Anda di halaman 1dari 12

Rebranding Sebagai Manifestasi Reformasi Birokrasi Era New Normal:

Perspektif Digital Era Governance


(Yuliatris)

REBRANDING SEBAGAI MANIFESTASI REFORMASI BIROKRASI


ERA NEW NORMAL: PERSPEKTIF DIGITAL ERA GOVERNANCE
(Studi Implementasi Digital Weberian Bureaucracy (DWB) Pada Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN))

REBRANDING AS MANIFESTATION OF THE NEW NORMAL ERA


BUREAUCRATIVE REFORM: THE DIGITAL PERSPECTIVE OF THE
ERA GOVERNANCE
(Study on Digital Implementation of Weberian Bureaucracy (DWB) at
National Population and Family Planning Board (BKKBN))

Yuliatris Mamuko1, dan Ricardi S. Adnan2


Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia Depok Jawa Barat 16424
email: 1yuliatris.mamuko@ui.ac.id, 2ricardi.adnan@gmail.com

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menerangkan bagaimana BKKBN sebagai Lembaga pemerintah melakukan reformasi
birokrasi di era digital governance yang dikaji menggunakan konsep Digital Weberianism Bureaucracy (DWB),
secara spesifik yang berlangsung selama pandemi covid-19. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan media
sosial yang didukung oleh wawancara sebagai sumber informasi untuk mengungkap aktor-aktor yang berperan
dalam program rebranding BKKBN. Dengan Pendekatan mix method diharapkan dapat menghasilkan rumusan
strategi optimalisasi rebranding BKKBN. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis interaktif Miles
and Huberman (1994) dan pemetaan aktor dikaji menggunakan pendekatan Social Network Analysis (SNA) dengan
bantuan software Gephi. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan kontribusi bagi para pembuat kebijakan di era
digital governance serta untuk memberikan kontribusi teoritis maupun praktis terkait konsep DWB di era digital.
Hasil penelitian menunjukan rebranding yang telah dilakukan oleh BKKBN merupakan metamorfosa bentuk kerja
birokrasi dari konvensional menjadi digital. terlebih pada masa pandemic covid-19 ini hampir seluruh kerja
BKKBN dilakukan dengan pemanfaatan internet dalam skala masif.

Kata kunci: Digital Weberianism Bureaucracy, Digital Governance, Reformasi Birokrasi

Abstract
This article aims to explain how the BKKBN as a government agency carried out bureaucratic reform in the era of
digital governance which was studied using the concept of Digital Weberianism Bureaucracy (DWB), specifically
that took place during the Covid-19 pandemic. This research was conducted using social media supported by
interviews as a source of information to reveal the actors who played a role in the BKKBN rebranding program.
With the mix method approach, it is expected to produce a strategy for optimizing the BKKBN rebranding strategy.
The data obtained were analyzed using interactive analysis by Miles and Huberman (1994)) and the mapping
of actors was analyzed using the Social Network Analysis (SNA) approach with the help of Gephi software. This
research was conducted to contribute to policy makers in the era of digital governance and to make theoretical
and practical contributions related to the DWB concept in the digital era. The result of this research show that
the rebranding that has been carried out by BKKBN is a metamorphosis of the form of bureaucratic work from
conventional to digital, especially during this Covid-19 pandemic, almost all of the work of the BKKBN is carried
out using the internet on a massive scale. .

Keywords: Digital Weberianism Bureaucracy, Digital Governance, Bureaucratic Reform.

71
Civil Service VOL. 15, No.1, Juni 2021 : 71 - 82

PENDAHULUAN BKKBN menyadari betul, bahwa


saat ini penduduk Indonesia lebih dari 35%
Birokrasi telah banyak dikritik adalah millennials, oleh karenya diperlukan
di banyak teori organisasi dan literatur cara-cara baru didalam mengkampanyekan
manajemen, yang dianggap tidak efisien program-program kerja BKKBN. Peman-
dan tidak mampu menanggapi perubahan faatan berbagai bentuk digital platform
eksternal (Styhre, 2007). Namun, Birokrasi adadalah sebuah keniscayaan, media-media
dalam era digital dipaksa bergerak cepat mainstream di era 70-80an yang digunakan
mengikuti perkembangan pesatnya kemajuan BKKBN untuk kampanye program kerja
ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan seperti seni pertunjukan ketoprak, sandiwara
komunikasi serta perubahan lingkungan radio, sinetron tampak sudah usang dan
strategis yang menuntut birokrasi peme- ditinggalkan oleh audience. Saat ini sasaran
rintahan untuk dapat menyesuaikan BBKN adalah para remaja usia produktif,
dengan dinamika tuntutan masyarakat. peran remaja sangat strategis untuk
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masa depan negara dan keberlangsungan
memberikan peluang bagi pemerintah untuk pembangunan bangsa oleh karenanya seluruh
melakukan inovasi melalui penerapan Sistem program-program kerja BKKN sudah
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) selayaknya berbasis digital, agar mudah
atau E-Government, yaitu penyelenggaraan dalam implementasi dan tepat sasaran,
pemerintahan yang memanfaatkan TIK karena millennials adalah generasi yang
untuk memberikan layanan kepada instansi seluruh dinamika dan aspek kehidupannya
pemerintah, aparatur sipil negara, pelaku berada dalam ekosistem digital.
bisnis, masyarakat dan pihak-pihak lainnya. Dalam era digital seperti sekarang,
SPBE adalah penyelenggaraan pemerintahan dimana khalayak sasaran organisasi sudah
yang memanfaatkan teknologi informasi berubah, BKKBN merasa perlu membangun
dan komunikasi untuk memberikan layanan posisi baru (repositioning), sehingga men-
kepada Pengguna untuk mewujudkan tata jadikan BKKBN tetap relevan dan terpercaya
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dalam informasi Pembangunan Keluarga
transparan, dan akuntabel serta pelayanan berkualitas serta merefleksikan revolusi
publik yang berkualitas dan terpercaya. mental dalam membangun hubungan antara
BKKBN sebagai organisasi pemerintah program pemerintah dan masyarakatnya.
yang melaksanakan tugas pemerintahan Rebranding dianggap sebagai cara tepat
di bidang pengendalian penduduk dan untuk memposisikan ulang BKKBN agar
penyelenggaraan keluarga berencana profil dan peran BKKBN menjadi lebih
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 52 akurat dan relevan dengan tuntutan di era
Tahun 2009 juga ikut melakukan reformasi digital.
birokrasi menuju SPBE. Pandemi Covid-19 Rebranding BKKBN berupaya untuk
yang terjadi di awal bulan Maret Tahun dapat terlibat seluas mungkin bersama
2020 turut mempercepat penetrasi digital masyarakat agar BKKBN dapat lebih dekat
yang dialami BKKBN. Dinamika kerja di dan relevan dengan alam pikiran serta
BKKBN saat ini tidak lepas dari berbagai karakter masyarakat saat ini. Para remaja usia
bentuk pemanfaatan digital platform produktif adalah ujung tombak program kerja
diantaranya big data dan internet of things BKKBN, diharapkan jadi motivator program
(IoT). Rapat-rapat menggunakan platform Kependudukan Keluarga Berencana dan
vitual meeting (VM), presensi berbasis Pembangunan Keluarga (KKBPK). BKKBN
visual real time dan share location, memiliki program kerja unggulan yaitu
perizinan berbasis aplikasi, pengadaan menjamin bahwa remaja yang luar biasa harus
berbasis elektronik, dan berbagai bentuk tumbuh menjadi generasi yang berkualitas dan
terobosan/aplikasi baru yang berbasis siap untuk bisa menjadi subjek pembangunan
digital. menuju Indonesia yang maju dan berkualitas

72
Rebranding Sebagai Manifestasi Reformasi Birokrasi Era New Normal:
Perspektif Digital Era Governance
(Yuliatris)

dan remaja calon pasangan usia subur Rebranding, dalam hal ini tidak terbatas pada
yang akan membentuk keluarga dan calon perubahan logo, tagline maupun jingle tetapi
orangtua bagi anak-anaknya, harus memiliki lebih luas dari itu dapat diartikan sebagai
perencanaan dan kesiapan berkeluarga. Oleh perubahan cara kerja dan pola pikir para
karenanya, karena segmentasi utama atau pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
sasaran utamanya adalah generasi muda yang Penguasaan TIK bagi Aparatur Sipil Negara
secara relatif mereka melek teknologi, maka (ASN) di BKKBN menjadi penting agar
seluruh program-program kerja di BKKBN dapat mengembangakan dirinya sehingga
hendaknya memanfaatkan berbagai platform mampu memberikan layanan terbaik kepada
digital dan secara simultan menciptakan masyarakat.
iklim digital government. Kedua, Rebranding yang dilakukan
Berdasarakan uraian latar belakang BKKBN bertujuan untuk mencapai tujuan
di atas, maka fokus kajian pada artikel ini organisasi sesuai Program Pembangunan
adalah: Pertama, dalam rangka peningkatan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
layanan menuju SPBE serta adanya Pandemi Berencana (Bangga Kencana). Sumber
Covid-19, birokrasi pemerintahan dipaksa daya manusia yang dimiliki oleh organisasi
untuk dapat bertransformasi dari birokrasi merupakan bagian yang sangat penting
yang sebelumnya bersifat konvensional bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.
menjadi birokrasi digital yang memanfaatkan Rebranding yang dilakukan BKKBN
perkembangan TIK. Rebranding yang seyogyanya dipahami dan dimengerti oleh
dilakukan BKKBN merupakan salah seluruh ASN di BKKBN. Berdasarkan studi
satu bagian dari upaya BKKBN untuk awal dari peneliti, maka didapatkan data;
dapat bertransformasi secara evolusioner.

Tabel 1. Persepsi ASN terhadap rebranding di BKKBN

Sumber: Data pra-riset diolah peneliti, Desember 2020.

Survei awal ini dilakukan terhadap 80 bagai mitra mulai dari artis/public figure,
ASN yang dengan komposisi responden 40 perguruan tinggi, toko masyarakat, toko
orang ASN fungsional umum, dan 40 orang agama dan bahkan masyarakat. Hal tersebut
ASN fungsional tertentu. Penulis mengambil sejalan dengan misi BKKBN yang keempat
responden secara random untuk mengisi yaitu “Mengembangkan jejaring kemitraan
kuesioner pada setiap unit kerja eselon II dalam pengelolaan Kependudukan, Keluarga
(direktorat/Biro/Inspektorat/Puslitbang). Berencana dan Pembangunan Keluarga”.
Hasil survei menunjukan 70% ASN Kemitraan menurut kamus besar Bahasa
menganggap rebranding yang dilakukan Indonesia adalah kerjasama dengan
BKKBN membawa manfaat bagi program- sahabat, teman maupun kawan kerja
program BKKBN. Namun, keterlibatan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
ASN dalam mensukseskan rebranding Soekidjo Notoatmojo (2003) kemitraan
masih rendah yakni 40%. adalah kerjasama dalam bentuk formal yang
Ketiga, rebranding dalam perjala- terikat kontrak kerja berlandaskan hukum
nanya membuat BKKBN melibatkan ber- yang dijalankan bersama oleh perorangan,

73
Civil Service VOL. 15, No.1, Juni 2021 : 71 - 82

komunitas atau sebuah institusi untuk untuk menciptakan identitas yang berbeda
mencapai tujuan tertentu. Rebranding dapat untuk sebuah merek, dari pesaingnya, di
berjalan dengan efektif apabila kita mampu pasar. Konsep rebranding sendiri menurut
mengidentifikasi aktor mana yang paling Muzellec & Lambkin (2006) menyatakan
dominan dalam keberhasilan program bahwa proses rebranding adalah suatu proses
tersebut. menciptakan gambaran baru dan posisi baru
Secara teoritis penelitian ini signi- di pikiran konsumen dari suatu brand yang
fikan untuk dilakukan karena menawarkan sudah ada, untuk membangun positioning
pendekatan yang berbeda dari penelitian- yang berbeda di mata konsumen dan pesaing.
penelitian sebelumnya. Penelitian-pene- Penelitian ini dilakukan bertujuan
litian sebelumnya tidak meneliti birokrasi untuk mengkaji bagaimana organisasi
dengan kacamata DWB, tetapi hanya pemerintahan melakukan reformasi birokrasi
meneliti konektivitas antar birokrasi dalam yang menekankan pada adopsi teknologi
kesiapsiagaan menghadapi bencana. dengan menggunakan teori birokrasi
Sementara penelitian ini bertujuan untuk weberian. Birokrasi merupakan sarana yang
meneliti Reformasi Birokrasi BKKBN Dalam paling rasional untuk pelaksanaan organisasi
Era New Normal dengan menggunakan yang efisiens. Ciri utama birokrasi Weberian
Perspektif Digital Weberianism Bureaucracy klasik yang menekankan pada efisiensi,
dan Digital Era Governance dengan objektivitas, dan rasionalitas. Seiring per-
menggunakan metode Social Network jalanan waktu, ternyata birokrasi pun perlu
Analysis (SNA) dengan bantuan software mengalami metamorfosa. Pada titik tertentu,
Gephi. birokrasi pada akhirnya masuk dalam iklim
Penelitian ini diharapkan mampu reformasi. Reformasi birokrasi menjadi isu
memberikan kontribusi formulasi dan penting awal dekade 90-an.
rekomendasi bagi para pengambil kebijakan Komitmen Pemerintah Indonesia
di BKKBN mengenai organisasi yang tentang SPBE tertuang dalam Perpres No.
dipimpinnya sehingga dapat menjadi bahan 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah
pertimbangan untuk menyusun kebijakan Berbasis Elektronik (SPBE). Peraturan
sebagai upaya mereformasi birokrasi tersebut dapat dimaknai sebagai salah satu
dengan menggunakan Perspektif Digital upaya reformasi birokrasi menuju Digital
Weberianism Bureaucracy dan Digital Era Era Government (DEG). Digital Era
Governance. Government (DEG) yang berbasis teknologi
informasi telah muncul sebagai aliran baru
dalam organisasi di public sector, yang
PEMBAHASAN telah menggeser dan mendominasi beberapa
paradigma sebelumnya, termasuk New
Tinjauan Pustaka Public Manajemen (Dunleavy et al., 2006).
Saat dimana trend dunia terus berputar Meningkatnya penerimaan gagasan bahwa
cepat, mungkin sulit untuk mempertahankan dunia masa depan akan semakin banyak
citra modern bagi sebuah brand. Rebranding berhubungan dengan teknologi dan inovasi,
merupakan opsi yang terkadang dilupangan akan tepat untuk mempromosikan prosedur
oleh para pemilik bisnis atau organisasi, digitalisasi dan layanan pemerintah yang
oleh karenanya tidak heran jika tiba-tiba seharusnya memberikan pengurangan
mendengar sebuah brand besar/terkenal tiba- yang signifikan dalam biaya operasi
tiba gulung tikar atau kolaps. Rebranding karena manajemen yang otomatis di mana
adalah proses mengubah citra perusahaan aliran informasi yang terus menerus dan
dari suatu organisasi. Ini adalah strategi konstan antara manajemen dan populasi,
pasar memberikan nama baru, simbol, atau menghasilkan transparansi yang lebih besar
perubahan desain untuk merek yang sudah (Llc et al., 2020). Konsepsi SPBE ini pada
mapan. Ide di balik rebranding adalah gilirannya adalah sebuah momentum yang

74
Rebranding Sebagai Manifestasi Reformasi Birokrasi Era New Normal:
Perspektif Digital Era Governance
(Yuliatris)

dapat menjadikan rebranding berjalan lebih Beberapa peneliti mencoba mengambil


efektif. Regulasi legal formal dalam SPBE point utama reformasi birokrasi sebagai tema
dapat menjadi landasan sekaligus payung riset, antara lain; Beckert (2010), Yang, L and
hukum implementasi rebranding BKKBN, Zhang (2017), Osborne (2010), Kolleck, N.,
yang kesemua programnya tidak lepas dari Jörgens, H., & Well, (2017), Zhang (2020).
aspek digital dan bebasis elektronik. Berdasarkan tipologi yang dikemukakan
Reformasi menurut KBBI adalah oleh DiMaggio dan Powell, Bekert (2010)
perubahan secara drastis untuk perbaikan menunjukkan bahwa mengidentifikasi
(bidang sosial, politik, atau agama) dalam perubahan organisasi sebagai sumber
suatu masyarakat atau negara. Sedangkan, perubahan isomorfik. Kondisi yang men-
menurut Sedarmayanti (Sedarmayanti, dorong perubahan kelembagaan ke arah
2009) reformasi merupakan proses upaya homogenisasi atau divergensi. Sementara
sistematis, terpadu, komprehensif, ditujukan menurut Zhang (2020) hasil inovasi yang
untuk merealisasikan tata pemerintahan berbeda merupakan hal penting dari
yang baik (good governance). Menurut strategi negara untuk mengelola tantangan
Max Weber, birokrasi adalah suatu bentuk perkembangan teknologi dan institusi sosial-
organisasi rasional dengan berbagai politik yang mendasarinya. Osborne (2010)
pengaturan serta otoritas yang penerapannya mengungkapkan bagaimana sektor publik
berhubungan dengan tujuan yang hendak mengadopsi peran organisasi swasta, yang
dicapai. Hal ini kemudian sejalan dengan menunjukkan serangkaian peningkatan
pengertian Reformasi birokrasi menurut inisiatif melalui identifikasi perilaku.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Digital Weberianism Bureaucracy
Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan (DWB) secara spesifik pernah dibahas
RB) yakni, merupakan upaya untuk antara lain oleh Muellerleile & Robertson
melakukan pembaharuan dan perubahan (2018), Meilani & Hardjosoekarto (2020),
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan Schroeder (2015), Ray, L., Reed, M., Ray,
pemerintahan terutama menyangkut L., & Reed, (1994), Dash, S. S., & Padhi
aspek-aspek kelembagaan (organisasi), (2020). Muellerleile & Robertson (2018)
ketatalaksanaan (business prosess) dan berpendapat bahwa ciri-ciri utama birokrasi
sumber daya manusia aparatur. (www. politik Weber efisiensi, objektivitas, dan
menpan.go.id, diakses 19 Februari 2021). rasionalitas telah berubah dan memberikan
Sejatinya reformasi birokrasi adalah bentuk baru kurang terlihat, tetapi birokrasi
upaya perbaikan yang dilaukukan untuk digital tidak kalah kuat. Digitalisasi dalam
mencapai tujuan organisasi, mencapai dunia birokrasi dapat memberikan kebebasan
konsep ideal birokrasi. BKKBN memandang baru dalam pelaksanaan pekerjaan, struktur
reformasi birokarasi dapat dilaksanakan baru birokrasi yang mengacu pada relasi
dengan rebranding, karena BKKBN baru dan capaian kinerja yang baru.
menyadari betul bahwa brand lama telah Sementara Meilani & Hardjosoekarto (2020)
using, dan apabila terus dipertahankan menggunakan konsep DWB untuk meneliti
makan BKKBN akan menjadi sebuah kewaspadaan dan pengurangan resiko
organisasi birokrasi yang ketinggalan zaman bencana di Selat Sunda Indonesia. Penelitian
yang hanya meng-agungkan kejayaan ini mengungkapkan perlunya pengaturan
masa lalu tanpa memandang masa depan. kelembagaan di tingkat makro yang di-
BKKBN adalah organisasi birokrasi yang dukung dengan Peraturan Pemerintah, data
bertanggungjawab atas kesiapan generasi bencana serta manajemen informasi yang
muda yang handal dan berkualitas, oleh terintegrasi.
karenanya reformasi birokrasi di BKKBN Beberapa kajian yang berkaitan dengan
melaui rebranding adalah sebuah upaya yang Digital Era Governance (DEG) pernah
selaras dengan cita-cita besar penciptaan dikaji oleh Dunleavy et al., (2006), Kolleck,
birokrasi yang adaptif dan profesional. N., Jörgens, H., & Well (2017), Tassabehji

75
Civil Service VOL. 15, No.1, Juni 2021 : 71 - 82

et al., (2016) dan Gao & Tan (2020). Digital mendominasi kontennya (Schroeder, 2015).
Era Government (DEG) yang berbasis Sementara Gao & Tan (2020) yang mengkaji
teknologi informasi telah muncul sebagai hubungan negara dan masyarakat di era
aliran baru dalam organisasi di sector public, digital China serta gambaran hubungan
yang telah menggeser dan mendominasi pemerintah pusat dengan pemerintah
beberapa paradigma sebelumnya, termasuk provinsi yang dibangun dengan sistem
New Public Manajemen (NPM) (Dunleavy administrasi gaya Weberian yang didukung
et al., 2006). Pendekatan Weberian dapat dengan teknologi digital menemukan bahwa
mengetahui tentang peran teknologi dalam partisipasi warga secara online berfungsi
masyarakat dari perspektif perbandingan- sebagai alat informasi bagi otoritas tingkat
historis dan tidak hanya fokus pada sarana yang lebih tinggi untuk memastikan
dan kemampuan untuk menggunakan implementasi kebijakan yang efektif dari
Internet tetapi jangkauannya dan siapa yang atas ke bawah.

Gambar 1. Konstelasi Hubungan Antar Variabel

Metode Penelitian digunakan dalam berbagai disiplin ilmu yang


Penelitian ini dilakukan dengan memiliki kemampuan untuk menampilkan
menggunakan mix method. Peneliti proses spasialisasi, yang bertujuan untuk
melaksanakan tahap pra-research untuk mengubah jaringan menjadi peta. (Jacomy
mendapatkan data kualitatif sebagai data et al., 2014).
pembuka wawasan, lalu peneliti menggali Analisis jaringan dapat meliputi 3 level
data kuantitatif untuk dapat menghasilkan analisis yakni individu, klik dan sistem. Hal
rumusan strategi optimalisasi rebranding ini menegaskan bahwa penelitian jaringan
BKKBN Pusat dengan menganalisis memiliki ruang lingkup yang cukup luas
jejaring sosial dalam rebranding BKKBN dalam menggambarkan fenomena struktur
dengan menggunakan SNA dengan software komunikasi dari aras sederhana hingga aras
Gephi. Metode penelitian ini digunakan yang kompleks.
karena merupakan teknik baru dalam Dalam rangka mencapai hasil yang
menganalisis jaringan yang paling sesuai komprehensif dalam penelitian ini, maka
untuk kumpulan data berskala besar dari penulis melakukan berbagai macam cara.
jenis yang umumnya tidak dapat diselidiki Pertama, peneliti akan melibatkan diri
menggunakan teknik analisis jaringan dalam berbagai diskusi yang ada di internal
sosial konvensional (Scott, 2011) karyawan BKKBN Pusat, baik dalam forum
Social Network Analisys (SNA) adalah diskusi resmi ataupun diskusi informal.
alat yang digunakan untuk mengumpulkan Yang kedua penulis mencoba menggali
dan menganalisis data untuk menjelaskan praktek digitalisasi di BKKBN, hal ini
sejauh mana aktor jaringan terhubung satu dilakukan penulis untuk mendapat berbagai
sama lain dan struktur hubungan yang temuan yang mendukung tujuan penelitian.
terjalin (Scott, 2011). Sedangkan Gephi Dan yang terakhir peneliti akan mencoba
adalah software visualisasi jaringan yang menambahkan temuan-temuan yang ada

76
Rebranding Sebagai Manifestasi Reformasi Birokrasi Era New Normal:
Perspektif Digital Era Governance
(Yuliatris)

dilapangan untuk memperkaya teori yang birokrasi. DWB dalam hal ini berprinsip
sudah ada. pada pengoptimalisasian aspek efisiensi,
Populasi dalam penelitian ini objektivitas, dan rasionalitas.
adalah seluruh pihak-pihak yang terkait Menurut Muellerleile & Robertson
dalam proses rebranding BKKBN baik (2018) Era digital ditandai dengan beberapa
secara langsung maupun tidak langsung. perubahan dari modern birokrasi menjadi
Sampelnya adalah pihak-pihak yang secara digital birokrasi diantaranya “pergerakan
aktif terlibat dalam proses rebranding kertas” berubah menjadi “pergerakan data”;
BKKBN. Untuk mengelaborasi dan bentuk baru infrastruktur digital codes,
mengeksplorasi peran aktor yang telah algorithms, platforms; dan adanya jejak
dikonfirmasi, maka dilakukan wawancara digital yang menggantikan arsip, serta
jarak jauh untuk mengetahui sejauh mana para pakar yang digantikan dengan data
perannya. Responden dipilih berdasarkan scientists.
purposive sampling dengan mengacu pada Melalui siaran pers nya No. RILIS/155/
tujuan penelitian. B4/BKKBN/XII/2019 tanggal 21 Desember
Untuk menjawab tujuan riset maka 2019 BKKBN menyadari betul arti dan
dilakukan pengumpulan datan melalui peran generasi muda/milenial didalam
wawancara, studi literatur (dari laporan, menunjang seluruh agenda besar reformasi
arsip, jurnal, dan sebagainya), serta observasi birokrasi. Milenial dipersepsikan sebagai
partisipan, karena peneliti terlibat langsung generasi yang akrab dan banyak mendapat
dalam fokus penelitian yang dimaksud. pengaruh dari penggunaan gadget dan
Data yang telah terkumpul dianalisis secara internet, tanpa mengacu secara spesifik pada
kualitatif. Selain itu, penelitian ini juga kelompok umur tertentu. “anak jaman now”
menggunakan pendekatan social network atau “yang kekinian” menjadi julukan yang
analysis untuk menjawab peran serta/ cukup umum melekat padanya. Dari segi
keterlibatan aktor dalam kegiatan rebranding, usia, lebih banyak menganggap kelompok
dimana visualisasi jaringan dimodelkan milenial sebagai generasi muda yang
dengan menggunakan software Gephi untuk berusia sekolah hingga berumur 25 tahun.
mengidentifikasi aktor yang berpengaruh Namun pada kelompok umur remaja sampai
atau memilki nilai interaksi yang tinggi di umur 40 tahunan, selama masih terhubung
dalam jaringan. Data yang digunakan dalam dengan gadget & teknologi informasi, masih
penelitian ini merupakan data sekunder yang dianggap sebagai bagian dari milenial. Pola
berupa dokumen-dokumen yang terkait komunikasi milenial sangat tergantung
dengan pelaksanaan kegiatan rebranding dengan penggunaan internet dan smartphone
Pengumpulan dokumen terkait penelitian yang sangat kuat dan mengandalkan
ini juga akan dilakukan untuk dianalisis dan informasi dan interaksinya lewat media
dielaborasi dengan teori yang digunakan tersebut, hal ini tentu sejalan dengan gagasan
dalam penelitian ini. Muellerleile & Robertson (2018).
Saat ini BKKBN berusaha untuk
Hasil Analisis Dan Pembahasan melakukan berbagai terobosan guna
Fenomema digitaliasi dalam dunia “kembali” memperkenalkan eksistensi
birokrasi tentu sangat menarik jika BKKBN. Sedikit generasi muda yang
kita analisis menggunakan perspektif mengenal BKKBN, tidak merasakan
Digital Weberianism Bureaucracy (DWB) BKKBN itu sesuatu yang “terhubung”
yang diperkenalkan oleh Muellerleile dengan mereka. Sedikit yang tahu BKKBN
& Robertson (2018). Konsep DWB, dan awareness hanya sebatas pada soal
merupakan pengembangan lebih lanjut KB atau pernah mendengar tentang “2
dari teori klasik birokrasi Weberian. DWB anak cukup”. Rebranding pada gilirannya
memiliki penekanan pada digitalisasi dipandang sebagai sebuah cara ampuh
dalam segala aspek pelaksanaan roda untuk membangkitkan kejayaan BKKBN.

77
Civil Service VOL. 15, No.1, Juni 2021 : 71 - 82

(Statement Deputi ADPIN BKKBN, di- Pemanfaatan teknologi digital di-


sampaikan dalam seminar “Re-Branding dominasi pada pemanfaatan media sosial.
& Budaya Kerja Baru BKKBN, Jakarta 04 Media sosial digunakan untuk aktivitas
November 2020) berupa consuming dan connecting. Sedikit
Rebranding yang sangat kentara salah yang menggunakan untuk kepentingan bisnis.
satunya adalah perubahan logo BKKBN. Consuming mengacu pada memanfaatkan
Persepsi terhadap Logo BKKBN selama isi media untuk menambah pengetahuan
ini tidak terlalu dianggap penting dan (membaca berita, mengikuti perkembangan/
terkait dengan generasi muda. Diantara situasi sosial saat ini, memperbarui informasi
logo yang ada, sebagian lebih menyukai (update status, memasang infor-masi tentang
gagasan logo lama (1970-an) karena hal baru (tempat aktivitas (tempat makan
visualisasi yang menggambarkan profil atau tempat berkumpul), peristiwa, objek
keluarga yang harmonis dan mengayomi (makanan), dll), bermain game, bertransaksi
(nurturing family) dengan tulisan keluarga secara online, dan lainnya. Connecting untuk
berencana. Visualisasi logo sekarang dinilai mempertemukan individu dengan individu
lebih modern, cukup menarik namun lainnya dalam konteks yang personal atau
visualisasinya kurang memberikan makna membangun hubungan personal. (Karman,
yang mendalam (Gambar anak diluar posisi 2013)
orang tua, kesannya seperti tarik-tarikan). Di dalam penelitian ini Muellerleile &
Terkait slogan BBBKN, Slogan “2 Robertson (2018) berpendapat bahwa ciri-
anak cukup” mudah dipahami dan selama ciri utama birokrasi politik Weber efisiensi,
ini cukup dikenal orang. Bagi sebagian objektivitas, dan rasionalitas telah berubah
kalangan BKKBN, dianggap memberikan dan memberikan bentuk baru yang kurang
output yang jelas untuk pencapaian program terlihat, tetapi birokrasi digital tidak kalah
KB. Namun sebagian milenial menganggap kuat. Digitalisasi dalam dunia birokrasi
slogan ini instruksional, memaksa untuk dapat memberikan kebebasan baru dalam
membatasi jumlah anak dan di Maluku pelaksanaan pekerjaan, struktur baru birokrasi
slogan ini tidak didukung pemerintah yang mengacu pada relasi baru dan capaian
provinsi karena dianggap membatasi kinerja yang baru. Lebih lanjut, Muellerleile
pertumbuhan penduduk. Slogan “Kalau & Robertson (2018) menekankan pada
terencana, semua lebih mudah” dianggap adopsi teknologi dan digitalisasi sebagai
lebih relevan untuk milenial, mencakup dampak perubahan yang tak terhindarkan
fase-fase kehidupan mereka, tidak bersifat dari perkembangan zaman yang merupakan
instruksional dan mendorong milenial untuk pengembangan teori klasik birokrasi yang
berfikir. (Anugrahadi Saiful, 2020) digagas Weber menjadi Weberianism digital.

Tabel 2. Perbandingan Konsep Birokrasi Weberian dan Birokrasi Digital

Birokrasi Weberian Birokrasi Digital


Knowledge Data
The public Big data
Bureau/office Platform
Professional/expert Data scientist
Charismatic leader “Talented” innovator/disruptor
Rule Code
Procedure Algorithm
Files & archive Digital footprint
Iron cage Silicon web

Sumber: Muellerleile & Robertson (2018)

78
Rebranding Sebagai Manifestasi Reformasi Birokrasi Era New Normal:
Perspektif Digital Era Governance
(Yuliatris)

Tabel 3. Prinsip Birokrasi dan Transformasi Digital

Political
Bureaucratic Means of Digital
Economic
Principle Manifestation/Transformation
Discourse

Austerity,
Routinization,
Efficiency Sustainability,
Financialization, Accountability,
(of means to ends) Logistics,
Smart City
Competition

Big Data,
Objectivity
Transparency, Big Data, Openness,
(procedural neutrality,
Accountability, Crowdsourcing, Algorithm,
autonomy from
Evidencebased Quantification
“politics”)
Policy

Sumber: Muellerleile & Robertson (2018)

Muellerleile & Robertson (2018) Penelitian ini juga mengemukakan


berpendapat bahwa neoliberal capitalisme berbagai perubahan yang terkait dan
telah meluas menjadi versi digital, sehingga berpusat pada teknologi informasi akan
membuat tujuan sosial menjadi sarana teknis. menjadi penting untuk dalam perubahan saat
Dimulai dengan penjelasan tentang gagasan ini dan yang akan datang, dan semakin fokus
Weber tentang birokrasi, yang berfokus pada pada tema reintegrasi, holisme berbasis
prinsip efisiensi, objektivitas, dan rasionalitas kebutuhan, dan perubahan digitalisasi.
yang kemudian diikuti oleh kemunculan Keseluruhan perubahan baru tersebut
teknologi digital yang kemudian mengubah akan menuju kepada “pemerintahan era
tatanan birokrasi sebagai “kapitalisme” digital” (DEG), yang melibatkan reintegrasi
menjadi lebih bergantung pada informasi dan fungsi ke dalam lingkup pemerintahan,
pasar neoliberal. Muellerleile & Robertson adopsi holistik dan terstruktur berorientasi
(2018) juga berpendapat bahwa legitimasi kebutuhan dan kemajuan digitalisasi
tata kelola digital telah menunjukkan dalam proses administrasinya. DEG juga
betapa tekno-ilmiahnya rasionalitas yang membuka menciptakan berbagai perubahan
dikombinasikan dengan ideologi neoliberal pada budaya organisasi, dan sosial sebagai
yang merubah subordinat tujuan sosial efek dari teknologi. Secara umum temuan
menjadi sarana ekonomi. dalam penelitian ini adalah Digital era
Penelitian ini menjelaskan mengenai Government (DEG) yang berbasis teknologi
“New publik Manajemen” (NPM) dalam informasi telah muncul sebagai aliran baru
yang mengalami perubahan organisasi dalam organisasi di sector public, yang
karena disagregasi, persaingan, dan insentif. telah menggeser dan mendominasi beberapa
Meskipun efeknya masih terjadi di negara- paradigma sebelumnya, termasuk New
negara yang baru mengenal NPM, perubahan Public Management (NPM).
ini telah terhenti atau terbalik di beberapa
negara maju. Hal ini mencerminkan
akumulasi efek tidak langsung yang
merugikan kapasitas warga negara untuk
memecahkan masalah sosial. karena
NPM telah secara radikal meningkatkan
kompleksitas kelembagaan dan kebijakan.

79
Civil Service VOL. 15, No.1, Juni 2021 : 71 - 82

Tabel 4. Komponen Kunci Digital Era Governance


Theme Component
Reintegration Rollback of agencification
Joined-up governance (JUG)
Re-governmentalization
Reinstating central processes
Radically squeezing production costs
Reengineering back-office functions
Procurement concentration and specialization
Network simplification
Needs-Based Client-based or needs-based reorganization.
Holism One-stop provision Interactive and “ask once” information-seeking.
Data warehousing
End-to-end service reengineering
Agile government processes
Digitization Electronic service delivery
Processes New forms of automated processes-zero touch technologies (ZTT)
Radical disintermediation
Active channel streaming
Facilitating isocratic administration and co-production Moving toward open-book
government
Sumber: Dunleavy et al., (2006)

PENUTUP Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang


berbeda dalam memberikan pemahaman
Simpulan program Bangga Kencana karena Pendekatan
Saat ini masalah Pembangunan untuk era Baby Boomer (lahir di era 1946-
Keluarga Kependudukan dan Keluarga 1955) sudah tidak relevan.
Berencana (Bangga Kencana) mendapatkan Di era ini, muncul kebutuhan untuk
tantangan karena era yang telah berubah. melakukan rebranding. Brand sendiri
Pada hakekatnya, pembangunan manusia merupakan nama, istilah, desain, symbol atau
Indonesia yang sukses mensyaratkan kondisi karakteristik lain yang memberikan identitas
di mana Keluarga mampu menjalankan spesifik dan unik atas produk (baik barang
kehidupan berkualitas dengan perencanaan maupun jasa) yang sesuai dengan kebutuhan
yang baik untuk seluruh anggota khalayak sasarannya atau membedakannya
keluarga dalam setiap tahap kehidupan. dengan kompetitor. Pendekatan pemosisian
Pembangunan Manusia Indonesia mesti BKKBN selama ini, yang misalnya
didasarkan pada aspek manusianya atau tercermin dalam tagline “Dua anak cukup”
khalayak pembangunan, dimana khalayak mereduksi BKKBN ke dalam ranah yang
utama program BKKBN saat ini adalah sempit yakni semata isu fertilitas, padahal
Generasi X dan Millenials. Jika dilihat BKKBN dirancang untuk berkontribusi lebih
struktur umur khalayak, maka yang luas dari hal itu. Oleh karena itu diperlukan
menjadi konstituen utama BKKBN saat upaya untuk memposisikan ulang BKKBN
ini adalah para millennials yaitu generasi agar profil dan peran BKKBN menjadi lebih
yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000- akurat dan relevan dengan tuntutan zaman.
an. Millennials dianggap istimewa karena Jika BKKBN hendak bergerak dari posisi
generasi ini sangat berbeda dengan generasi dan brand yang berpusat pada isu fertilitas
sebelumnya, apalagi dalam hal yang ber- ke posisi yang lebih akurat dan relevan.
kaitan dengan konsep diri, konsep hidup, Pengembangan brand baru dapat dilakukan
dan penggunaan teknologi. Di Indonesia jika sudah jelas produk apa yang ditawarkan
sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang pada khalayak sasaran. Pada dasarnya,
telah tercatat, terdapat 81 juta merupakan rebranding adalah untuk semua kalangan
generasi millenials atau berusia 19-39 tahun. usia, namun spesifik pada kalangan milenial

80
Rebranding Sebagai Manifestasi Reformasi Birokrasi Era New Normal:
Perspektif Digital Era Governance
(Yuliatris)

yang merupakan main constituent dari DAFTAR PUSTAKA


BKKBN, generasi yang tumbuh dengan
internet dan smartphone yang mengandalkan Anugrahadi Saiful. (2020). Re-branding
informasi dan interaksinya lewat media itu. BKKBN, Cara Baru Untuk Generasi
Tak kurang dari 5.196 orang mengikuti Baru. Bkkbn. http://ntb.bkkbn.
kompetisi dalam rangka rebranding go.id/?p=1773
yang dilakukan oleh BKKBN. Kegiatan Beckert, J. (2010). Institutional Isomorphism
rebranding yang melibatkan partisipasi aktif Revisited : Convergence and
masyarakat ini meliputi kompetisi logo, Divergence in Institutional Change
tagline, dan jingle BKKBN. Kompetisi Author ( s ): Jens Beckert Source :
ini merupakan upaya untuk melibatkan Sociological Theory , Vol . 28 , No . 2
seluas mungkin masyarakat, agar BKKBN ( June 2010 ), pp . 150-166 Published
dapat lebih dekat dan relevan dengan alam by : American Sociological Association
pikiran serta karakter masyarakat saat ini. Stable URL : 28(2), 150–166.
disamping itu, BKKBN juga secara rutin Dash, S. S., & Padhi, M. (2020). Relevance
menggelar kegiatan Apresiasi Duta Generasi of Max Weber’s Rational Bureaucratic
Berencana (GenRe) dan Jambore Ajang Organizations in Modern Society. Mrev
Kreativitas Remaja (ADU JAK GenRe) Management Revue, 31(1), 81–91.
tingkat nasional, 2020 merupakan gelaran Dunleavy, P., Margetts, H., Bastow, S., &
yang ke-11 yang diikuti oleh lebih dari 700 Tinkler, J. (2006). Public Management
perwakilan remaja dari seluruh Indonesia, Research Association New Public
yang dilaksanakan secara on-line/virtual, Management Is Dead: Long Live Digital-
mengingat pada saat itu wabah pandemic Era Governance. Source: Journal of
covid-19 melanda Indonesia dan dunia. Public Administration Research and
Rebranding yang telah dilakukan oleh Theory: J-PART, 16(3), 467–494. http://
BKKBN merupakan metamorfosa bentuk www.jstor.org/stable/3840393
kerja birokrasi dari konvensional menjadi Gao, X., & Tan, J. (2020). From web to
digital, terlebih pada masa pandemic weber: Understanding the case of “one-
covid-19 ini hampir seluruh kerja BKKBN go at most” as ict-driven government
dilakukan dengan pemanfaatan internet reform in contemporary china*. China
dalam skala masif. Reformasi birokrasi Review, 20(3), 71–97.
yang sedang digalakkan oleh BKKBN Jacomy, M., Venturini, T., Heymann, S., &
menjadi semakin dekat dengan kenyataan. Bastian, M. (2014). ForceAtlas2, a
Reformasi birokrasi di BKKBN saat ini Continuous Graph Layout Algorithm for
telah menemukan momentumnya. Handy Network Visualization Designed
for the Gephi Software. https://doi.
Saran org/10.1371/journal.pone.0098679
Berdasarkan hasil dari penelitian Karman. (2013). Riset Penggunaan Media dan
dan penarikan simpulan diatas, penulis Perkembangannya Kini - Researches
memberikan saran agar selanjutnya metode on Media Uses And Its Development.
rebranding dapat dilakukan evaluasi Jurnal Studi Komunikasi Dan Media,
penerapannya dan disesuaikan kembali 17(1), 103–121.
dengan era yang berkembang kedepannya Kolleck, N., Jörgens, H., & Well, M. (2017).
melihat adanya nilai perubahan yang Levels of governance in policy
dinamis dalam suatu masa. Perlu dilakukan innovation cycles in community
penelitian lebih lanjut melihat entitas lain education: The cases of education for
sebagai pendukung rebranding dalam sistem sustainable development and climate
kerja digital. change education. Sustainability,
9(11). https://doi.org/http://dx.doi.
org/10.3390/su9111966

81
Civil Service VOL. 15, No.1, Juni 2021 : 71 - 82

Llc, C., Noticias, C. E., & Nov, M. M. (2020). Sedarmayanti. (2009). Reformasi Administrasi
The pandemic helped overcome digital Publik, Reformasi Birokrasi, dan
bureaucracy. 1–4. Kepemimpinan Masa Depan. Refika
Meilani, N. L., & Hardjosoekarto, S. (2020). Aditama.
Digital weberianism bureaucracy: Styhre,A. (2007).The Innovative Bureaucracy.
Alertness and disaster risk reduction In The Innovative Bureaucracy. https://
(DRR) related to the Sunda Strait doi.org/10.4324/9780203964330
volcanic tsunami. International Tassabehji, R., Hackney, R., & Popovič,
Journal of Disaster Risk Reduction, A. (2016). Emergent digital era
51(September), 101898. https://doi. governance: Enacting the role of
org/10.1016/j.ijdrr.2020.101898 the “institutional entrepreneur” in
Miles Matthew B and Huberman A. Michael. transformational change. Government
(1994). Qualitative Data Analysis. In Information Quarterly, 33(2),
CEUR Workshop Proceedings (Vol. 223–236. https://doi.org/10.1016/j.
1304, pp. 89–92). giq.2016.04.003
Muellerleile, C., & Robertson, S. L. (2018). Yang, L and Zhang, M. (2017). The research
Digital Weberianism: Bureaucracy, of organization optimization and
Information, and the Techno- overall control mechanism in multi-
rationality of Neoliberal Capitalism. projects network. Cluster Computing,
Indiana Journal of Global Legal 20(2), 1411–1423. https://doi.
Studies, 25(1), 187. https://doi. org/10.1007/s10586-017-0856-x
org/10.2979/indjglolegstu.25.1.0187 Zhang, X. (2020). State Structure, Societal
Muzellec, L., & Lambkin, M. (2006). Organisation, and Technology Policy: A
Corporate rebranding: Destroying, Comparison of Three Asian Countries.
transferring or creating brand equity? Journal of Development Studies, 56(1),
European Journal of Marketing, 1–25. https://doi.org/10.1080/0022038
40(7–8), 803–824. https://doi. 8.2018.1563684
org/10.1108/03090560610670007
Notoatmodjo, S. (2003). Pengembangan
Sumber Daya Manusia. PT. Rineka
Cipta.
Osborne, S. P. (2010). The (New) Public
Governance : a suitable case
for treatment ? 1. 1–16. https://
ebookcentral.proquest.com
Ray, L., Reed, M., Ray, L., & Reed, M.
(1994). Organizing modernity : New
weberian perspectives on work,
organization and society. ProQuest
Ebook Central. https://doi.org/https://
ebookcentral.proquest.com
Schroeder, R. (2015). A weberian analysis
of global digital divides. International
Journal of Communication, 9(1),
2819–2837.
Scott, J. (2011). Social network analysis:
developments, advances, and prospects.
SOCNET 1. https://remote-lib.ui.ac.
id:2116/10.1007/s13278-010-0012-6

82

Anda mungkin juga menyukai