NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 1 dari 12
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI............................................................................................................1
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
BAB I
DEFINISI
Pasien tidak gawat tidak darurat adalah pasien dengan cedera minor dan tingkat
penyakit yang tidak membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa
dan tidak menimbulkan kecacatan ; misalnya pasien dengan DM terkontrol, flu, maag
dan sebagainya.
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
1. TRIAGE
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk
memperoleh prioritas tindakan. Pembagian golongan pada musibah masal/ bencana :
a. Penderita gawat darurat – merah : penderita yang mendadak berada dalam
keadaan gawat dan terancam nyawanya atau memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya ;
misalnya penderita gagal nafas, henti jantung, luka bakar berat, pendarahan
parah dan cedera kepala berat.
b. Penderita darurat tidak gawat – kuning : pasien memerlukan bantuan, namun
dengan cedera dan tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat ; misalnya cedera abdomen
tanpa shok, luka bakar ringan, dan luka sayat dangkal.
c. Pasien tidak gawat tidak darurat – hijau : pasien dengan cedera minor dan
tingkat penyakit yang tidak membutuhkan pertolongan segera serta tidak
PANDUAN
NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 5 dari 12
2. PENANGANAN PASIEN
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
manajemen. Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah,
kemudian diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian
ulang melalui pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment). Primary
survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert., D’Souza., & Pletz,
2009) :
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh : a.
Jabatan Unit Direktur G
eneral Impressions
1) Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
2) Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
3) Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
b. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas
pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya
sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan
nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin
memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi
selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi
pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000). Yang perlu diperhatikan dalam
pengkajian airway pada pasien antara lain:
1) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas?
2) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
PANDUAN
NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 7 dari 12
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai,
maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase
tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan
(Wilkinson & Skinner, 2000). Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing
pada pasien antara lain :
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
1) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada
tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
2) Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
3) Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
4) Penilaian kembali status mental pasien.
5) Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
6) Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
a) Pemberian terapi oksigen
b) Bag-Valve Masker
PANDUAN
NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 9 dari 12
d. Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi
jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis
shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia,
pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin.
Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan
yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung
mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain
yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax,
cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan
eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara
memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000). Langkah-langkah
dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
1) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
2) CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
3) Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.
PANDUAN
NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 10 dari 12
dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah
mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan
telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien,
kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011). Dalam situasi yang
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa, maka Rapid
Trauma Assessment harus segera dilakukan:
1. Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
2. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka
dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau
kritis.
3. SECONDARY SURVEY
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara
head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah
kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang
merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi keluhan
utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial,
dan sistem. (Emergency Nursing Association, 2007). Pengkajian riwayat pasien
secara optimal harus diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa,
budaya, usia, dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan
anggota keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
PANDUAN
NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 12 dari 12
4. Focused Assessment
Focused assessment atau pengakajian terfokus adalah tahap pengkajian pada
area pengkajiangawat darurat yang dilakukan setelah primary survey, secondary
survey, anamnesis riwayat pasien (pemeriksaan subyektif) dan pemeriksaan obyektif
(Head to toe). Di beberapa negara bagian Australia mengembangkan focused
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
5. Reassessment
Beberapa komponen yang perlu untuk dilakukan pengkajian kembali
(reassessment) yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien di gawat
darurat adalah :
Komponen Pertimbangan
Airway Pastikan bahwa peralatan airway : Oro Pharyngeal
Airway, Laryngeal Mask Airway , maupun Endotracheal
Tube (salah satu dari peralatan airway) tetap efektif untuk
PANDUAN
NOMOR :
RS SITI KHODIJAH
LAMPUNG SELATAN REVISI KE :
BERLAKU TMT :
PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT HALAMAN : 14 dari 12
DOKUMENTASI