Muka, Ketut, I Made Berata. 2009. Gerabah Bayumelek Satu Tinjauan Budaya.
Denpasar: Fakultas Seni Rupa dan Desain Jurusan Kriya Seni Institut
Seni indonesia Denpasar.
Sumber lain:
http://harianhaluan.com/news/detail/54224/tradisi-dari-generasi-ke-generasi
(Diakses pada: 25 Agustus 2016, 14:00 Wib)
http://www.kompasiana.com/dodichandra/gerabah galogandang_55e0a7f6ea8341f
278b45be ( Diakses pada: 25 Agustus 2016, 14:00 Wib)
121
Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39802/3/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada23 Agustus 2016, 12:10)
https://min.wikipedia.org/wiki/Galogandang,_Tigo_Koto,_Rambatan,_Tanah_Dat
ar (Diakses pada: 22 Agustus 2016, 12:12)
https://id-id.facebook.com/notes/kunjungi-sumatera-barat/urang-sumando
kedudukan-ipar-laki-laki-dalam-adat-minangkabau/212400685415/
(Diakses pada: 25 Agustus 2016, 14:00)
122
Universitas Sumatera Utara
BAB III
Hari kedua melakukan penelitian penulis datang sekitar jam 10.00 pagi
dimana udara Galogandang sangat sejuk, karena sangat terasa keasrian dari
Delia belum Pernah ke Galogandang, dan menurutnya daerah yang sangat jauh,
Delia bertanya mengapa penulis bisa melakukan penelitian di daerah yang jauh
ini, selain jauh daerah yang mendaki serta menurun membuat perjalanan terasa
agak kelelahan. Delia tidak kecewa untuk melakukan perjalanan tersebut setelah
dalam rumah itu terdapat ibu yang sedang bekerja membuat gerabah, dari
Tangannya terlihat lincah mengayunkan sebuah pemukul dari kayu. Dengan bunyi
yang keras maka penulis mendekati ibu tersebut, kemudian meminta izin untuk
rasakan pada saat itu. Maka dengan berani penulis menanyakan kepada ibu
penulis berfikir bahwa penulis datang kepada orang yang baik dan mau berbagi
47
Universitas Sumatera Utara
tujuan penulis datang kesini maka ibu tersebut bersedia. Perasaan yang senang
di Minangkabau kepada orang yang lebih tua dari pada kita. Etek Rina
tersebut sudah lama, karena sebagai pengrajin sudah merupakan pekerjaan yang
turun-temurun dari orang tuanya. Menurut cerita dari Etek Rina bahwa
rumah disini pada zaman dahulunya merupakan pengrajin gerabah tetapi seiring
gerabah yaitu kerajinan dari tanah liat yang memproduksi peralatan rumah tangga
terutama peralatan untuk memasak seperti periuk (balango), kuali, dan dandang.
Dalam waktu yang singkat Etek Rina dapat menyelesaikan satu buah
gerabah yang siap untuk dijemur. Penulis kagum dengan kecepatan tangan Etek
Rina untuk membuatnya. Etek Rina menjelaskan bahwa pekerjaan ini dilakukan
dengan cepat karena sudah terbiasa, tetapi apabila sekilas dilihat oleh orang lain
pekerjaan ini sangat mudah untuk dilakukan sesungguhnya pekerjaan yang tidak
Pada saat melakukan wawancara dengan Etek Rina penulis meminta izin
untuk mengambil foto dari proses serta peralatan yang digunakan pada gerabah.
Senang hati Etek memberikan izin untuk mengambil fotonya, jika prosesnya tidak
48
Universitas Sumatera Utara
bisa semua hari ini karena proses pembakaran dilakukan pada esok hari. Etek
menawarkan untuk datang besok hari karena ada proses pembakaran, jika cuaca
senang, dalam hati penulis bahwa penerimaan dari informan sangat baik.
peralatan serta fungsi dari masing alat tersebut. Etek Rina menjelaskan sebagai
berikut, Peralatan adalah suatu alat penunjang untuk melakukan proses pembuatan
yang mudah didapatkan, kemudian peralatan yang sudah ada secara turun
temurun atau disebut dengan peralatan yang ditinggalkan oleh nenek moyang dari
turun-temurun dan ada juga yang tidak. Etek Rina menjelaskan dengan senang
hati tentang semua peralatan secara satu-persatu, peralatan tersebut antara lain :
tanah liat, peralatan yang digunakan merupakan peralatan tradisional yang mudah
didapat dan peralatan yang sudah turun temurun atau peralatan yang ditinggalkan
oleh nenek moyang dari pengrajin sebelumnya. Peralatan yang digunakan untuk
49
Universitas Sumatera Utara
3.1.1. Rotan ( Bambu)
Foto 6
Rotan
bagian dari peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan gerabah khususnya
untuk membuat berbagai kerajinan dari tanah liat. Rotan digunakan dalam proses
mencetak awal gerabah. Rotan yang digunakan berbentuk lingkaran yang terdiri
untuk cetakan yang kecil sedangkan jenis periuk (belango) besar mempunyai
50
Universitas Sumatera Utara
ukuran 60 cm. Rotan diambil disekitar bukit-bukit yang terdapat di daerah
Galogandang.
3.1.2. Kayu
Foto 7
Kayu
gerabah, penulis tercengang dengan keahilan Etek Rina, sangat mudah baginya
pukulan dilakukan pada bagian luar dan bagian dalam, dibagian luar dipukul
dengan kayu dan dibagian dalamnya dialasi menggunakan batu. Pukulan kayu
dengan batu harus sejajar, jika tidak hasilnya akan berlubang dan cetakan akan
rusak. Kayu biasanya mempunyai ukuran panjang sekitar 40 cm dan lebar sekitar
51
Universitas Sumatera Utara
dan lebar 5 cm. Gagang berfungsi sebagai pemegang bagi pengrajin supaya
mudah dalam proses memukul gerabah yang sedang dibentuk. Kayu didapatkan
pondok untuk mangangkat gerabah yang sedang dijemur. Etek Rina tidak hanya
sendiri mengangkat gerabah dibantu juga oleh anaknya. Setelah semua gerabah
mengerjakan gerabah.
52
Universitas Sumatera Utara
3.1.3. Batu
Foto 8
Batu
berbentuk bulat yang dibaliknya berbentuk pipih. Batu ini merupakan peralatan
yang turun-temurun dari pengrajin sebelumnya karena batu tersebut tidak didapat
disembarang tempat ataupun dicetak ditempat tukang batu. Fungsi dari batu juga
53
Universitas Sumatera Utara
3.1.4. Bambu Kecil (Pirih batuang ketek)
Foto 9
Bambu kecil
batu-batu kecil yang terdapat dicetakan gerabah. Proses mangusuak juga disebut
sebagai proses untuk merapikan permukaan gerabah. Jika tidak lakukan maka
dalam proses pembakaran nanti, batu-batu kecil yang tersisa bisa membuat
gerabah pecah serta berlubang-lubang, maka hal itu membuat pengrajin selalu
54
Universitas Sumatera Utara
3.1.5. Batu kecil
Foto 10
Batu Kecil
maka akan seperti yang dilakukan oleh penulis. Suatu saat pasti apa yang
dilakukan ini akan mendapatkan balasan jadi sebagai manusia tidak boleh pelit
untuk memberikan suatu informasi. Kemudian Etek mengambil batu kecil yang
Batu kecil yang berukuran panjang 6 cm dan lebar 5 cm, yang berfungsi
untuk mangusuak (menggosok) supaya terlihat licin, kebetulan batu dan bambu
memiliki fungsi yang sama sehingga pengrajin tanah liat ada yang memiliki satu
alat saja tetapi ada juga yang memiliki kedua alat tersebut
55
Universitas Sumatera Utara
3.1.6. Seng Tipis (Pisau Gerabah)
Foto 11
Seng Tipis
seng tipis ini juga dibutuhkan sebagai peralatan dari gerabah. Seperti seng tipis
ini. Bagi sebagaian orang itu tidak memiliki fungsi tetapi tidak bagi pengrajin
semua susah didapatkan, tetapi ada juga yang mudah untuk mendapatkannya.
Seng tipis ini salah satunya. Etek memang bisa menjadikan ini sebagai suatu alat
sekali. Seng tipis memiliki panjang 10 cm yang diatasnya terdapat lekukan seperti
alat pemotong yang berguna untuk merapikan bibir-bibir bagian atas gerabah.
Seng ini pengganti pisaunya gerabah, seng yang menjadikan gerabah terlihat rapi
atau cantik.
56
Universitas Sumatera Utara
3.1.7. Lapiak Pandan (Tikar)
Foto 12
Lapiak Pandan (Tikar)
dan lebar 10 cm, mempunyai fungsi untuk mambibia (membibir) supaya halus
atau licin, sehingga gerabah kelihatan lebih cantik dan indah. lapiak atau tikar
tidak harus yang baru, ada juga pengrajin yang bisa menggunakan lapiak atau
dari pembuatan gerabah. Etek sungguh baik untuk mau menceritakan semua
peralatan tersebut. Penulis mendapatkan informasi dan data yang lengkap dari
57
Universitas Sumatera Utara
Etek Rina, dengan berat hati penulis berpamitan untuk pulang karena hari sudah
sore dan hari pun sudah kelihatan mau hujan. Penulis mengatakan kepada Etek
Rina bahwa terima kasih untuk informasinya, jika besok penulis kembali apakah
Etek mengizinkannya, dengan senang hati Etek menjawab boleh, kapan pun kalau
memang belum lengkap dengan data serta informasi bisa kembali lagi.
penulis, beliau menemani penulis untuk penelitian, alasannya tidak mungkin jika
untuk pergi ke daerah Galogandang itu sendirian. Menurut orang tua penulis jika
daerah tersebut terlalu jauh, maka seharusnya harus ada teman untuk kesana ,
supaya nanti dijalan jika terjadi apa-apa maka ada yang menolongnya. Gerabah
cara pembuatan serta alat yang digunakan masih tradisional dan turun-temurun.
Proses pembuatan gerabah sangat unik yaitu mengandalkan alat seadanya serta
kelincahan tangan pengrajin itu sendiri. Proses pembuatan gerabah diawali dengan
58
Universitas Sumatera Utara
3.2.1. Pengolahan Bahan Baku
Foto 13
Bahan Baku yang ditumpuk
persediaan dari bahan baku untuk membuat gerabah banyak. Sesuai dengan
gerabah di Galogandang umumnya memanfaatkan tanah liat, pasir dan air. Tanah
liat yang dipakai merupakan tanah liat yang terdapat di sawah setelah panen padi
dan tanah liat yang terdapat dipinggir perbukitan yang ada disekitar daerah
tersebut. Tanah liat jenis ini memiliki warna kecoklatan. Pengrajin yang bernama
59
Universitas Sumatera Utara
Tanah yang etek ambiak di sawah lah banyak, rato-rato
disawah tu kadang lah sadonyo tampek yang samo
diambiak gai, tapi jarak waktunyo lah lamo. Kalau pun
mambiak tanah urang yang punyo sawah pun indak ado
masalah untuk tanah yang etek ambiak, malah kadang
disuruahnyo karano sawah yang sudah diambiak tanah
liek ko padi ditanam sasudahnyo akan rancak atau
banyak penghasilannyo. Jadi indak sembarang tanah
yang akan diambiak harus tanah liek yang rancak.
Tanah selain tanah liek indak bisa dibantuak dan
sahinggo indak akan manjadi pariuk”.
“Tanah liat memang banyak terdapat di daerah
Galogandang, tanah yang bagus untuk membuat gerabah
adalah tanah yang terdapat disawah. Biasanya tanah
diambil sekali 6 (enam ) bulan yaitu pada masa setelah
panen padi. Pengambilan tanah disawah dilakukan
dengan cara penggalian dengan kedalaman sekitar 1
meter samapai 1,5 meter atau sampai lebih dari ukuran
tersebut yang penting sampai menemukan tanah yang
liat. Biasanya dibuat galian dengan bentuk petak
(persegi). Etek ini mengambil tanah liat di sawah orang
lain, lantaran dia tidak memilki sawah. Masa panen
masyarakat Galogandang juga berebeda-beda jadi etek
ini tidak mengalami kekurangan tanah selalu
mendapatkan tanah apabila persedian tanah di rumah
sudah habis maka tanah akan diambil lagi di sawah
tersebut. Tanah yang diambilnya sudah banyak, rata-rata
sawah yang ada disana sudah pernah dia ambil kadang
pada satu tempat yang sama tapi sudah memiliki jarak
waktu yang lama”
Pasir yang digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat gerabah
mengambil di daerah mereka karena tidak adanya pasir. Pada zaman dahulu
membelinya dari tukang bangunan dengan harga Rp 800.000 per truk kecil. Pasir
yang digunakan untuk campuran gerabah ini yaitu pasir halus jadi sebelum
melakukan pengolahan maka Pasir tersebut terlebih dahulu harus disaring untuk
memisahkan pasir halus dengan yang kasar serta batu-batu yang terdapat didalam
pasir.
60
Universitas Sumatera Utara
Tanah liat dan pasir halus di aduk merata dengan cara memijak/memasak,
tanah dan pasir tercampur rata maka diberi sedikit air. Percampuran antara tanah
dan pasir harus sesuai. Menurut informan penulis pekerjaan ini agak sulit, karena
harus memiliki tenaga yang kuat. Pencampuran tanah dengan pasir membutuhkan
waktu kurang lebih satu jam, supaya bahan tersebut tercampur dengan rata. Oleh
sebab itu hal ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan, jika tidak sesuai maka
bahan baku yang dihasilkan tidak bisa dibentuk. Salah satu informan mengatakan
bahwa :
Setelah bahan tersebut tercampur maka didapatlah bahan baku yang siap
untuk dicetak, maka tahap selanjutnya adalah pembentukan bahan baku yang
61
Universitas Sumatera Utara
Foto 14
Bahan baku yang sudah di masak
Windy, Windy mau menemani penulis karena Windy juga belum pernah ke
daerah Galogandang, maka ada perasaan tertarik untuk pergi ke daerah tersebut,
dimana Windy hanya pernah mendengar tentang daerah itu, jika Galogandang
sebagai tempat pengrajin gerabah, jika melihat secara langsung windy belum
pernah sama sekali. Perjalanan penulis lakukan pada jam 08.00 WIB, karena
Pacu Jawi yang pada hari itu akan dilaksanakan penutupan dari acara tersebut.
daerah Galogandang untuk melihat Pacu Jawi penulis melihat suasana pada pagi
itu semua orang terlihat gembira. Didalam perjalanan menuju rumah informan
62
Universitas Sumatera Utara
penulis melihat sekelompok orang sedang memainkan alat musik tradisional
itu barulah penulis mendatangi rumah ibu Yurnalis yang merupakan informan
penulis. Tampak dari kejauhan kalau ibu Yurnalis sedang membuat gerabah dan
kemudian dengan mengucapkan salam penulis duduk dekat ibu Yurnalis sambil
ibu Yurnalis, tempat untuk ibu Yurnalis bekerja disekelilingnya dipenuhi dengan
tanah dan pasir. Ibu Yurnalis bekerja didepan rumahnya, jika bekerja didepan
rumah dapat terlihat oleh pembeli atau peminat dari gerabah ini. Bahan-bahan
yang terdapat disekelilingnya satu ember air yang berwarna coklat dan satu
onggok tanah yang terbungkus dengan plastik. Menurut ibu Yurnalis jika tanah ini
tidak ditutup maka tanah akan cepat kering, hal itu akan susah untuk dibentuk jika
sudah terjadi maka ibu Yurnalis akan memberi sedikit air supaya akan lebih
lunak. Selain tanah dan pasir juga terdapat papan yang panjang ternyata papan
tersebut berguna untuk duduk ibu Yurnalis untuk membuat gerabah, posisi duduk
yang kakinya memanjang dan dialasi dengan karung goni diatas paha sampai kaki
berfungsi untuk menutupi supaya pakaian yang digunakan tidak kotor oleh tanah
liat. Tidak ada terlihat rasa capek diwajahnya, dengan penuh ketekunan beliau
menyelesaikannya. Ibu Yurnalis hanya berkata untuk bagaimana untuk cepat siap
63
Universitas Sumatera Utara
Proses pembuatan gerabah di daerah Galogandang dilakukan berbagai
bentuk, salah satunya proses yang akan penulis paparkan. Penulis memaparkan
sesuai dengan proses yang dilakukan oleh informan penulis. Dari setiap proses
pembuatan penulis melihat adanya hal yang berbeda yang dilakukan oleh para
bentuk yang akan dibuat sama. Setelah bahan sudah jadi maka tahap selanjutnya
Pada tahap awal dalam mencetak gerabah digunakan rotan yang berbentuk
lingkaran
Foto 15
Proses Awal dari Pembentukan Gerabah
64
Universitas Sumatera Utara
“Pekerjaan membuat gerabah ini dilakukan pada
pagi hari sampai sore, malam harinya pergi ke
mesjid. Pagi-pagi sebelum membuat gerabah ibu
Yurnalis memberi motif sambil minum teh”.
Pekerjaan inilah yang dilakukan oleh ibu Yurnalis
setiap hari. Dari pada duduk-duduk lebih baik
membuat gerabah.”
Tangan yang sudah mulai keriput ibu Yurnalis masih tetap semangat untuk
kepada ibu Yurnalis dengan umur yang tidak muda lain, dapat menyelesaikan
gerabah dengan waktu yang cepat. Sambil membuat gerabah ibu Yurnalis
Cara ini merupakan bagian awal dari pembentukan tanah liat menjadi
sebuah gerabah. Tanah liat diambil sesuai besar gerabah yang akan dibuat setelah
itu dibulatkan kemudian dipipihkan dan ditempelkan pada rotan yang berbentuk
lingkaran tersebut, yang nantinya dibentuk menjadi mulut wadah gerabah tersebut.
Jika tidak menggunakan rotan maka gerabah tidak sama, maka terlihat tidak
bagus.
65
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.2. Membentuk Gerabah
Foto 16
Proses Pembentukan Gerabah
membentuk cekungan. Ibu Yurnalis tahu betul berapa ukuran kedalaman dari
gerabah tersebut, beliau tidak perlu terlalu banyak untuk melakukan pengulangan
dalam mengerjakannya.
66
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.3. Melicinkan Gerabah
Foto 17
Proses Melicinkan Gerabah
rumahnya untuk menunjukkan bahwa ada gerabah yang nanti pulang bisa penulis
bawa pulang, dengan cepat ibu Yurnalis mencari gerabah tersebut, setelah lama
mencari ternyata gerabahnya tidak ketemu. Padahal beliau tahu persis jika gerabah
itu masih ada, gerabah tersebut merupakan sisa penjualan kepada pelanggan
tersebut terlihat licin serta bagus. Batu secara perlahan-lahan digosokkan ke dalam
67
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.4. Memotong Pinggir Gerabah
Foto 18
Proses Melicinkan Bibir Atas Gerabah
memotong beliau dipanggil oleh seorang ibu, apakah beliau akan pergi tempat
acara tersebut tidak membuat beliau tertarik. Setelah ibu itu pergi beliau berkata
kepada penulis lebih bagus menyelesaikan gerabah ini ada untungnya dari pada itu
tidak ada untung, karena yang dilihat hanya sapi yang berlari. Pekerjaan ini harus
langgananya, dan pekerjaan ini sudah memiliki janji kepada pelanggan untuk
cepat selesai. Supaya pelanggan tidak kecewa beliau berusaha cepat untuk
menggunakan besi kecil atau bisa sekilas dilihat pisau gerabah. Hal ini dilakukan
agar bagian pinggir atas rata, sehingga tidak terlihat tonjolan-tonjolan, yang akan
68
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.3. Malangiah (memukul-mukul)
Foto 19
Malangiah
Waktu tahap ini penulis sedikit terkejut dengan ibu Yurnalis yang sangat
bisa memainkan papan, sehingga papan yang dipukul ke permukaan gerabah tidak
dan mengikuti tangan serta pukulan kayu. Ibu Yurnalis menjelaskan bahwa karena
69
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.4. Mangusuak ( Mengusuk)
Foto 20
Mangusuak Gerabah
Penulis melihat proses mangisa ini seperti memainkan musik rabab yang
dilihat dari cara ibu Yurnalis menggunakan benda tersebut. Mengusuk proses
selanjutnya, setelah gerabah sudah mulai terbentuk maka gerabah tersebut akan
gerabah tersebut akan dilicinkan menggunakan bambu kecil (pangisa) agar licin
Proses memberi bibir ini dilakukan setelah semua gerabah dicetak dan
dijemur dibawah panas matahari kemudian proses selanjutnya gerabah diberi bibir
agar gerabah kelihatan lebih sempurna. Menurut saya memberi bibir ini
merupakan proses yang hebat karena pengrajin bisa mengetahui berapa besar
ukuran serta bentuk gerabah yang akan diberi bibir. Semua ukuran bibir dari
gerabah yang dibuatnya sama, sehingga terlihat indah dari semua gerabah yang
ada.
70
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.5 Pemberian motif atau ragi Gerabah
Saat informan sedang istirahat untuk sholat dan makan, penulis berfikir
pemberian motif pada gerabah. Tiba-tiba ibu Yurnalis keluar dari rumah,
Terdapat berbagai macam bentuk dalam pemberian motif pada gerabah, ada yang
berbentuk bunga, garisan-garisan dan lain-lain, kebanyakan dari motif yang dibuat
berupa garisan-garisan atau sesuai dengan produk gerabah yang dibuat. Memberi
setelah semua sudah selesai dijemur dan siap untuk dibakar. Biasanya dilakukan
pada pagi atau malam hari sesuai dengan keinginan pengrajin itu sendiri. Hal
secara turun-temurun. Modal itu terdiri dari nilai-nilai, orientasi, kebiasaan, adat-
istiadat, dan bentuk lain dari budaya. Modal budaya juga bisa berupa kesenian,
pertunjukkan, film, drama, lukisan, dan bisa dalam bentuk hasil karya atau dalam
71
Universitas Sumatera Utara
bentuk cagar budaya-heritage. Modal budaya adalah modal dasar yang sudah
dimiliki oleh industri, terutama industri kecil dan industri lokal yang tersebar di
budaya, dan bahasa yang tersebar diberbagai daerah merupakan dasar ekonomi
kreatif. Semua modal budaya dan kebinekaan ini masih perlu dikelola (manage)
sebagai modal dasar ekonomi kreatif yang bernilai ekonomi tinggi, bernilai
seseorang dalam membuat suatu karya baru atau dengan kata lain, kreativitas
adalah kemampuan seseorang dalam membuat suatu karya yang berbeda dari yang
pernah ada sebelumnya sehingga menjadi terlihat lebih baru. Dalam hal ini beliau
membuat berbagai macam bentuk kerajinan gerabah dari tanah liat dengan ide
menggu, dulang api, pariuk barasan, gucci, ceret, gelas, tempat serabi, carano,
72
Universitas Sumatera Utara
Selain dapat mengasah kreatifitasnya, hal tersebut juga dilakukan agar para
Foto 21
Proses penjemuran gerabah
Hari sangat cerah, penulis sampai di Galogandang sekitar jam 12.00 WIB.
Penulis melihat di tempat lahan yang kosong hanya terdapat banyak tumpukan
kayu, tumpukan jerami dan bekas-bekas pembakaran. Disana terdapat seorang ibu
yang sedang menjemur gerabah, penulis menghampirinya, dengan rasa agak takut
datang kesana karena terlihat wajahnya yang sedikit agak merengut, penulis
berfikir jika wajah ibu tersebut merengut mungkin karena hari panas atau karena
melihat proses pembakaran dari gerabah ini. Senyuman yang lebar kemudian ibu
73
Universitas Sumatera Utara
tersebut mengizinkan dan mulai bertanya-tanya mengenai sekolah dan kegunaan
dari melihat proses penjemuran dan pembakaran gerabah ini. Secara tiba-tiba
keluar dari pondok didekat penjemuran itu tiga orang ibu-ibu, dua orang masih
belum tua, dan satu orang sudah memasuki usia tua. Penulis bertanya kepada ibu
tersebut mengapa orang menjadi ramai datang ke sini, ibu-ibu menjelaskan jika
semua ibu-ibu disini bersaudara dengan hubungan adik dan kakak, kemudian yang
Semua yang penulis lihat bahwa setiap hubungan tali darah pasti saling tolong-
yang berbeda, ada yang lembut dan ada juga yang keras. Tapi hal itu tidak
ke atas tungku. Panas matahari sangat terik tidak menyurutkan penulis untuk
berdiam diri.
menjemur gerabah pada saat hari cerah atau panas matahari yang terik supaya
74
Universitas Sumatera Utara
pada tempat lahan yang kosong, seperti depan rumah dan dipinggir jalan, biasanya
demikian karena gerabah yang akan dibakar dalam jumlah yang banyak, sehingga
Proses penjemuran ini bisa dilakukan sehari sebelum pembakaran dan jika
matahari terik bisa juga dilakukan sebelum mulai pembakaran pada hari itu.
penjemuran termasuk proses yang penting karena gerabah yang tidak kering
kepada informan lebih baik bekerja dikantor dari pada berpanas-panas seperti ini.
Memang dahulunya kami pergi merantau, tetapi karena nasib kami semua pulang
kampung, untungnya orang tua kami sudah memberi ilmu tentang bagaimana cara
membuat gerabah, sehingga saat pulang dari kampung, dan menetap disini
perasaan canggung tidak ada lagi. Sekarang kami semua sudah pandai membuat
gerabah. Keasyikan bercerita hari sudah jam 13.00 WIB, ibu tersebut membawa
75
Universitas Sumatera Utara
berbagai jenis gerabah mulai dari kecil sampai yang besar. Penulis ikut
beristirahat disana, tiba-tiba nenek Rasina makanan dan air minum. Penulis
berfikir jika penyambutan dari pengrajin ini sangat baik, sehingga pengrajin
Proses ini membutuhkan waktu lebih kurang sekitar empat jam, pada saat
dilakukan pada tempat yang luas, jika luas maka pembakaran akan lebih muda
untuk dilakukan dan mengurangi bahaya dari pembakaran itu sendiri. Memang
oleh suaminya dan ada juga pengrajin hanya melakukan pekerjaan itu sendiri. Ada
membantu dengan pengrajin gerabah yang lain, yaitu pada saat pengangkatan
pada saat kesulitan mereka biasa saling membantu. Tahap-tahap dari proses
Foto 22
Proses Mengumpulkan Bahan Pembakaran Gerabah
76
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016
awal sampai akhir, kemaren tidak melihat sampai akhir dan memiliki kendala
karena penulis tidak membawa alat perekam. Hari ini melakukan penulis
membawa lengkapa dari alat yang dibutuhkan sebagai penelitian, supaya tidak
berhalangan dari mengambil gambar serta wawancara. Beruntung pada hari ini
penulis berfikir bahwa susah untuk mencari pengrajin yang akan membakar
gerabah. Menurut pengrajin yang ada disana proses pembakaran dilakukan jika
77
Universitas Sumatera Utara
gerabah-gerabah sudah banyak, maka pembakaran akan dilakukan. Hati yang
Sekitar jam 12.00 siang penulis berjalan terus sehingga dari kejauhan
penulis melihat dipinggir jalan terdapat tutup gerabah yang berjejer di tengah
gerabah kering dengan sempurna. Penulis menghampiri ibu tersebut dan bertanya
menjawab iya, dengan banyak pertanyaan kepada saya ibu itu mengizinkan saya
bisa mendapatkan informasi seputar gerabah. Ternyata ibu itu tidak sendirian,
beliau berdua dengan ibu Ras, yang merupakan tetangganya. Mereka memang
saling bekerja sama karena tenaga dari ibu Sabai tidak terlalu kuat lagi maka kerja
sama dengan ibu Ras sangat membantu, sehingga menjadikan mereka saling
Kesepakatan dari mereka berdua ibu Sabai yang banyak memiliki tanah
serta tempat yang luas untuk membuat gerabah, maka ibu Ras sebagai mahinja
tanah pekerjaan yang agak susuah sehingga pekerjaan tersenut dikerjakan oleh ibu
Ras selain faktor itu faktor lainnya adalah umur dari ibu Sabai lebih tua dari pada
ibu Ras, maka dari itu tenaga dari ibu Sabagai mahinja tanah tidak kuat lagi,
78
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh ibu Sabai membuat gerabah serta menolong untuk menjemur dan
mengumpulkan bahan untuk dibakar seperti kayu, jerami dan sabut. Bahan ini
digunakan dalam jumlah yang banyak. Semua pekerjaan tersebut dikerjakan oleh
ibu Ras. Beliau merupakan seorang perempuan yang gigih. Bahan-bahan untuk
pembakaran didapatkan di belakang rumah ibu Ras. Pada gambar terlihat ibu Ras
sedang membelah sabut menjadi bagian-bagian kecil. Jerami basah dengan jerami
kering dipisahkan agar ketika menata di atas tungku tidak susah. Disini terjadi
untuk pembakaran tersebut adalah kayu, bambu, jerami, sabut, minyak tanah,
sekam (kulit padi), pelepah pohon kelapa dan korek api. Setelah bahan
dikumpulkan proses awal dimulai dari persiapan tungku yang terbuat dari kayu
atau bambu Proses menata kayu dan bambu menjadi bentuk persegi. Kemudian
sabut kelapa yang sudah dibelah menjadi kecil akan diletakkan diatas tungku.
79
Universitas Sumatera Utara
3.2.4.2. Penataan Gerabah Diatas Tungku Pembakaran
Foto 23
pembakaran, karena penulis berpikir untuk mendapatkan sesuatu maka harus ada
pembakaran. Penulis khawatir tidak pas dalam penataan gerabah sehingga dapat
mungkin supaya dalam proses pembakaran dia tidak hancur, sehingga gerabah
80
Universitas Sumatera Utara
yang dibakar masih tetap utuh dan terbakar secara sempurna, jika hancur maka
akan mengakibatkan kerugian, karena kalau sudah retak atau pecah maka gerabah
Foto 24
Pemberian Jerami Pembakaran
basah dan yang kering akan ditutupkan ke tungku pembakaran. Jerami kering
jerami lembab agar api yang membakar tahan. Hal ini dilakukan dalam beberapa
lapis, dan yang terakhir diletakkan jerami kering. Jerami ini diletakkan di
sekeliling tungku. Setelah itu di tambahkan kayu di atas tumpukan jerami agar
gerabah, jerami yang digunakan jerami kering dan jerami yang agak lembab.
Jerami kering digunakan untuk lapisan dalam dan jerami basah digunakan untuk
lapisan luar dalam proses pembakaran. Jerami digunakan sampai tertutupi semua
keliling tungku pembakaran. Jerami tidak hanya untuk menutupi disekeling tapi
81
Universitas Sumatera Utara
juga sebagai penutup diatas gerabah. Mengapa jerami yang digunakan supaya api
Foto 25
Menyalakan Api Pembakaran Gerabah
seperti tumpukan sampah yang besar maka dibawahnya akan disisakan sedikit
lubang untuk tempat menyalakan api dengan menggunakan daun kelapa kering
ditambah sedikit minyak tanah. Setelah api dinyalakan dan membakar sabut dan
jerami, maka akan timbul banyak asap. Sementara itu penulis dan pengrajin
keadaan yang tidak menentu, terkadang angin sehingga api tidak stabil, kadang
membesar. Selama proses pembakaran api harus selalu diperhatikan dan jerami
juga harus ditambah agar panas yang berasal dari api tetap merata.
kelapa yang sudah kering. Api dipastikan tetap hidup tidak besar dan tidak juga
82
Universitas Sumatera Utara
kecil atau mati. Sementara sedang menunggu pembakaran ibu-ibu bercerita-cerita
Foto 26
Pengangkatan Gerabah Setelah Dibakar
Galogandang dari dulu penghasil gerabah, namun ada juga penghasilan yang dari
daerah ini, seperti hasil tani padi, cengkeh, kayu manis. Banyak juga masyarakat
Galogandang yang bertani, namun semenjak musim kemarau dan kekurangan air
Setelah menunggu lama yaitu sekitar empat jam, maka akhirnya semua
dikeluarkan dari bara api sisa pembakaran. Pengangkatan bisa dilakukan dengan
menggunakan kayu panjang supaya tidak terkena tangan karena masih dalam
83
Universitas Sumatera Utara
melakukannya dengan hati-hati supaya tidak pecah atau retak. Didalam proses
pembakaran tahap akhir ini biasanya pengrajin ada yang menaburkan dedak dan
ada juga yang tidak menaburkannya, sesuai dengan jenis gerabah yang dibuat.
Jika gerabahnya berwarna merah maka itu ditaburkan dedak padi halus, begitu
juga sebaliknya jika berwarna hitam maka tidak ditaburkan dedak padi halus.
produk yang memiliki nilai seni serta nilai guna bagi masyarakat. Gerabah yang
berkembang, tetapi dilihat dari segi produk serta cara pemasarannya masih belum
terlalu ada inovasi baru. Dari segi yang lain yaitu pada pengrajin itu sendiri
84
Universitas Sumatera Utara
Itulah salah satu faktor pengrajin di Galogandang akan
habis”
Zaman dimana masih belum berkembang seperti sekarang ini, bentuk yang
dihasilkan masih belum banyak, dari segi penjualan yang masih sederhana. Salah
menjajakan dengan menggunakan rotan yang dibawa dengan kepala sudah tidak
laki-laki.
beragam, sehingga berbagai jenis atau bentuk dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh
sebab itu mulai banyaklah permintaan yang dipesan kepada pengrajin gerabah,
kemudian cara penjualannya juga sudah semakin diperluas oleh penjual gerabah
85
Universitas Sumatera Utara
daerah urang, painyo salamo saminggu, ado namo
daeranyo Lintau kasinan kami pai bajajo, amak samo
kawan amak ciek lai taruih kami pai tu, lah siap kami
mambuek tu takumpuan pai kami manjajo, amak baok lah
pariuk tu sakaruang, bajujuang samo kapalo kalau lah
tibo disinan dan ado lo yang balatak an dilapau urang
disinan. Itu lah kapayahannyo manjua pariuk ko, kalau
kini amak lah banyak pasanan, jadi indak ado manjajo
tapi mambuek se lai, dan urang-urang kini alah banyak
pakai ojek honda tu mambaok pariuk, dilatak kannyo
dalam karanjang tu pai manjua kakampuang-kampuang
urang, alah samakin maju”
“Sekarang jangan ditanya banyak amak membuat jenis
gerabah, dilihat kan contoh oleh orang yang mau
memesan, terus amak belajar membuatnya, setelah itu
dengan belajar dan belajar kemudian bisa.kalau dahulu
pesanan tidak banyak seperti sekarang. Waktu dahulu
amak pergi berjualan dengan menjajakan, dibawa satu
karung. Dibawa dengan cara diletakkan diatas kepala,
selain itu ada juga yang diletakkan di warung-warung
orang disana. Itulah susuahnya menjual periuk ini. Kalau
sekarang Amak sekarang sudah banyak pesanan, jadi
sekarang tidak berjualan keliling kampung, tetapi hanya
membuat saja. sekarang ojek yang pakai motor membawa
periuk untuk dijual. diletakkan dalam keranjang, pergi
menjual keliling kampung”.
Perubahan teknologi yang semakin canggih memberikan dampak yang
positif pada usaha Ibu Yurnalis. Ibu Yurnalis dapat membuat berbagai macam
gerabah dengan cara berjalan kaki menjajakan gerabah keliling kampung namun
Hal yang sama dikemukakan oleh Florida, R (2001) bahwa akhir-akhir ini
meningkatkan kualitas dan mempermudah kegiatan ekonomi dan bisnis. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya pekerjaan manusia yang dapat digantikan
86
Universitas Sumatera Utara
sebuah inovasi baru. Dengan demikian, kemudahan mengakses dan membeli
kreatif.
banyak tetapi sekarang sudah tidak lagi. Salah seorang ibu mengatakan kalau dia
masih berjualan di pasar, tetapi teman-temannya tidak ada lagi, sudah banyak
sekarang masih tetap bertahan, hanya saja pengrajin yang ada di Galogandang
87
Universitas Sumatera Utara
semakin sedikit, jika ditinjau dari produknya semakin banyak yang baru dan
88
Universitas Sumatera Utara
3.4. Jenis-jenis gerabah yang di produksi di Galogandang
Foto 27
89
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis gerabah yang diproduksi di Galogandang sangat banyak, bahkan
menurut informan penulis beliau pernah membuat gerabah dengan berbagai jenis
yaitu sebanyak 20 jenis. Tetapi gambar yang diatas merupakan sebagian contoh
dari gerabah. Waktu penulis melakukan penelitian disana tidak semua jenis
gerabah tersebut dilihat, karena biasanya jika adanya pemesan dari orang barulah
pengrajin membuat gerabah tersebut dan jika tidak, maka pengrajin tidak
Zaman dahulu
1. Pariuk ( Balango)
3. Kuali
5. Dulang api
6. Pariuk barasan
7. Gucci
8. Ceret
9. Gelas
1) Tempat serabi
2) Carano
3) Asbak
4) Ka
90
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1
Daftar Harga Rata-rata Gerabah di Galogandang
Harga
Jenis Ukuran
Pelanggan Bukan Pelanggan
Periuk (Belango) Besar Rp 50.000 Rp 100.000
Sedang Rp 10.000 Rp 40.000
Kecil Rp 7.500 Rp 10.000
Carano - - Rp 100.000
Asbak - - Rp 25.000
Kacio - - Rp 30.000
Gantungan - - Rp 10.000
Bunga
Kesimpulan dari tabel diatas, jenis gerabah yang paling Mahal yaitu
Menggu ( Tempat Kuah Sate), dan harga gerabah yang paling murah adalah tutup.
91
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
salah seorang pengrajin gerabah. Penulis mendatangi rumah ibu Yurnalis, pada
saat itu ibu Yurnalis sedang melakukan pembuatan gerabah. Wawancara kali ini
penulis bertanya mengenai srategi pemasaran gerabah yang dilakukan oleh ibu
Yurnalis dan pengrajin lainnya. Pada saat melakukan wawancara dengan penulis
Nilai seni adalah kualitas yang terdapat dalam karya seni, baik kualitas yang
bersifat kasat mata, maupun yang tidak kasat mata. Nilai yang dimiliki oleh karya
seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dihayati oleh seniman atau
dalam wujud karya seni dan dikomunikasikan kepada penikmatnya atau publik
seni. Nilai seni yang tinggi berkaitan dengan pengembangan design gerabah,
untuk mendapatkan barang tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam cara.
memiliki nilai seni serta nilai guna untuk digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga
92
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana menurut Suryana (2013:77) menjelaskan bahwa, kreasi dan
keistimewaan barang dan jasa serta pelayanan yang akan diberikan. Produk baru
mengandung kualitas baru dan nilai tambah baru. Demikian dengan Para
setempat dan masyarakat luar. Terlihat dari design-design baru yang dihasilkan.
Seiiring perkembangan zaman, maka semakin banyak juga bentuk yang baru dari
konsumen. Diberi motif bunga agar kelihatan lebih cantik dan menarik. Motif
bunga ini berdasarkan ide atau kreativitas pengrajin, tidak ada mengandung unsur
alam atau makna lain. Motif bunga tersebut hanya ada pada gerabah yang
berbentuk teko (ceret). Hal tersebut menandakan bahwa kreativitas yang dimiliki
93
Universitas Sumatera Utara
Foto 28
karya yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Dalam hal ini pengrajin
baru yang dimilikinya maupun yang mendapatkan bentuk contoh dari tempat lain.
Ide yang tercipta akan membuat suatu bentuk kerajinan, sehingga dapat menarik
barang-barang dan jasa-jasa yang memiliki nilai ekonomi yang dihasilkan dari
kreativitas (Howkins, 2001: X). Hasil dari kreativitas bisa diamati dari segi
produk, proses, strategi, metode, usaha, modal, dan desain baru yang dihasilkan.
gerabah dapat dikatakan memiliki nilai ekonomi yang dihasilkan dari kreativitas
94
Universitas Sumatera Utara
oleh perempuan-perempuan masyarakat setempat. Gerabah yang dihasilkan
sebagai bentuk kreativitas yang dilakukan oleh pengrajin gerabah, seperti terdapat
pada motif-motif.
secara turun-temurun. Modal itu terdiri dari nilai-nilai, orientasi, kebiasaan, adat-
istiadat, dan bentuk lain dari budaya. Modal budaya juga bisa berupa kesenian,
pertunjukkan, film, drama, lukisan, dan bisa dalam bentuk hasil karya atau dalam
bentuk cagar budaya-heritage. Modal budaya adalah modal dasar yang sudah
dimiliki oleh industri, terutama industri kecil dan industri lokal yang tersebar di
budaya, dan bahasa yang tersebar diberbagai daerah merupakan dasar ekonomi
kreatif. Semua modal budaya dan kebinekaan ini masih perlu dikelola (manage)
ekonomi kreatif yang bernilai ekonomi tinggi, bernilai nasionalisme, dan bernilai
kesejahteraan.
95
Universitas Sumatera Utara
seseorang dalam membuat suatu karya baru atau dengan kata lain, kreativitas
adalah kemampuan seseorang dalam membuat suatu karya yang berbeda dari yang
pernah ada sebelumnya sehingga menjadi terlihat lebih baru. Dalam hal ini beliau
membuat berbagai macam bentuk kerajinan gerabah dari tanah liat dengan ide
pasir dan tanah liat yang sebagian tanah liat tersebut dapat diminta dari
lainnya yang dibuat dari bahan yang dibeli di toko. Prinsip ekonomi yang
4
Ibid hal 74
96
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga dijelaskan oleh ibu Yurnalis yang mengatakan bahwa
nilai keuntungan gerabah terdapat pada modal yang dikeluarkan yang tidak
yang sedikit. Dengan demikian, nilai keuntungan yang diperoleh dari pengrajin
gerabah yakni modal yang kecil mereka masih bisa memproduksi gerabah setiap
waktu
97
Universitas Sumatera Utara
4.3. Penjualan Kepada Distributor
sekitar daerah Galogandang saja, tetapi seiringnya waktu bagi pemasaran gerabah
semakin luas sehingga gudang balango sebagai distributor untuk menjual gerabah
ke luar daerah. Pemasaran yang lain yaitu dengan cara pelanggan yang membeli
Foto 29
98
Universitas Sumatera Utara
Menurut cerita seorang pemilik gudang balango yaitu nenek Rasina.
Nenek yang berumur sekitar 60 tahun ini memiliki empat orang anak satu laki-laki
dan tiga anak perempuan, dahulu tiga anak perempuannya merantau tetapi karena
sekarang sudah pulang kekampung, dan beliau memilih untuk membuat gerabah.
Nenek Rasina bisa dikatan sebagai pengrajin yang sudah lama membuat gerabah,
sudah dari turun-temurun, pekerjaan serta bakat yang dimilikinya sudah menurun
perempuan yang mahir dalam membuat gerabah. Nenek Rasina dan ketiga
anaknya tidak hanya sebagai pembuat gerabah tetapi juga sebagai penjual Salah
Pemasaran gerabah ini dilakukan keluarga besar nenek Rasina, mereka tidak
hanya membuat gerabah tetapi juga sebagai pengumpul gerabah. Di tempat ini
Galogandang dan sebagian lagi nenek dan ketiga anaknya yang membuat gerabah
tersebut. Jadi, rumah nenek Rasina dijadikan sebagai luarga nenek Rasina
Mandiri. Sebagai pengumpul mereka harus memiliki uang tunai untuk membeli
Galogandang.
diperlukan oleh industri kreatif yang berasal dari pemerintah dalam bentuk
99
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang dapat mengakomodasi dan melindungi industri kreatif. Oleh
karena itu, diperlukan departemen khusus yang membina industri kreatif di bawah
yang diperlukan dan dipandang sebagai modal sumber daya manusia bagi
g. Nama,
i. Lisensi,
100
Universitas Sumatera Utara
Dari bentuan PNPM mandiri tersebut Gerabah dapat dibeli dari pengrajin-
bisa mencapai ribuan, karena biasanya satu kali penjualan gerabah ke daerah luar
Galogandang, harus mencapai satu truk besar dengan muatan 1200 sampai dengan
1500 gerabah. Penjualan ke daerah luar Galogandang ini dilakukan sebanyak dua
kali dalam satu tahun. Daerah tersebut adalah Medan, Pekanbaru, Jambi, Padang,
membeli gerabah dan akan dibawa ke Jakarta. Didalam perjalanan, penulis pergi
secara terpisah dengan tetangga penulis, dan ia pun tersesat dikarenakan beliau
tidak begitu mengetahui jalan menuju daerah Galogandang. Susah payah penulis
lokasi.
langsung cara penjualan antara pengrajin dengan pembeli gerabah. Terjadi tawar-
101
Universitas Sumatera Utara
“saya menjemput kesini dengan alasan supaya
mendapatkan harga yang murah, karena langsung
mendatangi pergi gudang balango ini. Harganya lebih
murah dibandingkan beli di daerah saya”.
bagus, yaitu jika gerabah dipukul maka akan menghasilkan bunyi yang berdering,
jika tidak berdering maka gerabah tersebut tidak bagus. Sebagai pengrajin beliau
juga tidak mau jika pembeli kecewa dengan gerabahnya, makanya beliau
102
Universitas Sumatera Utara
Foto 30
sebagai berikut:
103
Universitas Sumatera Utara
selain inyo punyo toko surang, urang ko malatak an
gerabah ko ka toko-toko yang lain ado disitu. Jadi
istilahnyo urang nan manjapuik ka siko agennyo, karano
inyo manjapuik ka Galogandang.
“Menjual gerabah tidak hanya di daerah Galogandang,
tetapi ada juga pembeli di luar daerah Galogandang,
dimana kemudian gerabah tersebut dijual didaerahnya,
yaitu Pariaman. Orang Pariaman ini memiliki toko,
kemudian dia menjual di tokonya dan menjual kepada
toko-toko yang lain. Jadi istilahnya orang Pariaman
sebagai agennya, karena dia yang menjemput gerabah ke
Galogandang”.
Keesokan harinya penulis melakukan penelitian lagi, hari yang sangat cerah
sehingga mendukung untuk melakukan penelitian pada saat itu. Setibanya disana
didepan rumah, ternyata diantara kumpulan ibu-ibu tersebut ada seorang ibu yang
sedang mempersiapkan dagangannya. Ibu ini berasal dari daerah Turawan, yaitu
Rotan tersebut diikat menggunakan tali dan meletakkan daun pisang yang
kering, supaya gerabah bisa dibawa dengan baik sehingga tidak membuat gerabah
tersebut retak. Jika diberi daun pisang kering hal tersebut bisa terhindar. Setelah
itu baru gerabah diletakkan di atas rotan tersebut. Gerabah yang ditata ada sekitar
20 mulai dari yang kecil sampai yang besar. Gerabah tersebut di jual ke daerah
daerah Solok sudah sejak lama, meskipun masih banyak saingan dari orang lain
104
Universitas Sumatera Utara
Foto 31
Penjualan gerabah dijual ke daerah Medan biasanya dengan jumlah yang sangat
105
Universitas Sumatera Utara
Pemasaran ke tempat-tempat yang lain, selain Medan yaitu ke daerah
Pekanbaru, untuk rumah sakit yang ada disana, gerabah tersebut berguna untuk
meletakkan ari-ari bayi dari ibu-ibu yang melahirkan, dimana ari-ari tersebut akan
dikuburkan.
Selain itu cara pemasaran yang lain dari pengrajin gerabah yang ada di
Galogandang yakni yang dilakukan oleh seorang informan penulis, beliau juga
yaitu ke daerah Padang dan Lubuk Alung, beliau membawa gerabah dalam jumlah
dilakukan agak lama karena beliau harus mengumpulkan gerabah terlebih dahulu,
apalagi pada zaman sekarang gerabah sudah sedikit ditemukan karena tidak
bisa dikenal serta bisa menghasilkan uang kepada pengrajin, sehingga pengrajin
106
Universitas Sumatera Utara
mendapat keuntungan yang lebih dari hasil penjualan tersebut. Penjualan yang
dengan ibu penjual gerabah. Beliau mengatakan kalau dia masih berjualan di
pasar, tetapi teman-temannya tidak ada lagi, sudah banyak yang merantau dibawa
tradisional, beliau melakukan pekerjaan ini sudah lama. Beliau lebih suka menjual
dari pada membuat gerabah, alsannya jika membuat gerabah bakal lama untuk
5
Ibid hal 93
107
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan uang, karena kalau membuat gerabah harus dikumpulkan baru bisa
dijual. Sebagai penjual bisa membeli gerabah kepada pengrajin yang lain,
dan permintaan.
4.4.1. Pesan
Penulis pergi dengan teman, penulis mengajak teman karena dalam melakukan
penelitian penulis tidak bisa sendiri. Alasannya supaya penulis bisa mendapatkan
Perjalanan yang jauh menuju lokasi penelitian membuat penulis dengan teman
Galogandang pada pagi itu terlihat sibuk. Diperjalanan penulis banyak melihat
petani yang sedang menggarap sawah, ada juga masyarakat yang sedang
beliau. Penulis melakukan wawancara dengan beliau, karena hari kemaren penulis
sudah datang ke tempat beliau, jadi pada hari ini penulis langsung saja bertanya
108
Universitas Sumatera Utara
mengenai tentang pemesanan gerabah di Galogandang. Beliau mengungkapkan
bahwa:
setiap hari untuk membuat gerabah. Ibu Yurnalis membuat gerabah dalam
berbagai macam jenis, sehingga beliau bisa membuat pesanan gerabah asalkan
dilakukan untuk pelanggan yang ada di luar daerah, yaitu dari Pariaman dan
109
Universitas Sumatera Utara
gerabah kepadanya. Kadang karena banyaknya
pesanan sehingga tidak terbuatkan lagi. Membuatnya
harus dikejarkan, karena pesanan dilakukan sekali
banyak”.
langganan tetap bagi Ibu Yurnalis. beliau selalu mendapat pesanan dari daerah
Pariaman. Beliau membuat gerabah sebanyak 500 gerabah. Selain daerah di luar
Galogandang beliau juga ada pesanan dari sekitar tempat tinggal beliau. Hasil
jawi. Waktu menunjukkan jam 13.00 wib, penulis sementara menunggu acara
pacu jawi dimulai kemudian dari kejauahan penulis melihat ibu Rasina yaitu
seorang pengrajin gerabah. Beliau berada disana untuk menolong anaknya yang
110
Universitas Sumatera Utara
bakandk dari urang senyo, ado ka Medan, Pakanbaru,
Padang, Solok dan lain-lain. Tampek ambo gudang
balango dimano tampek mangumpuan pariuk-pariuk di
daerah Galogandang ko. Kalau pangiriman ka Medan jo
ka Pakanbaru dua kali dalam satu Tahun mambaoknyo
pakai oto prah , muatannyo sabanyak 1500 pasang. Oto
prah nyo disewa pulo tu. Patang ko ado lo urang nan
bakandak, untuak anak sakolah tu ambo buek an . nyo
mamas an baki, galeh dan tada. Ado lo urang nan lain
mamasan, untuk mambuek pangek lapuak, urang tu
bakandak tampek balango nan paliang gadang, yang
kisaran harago Rp 75.000, urang tu manjuanyo
manjalang daerah payakumbuah. Pas urang tu mambali
ambo agiah inyo bonus, kironyo pas mambali kasiko
baliak dibaok an nyo ambo pangek lapuak tu”.
yaitu dalam jumlah yang sedikit dan jumlah yang banyak. Pemesanan biasanya
orang yang berjualan di toko-toko tetapi juga masyarakat biasa yang memakai
111
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Permintaan
kefleksibelannya. Artinya bentuk dan designnya tidak terpatok harus seperti itu-
itu saja, dimana hasilnya bisa disesuikan dengan kreasi yang diinginkan. Hal
inilah yang menjadi salah satu pelayanan yang diberikan oleh usaha pengrajin
pesanan pelanggan, asalkan ada contoh atau gambar dari gerabah yang akan
dibuat.
112
Universitas Sumatera Utara
perekembangan teknologi. Produk-produk yang dihasilkan dapat disesuikan
beda, tergantung besar dan kecil gerabah dan tergantung pada jenis dari gerabah
bentuk jangka waktu dari pembuatan gerabah. Dengan kata lain, pembuatan
diungkapkan informan:
113
Universitas Sumatera Utara
Pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin gerabah di Galogandang yang
menciptakan inovasi serta kreativitas dari sebuah produk yang dibuat dengan
Inovasi dan kreativitas yang dimiliki oleh pengrajin gerabah dapat membuat
produk kerajinan rumah tangga dari tanah liat. Gerabah yang dibuat dari tanah liat
memiliki kualitas yang baik yang tidak kalah bagus dengan barang baru buatan
gerabah dari tanah liat Keunggulan dari produk bisa dirasakan oleh para pencinta
produk dari tanah liat ini. Menganggap bahwa gerabah memberi kesan yang etnik
114
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Galogandang sudah ada dari zaman nenek moyang dikembangkan secara turun
peralatan yang lebih canggih, yang menghasilkan peralatan rumah tangga yang
maka pengrajin gerabah mencari cara untuk tetap bertahan supaya tetap
yang dihasilkan, tidak hanya itu tetapi juga segi pemasaran yang dahulu masih
115
Universitas Sumatera Utara
dari gerabah itu sendiri di daerah Galogandang yaitu dari sejak zaman dahulu,
pengrajin gerabah di Galogandang ini sudah dari lama, terlihat dari peralatan batu
yang digunakan pengrajin untuk membuat gerabah, batu tersebut didapatkan dari
turun-temurun sampai saat sekarang ini, sehingga pengrajin menyakini batu itu
sudah ada sejak lama dari nenek moyang mereka masing-masing. Alasannya
mereka mengatakan tersebut bahwa batu tersebut hanya saja ada oleh pengrajin
banyak mata pencaharian seperti petani dan berdagang, mereka sebagai petani
yaitu menjadi petani sawah, sementara yang sebagai pedagang yaitu merantau ke
berbagai pelosok tanah air. Mata pencaharian yang lain yaitu sebagai pengrajin
gerabah yang terbuat dari tanah liat yang memproduksi peralatan rumah tangga.
kebanyakan dilakukan oleh ibu-ibu. Laki-laki disana tidak ada yang membuat
gerabah mereka hanya melakukan pekerjaan yang lain seperti petani, pedagang
dan lain-lain. Berbagai alasan mengapa kaum perempuan yang melakukan hal
tersebut yaitu bagi ibu-ibu yang masih memiliki suami, pekerjaan ini dilakukan
mau duduk berdiam diri tidak melakukan apapun, sambil mengisi waktu lebih
baik membuat gerabah. Sambil menjaga anak juga dapat menghasilkan uang.
Lagian pekerjaan ini tidak terlalu susah, sehingga tidak menggunakan tenaga yang
116
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan ketiga dapat dijelaskan bahwa pembuatan gerabah memilki
keahlian serta kelihaian tangan pengrajin itu sendiri, karena membuat gerabah
tersebut membutuhkan suatu keahlian yang khusus, tidak mudah dilakukan oleh
orang biasa yang belum terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Supaya menghasilkan
bentuk produk gerabah yang bagus maka pengrajin gerabah memiliki tahap
pembuatan yang panjang, sampai dengan menjadi satu buah gerabah yang siap
proses ini bisa disebut sebagai proses percampuran bahan-bahan gerabah antara
tanah, pasir dan sedikit air. Setelah semuanya tercampur dan mendapatkan bahan
baku yang sudah siap untuk dicetak, maka memiliki tahap selanjutnya
menganakkan (mencetak tanah pada bingkai yang sudah tersedia) proses ini
di bagian dalamnya di kusuk menggunakan batu kecil dan yang bagian luar
gerabah, jika tidak dibuang maka batu tersebut akan membuat pecah pada saat
diberi bibir menggunakan lapiak pandan, supaya bibir gerabah terlihat licin dan
indah.
Setelah proses pemberian bibir, gerabah siap untuk dijemur, gerabah yang
matahari yang terik, jika hari panas maka proses penjemuran gerabah akan cepat
117
Universitas Sumatera Utara
kering. Proses selanjutnya yaitu proses pembakaran gerabah, pembakaran gerabah
dilakukan diatas tungku tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu dibentuk
jerami, sabut dan kayu-kayu kecil, lama pembakaran tersebut dilakukan selama
kurang lebih lima jam. Proses akhir dari gerabah yaitu memberi motif pada
gerabah menggunkan batu. Setelah itu gerabah sudah siap untuk dipasarkan atau
luar kepada pengrajin gerabah maka perbedaan sangat terlihat dari pada zaman
zaman dahulu tempat serabi itu tidak memakai telinga, tetapi dengan seiring
perkembangan zaman maka sekarang permintaan dari tempat serabi sudah di beri
telinga, agar lebih mudah dan efektif. Dalam segi penjualan para pengrajin
gerabah saat ini sudah mulai berkembang, terlihat dari para penjual gerabah sudah
ada yang menggunakan motor untuk berkeliling kampung agar penjualan akan
mudah.
118
Universitas Sumatera Utara
sangat mendukung untuk mendapatkan bahan baku untuk pengrajin gerabah.
Pekerjaan ini dilakukan kebanyakan oleh kaum ibu-ibu, dengan kelihaian tangan
ibu-ibu pekerjaan membuat gerabah sudah menjadi pekerjaan tetap, yang mana
kemunduran untuk tidak memproduksi gerabah, akan tetapi itu dijadikan sebagai
motifasi untuk pengrajain membuat gerabah yang lebih kreatif lagi, serta
pemesanan dari luar daerah dapat menjadikan gerabah dikenal oleh masyarakat
5.2. Saran
1. Diharapkan kepada pengrajin gerabah, agar lebih giat lagi untuk memberi
merupakan warisan leluhur yang harus dijaga agar tidak punah dengan
119
Universitas Sumatera Utara
2. Kepada pemerintah hendaknya agar dapat memberikan harapan yang lebih
yang lebih mendalam mengenai ekonomi kreatif dimana pun berada. Hal
120
Universitas Sumatera Utara
BAB II
Bahkan, mereka merasa bagian dari daerah Pariangan. Hal ini sejalan dengan
kenyataan bahwa Jorong Galogandang dan Pariangan menganut laras yang sama
yaitu Laras Nan Panjang. Laras atau Lareh (yang disebut dalam bahasa Minang)
tiga kelarasan yang dipakai oleh masyarakat Minangkabau, yaitu Koto Piliang,
dimulai dari daerah Guguak dikaki gunung Marapi Utara sampai dengan Bukit
tertua. Oleh karena itu mereka menjadi daerah istimewa yang ditandai dengan
masyarakat yang ada di daerah ini bisa memakai adat atau tata cara yang di anut
oleh laras Koto Piliang dan Bodi Caniago. Jorong Galogandang dahulunya
persawahan, dan berbatasan langsung dengan nagari Batu Basa. Masyarakat dari
19
Universitas Sumatera Utara
Pariangan tersebut hidup dan berkembang sampai jumlahnya banyak sehingga
lama kelamaan tempatnya tidak cukup lagi, kemudian beberapa orang dari
Foto 1
Foto Lambang Jorong Galogandang
yang terdiri dari tigo koto (perkampungan) yakni Padang Luar, Turawan dan
Disaat terbentuknya Tiga Koto, timbul permasalahan tentang apa nama dari setiap
20
Universitas Sumatera Utara
diadakan permusyawaratan bersama anak nagari. Pada saat munsyawarah
dan berlari meninggalkan arena keramaian terjadi karena ada seekor kerbau yang
padang kalua” (hentakkan pedang keluar), baru kerbau tersebut bisa dibunuh.
kumpulkan seluruh daging kerbau yang ada dan menyerukan “atuah tulang
yang diiringi dengan bunyi gendang yang “digalo” (ditabuh) diberi nama
yang berarti pedang yang dikeluarkan dari sarungnya. Tempat kerbau dikuliti dan
rawan dengan cara mengikatnya pada seutas tali atau lidi) daerah tersebut
rombongan yang dipimpin oleh Datuak Kali Bandaro bersama tiga orang Datuak
lainnya yaitu Datuak Tanmalik dan Datuak Bijo Kayo. Mereka bersama
membangun daerah ini kemudian dianggap sebagai “inyiak” (orang tua nagari)
21
Universitas Sumatera Utara
yang dihormati oleh masyarakat sampai sekarang. Masyarakat Galogandang
merupakan sebuah desa, namun sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1979 tentang
Nagari maka Galogandang kembali menjadi sebuah Jorong dari Nagari III Koto.
Galogandang terdiri dari empat Dusun, yaitu Dusun Guguak Raya, Dusun Tanah
dengan Nagari Padang Magek, sebelah selatan berbatasan dengan Padang Luar
berjarak 5 kilometer dari pusat kecamatan dengan jarak tempuh waktu sekitar 15
menit. Jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Tanah Datar yaitu di Batusangkar
berjarak 10 kilometer yang bisa ditempuh dengan waktu lebih kurang 30 menit.
Hubungan dengan pusat pemerintahan bisa dikatakan lancar dengan sarana jalan
dengan daerah sekitar, yaitu dari Padang Magek, Turawan dan Batu Basa.
22
Universitas Sumatera Utara
Lancarnya hubungan ke Jorong Galogandang terutama dirasakan sejak tahun
lembah sehingga jalan menuju daerah tersebut melewati daerah perbukitan dan
lembah seperti jalan dari Padang Magek yang memiliki belokan dan tikungan
persentase 21.49 % dari keseluruhan wilayah Nagari III Koto, dengan jumlah
976 jiwa dan perempuan 914 jiwa. Sebagian besar penduduk Galogandang
merantau ke berbagai pelosok Tanah Air. Namun yang paling banyak merantau ke
ibu kota Jakarta. Nagari Galogandang juga dikenal sebagai daerah pembuat
kerajinan gerabah dari tanah liat yang memproduksi peralatan memasak seperti
23
Universitas Sumatera Utara
Jorong Galogandang teletak pada ketinggian 540 meter diatas permukaan
laut dengan luas wilayah sekitar 350 hektar. Jorong Galogandang sebagian besar
hanya sekitar 5 hektar, empang atau kolom ikan sekitar 20 hektar, lahan
persawahan 150 hektar dan selebihnya sekitar 185 hektar merupakan daerah
dramatis bagaikan "abu diatas tunggul", dalam arti kata sangat lemah, sangat
istrinya. Pepatah Minang mengatur upacara yakni Sigai mancari anau, Anau tatap
sigai baranjak, Datang dek bajapuik, Pai jo baanta Ayam putieh tabang siang.
Basuluah matoari Bagalanggang mato rang banyak (Tangga mencari enau) Enau
tetap tangga berpindah datang karena dijemput Pergi dengan diantar (Bagaikan)
orang banyak.
Maksud dari pepatah diatas adalah bahwa dalam setiap perkawinan adat
Minang "semua laki-laki yang diantar ke rumah istrinya, dengan dijemput oleh
24
Universitas Sumatera Utara
keluarga istrinya secara adat dan diantar pula bersama-sama oleh keluarga pihak
laki-laki secara adat pula. Mulai sejak itu suami menetap di rumah atau
Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh presiden RI pada tanggal 30 April
kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti
25
Universitas Sumatera Utara
penelusuran. Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan di
Kelompok ini diketuai oleh salah satu dari anggota tersebut yang berfungsi untuk
mengatur semua kegiatan dalan PNPM Mandiri. Ketua kelompok ini menerima
honor sebesar Rp 500.000 per tahun. Kegiatan ini mengadakan pertemuan satu
kali dalam satu bulan. Setiap anggota membayar simpanan wajib yaitu sebesar
Rp 10.000 per bulan sesuai dengan kesepakatan kelompok tersebut. Simpanan ini
berguna untuk membeli makanan dan minuman saat mengadakan rapat. Jika lebih,
anggota.
yang mendapat pinjaman dana dari PNPM Mandiri. Amak Yuharnis mengikuti
dari membuat gerabah saja, tidak akan mencukupi kebutuhan hidup jangka
panjang. Amak ini mengambil pinjaman sebesar Rp 1.000.000 dalam satu tahun
dan membayar iuran sebesar Rp 115.000 per bulan. Setelah selesai pembayaran
menurut beliau hal ini memakai sistem bunga yang mengandung unsur riba, hal
26
Universitas Sumatera Utara
ini bertentangan dengan paham agama yang beliau anut. Jadi beliau keluar dari
PNPM Mandiri dan kemudian beliau mengikuti kegiatan jula-jula yang dalam
Setiap bulan Amak Yuharnis membayar Rp 100.000. Dalam satu bulan akan
Foto 2
PNPM Sekretariat Kelompok Spp Binaan Upk Gudang Balango
madang dihulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu dirumah paguno
balun“, maksud dari pepatah ini adalah anak laki-laki di Minangkabau lebih baik
27
Universitas Sumatera Utara
di rumahnya. Selain itu ada faktor lain yang mendorong suatu masyarakat
merantau yaitu faktor ekonomi yang cenderung semakin banyak pengeluaran yang
lebih dari sekedar untuk makan sehari-hari. Tradisi merantau ini juga dilakukan
28
Universitas Sumatera Utara
pertigaan didepan kantor Jorong Galogandang dipenuhi oleh bendera-bendera
persatuan yang bersifat persaudaran yang kuat di daerah rantau. Ikatan ini
masyarakat yang ada di rantau. Lebaran tahun 2016 kemarin para perantau
pulang basamo (pulang bersama). Ada sekitar 1000 lebih perantau yang pulang,
sebagian menggunakan umum seperti pesawat, bus, dll. Pulang basamo ini
nagari, yang berguna untuk hiburan pada saat pulang bersama. Partisipasi
bantuan dana untuk pembangunan masjid lebih kurang Rp 150 juta. Selain itu
juga ada dana bantuan untuk anak yatim, risma (remaja masjid), dan lembaga
29
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Lomba Membuat Gerabah
Galogandang saat pulang basamo (pulang barsama) yang diadakan oleh IKAPGA
supaya tidak hilang. Acara tersebut dibuat seperti perlombaan yang sebagaimana
biasanya. Dari lomba tersebut akan diberi hadiah bagi pemenang yaitu juara 1
pengrajin tanah liat di daerah tersebut, dengan kriteria penilaian cepat, tepat dan
indah. Siapa yang cepat, tepat dan paling bagus dalam membuat gerabah maka
dia berhak mendapatkan juara. Bahan serta alat disediakan oleh peserta yang
mengikuti lomba.
Acara ini juga diadakan oleh perantau Galogandang yang pulang basamo
mengadakan penelitian ternyata disana sedang diadakan lomba Pacu Jawi, yang
sebelumnya penulis belum pernah menyaksikan secara langsung lomba pacu jawi
30
Universitas Sumatera Utara
Foto 3
Upacara adat saat Pacu Jawi
Pacu jawi diadakan dihari keempat yaitu pada acara penutupan. Kegiatan
ini merupakan perhelatan yang besar di daerah itu. Sebelum diadakan pacu jawi
dimulai biasanya ada prosesi adat yang akan dilakukan. Jawi-jawi akan dihias
di arak menuju arena perlombaan dengan adanya iringan musik talempong dan
ibu-ibu memakai pakaian adat warna-warni yang membawa bakul di atas kepala
masing-masing yang bisanya berisikan panganan (Baban). Itu dilakukan pada hari
pertama saat akan diadakan pacu jawi. Penulis datang pada hari keempat pacu
jawi. Pada saat itu juga diadakan perhelatan adat oleh para tetua adat serta
talam yang berisikan berbagai macam makanan untuk disajikan pada saat acara
tersebut. Sambil menyaksikan acaranya hidangan dinikmati oleh para tetua adat.
31
Universitas Sumatera Utara
Foto 4
Tepat pukul 12.00 WIB masyarakat ramai menuju arena sawah tempat
diadakan acara. Di arena pacu jawi juga bermunculan warung nasi, penjual kopi,
para pedang kaki lima yang berbagai macam serta tempat permainan anak-anak,
seketika tempat tersebut berubah menjadi pasar. Salah satu informan yang
bernama nenek Rasina dia sebagai pengrajin tanah liat tetapi saat momen pacu
jawi dia dan anaknya berjualan disekitar acara tersebut, mengatakan bahwa :
32
Universitas Sumatera Utara
saat acara ini lumayan menguntungkan dikarenakan orang
yang akan mengikuti lomba pacu jawi biasanya makan
dan mengopi terlebih dahulu sebelum acaranya dimulai.
Jadi siapa yang berjualan pasti mendapatkan banyak
rezeki. Dahulu saya berjualan pecal dan lontong waktu
suami masih hidup tetapi sekarang dia sudah meninggal
dan kemudian digantikan oleh anak-anak saya tetapi
mereka pindah berjualan nasi, minuman dan goreng-
gorengan”.
Warga berbondong-bondong untuk menyaksikan acara tersebut tidak
hanya dari daerah Galogandang tetapi juga berasal dari luar daerah Galogandang.
sekaligus untuk mengambil foto-foto yang bagus dalam pacu jawi. Lomba pacu
jawi sendiri merupakan tradisi pada masyarakat Galogandang yang sudah ada dari
sejak zaman dahulu. Di Kabupaten Tanah Datar hanya ada empat kecamatan yang
33
Universitas Sumatera Utara
Foto 5
Kegiatan pacu jawi ada sejak ratusan tahun yang lalu dan menjadi hiburan
yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Pacu Jawi tidak sama dengan
karapan sapi yang ada di daerah Madura, perbedaannya pada lahan yang
digunakan. Karapan sapi menggunakan tanah yang datar, sedangkan pacu jawi
menggunakan area sawah yang berisi air. Pacu jawi menggunakan sepasang sapi
yang telah terpasang alat bajak kemudian pacunya terbuat dari bamboo sebagai
alat untuk berpijak bagi sang joki. Setelah sang joki dan sapinya siap berada di
dalam sawah, maka sapi dikagetkan dengan berbagai cara ada yang berteriak dan
ada pula yang memukul bagian belakang sapi supaya sapi berlari dengan kencang.
Ketika sapi berlari di dalam sawah yang basah tersebut, cipratan lumpur
berterbangan, para penoton bersorak sorai dan banyak fotografer dengan senang
hati mengambil momen tersebut. Meski pacu berarti lomba kecepatan namun
yang menjadi pemenang didalam perlombaan ini adalah sapi yang harus berjalan
34
Universitas Sumatera Utara
lurus bukan sapi yang tercepat. Informan penulis yang bernama amak Sabai
menyebutkan bahwa:
35
Universitas Sumatera Utara
menjadikan Galogandang mempunyai banyak bahan baku untuk membuat
sebagai mata pencaharian tetap. Gerabah di Galogandang sudah ada dari zaman
berbagai macam bentuk gerabah yang dapat digunakan oleh masyarakat sekitar
sebagai berikut:
A. Ibu Rina
membuat gerabah sudah dilakukan ibu Rina sejak lama, yaitu dari sejak dia gadis
dikarenakan ibunya juga seorang pengrajin gerabah. Saudara ibu Rina tidak ada
dari pagi hari. Selesai sholat shubuh setelah itu ibu Rina memasak untuk keluarga
Pada jam 08.00 dia mulai bekerja sampai jam 17.00 selama waktu tersebut ibu
Rina bisa membuat gerabah sebanyak 20-25 buah, gerabah tersebut siap untuk
dijemur.
disana juga sekalian tempat dapur ibu Rina, di depan rumahnya terdapat tempat
tetapi dia tidak memilih untuk bekerja disana, dia lebih memilih mengerjakan di
rumahnya alasannya dia bisa membuat gerabah yang banyak, karena bekerja tidak
36
Universitas Sumatera Utara
ada berhenti-henti kecuali istirahat sholat dan makan, jika disana pekerjaan
konsentrasi. Penghasilan dari gerabah bisa didapat setelah waktu sepuluh hari,
baru setelah itu bisa mendapatkan uang yaitu Rp 800.000 bisa juga lebih atau
kurang dari segitu tergantung banyaknya yang dibakar. Jika hari musim hujan
maka proses penjemuran akan tertunda kemudian dia tidak bisa menjual sehingga
kebutuan sehari-hari masih tetap berjalan dengan mau tidak mau dia meminjam
uang kepada tetangganya. Memang pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang dapat
tercukupi. Maka hal itu ibu Rina dan suaminya sama-sama bekerja.
Bu Rina memilki tiga orang anak perempuan, tetapi dari ketiga anaknya
tidak dibiarkan oleh bu Rina untuk meneruskan membuat gerabah, dia lebih
mendukung anaknya untuk sekolah, meskipun hal demikian anaknya pun bisa
membuat gerabah meskipun hanya bantu-bantu ketika tidak ada kegiatan sekolah.
untuk kebutuhan sekolah dan biaya sehari-hari. Pekerjaan dari suami ibu Rina
hidup.
Sekolah bagi ibu Rina merupakan hal yang penting, karena dia tidak mau
kalau anaknya seperti anak-anak gadis lain yang putus sekolah karena hal-hal
yang salah pergaulan, sehingga dia cepat menikah otomatis membuat mereka akan
pertama), yaitu kelas 3 SMP. Dia sekolah di SMP Rambatan yang berada di luar
37
Universitas Sumatera Utara
daerah Galogandang, anaknya termasuk siswa yang aktif baik dalam kegiatan
Anak keduanya duduk di kelas 1 SMP, dia merupakan anak yang sangat
gigih untuk sekolah diluar daerahnya, dimana dia ingin memasuki sekolah unggul
yang berada jauh dari Galogandang, dengan semangat yang tinggi serta kemauan
yang keras ibu Rina selalu mendukung kemaun dari anak-anaknya. Ternyata apa
yang diinginkan oleh anaknya tidak tercapai yaitu masuk sekolah unggul tetapi
masih memasuki SMP yang bagus di Batusangkar. Memang anak ibu Rina yang
kedua lebih pintar dari yang pertama, sehingga dia untuk sekolah selalu hal yang
yang lemah dan tidak memilki semangat yang tinggi untuk sekolah tetapi hal
tersebut tidak sebagai hambatan baginya demi mencapai cita-cita. Terkadang dia
juga merasa terganggu dengan penglihatannya yaitu merasakan sakit kepala dan
agak susah melihat. Ibu Rina mengatakan kalau anaknya itu terkena oleh batu-
bata, dimana orang yang sedang menurunkan batu-bata kemudian dia berlari-lari
menuju tempat tersebut tanpa sengaja batu tersebut terjatuh kemudian mengenai
untuk berobat tetapi matanya masih belum bisa sembuh sehingga harus
menggunakan kacamata jika dia melepasnya maka akan sakit kepala. Anak ketiga
masih duduk di SD ( Sekolah Dasar), dia juga anak yang rajin dan suka membantu
ibu Rina untuk membuat gerabah jika tidak sedang sekolah atau dalam waktu
libur.
Ibu Rina membiasakan ketiga anaknya untuk disiplin, terlihat dari setiap
38
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan rumah, sehingga mereka tahu apa yang dilakukan sebagai seorang anak
keluyuran atau bermain-main sampai lupa waktu. Alasan ibu Rina memilih
pekerjaan membuat gerabah dari pada pergi ke sawah atau ladang yaitu bisa
menjaga dan memperhatikan anaknya, seperti sekolah, mengaji dan hal-hal yang
lainnya. Jika memilih pekerjaan ke sawah atau ke ladang maka dia khawatir jika
anaknya tidak ada yang memperhatikan, alasan yang lain kalau ini pekerjaan yang
B. Ibu Yurnalis
Hari kedua peneliti mencari informan ternyata bertemu dengan ibu Yurnalis
kemudia berkenalan dengan ibu Yurnalis. Wanita ini berusia 60 tahun beliau
seorang janda yang ditinggalkan suaminya. Beliau memiliki dua orang suami
yang pertama suaminya meninggal dunia, dan yang kedua mereka cerai hidup. Ibu
Yurnalis memiliki 5 orang anak. Anak dari ibu Yurnalis yaitu laki-laki semua
tidak ada yang perempuan. Anak yang hidup hanya 4 (empat) orang, dan yang
satunya lagi meninggal, ibu Yurnalis sangat sedih dengan kematian anaknya,
karena anaknya meninggal waktu masih kecil dikarenakan sakit. Anaknya ada
yang merantau di pulau Jawa dan ada pula yang tinggal dirumah. Ibu Yurnalis
memiliki 4 (empat) Orang cucu, 2 (dua) orang laki-laki dan 2 (dua) orang
perempuan.
Pekerjaan ini dilakukan setiap hari, sudah menjadi pekerjaan yang tetap.
Melakukan ini sudah sejak lama, semenjak beliau putus sekolah maka beliau
39
Universitas Sumatera Utara
disuruh oleh ibunya untuk membuat gerabah, maka beliau sudah tidak asing lagi
dengan tanah liat. Pekerjaan lain selain membuat gerabah sudah pernah dia
gerabah dari pada batu-bata. Makanya sampai sekarang beliau membuat gerabah
kebutuhan ibu Yurnalis, karena beliau hanya bisa melakukan pekerjaan tersebut,
ibu Yurnalis dengan umur yang tidak muda lagi bisa membuat gerabah sebanyak
20 buah dalam satu hari. Beliau membuat gerabah dimulai dari pagi hari sampai
40
Universitas Sumatera Utara
bulannya atau sesuai dengan banyaknya pesanan. Memang ibu Yurnalis selalu
banyak pesanan hanya saja tenaga dan waktunya yang tidak banyak. Diwaktu
peneliti, pergi ke tempat ibu Yurnalis yang sedang mengerjakan pesanan dari
berikut:
tidak memiliki anak perempuan, beliau memilih pekerjaan tersebut dari pada pergi
merantau dengan anaknya. Beliau beralasan kalau pergi sama anaknya maka suatu
beban juga oleh anaknya, karena anaknya masih belum memiliki banyak uang,
makanya beliau lebih baik di kampung membuat gerabah dan dapat penghasilan
sendiri. Pekerjaan ini memang dilakukan sendiri oleh ibu Yurnalis mulai dari
mengambil tanah sampai membakarnya menjadi sebuah gerabah yang siap untuk
dijual. Anak dari ibu Yurnalis berada dirumah dia membantu ibu Yurnalis hanya
untuk membawa tanah dengan motor dari tempat pengambilan tanah sampai di
rumah.
41
Universitas Sumatera Utara
C. Ibu Sabai
ternyata melihat ibu yang sedang membakar gerabah. Peneliti mendekati ibu
tersebut dan mulai bertanya-tanya tentang gerabah. Ibu Sabai adalah seorang
janda yang ditinggalkan meninggal oleh suaminya. Beliau berumur 60 tahun tetapi
masih kuat untuk bekerja. Pekerjaan ini dilakukan sudah sejak lama, pada saat ini
bekerja tidak terlalu dipaksa. Ibu Sabai tinggal dengan seorang cucunya, yang
bernama Adi, ibu Sabai tinggal bersama cucunya dikarenakan cucunya tidak
memilki ibu lagi, kemudian Adi tinggal dengan ibu tirinya. Karena hal tersebut
ibu Sabai merasa kasian jika Adi hidup dengan ibu tiri kemudian ibu Sabai
dua, dia tidak kuat lagi untuk melakukan pekerjaan yang berat seperti mahinja
tanah. Adanya kerjasama dengan temannya tersebut maka dia masih bisa
waktunya, dari pada duduk-duduk lebih bagus bekerja. Pekerjaan ini sudah
ditekuni sejak lama, tetapi karena beliau sudah mulai tua dan anak-anaknya sudah
ada yang merantau maka kadang-kadang beliua ikut bersama anaknya. Mulai
bekerja dari pagi hari dan selesai sampai sore hari. Gerabah yang dapat beliau
hasilkan yaitu sebanyak 15 buah. Tergantung macam atau bentuk yang dibuat. Ibu
Sabai mengatakan jika membuat gerabah merupakan pekerjaan yang tidak susah,
42
Universitas Sumatera Utara
sampai saat sekarang ini.Begitulah waktu yang dihabiskan sehari-hari oleh ibu
Modal Insani (Human Capital) Salah satu modal insani dalam ekonomi kreatif
paten, merek barang, royalti, dan desain. Menurut David Parrish (dalam Suryana
untuk menciptakan lapangan kerja dan kekayaan secara turun temurun melalui
kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual merupakan aset yang tak terlihat dan
modal intelektual yang rendah. Sementara itu, kompetensi itu sendiri merupakan
pengetahuan. Seseorang yang cakap saja tidak cukup, tetapi harus cakap dan
43
Universitas Sumatera Utara
keterampilan, dan motivasi untuk menghasilkan kekayaan intelektual, seperti
paten, merek barang, royalti, dan desain. Dengan demikian, Pengrajin gerabah
menjalankan usaha mereka sehingga bisa maju dan berkembang (dalam Suryana
2013:46-49).
Sumatera Barat. Gerabah ini dibuat oleh kaum perempuan di desa tersebut.
Namun saat ini cenderung generasi muda kurang berminat untuk mengeluti usaha
dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi karena perkembangan zaman sehingga kaum
perempuan juga banyak yang merantau. Maka dari itu cenderung tidak ada
44
Universitas Sumatera Utara
“Disini masyarakatnya banyak yang merantau dari
sebanyak 1.800 jiwa yang merupakan penduduk asli ada
sekitar persentase 25% yang tinggal dikampung
selebihnya 75% pergi merantau pergi ke negeri orang,
umumnya masyarakat merantau ke Pulau Jawa yang
biasanya banyak di Ibu Kota Jakarta. Sehingga
masyarakat tinggal di kampung itu yang tua dan yang
mudah sudah pergi kenegeri orang dengan alasannya pergi
merantau itu bisa merubah nasib dengan menganggap
kalau dirantau banyak mendapatkan rezeki, berbeda
dengan dikampung tidak tau apa yang akan dikerjakan.
Misalnya kalau yang perempuan sudah bersuami terus
suaminya merantau dan otomatis anak perempuan tersebut
akan dibawa merantau. Tetapi disini orang perempuan
yang sudah tua-tua yang masih tinggal dikampung
kerjanya membuat gerabah dari tanah liat sebagai mata
pencaharian dari daerah Galogandang”. 3
Berbagai macam alasan bagi generasi muda untuk tidak membuat gerabah,
selain alasan merantau ada juga dengan alasan lebih memilih pendidikan dari pada
Galogandang juga sudah semakin maju, beliau tidak mau bahwa anaknya seperti
kejenjang yang lebih tinggi, sehingga bisa merubah nasib. Menurut salah seorang
3
Ibid hal 31
45
Universitas Sumatera Utara
Istilahnya dia bisa memiliki gaji, jadi lebih baik dia
bekerja dari pada tidak”.
Generasi muda di daerah Galogandang memang lebih banyak yang
di Galogandang cenderung memiliki pekerjaan yang lebih enak dari pada sebagai
Guru, Dokter, dan propesi lainnya. Banyak faktor yang membuat generasi muda
46
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
ketertarikan peneliti terhadap pengrajin yang dilihat dari segi cara-cara yang
dikembangkan para pengrajin gerabah dalam bertahan hidup pada zaman modern,
menghasilkan suatu benda yang memiliki kegunaan atau nilai yang tinggi,
para laki-laki atau kepala rumah tangga yang bekerja, namun untuk memproduksi
aktivitas sampingan atau pengisi waktu luang, tetapi seiring berjalannya waktu
1
Universitas Sumatera Utara
Proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Untuk menghasilkan satu produk gerabah siap pakai dibutuhkan waktu minimal
sepuluh hari. Hal ini dikarenakan untuk memproduksi gerabah mulai dari
menggunakan teknik dan alat yang sangat sederhana atau tradisional. Walaupun
dipasarkan. Hasil kerajinan ini akan dipasarkan ke masyarakat luas, tidak hanya di
wilayah Kabupaten Tanah Datar tetapi juga di wilayah Sumatera lainnya seperti
dan tembaga menjadi alat-alat kebutuhan rumah tangga yang lebih berkualitas dari
yang modern lebih berkualitas, praktis, bersih dan memiliki tren tersendiri.
Hal ini berdampak pada proses produksi gerabah. Kerajinan gerabah yang
dihasilkan semakin sedikit dari hari ke hari. Selain itu dari segi pemasaran pun
2
Universitas Sumatera Utara
hanya kepada pemesan gerabah saja. Banyak di antara penjual gerabah yang
alat-alat baru selain dari hasil kerajinan mereka yang biasanya. Selain itu, untuk
akan membutuhkan modal yang cukup besar untuk biaya akomodasi dalam bidang
pemasaran.
produk kerajinan gerabah Maron Jaya Art Shop berjenis keramik gerabah benda
bertahan lama. Menariknya bentuk dan antiknya keramik gerabah masih dilirik
hal ini dan memberikan hal tersebut pada produk keramik gerabah yang
dihasilkannya.
Hasil kajian yang dilakukan oleh I Ketut Muka dan Imade Berata (2010),
3
Universitas Sumatera Utara
kerajinan gerabah yang berkembang di Desa Banyumulek memiliki rentetan
yang dilakukan Desperindag setempat, tenaga ahli baik dalam maupun luar negeri
Walaupun dengan sistem produksi yang dikelola secara kelompok dan individu
dibawah naungan kelompok pengrajin partikelir, kerajinan ini tetap eksis hingga
kini.
berlangsung sampai sekarang sebagai wujud enkulturasi. Tujuan dari penilitian ini
Jombang. Hasil dari penelitian ini adalah teknik pembuatan gerabah di Mambang
menggunakan metode roda putar. Alat-alat yang digunakan, yaitu perbot, tetep,
masih dapat bertahan sampai sekarang, yaitu; perubahan fungsi gerabah, tidak
boleh kerja jauh, tingkat pendidikan rendah dan tidak ada pekerjaan lain, satu-
satunya keahlian yang dimiliki, petani dan buruh tani yang memiliki banyak
4
Universitas Sumatera Utara
waktu luang, dan respon pasar yang baik. Sedangkan proses enkulturasi terlihat
Datar, Provinsi Sumatera Barat. Adanya perbedaan antara penelitian ini dengan
fungsi gerabah, tidak boleh kerja jauh, tingkat pendidikan rendah dan tidak ada
pekerjaan lain. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai
dari tanah liat, kemudian dikeringkan dan setelah kering lalu dibakar hingga pijar
sangat tua. Yumarta (1986:9) juga menyebutkan bahwa gerabah mulai dikenal
5
Universitas Sumatera Utara
manusia sejak zaman neolitikum ketika manusia purba mulai hidup menetap,
tangga, seperti periuk, wajan, dan piring. Sejak zaman dahulu sampai sekarang
dari pengambilan tanah liat di sawah, tanah liat yang terletak dibagian bawah.
Kemudian tanah tersebut dicampur dengan pasir sungai agar hasil yang diperoleh
lebih padat dan memiliki tekstur yang bagus. Setelah itu campuran tanah liat
dengan pasir yang dipijak-pijak sambil ditambahkan air supaya campuran tersebut
lebih mudah untuk dicetak. Setelah proses tersebut bahan dicetak dengan
menggunakan sinar matahari sampai kering. Pada proses akhir gerabah dibakar
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144) 1. Hal ini
membuktikan bahwa semua sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
wujud kebudayaan yang ketiga yaitu dari wujud kebudayaan fisik yang
1
Koentjaningrat, 2009:144.
6
Universitas Sumatera Utara
Salah satu perubahan budaya yang terjadi yaitu perubahan teknologi yang
semakin canggih. Sebagai hasil dan penerapan ilmu, teknologi adalah cara kerja
(alam). Dewasa ini teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
manusia, tidak hanya terhadap cara hidup manusia tetapi juga menentukan
teknologi berikutnya. Hal ini dapat dilihat bahwa teknologi merupakan perubahan
budaya yang terjadi pada masyarakat sedikit atau banyak pasti memberikan
untuk memakai alat-alat memasak dari gerabah. Oleh karena itu dibutuhkan
tepat guna sebagai lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat
dimana mereka hidup. Cara beradaptasi dan berstrategi dalam berprilaku, anggota-
Mengutip Soekanto, ada beberapa batasan pengertian dari strategi adaptasi sosial,
yakni :
7
Universitas Sumatera Utara
d. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
dalam proses produksi gerabah mereka terdapat berbagai masalah yang mereka
hadapi, salah satunya yaitu perubahan budaya yang ada pada saat sekarang ini,
apakah masyarakat tersebut akan tetap bertahan untuk melakukan usaha mereka
atau hanya menjadikan sebagai usaha sampingan atau bisa juga memilih usaha
yang lain selain membuat gerabah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan
adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru, dijelaskan juga
unsur teknologi dan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan proses produksi kerajian
gerabah yang merupakan suatu proses pembaharuan dari alat memasak yang
8
Universitas Sumatera Utara
diproduksi sejak dahulu yaitu zaman nenek moyang hingga sekarang yang sudah
sistem ekonomi kreatif. Istilah ekonomi kreatif di dengungkan oleh John Howkins
(dalam Badaruddin, Ibnu Hajar, dkk 2009:500) penulis buku “Creative Economy,
How People Make Money from Ideas”. Menurutnya, ekonomi kreatif disebut
ketika input dan output adalah gagasan. Fenomena yang ada dalam masyarakat
1. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan usaha dan peluang usaha baru.
produk baru.
9
Universitas Sumatera Utara
produk, standar produk, kualitas produk, dan kegunaan produk sehingga
Ingat bahwa modal pada ekonomi kreatif bukan hanya modal uang
cara baru. Barang boleh yang lama, tetapi dengan cara-cara baru yang
kemasan, corak, keistimewaan barang dan jasa serta pelayanan yang akan
diberikan. Produk baru mengandung kualitas baru dan nilai tambah baru.
perusahaan-perusahaan Jepang.
10
Universitas Sumatera Utara
Sistem ekonomi kreatif merupakan serangkaian kegiatan produksi dan
sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan
ekonomi dari industri kreatif. Gerabah juga bisa disebut sebagai ekonomi kreatif,
tersebut, berupa kerajinan gerabah yang merupakan suatu karya seni yang dapat
bernilai tinggi dan unik serta hanya dapat kita temui di daerah-daerah tertentu.
Selain itu gerabah juga dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar
Menurut Sunarto, pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan
pihak lain 2.
di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam kajian ilmu ekonomi moderen. Firth
akhirnya pada proses konsumsi (menghabiskan atau memakai barang dan jasa).
2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39802/3/Chapter%20II.pdf.
11
Universitas Sumatera Utara
memusatkan pada perekonomian global. Sistem ekonomi ini berkaitan dengan
teknologi dalam sistem produksi, sistem distribusi pasar, dan proses konsumsinya.
Keterlibatan pihak lain atau anggota keluarga dalam menghasilkan atau dalam
proses produksi dan distribusi sangat dibutuhkan. Hal ini dapat meringankan
pekerjaan pengrajin. Begitu juga dengan proses produksi kerajinan gerabah oleh
pengrajin di Galogandang. Proses produksi dan distribusi ada juga yang dibantu
oleh kaum lelaki contohnya dalam mengambil tanah, proses pembakaran gerabah
dan proses pemasarannya. Hal ini mencerminkan sistem kekeluargaan dan saling
2002: 84-103). Pengrajin gerabah dapat dipahami dari pendekatan substantif dan
dari gejala sebelumnya dan gejala yang terjadi pada masa sekarang akan
mempengaruhi gejala-gejala yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
uang dan pasar. Hasil produksi digunakan untuk konsumsi produsen, tidak
formal, yaitu dari pengertian yang relatif bagi disiplin ilmu ekonomi yang
12
Universitas Sumatera Utara
dan mengetahui tentang sistem laba dan memaksimalisasi keuntungan.
semua aspek dari pendekatan ekonomi subtantif dan formalis karena gerabah yang
rumusan masalah yang dijabarkan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi-
Galogandang?
Galogandang?
pengrajin gerabah?
13
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
dalam menghadapi perubahan teknologi dan peralatan hidup saat ini. Adapun
kegiatan pra survey lapangan, kegiatan ini dimaksudkan penulis untuk mencari
bertahan usaha pengrajin gerabah di zaman sekarang ini, zaman yang mana
tetangga serta teman-teman yang ada di daerah penulis. Keesokan harinya penulis
pergi ke Galogandang dengan salah satu teman yang bernama Delia Yulanda sari,
14
Universitas Sumatera Utara
perasaan penulis sangat khawatir karena penulis belum tahu pasti alamat serta
Tanggal 20 Februari 2016 sekitar jam 08.00 WIB, penulis bersama Delia
menuju lokasi tempat penelitian yaitu Daerah Galogandang, survey ini dilakukan
penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan
partisipasi. Tujuan dari observasi partisipasi ini adalah untuk melihat dan
merasakan apa yang dialami pengrajin secara langsung sebagai bentuk kegiatan
penulis ikut terjun langsung ke tempat lokasi penelitian serta ikut membantu
dalam melakukan tugas yang dilakukan informan, sehingga data dan informasi
perekam atau media visual yaitu kamera dan perekam audio untuk
supaya data yang diperoleh lebih luas dan mendalam serta mendapatkan informasi
15
Universitas Sumatera Utara
ini ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci, dan informan biasa.
menuju daerah tersebut kami beberapa kali berhenti untuk menanyakan daerah
dengan alamatnya.
karena perjalanan yang jauh untuk menuju ke sana. Penulis memasuki daerah
tersebut dengan membawa sepada motor secara perlahan dan perasaan yang pada
saat itu masih bingung, karena belum mendapatkan pengrajin gerabah. Penulis
tidak putus asa penulis terus memasuki daerah tersebut hingga ke bagian-bagian
16
Universitas Sumatera Utara
gerabah. Hati mulai terasa gembira, kemudian saya langsung menuju tempat
tersebut.
Mengucapkan salam penulis masuk kedalam pondok tersebut dan bertanya kepada
ibu tersebut, banyak wawancara yang penulis lakukan dengan ibu tersebut, dengan
yang senang hati ibu tersebut menerima punulis. Setelah penulis menjelaskan
semua tujuan dan maksud penulis untuk datang ke daerah ini ibu tersebut sangat
senang untuk membantu, dia berfikir bahwa jika kita berbuat kebaikan makanya
Allah pasti akan membalasnya. Ibu tersebut memiliki tiga anak perempuan yang
membuat dia selalu semangat untuk bekerja sebagai pengrajin, jika anaknya nanti
menjadi seperti penulis maka kebaikan yang dia berikan maka suatu saat akan
diterima juga oleh anak-anaknya. Alasan tersebut yang membuat informan mau
penulis.
membuat gerabah tersebut. Ibu tersebut dengan senang hati memberika informasi
sambil bekerja. Beliau juga tidak keberatan melihatkan kepada penulis untuk
dalam proses pembuatan gerabah dari awal sampai akhir. Penulis bertanya
kepada informan itu kapan adanya proses pembakaran, ternyata waktu yang
sangat tepat, dimana beliau akan melakukan proses pembakaran pada esok hari.
Kemudian ibu tersebut menawarkan kepada penulis untuk datang pada hari esok,
tetapi penulis menjawab dengan berat hati dikarenakan besok penulis akan pulang
17
Universitas Sumatera Utara
ke Medan. Penulis menjanjikan untuk segera pulang, kemudian datang untuk
18
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ii
Universitas Sumatera Utara
PENGRAJIN GERABAH
Skripsi
Oleh :
Ida Ramadiani
120905001
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UATARA
MEDAN
2016
PERNYATAAN ORIGINALITAS
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya
nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan
gelar kesarjanaan saya.
Ida Ramadiani
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ii
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
datar, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat
untuk mencapai Serjana S1 Jurusan Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan
dengan adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Tanpa bantuan dari bimbingan tersebut, sangatlah
terima kasih kepada keluarga besar penulis yakni almarhum Ayahanda Jasri dan
Ibunda Asmanidar yang telah membuktikan rasa kasih sayangnya kepada penulis
diberikan. Kalian berdua adalah sosok yang luar bisa, menginspirasi dan menjadi
panutan bagi anak-anakmu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak
Hendra dan Ria Fitrian Tika, karena telah menjadi bagian dari hidup penulis, baik
di dalam susah maupun senang, dan juga telah memberikan banyak dukungan-
dukungan baik moril maupun materil selama hidup penulis dari dahulu sampai
iii
Universitas Sumatera Utara
Ucapan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada Bapak Dr. Muryanto Amin,
M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara. Selanjutnya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen
Antropologi Sosial FISIP USU yang telah banyak berbagi Pengetahuan dan
motivasi kepada penulis untuk mendalami Ilmu Antropologi Sosial mulai dari
awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Agustrisno, MSP.,
selaku Sekretaris Departemen Antropologi Sosial FISIP USU yang telah memberi
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs Ermansyah M.hum,
bagi penulis, yang senantiasa telah memberikan waktu untuk mendidik serta
membimbing selama masa perkuliahan dan selama skripsi ini. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada penguji yaitu Dra Nita Savitri, M.Hum yang telah
Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang
telah mendidik dan membekali penulis dengan begitu banyak ilmu, wawasan serta
pengetahuan baru bagi penulis selama proses belajar dan mengajar. Demikian
juga kepada kak Nurhayati dan Kak Sofiana selaku Administrasi Departemen
Antropologi sosial yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam
iv
Universitas Sumatera Utara
seangkatan stambuk 2012 “relation antro2”. Sahabat penulis Fitri Anggina
Siregar dan Sarah Mutia Hasibuan, yang telah menjadi teman dekat dari awal
perkuliahan sampai sekarang ini, penulis berharap supaya persahabatan ini akan
tetap terjalin selamanya. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat Deswira SE,
Ega Frima Anjani SE yang berawal dari organisasi IMIB USU Sampai Sekarang
ini, telah menjadi teman yang baik dan memberikan banyak motivasi. Selanjutnya
ucapan terima kasih kepada teman-teman dari SMA sampai sekarang Irfania
Mardhatilla, Satriani A.md, Delia Yulanda Sari S.Sos, Rati Handayani, Afifah
Nabila, Rahmi Nofita, yang telah memberikan banyak suka dan duka serta
yang telah menjadi kakak yang baik serta memberikan banyak kenangan kepada
penulis. Selanjutnya terima kasih kepada kakak serta teman kecil penulis yaitu
Indri Yulia Rahmi S.Kep., yang telah menjadi kakak yang baik di dalam
kepada penulis untuk menyelasaikan skripsi ini. Terima kasih kepada kakak Liza
Rahma Fijri S.Ikom., yang telah menjadi teman sekaligus sebagai kakak yang baik
. Terima kasih juga kepada kakak-kakak dan abang-abang dari daerah dan sekolah
yang sama penulis, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih
Vonny Intania dan Yulia Astria S.Km yang telah menghabiskan banyak waktu
adik di Organisasi IMIB (Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol) USU, yang telah
v
Universitas Sumatera Utara
banyak kenangan serta pelajaran dalam berorganisasi. Terima kasih kepada
teman-teman arisan jeng-jong yang telah mengisi waktu penulis setiap harinya
dengan berbagi canda dan tawa secara bersama-sama. Ucapan terima kasih kepada
sahabat-sahabat dari SMA sampai sekarang Atikah Juliani Putri A.Md, Windy
Hilsabrina A.Md, Yessi Aulia Fitri, Try Indah Nomita, Triza Windira dan Delia
Yulanda Sari S.Sos yang telah menjadi teman yang baik dan membantu penulis
untuk melakukan penelitian pada skripsi ini. Terima kasih penulis ucapan kepada
Dina Rajabiah Siregas yang telah menjadi teman setia pembimbing penulis dan
seterusnya kepada kerabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Begitu banyak kenangan yang telah kita lewati bersama. Kenangan yang tidak
mungkin terlupakan begitu saja. Kalian telah membuatku kuat, sedih dan tertawa
Politik) Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, yang telah memberikan
Terima kasih kepada Wali Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten
di Jorong Galogandang, yaitu Ibu Rina, Ibu Sabai, Ibu Yurnalis sebagi informan
pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu. Semoga budi baik yang
telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Menyadari
akan keterbatasan yang penulis miliki, maka skripsi atau hasil penelitian lapangan
ini masih terdapat berbagai kekeurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat
vi
Universitas Sumatera Utara
penyempurnaan hasil penelitian ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi pihak-
Penulis
Ida Ramadiani
vii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2009. Lalu penulis melanjutkan pendidikan
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2012 yang
Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Antropologi
IMIB (Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol) USU, yaitu anggota HUMAS (Hubungan
USU Pda tanggal 18 Januari tahun 2015 di Hotel Candhi, Jl. Darussalam No. 124
Medan, sebagai panitia Seminar Nasional “Islam dan Stigma Teoritis” pada
viii
Universitas Sumatera Utara
tanggal 28 Mei 2015, sebagai peserta Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB)
ix
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Sumatera Barat dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan shalawat beserta
salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’at
kepada kita semua. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Jurusan Antropologi Sosial Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berisi kajian
gerabah yang turun-temurun yang diwariskan kepada anak dan cucu pada
x
Universitas Sumatera Utara
Bagi sebagaian ibu-ibu pekerjaan membuat gerabah sudah menjadi
pekerjaan tetap, yang mana dapat menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-
dijadikan sebuah kemunduran untuk tidak memproduksi gerabah, akan tetapi itu
dijadikan sebagai motifasi untuk pengrajin membuat gerabah yang lebih kreatif
banyaknya pemesanan dari luar daerah dapat menjadikan gerabah dikenal oleh
daerah Tanah Datar, menjadikan gerabah sebagai barang yang unik sehingga
tersebut dapat memperkenalkan kreatifitas anak daerah. Akhir kata “tak ada
gading yang tak retak”, demikian juga dengan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang disebabkan adanya
materi, teknik penyusunan maupun analisisnya. Oleh karena itu, dengan hati
terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk
Ida Ramadiani
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i
PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR FOTO ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
xii
Universitas Sumatera Utara
3.1.6. Seng Tipis .................................................................... 58
3.1.7. Lapiak Pandan (Tikar) ................................................ 59
3.2. Proses Pembuatan Gerabah di Jorong Galogandang ............... 61
3.2.1. Pengelolaan Bahan Baku ............................................. 61
3.2.2. Proses Pembuatan Bahan Baku yang Sudah Jadi ........ 65
3.2.2.1. Menempelkan Tanah Liat pada Rotan ............ 68
3.2.2.2. Membentuk Gerabah ...................................... 69
3.2.2.3. Melicinkan Gerabah ........................................ 70
3.2.2.4. Memotong Pinggir Atas Gerabah ................... 71
3.2.2.5. Malangiah (Memukul-mukul) ........................ 72
3.2.2.6. Mangusuak (Mengusuk) ................................. 73
3.2.2.7. Mambibia atau Maupam .................................. 74
3.2.2.8. Pemberian Motif atau Ragi Gerabah .............. 74
3.2.3. Proses Penjemuran Gerabah ........................................ 77
3.2.4. Proses Pembakaran Gerabah ........................................ 80
3.2.4.1. Mengumpulkan bahan-bahan Pembakaran ...... 81
3.2.4.2. Penataan Gerabah di Atas Tungku
Pembakaran .................................................... 84
3.2.4.3. Penyusunan Jerami .......................................... 85
3.2.4.4. Menyalakan Api............................................... 86
3.2.4.5. Mengangkat Gerabah dari Pembakaran ........... 88
3.3. Perkembangan Produk Gerabah di Jorong Galogandang ........ 89
3.4. Jenis Gerabah di Jorong Galogandang .................................... 94
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR FOTO
Halaman
Foto 1. Lambang Jorong Galogandang ................................................. 21
Foto 2. PNPMSekretariat Kelompok Spp Binaan Upk Gudang
Balango ..................................................................................... 29
Foto 3. Upacara adat saat Pacu Jawi ..................................................... 33
Foto 4. Pedagang yang berjualan saat acara Pacu Jawi ....................... 34
Foto 5. Pacu Jawi di Galogandang ........................................................ 36
Foto 6. Rotan ......................................................................................... 52
Foto 7. Kayu .......................................................................................... 53
Foto 8. Batu ........................................................................................... 55
Foto 9. Bambu Kecil.............................................................................. 56
Foto 10. Batu Kecil ................................................................................. 57
Foto 11. Seng Tipis ................................................................................. 58
Foto 12. Lapiak Pandan ( Tikar) ............................................................. 59
Foto 13. Bahan baku yang ditumpuk....................................................... 61
Foto 14. Bahan baku yang sudah dimasak .............................................. 65
Foto 15. Proses awal dari pembentukan gerabah ................................... 68
Foto 16. Proses membentuk gerabah ...................................................... 69
Foto 17. Proses melicinkam gerabah ...................................................... 70
Foto 18. Proses melicinkan bibir atas gerabah ....................................... 71
Foto 19. Malangiah ................................................................................ 72
Foto 20. Mangusuak gerabah ................................................................. 73
Foto 21. Proses penjemuran gerabah ...................................................... 77
Foto 22. Proses mengumpulkan bahan pembakar gerabah .................... 81
Foto 23. Proses penataan gerabah di atas tungku tradisonal .................. 84
Foto 24. Pemberian jerami pembakaran ................................................. 85
Foto 25. Menyalakan api pembakaran gerabah ...................................... 86
Foto 26. Pengangkatan gerabah setelah dibakar ..................................... 88
Foto 27. Jenis-jenis gerabah di Galogandang ......................................... 94
Foto 28. Teko dengan Menggunakan Motif Bunga ................................ 100
Foto 29. Gerabah yang Terkumpul ......................................................... 104
Foto 30. Pembeli dan Penjual di Gudang Balango ................................. 109
Foto 31. Penjual Gerabah Menggunakan Rotan ..................................... 111
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara