehidupan bagi manusia. Sebagai sebuah modal dasar, maka tanah
memiliki dua fungsi: fungsi produksi dan fungsi non produksi. Fungsi produksi
diartikan bernilai ekonomis, sedangkan fungsi non produksi memiliki nilai religio-
magis
Bagi masyarakat hukum adat tanah ini mempunyai banyak fungsi lainnya
dengan kepercayaan leluhur dari zaman dahulu yaitu sebagai tempat tinggal dewa-
1
kepemilikan tanah yang bersifat komunal, penting artinya dalam pemeliharaan
Pada suku Minangkabau, ada empat macam jenis (tingkatan) tanah ulayat
yaitu : (1) Ulayat Rajo yakni tanah atau hutan lebat yang terletak jauh dari
kampung, koto atau nagari; (2) Ulayat Nagari yaitu tanah adat milik nagari
misalnya untuk fasilitas umum, tanah lapang, kolam nagari, untuk kantor, sekolah,
masjid, rumah sakit, tanah cadangan berupa belukar muda, dll; (3) Ulayat Suku
adalah tanah cadangan bagi suatu suku yang ada dalam nagari tersebut, biasanya
digunakan untuk perkebunan atau perladangan milik bersama; dan (4) Ulayat
Kaum adalah tanah milik kaum bisa sebagai tanah cadangan yang kelak jika
ladang. Semua tanah ulayat ini disebut tanah Pusako Tinggi yang berada di bawah
pengawasan Panghulu.2
ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat,
1
Navis, A. A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan
Minangkabau. Jakarta. Grafiti Press
2
Umar, Ali. 1978. Hukum Adat dan Lembaga-Lembaga Hukum Adat daerah Sumatera
Barat. Laporan Penelitian, Kerjasama BPN dengan FH Unand, Padang
2
sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa
Tanah ulayat adalah aset masyarakat adat minangkabau yang tidak ternilai
dipnitehi, nan hilang dicari, nan patah ditimpa,nan sumbiang dititiak, nan buruak
untuk memiliki bahkan menguasai dengan berbagai cara. Hal ini sering membuat
terjadinya sengketa akan tanah. Sengketa akan tanah terjadi tidak lepas dari faktor
meninggalkan daerah asal dan mulai memilih serta menetap ke daerah lain. Hal
inilah yang dilakukan oleh sebagian masyarakat nias, mereka mulai meninggalkan
daerah asal nya dan mencari daerah baru.Salah satu daerah tujuan mereka yaitu
3
Kehadiran masyarakat nias tersebut membuat mereka memilih tinggal
bermigrasi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan tanah yang telah bermakna
adat dapat diberikan kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar
dengan status kepemilihan hak pakai, dimana tanah dapat digunakan sampai
keturunan selanjutnya, bila tanah tidak di kelola lagi maka tanah tidak dapat di
sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada masa penjajahan Belanda tersebut
pekerja. Masyarakat Nias dipekerjakan sebagai pekerja pembuat jalur kereta api
4
B. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, ada beberapa hal yang
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :
5
1. Manfaat Teoritis
sehingga penerapan hukum adat dapat dijalankan secara baik dan dapat
melaksanakan adatnya.
2. Manfaat Praktis
Hal ini dikarenakan hukum adat bersifat dinamis yang selalu mengalami
yang ingin mengetahui akibat yang mungkin akan timbul akibat adat
E. METODE PENELITIAN
baik, sehingga tulisan ini mencapai sasaran dan tujuan sesuai dengan judul
6
yang telah ditetapkan, maka penulis mengumpulkan dan memperoleh data
1. Pendekatan masalah
2. Sifat penelitian
3. Sumber data
dengan data yang diperoleh melalui Library research yang dilakukan pada
c. Buku- buku milik penulis dan bahan- bahan kuliah yang berkaitan
4. Jenis data
7
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari lapangan berupa surat-
Pemanfaatannya.
hukum.
8
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan
a. Studi dokumen
Pada tahap ini penulis mengkaji beberapa dokumen yang ada dan
b. Wawancara
pihak, ketua KAN dan penghulu, ninik mamak dalam hal ini.
6. Pengolahan data
7. Analisa data
3
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 32
4
Ibid, hlm. 82
9
Data yang telah disajikan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menilai
BAB II
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berjumlah 14.672 jiwa yang terdiri dari 3.542 Kepala Keluarga dan luas
Sungai Buluah, sejarah hak ulayat nagari Sungai Buluah bermula dari
seseorang nenek moyang dari negeri Kajai Laminjai (solok) yang bernama
Sisatu yang bergelar Datuak Rajo Batuah. beliau lima kali turun naik
pegunungan, guna mencari tempat tinggal dan lahan bercocok tanam baru
Datuak Rajo Batuah tidak juga menemukan tempat yang pas dhatinya.
11
sekararang bernama Lubuk Minturun dan terus Menempuh Nagari Kasang
dan terus mendaki Bukit Kasang sampai Kebukit Kayu Manang. antara
beliau memberikan tanda silang empat. Dan dsanalah hati Sisatu Datuak
Rajo Batuah merasa di lembah Bukit Kuliek yang di aliri sungai Batang
Buluah ini cocok beliau untuk hidup menetap dan bercocok tanam.
Batang Buluah, dan menemukan lokasi yang akan dijadikan ulayat dalam
delapan”
5. Taratak Kuliek
6. Taratak Salisikan
baru menjadi nagari, setelah Korong baru menjadi nagari dan barulah
12
bertemu sejarah Sungai Buluah. Yang terletak di Banda Kuliek, Sungai
(Bambu) tumbang dekat Lubuk Batu Lago. Jadi orang mengambil air di
Buluah.
Batas Ulayat
Siriah
seluruhnya 459 jiwa, yang terdiri dari anak-anak sampai dewasa. Jumlah
jiwa berjenis kelamin laki-laki. Ada 7 marga suku nias yang berada di
Nagari Sungai Buluah ini, Zebua, Hareffa, Dohare, Era-era, Zai, Gea, dan
13
tahun 1901, beliau mengajak orang Nias yang semulanyabermukim di
daerah Ulakan tapakis untuk merambah daerah bagian dari tanah ulayat
dikuasai masyarakat Nias, karena hutan yang masyarakat Nias buka dan
masyarakat adat Nias dan dan masyarakat adat Sungai Buluah yang terkait
tentang status tanah ulayat nagari yang dijadikan lahan pertanian dan
Buluah
14
4. Diangkat lah Gapuak Zebua sebagai kepala suku masyarakat nias oleh
penghulu, ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai masyrakat adat
5. Hak pakai atas tanah ulayat nagari sungai buluah diberikan kepada
pemakaian nya di atur oleh penghulu, ninik mamak alim ulama dan
yang tidak berpunya, berapapun luasnya ada penguasanya, baik oleh suatu
kaum, suku maupun suatu nagari disebut dengan tanah ulayat. Tanah
hukum adat yang bersangkutan dan bukan merupakan hak individu yang
sebagian besar lagi dibiarkan dalam bentuk tidak diolah sebagai cadangan
untuk menampung anak cucu kemudian harinya. Tanah yang tidak diolah
dan dijadikan tanah cadangan bagi anak cucu inilah yang disebut dengan
15
Tanah Ulayat Nagari. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
No.6 Tahun 2008 Tentang Tanah Ulayat pada pasal 7 ayat 1 “Tanah
pada zaman dahulu tidak pernah terjadi, yang ada hanya peralihan dalam
mendesak.
kedalam bahwa pihak – pihak atau anggota kaum boleh saja menguasai
tanah dan mengusahakan tanah tersebut secara pribadi (individu) tapi tidak
memiliki atas nama perseorangan. Jika dilihat dari kekeuatan keluar hak
pihak luar. Pihak luar dapat saja meneksploitasi tanah atau memanfaatkan
tanah setelah membayar terlebih dahulu dengan cara “adat di isi, limbago
dituang”. Hak yang diperoleh oleh pihak luar hanya terbatas sebagai hak
pakai tidak dapat dan tidak akan dapat dijadikan hak milik.
16
kali mengurus izin untuk menguasai dan memanfaatkan tanah ulayat
nagari Sungai Buluah adalah Gapuak Zebua, setelah meminta izin kepada
syarat :
2. Gapuak Zebua harus tunduk dan patuh terhadap aturan adat nagari
Sungai Buluah.
Gapuak Zebua hanyalah lahan rawa yang tidak mampu terolah oleh
KAN Sungai Buluah pada saat ini, bagi masyarakat Nias yang ingin
17
1. Masyarakat Nias tersebut harus meminta izin terlebih dahulu
masyarakat Nias
18
Dalam hukum adat secara umum penguasaan terhadap suatu tanah
perorangan/ individu.
hak atas tanah, akan terlihat hubungan timbal balik antara hak ulayat
dan hak individu. Hal ini dapat kita perhatikan dengan adanya
hak individu satu sama lainya adalah dalam keadaan mengembang dan
5
Edison MS. Tambo Minangkabau (Budaya dan Hukum Adat Minangkabau),
Kristalmultimedia,Bukittinggi,2010, hal 274
19
ulayat tersebut.”6 Yang dikemukan oleh Bushar Muhammad
adalah apabila ada anggota persekutuan adat yang secara terus menerus
namun apabila tanah ulayat tersebut dibiarkan saja tanpa ada yang
mamak, alim ulama, dan cadiak pandai nagari Sungai Buluah status
hak pakai. Dalam hal ini penghulu masyarakat Nias hanya bertugas
seperti izin dari KAN atau membayar recognitie ganti rugi dalam
6
Bushar Mummad, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradya Paramita,Jakarta,1983,hal 109
20
Bagi anak anak Nagari yang tidak mempunyai tanah olahan, dapat
mengolah bagian dari tanah ulayat nagari. Kalau menurut KAN kepada
Tanah ulayat nagari tadi dianggap tanah negara. Layak atau tidaknya
yang telah diberikan izin kepada masyarakat Nias dengan status hak
pakai atas tanah dapat mengurus rekomendasi menjadi hak milik atas
minimal 10 tahun.
7
Kurniawarman,Op cit. Hlm 63
21
2. Selama menguasai dan memanfaatkan tanah ulayat tersebut,
Sungai Buluah
menjadi hak milik yang dikeluarkan oleh KAN Sungai Buluah selama
Padang Pariaman
agar berbuat baik dan melarang segala corak kejahatan serta memberi
22
dorongan dan petunjuk untuk berbuat menurut jiwa dari Fondrakö
tersebut.
23
g. Amakhöita dan Huku tentang kekeluargaan, pergaulan dan lain-lain
menculik orang
berwibawa.
24
olehSalawa atau Tuhenöri. Berikut ini merupakan bagan tentang
1. Sistem keturunan
a. Sistem patrilinial
b. Sistem matrilineal
8
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal 23
25
keturunan ibu (perempuan) maka dalam hal sistem pewarisannya juga
tidak mempunyai hak milik terhadap pusako yang dapat diwarisi dan
pusako tersebut.
dimanfaatkan oleh masyarakat Nias atas izin dari KAN Sungai Buluah
ada yang bisa diwariskan dan ada yang tidak bisa diwariskan. Tanah
26
menjadi hak milik bagi masyarakat Nias. Dan ini dibuktikan dengan
sertifikat hak milik dari kantor Pertanahan Dan sistem pewarisan yang
ulayat yang sudah menjadi hak milik tersebut adalah dengan sistem
nagari Sungai Buluah adalah tanah yang status nya masih tanah ulayat
nagari Sungai Buluah. Tanah ulayat tersebut hanya dapat dikuasai dan
tanah ulayat yang telah diberikan izin oleh KAN Sungai Buluah
tersebut maka bagi ahli waris atau keturunan yang berhak menerima
Buluah.
27
memiliki kewenangan dalam membuat berbagai aturan terhadap
pemanfaatan tanah adat tersebut tidak hanya berlaku bagi anggota dari
adalah penghulu dan ninik mamak dalam suatu nagari atau (Kerapatan
adalah tanah ulayat hanya bisa dimanfaatkan tidak bisa di alihkan atau
ulayat nagari yang telah diberi izin oleh KAN Sungai Buluah
dll)
28
g. Bertani dan berladang ( sawah, pohon karet, pohon sawit, pohon
Beberapa hal yang dilarang oleh penguasa nagari, KAN Sungai Buluah
gereja.
b. Diatas tanah tersebut tidak boleh beternak babi lebih dari 2 ekor,
c. Dan hak pakai atas tanah tersebut tidak boleh diperjual belikan
Oleh karena itu fungsi tanah adat atau ulayat harus sesuai dan sejiwa
bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang atau badan
sifat dari pada haknya, sehingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan
dan negara.
29
BAB III
KESIMPULAN
30
1. Tanah yang dikuasai dan dimanfaatkan oleh masyarakat Nias di nagari
Nias dapat memiliki hak pakai dan hak milik terhadap penguasaan dan
masyarakat Nias baik berupa hak pakai atau hak milik atas tanah tersebut,
tanah ulayat yang masih berstatus hak pakai, tidak dapat diwariskan. Tetapi
tanah yang telah berstatus hak milik dapat diwariskan kepada ahli waris yang
d. Bertani dan berladang ( sawah, pohon karet, pohon sawit, pohon kelapa,
Beberapa hal yang dilarang oleh penguasa nagari, KAN Sungai Buluah
gereja.
31
e. Diatas tanah tersebut tidak boleh beternak babi lebih dari 2 ekor, dan
f. Dan hak pakai atas tanah tersebut tidak boleh diperjual belikan tanpa
SARAN
2. Perlu adanya pemahaman yang lebih dari sumber daya manusia yang
32