Laprak Biokim 2
Laprak Biokim 2
PERCOBAAN II
KARAKTERISASI LIPID
OLEH :
NAMA : NURAINI
KELOMPOK : II (DUA)
LABORATORIUM KIMIA
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
asam lemak. Lipid oleh tubuh disimpan sebagai penghasil energi. Lipid yang
senyawa sejenis dan sterol (Siregar dan Tri, 2020). Lemak dan minyak adalah
salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik
yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
adalah salah satu sumber energi yang sangat penting dibutuhkan khususnya
yang terdiri atas oksigen, hidrogen, karbon dan terkadang terdapat nitrogen serta
fosforus. Berdasarkan asalnya, sumber lemak dapat dibagi menjadi dua, yakni
sumber lemak yang berasal dari tumbuhan dan sumber lemak yang berasal dari
hewan. (Santika, 2016). Jenis-jenis lemak yang digunakan dalam makanan seperti
minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Berbagai
Struktur umum lemak adalah R1, R2, R3 adalah gugus alkil. Gugus alkil tersebut
dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikatan rangkap) dan tidak
jenuh (terdapat ikatan rangkap) (Angelia, 2016). Berdasarkan latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
sebagai berikut.
D. Manfaat
sebagai berikut.
Lipid dapat secara luas didefinisikan sebagai hidrofobik atau molekul kecil
struktur seperti vesikel, liposom, atau membran dalam larutan berair. Lipid adalah
kelompok besar dan beragam senyawa organik alami yang terkait dengan
benzena serta kelarutan umum dalam air. Didalam lipid membentuk sekelompok
molekul alami yang meliputi lemak, sterol dan vitamin yang larut dalam lemak
Berbagai produk lemak dan minyak, kelompok produk lemak dan minyak
emulsi padat dapat ditekankan, termasuk margarin, krim nabati dan olesan lemak
nabati. Penyebaran kelompok produk lemak emulsi yang relatif baru dengan
fraksi massa lemak 39% dan titik leleh fase lemak tidak lebih tinggi dari 36°C
adalah sifat yang paling mirip dengan mentega. Dibandingkan dengan margarin,
mentega memiliki konsistensi yang lebih plastis. Menurut peraturan teknis Rusia,
margarin adalah produk lemak dan minyak emulsi dengan kandungan lemak
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, yang
penggenangan air dari reservoir minyak berat, membran pengolahan air dan
pemisah unggun yang dikemas. Emulsi dapat dikategorikan sebagai emulsi air
dalam minyak (dengan tetesan air sebagai fase terdispersi dalam aliran minyak
sebagai fase kontinu), emulsi minyak dalam air (dengan tetesan minyak dalam
aliran air) dan konfigurasi yang lebih kompleks. Pembentukan emulsi merupakan
masalah berulang yang tidak diinginkan dalam industri minyak karena dapat
operasional, korosi dan akibatnya menambah biaya tinggi pada unit transportasi,
steroid dalam limbah kulit kakao. Setelah penambahan kloroform dan asam sulfat
ke dalam sampel yang diekstraksi berupa limbah kulit kakao, lapisan kloroform
tampak berwarna merah tua dan lapisan asam menunjukkan fluoresensi kuning
2020).
Kloroform adalah cairan tidak berwarna yang tidak terlalu larut dalam air
dan sangat mudah menguap. Kloroform adalah bahan kimia yang umum
digunakan di laboratorium biologi dan untuk proses industri. Ini tidak mudah
terbakar. Kloroform digunakan sebagai pelarut untuk lak, poles lantai, resin,
perekat, alkaloid, lemak, minyak dan karet. Ini juga digunakan dalam industri
bangunan, kertas dan papan, dalam produksi pestisida dan film (Aguwa dkk.,
2020).
III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat
2. Bahan
karbonat (Na2CO3), klorofom (CHCl3), asam sulfat (H2SO4), larutan sabun dan
tisu.
C. Prosedur Kerja
Fraksi I
Minyak Kelapa
- dikocok
- diamati sifat kelarutannya
Mentega
- dikocok
- diamati sifat kelarutannya
Minyak Zaitun
- dikocok
- diamati sifat kelarutannya
- ditambahkan 1 mL akuades
- ditambahkan 3 tetes sabun
- dikocok
- diamati perubahan yang terjadi
- ditambahkan 1 mL H2SO4
- dikocok
- ditambahkan 1 mL klorofom
- dikocok kembali
- diamati perubahan yang terjadi
A. Hasil Pengamatan
a. Fraksi I
1. 1 mL minyak zaitun + 1 ml
akuades
Terbentuk busa
4. 1 mL minyak zaitun + kloroform
Larut
b. Fraksi II
1. 1 mL minyak kelapa + 1 ml
akuades
2. 1 mL minyak kelapa + 1 mL
etanol
3. 1 mL minyak kelapa + 1 mL
Na2CO3
larut
c. Fraksi III
1. 1 mL mentega + 1 ml akuades
2. 1 mL mentega + 1 mL etanol
3. 1 mL mentega + 1 mL Na2CO3
Larut
1. 1 mL minyak zaitun + 1 ml
akuades
2. 1 mL minyak kelapa + 1
mL akuades
3. 1 mL mentega + 1 mL
akuades
1. 1 mL minyak zaitun + 1
mL H2SO4 + 1 mL
kloroform
2. 1 mL minyak kelapa + 1
mL H2SO4 + 1 mL
kloroform
Berwarna orange
Larut
3. 1 mL mentega + 1 mL
H2SO4 + 1 mL kloroform
B. Pembahasan
lemak, tetapi lemak sebenarnya hanya merupakan salah satu bagian dari lipid.
Lipid merupakan senyawa yang realtif non polar (tidak dapat larut dalam air),
sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organik non polar yang disebut sebagai
pelarut lemak.
menggunakan berbagai macam uji yaitu uji kelarutan, uji pembentukan emulsi dan
uji Salkowski. Perlakuan pertama yaitu uji kelarutan lipid, dimana sampel yang
digunakan yaitu minyak kelapa, minyak zaitun dan mentega yang merupakan
senyawa lipid. Prinsip uji kelarutan lipid adalah untuk mengetahui larut atau
tidaknya suatu sampel dan termasuk larutan polar atau non polar. Percobaan
diawali dengan memasukkan minyak zaitun ke dalam empat tabung reaksi yang
diperoleh yaitu terbentuk dua fasa, minyak zaitun berada dibagian atas dan air
berada dibagian bawah. Hal ini disebabkan karena perbedaan massa jenis antara
antara minyak dan air dimana massa jenis air lebih berat dari pada massa jenis
minyak, massa jenis air sebesar 997 kg/m3 sedangkan massa jenis minyak sebesar
800 kg/m3 .Selain itu juga, perbedaan kepolaran antara minyak dan air dimana
minyak merupakan senyawa non polar sedangkan air senyawa polar. Berdasarkan
prinsip like dissolved like, senyawa polar akan larut dengan baik pada fase polar
dan senyawa nonpolar akan larut dengan baik pada fase nonpolar (Hadi dan Intan,
2019).
zaitun, hasil yang diperoleh yaitu terbentuk dua fasa dimana kedua larutan
tersebut tidak saling melarutkan. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan
pelarut polar yang tidak dapat melarutkan minyak zaitun yang bersifat non polar.
yang merupakan pelarut non polar dapat saling melarutkan. Selanjutnya yaitu
pencampuran minyak zaitun dengan natrium karbonat, hasil yang diperoleh yakni
terbentuk dua fasa. Hal ini disebabkan karena natrium karbonat merupakan
senyawa polar sehingga tidak dapat melarutkan minyak zaitun. Perlakuan yang
sama dilakukan pada sampel mentega dan minyak kelapa dimana hasil yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil yang telah diperoleh pada sampel
minyak zaitun.
sampel tersebut direaksikan dengan akuades dan sabun, akudes berfungsi sebagai
pelarut sedangkan sabun berfungsi sebagai zat yang akan mengemulsi. Ketika
minyak kelapa direaksikan dengan akudes, larutan tersebut tidak saling larut hal
ini karena perbedaan kepolaran dan massa jenis. Saat penambahan sabun,
terbentuk dua fasa dan busa, hal ini disebabkan karena tidak optimalnya proses
sabun, mentega tidak larut dalam air yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran.
Setelah penambahan sabun, larutan tersebut teremulsi dengan baik. Hasil yang
sama pula pada minyak zaitun dengan air yang termulsi dengan baik saat
penambahan sabun.
Perlakuan terakhir yaitu uji Salkowski, dimana ke tiga sampel tersebut
direaksikan dengan asam sulfat dan juga kloroform. Asam sulfat berfungsi
sebagai zat yang akan menghidrolisis air dan kloroform berfungsi sebagai pelarut
non polar yang akan melarutkan lipid yang bersifat non polar. Larutan asam HCl
adalah campuran dekstrin, maltosa dan glukosa. Dimana dalam proses hidrolisis
pati akan mengalami pemutusan rantai oleh asam selama pemanasan menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil. Hasil yang diperoleh yaitu ketika minyak
dan larut, minyak zaitun tidak larut ketika ditambahkan kloroform dan fasa bawah
berubah warna menjadi warna hitam serta mentega larut ketika ditambahkan
kloroform dan berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan literatur (Suroso, 2013),
dimana lipid tidak akan larut dalam air dan akan larut dalam aseton, etanol dan
kloroform.
DAFTAR PUSTAKA
Airaodion, A.K., Uloaku O., Emmanuel O.O., Abiodun P.O., Aanu P.A., Edith
O.A., Ifeoma P.M. dan Stella C.E., 2019, Mechanisms for Controlling the
Synthesis of Lipid Review, International Journal of Research, 6(2).
Aguwa, U. S., Okeke S. N., Ezejindu D. N., Eze C. E., Azurunwa O., Obinwa B.
N., Ovie O. F., Obi K. C., Onwuelingo S., Okonkwo D., Doris O. and
Okeke C., 2020, Evaluating the Effect of Chloroform Inhalation as a
Method of Euthanasia on the Cerebellum and Hippocampus of Adult
Wistar Rats, Journal of Advances in Medical and Pharmaceutical
Sciences, 22(6).
Angelia, I. O., 2016., Analisis Kadar Lemak pada Tepung Ampas Kelapa, JTech,
4(1).
Goodarzi, F. dan Sohrab Z., 2019, A Comprehensive Review on Emulsions and
Emulsion Stability in Chemical and Energy Industries, The Canadian
Journal Of Chemical Engineering, 97(1).
Hadi, K. dan Intan P., 2019, Uji Fitokimia Kersen (Muntingia Calabura .L) dan
Pemanfaatanya sebagai Alternatif Penyembuhan Luka, Prosiding
SainsTeKes Semnas MIPAKes UMRi, 1(1).
Ibrahim, N. H., Mahmud M. S. dan Said N., 2020, Microwave-assisted extraction
of β-sitosterol from cocoa shell waste, Materials Science and
Engineering, 911(1).
Langsa, I.G.P.N.A., 2006, Pengukuran Tingkat Kadar Lemak Tubuh Melalui
Jogging Selama 30 Menit Mahasiswa Putra Semester IV Fpok Ikip Pgri
Bali, Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 1(1).
Tereshchuk, L. V., Kseniya V. S. and Oksana A. I., 2018, Practical Aspects of
The Use of Emulsifiers in Manufacturing Emulsion Fat and Oil Products,
Foods and Raw Materials, 6(1).
Santika, I. G. P. N. A., 2016, Pengukuran Tingkat Kadar Lemak Tubuh Melalui
Jogging Selama 30 Menit Mahasiswa Putra Semester IV FPOK IKIP
PGRI Bali, Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 1(1).
Siregar, F.A. dan Tri M., 2020, Metabolisme Lipid dalam Tubuh, Jurnal Inovasi
Kesehatan Masyarakat, 1(2).
Suroso, A. S., 2013, Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan
Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air, Naskah Asli, 1(1).