Anda di halaman 1dari 1

Nama : Fauzan Lensun

Nim : 511419010
Kelas : B, Kepemimpinan

Sejarah Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah hari Senin, 12 Rabi’ul awal pada tahun 571
kalender Romawi (1450 tahun yang lalu). Rasulullah lahir dari ibu bernama Aminah dan
ayahnya bernama Abdullah. Semasa kecilnya, Rasulullah tumbuh menjalani kehidupannya
seperti pada umunya. Namun adanya tradisi Quraisy pada zaman dahulu, pada hari kedelapan
belas membuat ibunya harus menyembunyikannya di pedalaman. Tradisi tersebut membuat
Rasulullah tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya sampai umur 8-10 tahun. Rasulullah
menjadi anak yang tanggap dan cerdas pada masanya.
Beberapa gaya kepemimpinan Rasulullah SAW yang patut di teladani. Yaitu sebagai
berikut :
1. Menggunakan Sistem Musyawarah
2. Mencerminkan Akhlakul Karimah
3. Kebijaksanaan
4. Mendahulukan kepentingan bersama
5. Kerendahan hati
Terdapat empat langkah yang di tempuh Rasulullah dalam membentuk masyarakat Islam
pada saat itu :
1. Mendirikan masjid yang diberi nama Baitullah (rumah allah). Masjid inilah yang
kemudian menjadi sentral kegiatan umat Islam, mulai dari beribadah, mengadili perkara,
majlis ta’lim, bahkan jual beli pernah dilakukan dikawasan masjid tersebut.
2. Mempersatukan kelompok Anshar dan Muhajirin yang berselisih. Ali ra. dipilih sendiri
oleh rasululllah, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Kharijah Ibnu Zuhair dan Ja’far
Ibnu Abi Thalib dipersaudarakan dengan Muaz Ibnu Jabbal. Demikianlah Rasulullah
telah mempersatukan tali persaudaraan berdasarkan agama, sebagai pengganti dari
persaudaraan yang berdasarkan ras dan suku.
3. Perjanjian saling membantu antara kaum muslimin dan non-muslim, karena rasulullah
telah mempersatukan mereka dalam masyarakat yang terlindung, sebagaimana yang
terumuskan dalam piagam Madinah.
4. Meletakkan dasar politik ekonomi, ekonomi dan sosial bagi terbentuknya “masyarakat
baru”. Seperti analisis Montgomery Watt (1989), hijrah nabi pada tahun 622 M
menunjukkan peermulaan kegiatan politiknya. Namun Rasulullah tidak dengan tiba-tiba
mendapatkan kekuatan politik yang begitu besar melainkan tumbuh dengan perlahan.
Konsensi-konsensi dengan warga Madinah yang akan beliau masuki (ketika Rasulullah
masih di Makkah) berarti pendirian badan politik baru, yang didalamnya terdapat
kelonggaran untuk merealisasikan potensi politik dari pemikiran Al-Qur’a.

Anda mungkin juga menyukai