Anda di halaman 1dari 6

Kalimantan selatan ibbanjarmasin

Kalimantan Selatan resmi menjadi Provinsi yang berdiri sendiri di

Pulau Kalimantan, bersama-sama dengan Provinsi Kalimantan Timur dan

Provinsi Kalimantan Barat. Sebelumnya ketiga Provinsi tersebut berada dalam

satu Provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan. Sebelum menjadi Provinsi yang berdiri

sendiri, sesungguhnya Kalimantan Selatan sudah merupakan daerah yang paling

menonjol di Pulau Kalimantan, khususnya Kota Banjarmasin yang merupakan

pusat kegiatan politik, ekonomi/perdagangan, dan pemerintahan, baik semasa

penjajahan maupun pada awal kemerdekaan.2

Sejarah kota Banjarmasin itu sendiri bermula dari sebuah perkampungan

dataran rendah bernama “ Banjarmasih “ yang di tahbiskan pada tanggal 24

September 1526, pada tanggal tersebutlah, 24 September 1526 di tetapkan sebagai

hari jadi Kota Banjarmasin.3

Kehidupan di Kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai

Barito dan beserta anak-anak sungainya. Sejak dahulu Banjarmasin memegang

peranan strategis dalam lalu lintas perdagangan antar pulau, karena terletak di

pertemuan antara sungai Barito dan Sungai Martapura yang Luas dan dalam.

Provinsi kalimantan selatan dengan ibu kota banjarmasin kota ini disebut dengan
julukan kota seribu sungai.kalimantan selatan tidak hanya kaya akan budaya, yang
biasanya disebut Budaya Banjar, tetapi Kalimantan Selatan juga mempunyai tempat-
tempat wisata.biasanya suku banjar disebut “urang banjar” Suku ini umumnya
terbagi lagi menjadi 3 sub suku, yaitu Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu, dan
Banjar Kuala.Banjar Pahuluan, pada dasarnya adalah penduduk daerah lembah
sungai atau cabang sungai Bahan yang berhulu ke pegunungan Meratus. Kelompok
ini terdiri dari campuran orang Melayu-Hindu dan orang Dayak Meratus yang
bercakap bahasa Melayik.Lalu, orang Banjar Batang Banyu mendiami lembah sungai
Bahan. Mereka adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha,
orang Keling-Gujarat, orang Dayak Maanyan, orang Dayak Lawangan, orang Dayak
Bukit, dan orang Jawa-Hindu Majapahit.Sedangkan orang Banjar Kuala menghuni
daerah sekitar Banjarmasin dan Martapura. Kelompok ini merupakan campuran
orang Kuin, orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju, orang Kampung Melayu, orang
Kampung Bugis-Makassar, orang Kampung Jawa, orang Kampung Arab, dan beberapa
orang Cina Parit yang masuk Islam. kalimatan selatan dengan kekayaan batubara dan
bijih besi, Kalimantan Selatan juga dikenal sebagai produsen intan terbesar di
Indonesia. Pendulangan dan penggosokan intan dapat dijumpai di Kota Martapura.
Dan juga ada kain sasirangan yang di akui sebgai kain tradisional warisan budaya
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017))

Baca artikel detikedu, "Sejarah dan Kebudayaan Khas Suku Banjar dari Kalimantan
Selatan" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5560911/sejarah-
dan-kebudayaan-khas-suku-banjar-dari-kalimantan-selatan.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

banyak sekalai suku susku yang ada di kalimantan seltan ilah Suku Banjar, Dayak
Bakumpai, Dayak Baraki, Dayak Maanyan, Dayak Lawangan, Dayak Bukit Ngaju,
Melayu Jawa, Bugis, Cina dan Arab Keturunan. Biasanya suku banjar disebut dengan
“urang banjar”,kalimatan selatan dengan kekayaan batubara dan bijih besi,
Kalimantan Selatan juga dikenal sebagai produsen intan terbesar di Indonesia.
Pendulangan dan penggosokan intan dapat dijumpai di Kota Martapura. Dan juga
ada kain sasirangan yang di akui sebgai kain tradisional warisan budaya (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2017))

desain yang akan dibuat disini terinspirasi dari kain sasirangan dan tas punggung
anjat yang berasal dari kalimantan. kain sasirangan biasanya hanya bisa digunakan
untuk acara sakral ataupun untuk mengobati luka sedangkan tas anjat ini berasal dari
suku dayak,tas ini biasaya di gunakan oleh masyarakat dayak untuk menyimpan
barang-barang mereka saat ke hutan.terlihat dari rancangan yang dibuat disini akan
tetap menggunakan kain sasirangan asli dan ada sentuhan biding dibagian kain yang
yang motifnya treispirasi dari tas anjat tetapi bisa juga memadukan motif tas anjat
kedalam kain sasirangan. Desain ini akan terlihat lebih modern tetapi masih ada
unsur tradisional, desain ini dibuat sesuai perkembangan zaman sekarang dan ingin
mengajak anak muda zaman sekarang agar tidak melupakan kain kain tradisional dan
banga bisa mengenalkan kain tradisionl kemasyarakat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Baayun_Mulud
https://www.merdeka.com/travel/bausung-panganten-tradisi-mengusung-
pengantin-suku-banjar.html
https://kalselpos.com/2019/11/11/ratusan-peserta-antusias-ikut-baayun-maulid-di-
kubah-basirih/
https://www.vogue.com/fashion-shows/spring-2023-ready-to-wear/louis-vuitton
https://www.vogue.com/fashion-shows/spring-2023-ready-to-wear
Kain Sasirangan yang merupakan kain adat masyarakat Banjar Kalimantan Selatan
memiliki berbagai motif dan corak. Seperti halnya kain batik, motif kain sasirangan
juga mengandung makna dan symbol yang sesuai dengan kearifan local masyarakat
suku Banjar.Kain Sasirangan merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan
yang diwariskan secara turun temurun sejak abad XII, saat Lambung Mangkurat
menjadi Patih Negara Dipa.

Kain sasirangan ialah kain yang diwariskan secara turun menurun sejak abad XII,saat
lamung mangkurat menjadi patih negara dipa,kain ini biasanya dipecayai sebagai
Kain Sasirangan merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang
diwariskan secara turun temurun sejak abad XII, saat Lambung Mangkurat menjadi
Patih Negara Dipa. Cerita yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan adalah
bahwa kain Sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah
bertapa 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu.
Konon menjelang akhir tapanya, rakitnya tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Di
tempat ini, ia mendengar suara perempuan yang keluar dari segumpal buih.
Perempuan itu adalah Putri Junjung Buih, yang kelak menjadi Raja di daerah ini. Sang
Putri hanya akan menampakkan wujudnya jika permintaannya dikabulkan, yaitu
sebuah istana Batung dan selembar kain yang ditenun dan dicalap (diwarnai) oleh 40
putri dengan motif wadi/padiwaringin. Kedua permintaan itu harus selesai dalam
waktu satu hari. Kain yang dicalap itu kemudian dikenal sebagai kain sasirangan yang
pertama kali dibuat.
Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk
pengobatan (batatamba), khususnya untuk mengusir roh-roh jahat dan melindungi
diri dari gangguan makhluk halus. Agar bisa digunakan sebagai alat pengusir roh
jahat atau pelindung badan, kain sasirangan biasanya dibuat berdasarkan pesanan
(pamintaan).
Di awal-awal kemunculannya, kain sasirangan mempunyai bentuk dan fungsi yang
cukup sederhana, seperti ikat kepala (laung), sabuk dan tapih bumin (kain sarung)
untuk lelaki, selendang, kerudung, udat (kemben), dan kekamban (kerudung) untuk
perempuan.
Seturut perkembangannya, kain ini juga digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai
oleh kalangan rakyat biasa ataupun keturunan bangsawan saat mengikuti upacara-
upacara adat. Namun perkembangan zaman juga yang mengubah fungsi kain
sasirangan dalam masyarakat Kalimantan Selatan. Nilai-nilai sakral yang terkandung
di dalamnya seolah-olah ikut memudar tergerus arus globalisasi mode. Globalisasi
menjadikan kain ini tidak hanya mengalami proses desakralisasi sehingga kemudian
berubah menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga semakin dilupakan.
Padahal bisa dikatakan kalau kain sasirangan merupakan salah satu bentuk
perwujudan dari pengetahuan lokal masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan
mengenal sejarah kain sasirangan, kita bisa mengetahui beraneka macam nilai yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat setempat. Seperti nilai tentang keyakinan,
budaya, dan ekonomi.
Seperti kain pada umumnya, kain sasirangan memiliki banyak motif, diantaranya:
sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan
daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang),
naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur
(bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus),
turun dayang (garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), jajumputan
(jumputan), kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang
(remaja makan daun sirih), putri manangis (putri menangis), kambang cengkeh
(bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), benawati (warna
pelangi), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), turun dayang (garis-garis),
dan sisik tanggiling.
Kain sasirangan banyak tersedia di berbagai toko oleh-oleh yang ada di Kalimantan
Selatan. Harganya ditentukan berdasar jenis kain dan motifnya. Semakin rumit
motifnya maka semakin mahal juga harganya.
Kain Sasirangan merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang
diwariskan secara turun temurun sejak abad XII, saat Lambung Mangkurat menjadi
Patih Negara Dipa. Cerita yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan adalah
bahwa kain Sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah
bertapa 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu. Kain sasirangan dipercaya
memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk pengobatan (batatamba),
khususnya untuk mengusir roh-roh jahat dan melindungi diri dari gangguan makhluk
halus. Agar bisa digunakan sebagai alat pengusir roh jahat atau pelindung badan,
kain sasirangan biasanya dibuat berdasarkan pesanan (pamintaan).Di awal-awal
kemunculannya, kain sasirangan mempunyai bentuk dan fungsi yang cukup
sederhana, seperti ikat kepala (laung), sabuk dan tapih bumin (kain sarung) untuk
lelaki, selendang, kerudung, udat (kemben), dan kekamban (kerudung) untuk
perempuan. kain ini juga digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai oleh kalangan
rakyat biasa ataupun keturunan bangsawan saat mengikuti upacara-upacara adat.
Namun perkembangan zaman juga yang mengubah fungsi kain sasirangan dalam
masyarakat Kalimantan Selatan. Nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya
seolah-olah ikut memudar tergerus arus globalisasi mode. Globalisasi menjadikan
kain ini tidak hanya mengalami proses desakralisasi sehingga kemudian berubah
menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga semakin dilupakan.Padahal bisa dikatakan
kalau kain sasirangan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari pengetahuan
lokal masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan mengenal sejarah kain sasirangan, kita
bisa mengetahui beraneka macam nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat setempat. Seperti nilai tentang keyakinan, budaya, dan ekonomi.

https://visitbartim.com/read/149/rahasia-makna-dalam-motif-anyaman-rotan.html

Anda mungkin juga menyukai