Oleh
KELOMPOK 3
NAMA NIM
Rico B S Panjaitan 201506110440
Jamot R Siagian 20150611044021
Aprilia F. Manalu 20150611044041
Benyamin Simindirgi 201506110440
Carlos Simbiak 201506110440
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
Di setujui
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pengolahan Bahan Galian
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
1. Ibu Lia Medy Tandi, ST.,MT sebagai dosen pengampu mata kuliah.
Pengolahan Bahan Galian
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini yang
penulis tidak bisa sebut satu per satu.
Penulis menyadari laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan ke depan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
4.1. Hasil.........................................................................................................23
4.2. Pembahasan.............................................................................................23
BAB V PENUTUB................................................................................................25
5.1. Kesimpulan..............................................................................................25
6.1. Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN...........................................................................................................27
DAFTAR GAMBAR
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan Tujuan dari penyusunan Laporan Peraktek Lapangan
Mata Kuliah Pengolahan Bahan Galian, sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis – jenis alat pengolahan bahan galian yang terdapat di PT.
Buma Kumawa,Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura.
2. Mengetahui Jenis material yang diproduksi beserta ukuran butir yang di
tetapkan oleh pihak perusahaan.
3. Mengetahui bagian – bagian dari alat pengolahan bahan galian serta proses
cara kerjanya.
2
BAB II DASAR TEORI
Aspalt Mixing Plant jenis takaran. Pada AMP jenis takaran agregat
digabungkan, dipanaskan dan dikeringkan serta secara proporsional dicampur
dengan aspal untuk memproduksi campuran beraspal panas. AMP dapat
berukuran kecil atau besar tergantung dari kuantitas campuran yang
dihasilkannya, disamping itu ditinjau dari mobilitasnya, pada umumnya AMP
jenis takaran dapat digolongkan atas :
3
(FCK/JMF ). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antar bin.
Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi masing-
masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah
masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin
tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.
Jenis bin dingin yang umum dikenal adalah : (1) ban berjalan menerus, (2)
getar, dan (3) aliran. Tipikal masing-masing jenis bin dingin tersebut diperlihatkan
pada Gambar 5. Jenis pertama (continuous) cocok untuk agregat halus, sedangkan
yang lainnya cocok untuk agregat kasar.
Pintu pengeluaran agregat pada bin dingin (cold feed gate) dipasang di
bagian bawah dari bin dingin, lubang pintu ini dilengkapi dengan skala yang
angkanya menunjukkan besarnya lubang bukaan yang dapat diatur sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan. Besarnya bukaan pintu pada setiap bin
dingin yang telah berisi agregat dan siap untuk digunakan dalam pencampuran,
harus dikalibrasi terlebih dahulu pada setiap kondisi dan jenis agregat yang akan
digunakan. Kelancaran pasokan agregat ke bin panas dapat terganggu jika pintu
pengeluaran bin dingin tersumbat oleh batu atau lainnya. Untuk menjaga
kelancaran pasokan dari bin dingin, biasanya ada personil khusus yang mengawasi
4
kelancaran pasokan tersebut. Pada musim hujan, jika agregat halus tidak
dilindungi terhadap hujan, dapat juga menyebabkan penyumbatan pintu pasokan
akibat menggumpalnya agregat halus di pintu pengeluaran/pasokan.
Sistim pemasok agregat dingin dipasang pada empat atau lebih bin dingin,
melalui bukaan atau pintu yang dapat diatur, agregat dingin diangkut melalui
reciprocating feeder dan atau ban berjalan (belt conveyor) dan diteruskan
menggunakan elevator dingin (cold elevator) menuju ke drum pengering, tipikal
sistim pemasok agregat dingin diperlihatkan pada Gambar 6.
5
2. Agregat tidak tercampur. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan
dapat dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak
berlebih.
3. Bukaan bin dingin dikalibrasi secara periodik.
4. Tidak ada penghalang pada bukaan bin dingin. Bukaan bin dingin agregat
halus kadang-kadang tersumbat jika agregat halus basah, agregat
terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum
seperti batu dan kayu.
5. Tidak terjadi perubahan kecepatan conveyor dan ada operator yang
mengontrol aliran agregat untuk membuang material yang tidak perlu.
6
Gambar 2. 4. Drum pengering AMP
Pada sistim pengering dipasang serangkaian baris sudu-sudu yang terbuat
dari pelat logam cekung yang dilas dalam bentuk yang bervariasi dan melekat
pada permukaan di bagian dalam silinder tersebut.Sudu-sudu ini (flight cup)
digunakan untuk mengangkat dan menjatuhkan agregat sehingga pengeringan
agregat menjadi merata.Tipikal sudu-sudu (flight up) diperlihatkan pada Gambar
8. Bentuk pengering, kecepatan putaran, diameter , panjang, jumlah dan disain
dari sudusudu (flight cup) mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk
proses pengeringan di dalam sistim pengering agregat. Oleh karena itu jumlah,
bentuk dan susunan sudu-sudu harus diperhatikan untuk efisiensi
pengeringan.Selanjutnya agregat yang telah dikeringkan dialirkan menuju elevator
panas (hotelevator) melalui pintu pengeluar yang terdapat pada ujung alat
pengering.
7
2.1.3. Pengumpul Debu (dust collector)
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat
pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP. Gas buang yang keluar dari
sistim pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan
dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan
baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya
kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP. Secara
umum terdapat beberapa jenis kombinasi sistim pengumpul debu, antara lain :
1. Sistim pengumpul debu jenis kering (dry cyclone dust collector), debu
yang terbawa gas buangan diputar, sehingga partikel berat ke bagian
bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat
selanjutnya dikembalikan ke bin panas (hot bin) melalui sistim pengatur
udara (air lock damper).
2. Sistim pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu
yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat
akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong
asap. Partikel berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak
air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga yang mengambang
dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi
pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk
mencegah hal yang tidak diinginkan maka segera lakukan koreksi atau
perbaikan pada pengering (dryer).
8
Gambar 2. 6. Tipikal jenis-jenis pengumpul debu lubang
2.1.4. Unit Ayakan Panas (hot screening unit)
Kebanyakan AMP menggunakan unit ayakan panas (hot screening unit)
jenis mendatar dengan sistim penggetar yang umumnya terdiri dari empat
susunan. Agregat yang telah dikeringkan dan dipanaskan diangkut dengan
mangkok elevator panas (hot elevator bucket) untuk disaring dengan susunan unit
ayakan panas dan dipisahkan dalam beberapa ukuran yang selanjutnya dikirim ke
bin panas (hot bin).
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan
gradasi dan kadar aspal secara serius. Unit bagian atas dari susunan ayakan
merupakan penutup dari dek dan merupakan saringan pertama yang biasa disebut
pemisah (scalping). Pada susunan unit ayakan dengan ukuran lubang terbesar
berfungsi membuang agregat yang mempunyai diameter yang lebih besar dari
ukuran agregat Universitas Sumatera Utara
maksimum yang diminta (oversize) agar tidak masuk ke bin panas (hot
bin) dan membuangnya pada pintu pembuang.
9
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran
yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran
butir agregat maksimum 19 mm adalah :
Unit ayakan panas harus dibersihkan dan diperiksa setiap hari untuk
menghindarkan dari kemungkinan rusak atau robek.
10
2.1.6. Sistim Pemasok Bahan Pengisi (filler elevator)
Bahan pengisi (filler) sangat sensitif untuk mengeras karena pengaruh
kadar air, oleh karena itu diperlukan wadah khusus (silo) agar bahan pengisi bebas
dari pengaruh air. Umumnya bahan pengisi dimasukkan ke dalam AMP melalui
penimbang yang biasa disediakan untuk menimbang agregat panas, namun
terdapat juga AMP yang menyediakan penimbang khusus untuk bahan
pengisi.Terdapat dua sistim untuk memasok bahan pengisi ke dalam AMP yaitu
sistim pneumatik dan mekanik.
Untuk sistim pneumatik, bahan pengisi dimasukkan ke dalam pencampur
dengan cara pengaliran seperti bahan cair, sedangkan untuk sistim makanik bahan
pengisi dari silo dimasukkan ke dalam pencampur dengan menggunakan
wadahwadah yang dirangkai dengan ban berjalan sehingga merupakan elevator
bahan pengisi. Karena pengaruh bahan pengisi dalam campuran cukup besar,
maka diperlukan pemeriksaan secara berkala. Penambahan bahan pengisi akan
menyebabkan campuran menjadi lebih kaku (stiff), akan tetapi penambahan yang
terlalu banyak akan berpengaruh negatif, yaitu lapisan beraspal menjadi getas dan
mudah retak.
Pada sirkulasi aspal terdapat dua jenis pipa, yaitu pipa pemasok yang
berfungsi mengalirkan aspal panas untuk ditimbang dan pipa pengembali yang
11
berfungsi mengalirkan aspal kembali ke dalam tangki.Tangki aspal, pipa
pemasok, pipa pengembali, dan timbangan aspal harus mempunyai pelindung
panas sehingga dapat menjamin temperatur aspal sesuai dengan yang
ditentukan.Pada sirkulasi aspal pipa pengembali harus terletak di bawah pipa
pemasok aspal.Untuk mencegah terjadinya kekosongan dalam pipa pengembali
aspal, perlu dipasang dua atau tiga buah lubang pada pipa pengembali di atas
ambang atas tertinggi aspal dalam tangki.
1. Kalibrasi timbangan.
2. Weigh box tergantung bebas.
3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.
12
2.1.9. Timbangan Aspal (asphalt weight hopper)
Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal pada temperatur yang
ditentukan berdasarkan tingkat keencerannya, maka aspal panas dialirkan melalui
pipa pemasok untuk ditimbang beratnya sesuai dengan yang dibutuhkan sebelum
dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill).Gambar skematik aliran aspal
dan pengukuran aspal diilustrasikan pada Gambar 2.8 Kuantitas aspal yang
dialirkan ke dalam pencampur (mixer) harus selalu diamati dan secara berkala
timbangannya dikalibrasi, sehingga diperoleh jumlah aspal yang tepat dengan
toleransi sesuai dengan spesifikasi.
13
pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering dan
pencampuran basah (setelah ditambah aspal).Lamanya pencampuran kering
diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat, umumnya
1 atau 2 detik.Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk
menghindari degradasi dan oksidasi atau penuaan (aging) dari aspal.Apabila
agregat kasar (tertahan saringan No. 8) telah terselimuti aspal maka pencampuran
basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga telah terselimuti
aspal.Umumnya waktu pencampuran sekitar 30 detik.
14
atau beberapa bagian kegiatan/ operasi, misalnya temperatur agregat panas rendah
maka terkontrol pada burnernya, misalnya ditingkatkan pemanasannya. Pada
pengendalian operasi secara otomatis harus lebih teliti pengamatan alat-alat
ukurnya serta hubungan-hubungan sirkuit dari peralatan pencampur aspal panas
(AMP) ke ruang pengendalian, karena besaran-besaran yang sudah diprogram bisa
saja bersalahan akibat sirkuit yang terganggu, sehingga kemungkinan produk
akhir berada di luar spesifikasi yang sudah dirancang atau diformulasikan
sebelumnya
15
2.2.3. Cara Kerja Jaw Crusher
Cara kerja jaw crusher adalah, Batu yang akan dipecah dimasukkan
melalui feed opening bagian movable jaw yang bergerak (Jaw Plate) kedepan
ataupun yang kebelakang yang turun naik, akibat dari excentric shaft yang
digerakkan oleh Fly Wheel, yang sumber penggeraknya adalah motor listrik. Batu
tadi dihancurkan oleh kedua buah rahang jaw karena gerakan moveble jaw. Batu
yang telah hancur keluar melalui discharge opening. Discharge opening ini dapat
diatur dengan menyeting atau menyetel baut adjustment. Ukuran batu yang
dipecah tergantung dari ukuran jaw crusher ini atau feed opening, tanpa
menyebabkan melompatnya batu keluar pada waktu dipecahkan, tentu hal ini juga
tergantung dari kekerasan batu yang dipecah.
Pengisian dengan batu-batu yang terlampau kecil dalam pekerjaan
pemecahan oleh jaw crusher, selain tidak ekonomis juga akan menyebabkan
keausan pada jaw bagian bawah.
Memiliki titik engsel jaw atau pivot di bagian atas, sedangkan bagian
bawahnya yang bergerak maju mundur. Karena bagian bawah yang bergerak,
maka lebar bukaan atau celah untuk keluarnya bijih menjadi variatif. Pada saat
bergerak maju, maka lebar bukaan adalah minimum disebut close side setting, dan
ketika bergerak mundur, maka lebar bukaan adalah maksimum, disebut open side
setting. Kondisi ini menyebabkan rentang ukuran bijih hasil peremukan menjadi
lebar. Dengan kata lain ukuran menjadi relative tidak homogen.Dodge Crusher
16
Gambar 2. 9. Skematik Jaw Crusher Tipe Blake
Cara Kerja :
Memiliki titik engsel jaw atau pivot di bagian bawah, sedangkan pada
bagian atasnya bergerak maju mundur. Karena titik engsel ada pada bagian atas,
maka lebar bukaan atau celah untuk keluarnya bijih hasil peremukan menjadi
tetap. Kondisi ini menghasilkan ukuran bijih menjadi relative homogen. Namun
karena jaw bagian atas bergerak, maka gape, atau mulut jaw menjadi variatif. Saat
bergerak maju, maka gape menjadi minimum. Sebaliknya ketika jaw bergerak
mundur, gape menjadi maksimum. Kondisi ini mensyaratkan bahwa ukuran bijih
yang masuk sebagai umpan harus benar-benar lebih kecil dari gape saat posisi
minimum. Ukuran bijih yang mendekati ukuran gape maksimum akan
menyebabkan jaw macet tidak dapat bergerak.
17
Gambar 2. 10. Skematik Jaw Crusher Tipe Dodge
Cara Kerja :
Dodge jaw crusher sama seperti pada cara kerja blake jaw crusher. Pada
system ini, titik engsel berada dibawah sedangkan bagian atas bergerak maju
mundur. Hambatan yang dialami kemungkinan lapisan rahang mengalami
kerusakan selama proses berlangsung. Supaya rahang tidak cepat vrusak , maka
biasanya dilapisi dengan bahan yang tahan tekanan dan getaran. Misalnya
manganese stell. Untuk mendapatkan usaha dan pergerakan yang teratur maka
dipasang sebuah roda penggerak yang dibuat dari besi uang pejal.
18
2.2.5. Bagian-Bagian Jaw Crusher
NO NAMA FUNGSI
1 Crushing Chambers Ruang Penghancuran
2 Fixed Jaw Plate Piring Rahang Tetap
Piring Ayun-Ayunan Yang Dapat
3 Interchanga Swing Jaw Plates
Diganti
4 Protective Wear Plates Pelat Aus Pelindung
5 Swing Jaw Deflection Plate Piring Defleksi Rahang Ayun
6 Swing Jaw Shaft Ayunkan Batang Rahang
7 Swing Jaw Ayunan Rahang
Kincir Angin Yang Seimbang
8 Balanced Fiwheels
(Satu Didorong)
9 Anti-Friction Bearings Bantalan Anti-Gesekan
10 Steel Cast And Welded Pitman Baja Cord dan Pitman Dilas
Shields Over Pitman Toggle Perisai Diatas Pitman Beralih
11
Seats Kursi
12 Hydraulic Setting Control Control Pengaturan Hidrolic
13 Setting Shims Pengaturan Shims
14 Frame Side Plate Pelat Samping Bingkai
15 Toggle Ends And Seats Alihkan Ujung dan Kursi
16 Bolt Tension Springs Pegas Keterangan Baut
17 Cap Nuts Cap Kacang
18 Cruher Discharge Pembuangan Crusher
19 Manganese Check Plates Pelat Cek Mangan
20 Ribbed Front And Back Depan dan Belakang Berusuk
21 Expansion Joint Pelebaran Tulang Sendi
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil data yang didapatkan pada saat Praktek Pengolahan Bahan
Galian berlangsung diantaranya data berupa :
4.2. Pembahasan
21
Gambar 4. 1. Cold bin
b) Conveyor
Gambar 4. 2. Conveyor
c) Dryer
Gambar 4. 3. Dryer
d) Hot Elevator
22
Gambar 4. 4. Hot Elevator
e) Hot Screen
g) Hot Mix
23
8. Cara Kerja Alat :
24
Gambar 4. 7. Jaw Sekunder
b) Cold bin
25
Gambar 4. 10. Fully (2 roda penggerak)
e) Motor Penggerak
26
Gambar 4. 13. Screen
27
h) Jaw Primer
28
dihancurkan tadi masuk pada alat screen dan di saring berdasarkan 3 ukuran butir.
Ukuran butir pertama paling atas 3/2, ukuran kedua bagian tengah berukuran ½,
dan ukuran paling bawah berukuran 0.5mm yang biasa disebut abu batu.
Setelah disaring berdasarkan ukuran butir yang telah ditetapkan , material
tersebut langsung di arahkan menuju masing-masing tempat penampungan yang
sudah disiapkan dengan bantuan conveyor dan dimuat oleh Whell Loader. Apabila
ada material yang tidak tersaring akan di arahkan menuju Jaw Primer untuk
dihancurkan kembali dan dibawa oleh conveyor kembali menuju screen dan
disaring kembali. Proses ini yang dilakukan oleh alat Jaw Crusher secara
berulang-ulang sampai material yang ada pada cold bin habis dan diisi kembali
oleh Truck sampai mencapai target produksi sebesar 25 ton/hari.
29
BAB V PENUTUB
5.1. Kesimpulan
Dari pembuatan Laporan Praktek mata kuliah Pengolahan Bahan Galian
yang bertempat di PT. Buma Kumawa dapat disimpulkan bahwa :
1) Aspalt Mixing Plant (AMP) merupakan salah satu alat pengolahan bahan
galian yang dipergunaan untuk mencampur material berupa pasir dan
cipping dalam pembuatan campuran aspal
2) Jaw Crusher merupakan salah satu alat pengolahan bahan galian yang
dipergunaan untuk memecahkan batuan dalam bentuk ukuran yang relative
kecil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dari ukuran 3/2, ½, 0.5mm
6.1. Saran
Sebagai seorang mahasiswa tentu membutuhkan pengalaman belajar
dalam bangku perkuliahan, dimana selain mendapatkan materi pembelajaran di
ruang belajar, Sebagai seorang mahasiswa khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik
Pertambangan juga tidak terlepas dengan namanya metode pembelajaran di luar
ruangan seperti praktek lapangan tentunya yang memudahkan seorang mahasiswa
mahami benar kondisi kenampakan nyata dilapangan dan untuk menunjang kami
sangat membutuhkan asisten untuk dilapangan.
Untuk itu dengan adanya praktek - praktek lapangan seperti ini perlu
diperbanyak agar seorang mahasiswa tidak hanya menjadi seorang mahasiswa
yang pasif melainkan seorang mahasiswa yang aktif didalam ruangan belajar
maupun diluar ruangan belajar.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/sirtu-pasir-batu_23.html
http://jharwinata.blogspot.com/2017/03/asphalt-mixing-plant-jenis-
takaran.html
31
LAMPIRAN
32