Anda di halaman 1dari 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)

TRIAGE BENCANA
Di Buat Oleh : Di Revisi Oleh : Tanggal Revisi :
Ns.Rahmawati Ns.Rahmawati Dian Nurani,M.Kep 20 Maret 2021
Dian Nurani,M.Kep

STANDAR OPERASIONAL Tanggal Pembuatan DI TETAPKAN OLEH :


PROSEDUR 15 Maret 2021 Akper Bunda Delima Bandar Lampung

Pengertian Triage Bencana adalah proses khusus memilah dan memilih pasien
berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik
serta prioritas transportasi. Sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi
korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan
prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.

Tujuan 1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, ini lebih ke
perawatan yang dilakukan di lapangan.
2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan
3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan

Jenis Triage Bencana  Prioritas I (Merah) merupakan golongan cedera atau penyakit yang
mengancam nyawa namun masih bisa diatasi. Korban dalam kondisi kritis
seperti gangguan pernafasan, perdarahan besar, penurunan status mental
(respon).
 Prioritas II (Kuning) merupakan golongan yang perlu pertolongan seperti
korban luka bakar tanpa gangguan pernafasan, nyeri hebat setempat, nyeri
pada beberapa lokasi alat gerak termasuk bengkak, cedera punggung, dll
 Prioritas III (Hijau) merupakan golongan cedera relatif ringan, tidak
perlu banyak bantuan, dapat meunggu pertolongan tanpa menjadikan
cedera bertambah parah atau dapat ditunda. Seperti nyeri oada alat gerak,
cedera jaringan lunak ringan, dll.
 Prioritas IV (Hitam) merupakan golongan cedera mematikan atau yang
telah meninggal. Seperti cedera kepala yang terpisah dari badan atau
cedera lain yang secara manusia tidak dapat di tolong.
Kasus 1:
Laki-laki umur 45 tahun, pengemudi minibus, tanpa sabuk pengaman pada
saat kejadian. Nampaknya menghantam kaca depan mobil. Pada saat diperiksa
tampak sesak berat dan pucat.Mengalami perlukaan berat di daerah maksilo-
facial, banyak darah di daerah wajah, keluar darah dari mulut dan hidung.
Tampak jejas di daerah dada. Tanda-tanda vital : nadi 120x/menitpernafasan
40 x/menit, GCS 8.

Kasus 2:
Perempuan umur 38 tahun, berada 9 meter dari mini bu, tampaknya terpental
keluar dari dalam mobil. Pada saat anda temukan pasien dalam keadaan sadar,
pasien mengeluh sangat nyeri di daerah perut. Pada saat anda palpasi teraba
krepitasi di daerah panggul. Tanda-tanda vital: nadi 140 x/menit, CRT 1 detik,
akral teraba dingin, pernafasan 24 x/menit dan GCS 15.

Referensi Pusponegoro, Soedarmo, Suhartono & Isma. 2019. Basic Trauma Cardiac Life
Support. Jakarta: Yayasan AGD 118
Sartono, Masudik & Suhaeni. 2019. Basic Trauma Cardiac Life Support. Bekasi:
Gadar Medik Indonesia
Theresia, Trisyani, & Kurniati. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana, 1 st
Indonesia Edition.Singapore: Elsevier

Dosen Ns.Rahmawati Dian Nurani, M.Kep

Anda mungkin juga menyukai