Anda di halaman 1dari 11

eJournal Pemerintahan Integratif, 2018, 6 (1): 128-138

ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id


© Copyright 2018

PENGARUH INSENTIF, KOMUNIKASI INTERNAL


DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP DISIPLIN
KERJA PEGAWAI DI KANTOR CAMAT SANGATTA
SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

Andriani 1

Abstrak
Penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis
Pengaruh Insentif, Komunikasi Internal Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Disiplin Kerja Pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai
Timur. Latar belakang dari penelitian ini adalah menurunnya disiplin kerja
pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Melihat
fenomena tersebut, maka penulis mencoba untuk melihat hubungan atau
pengaruh insentif, komunikasi internal dan lingkungan kerja sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai. Penelitian ini dilaksanakan
di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan sampel
yang berjumlah 55 orang menggunakan metode sensus. Selanjutnya, data
penelitian diperoleh dengan cara observasi, penyebaran kuesioner,
dokumentasi dan penelitian kepustakaan. Kemudian dianalisis dengan
menggunakan korelasi pearson product moment, analisis korelasi parsial,
analisis regresi linear berganda, kecermatan prediksi dan analisis koefisien
penentu atau koefisien determinasi. Setelah digunakan rangkaian uji statistik,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insentif, komunikasi internal dan
lingkungan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin
kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur.
Kemudian secara bersama-sama pengaruh insentif, komunikasi internal dan
lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur yaitu sebesar 67,5%, yang berarti sisanya
32,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Kata Kunci: insentif, komunikasi internal, lingkungan kerja, disiplin kerja


pegawai.

Pendahuluan
Sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional merupakan
kunci utama dalam tumbuh kembangnya sebuah organisasi. Sumberdaya

1
Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: aannddrriieee@gmail.com
Pengaruh Insentif, Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja (Andriani)

manusia tidak hanya sebagai penentu keberhasilan suatu organisasi, sebaliknya


faktor manusia ini pulalah yang sering menimbulkan masalah. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia mempunyai kebutuhan, harapan dan latar
belakang sosial yang berbeda.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai abdi negara dan masyarakat
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat menentukan berhasil tidaknya
penyelenggaraan pemerintahan. Keberhasilan dalam proses kerja untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi sangat dipengaruhi
oleh tingkat kedisiplinan pegawainya. Disiplin kerja merupakan sikap mental
seseorang atau sekelompok orang yang tercermin melalui perbuatan atau
tingkah laku yang positif dengan tujuan memupuk kesadaran serta keinginan
terhadap segala peraturan yang menjadi tata tertib suatu lembaga tanpa
terpaksa. Secara umum pegawai bekerja karena didorong untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sehingga para pegawai semakin giat bekerja bilamana
hasil yang dicapai dari pekerjaan memperoleh imbalan atau balas jasa yang
memuaskan. Dan salah satu bentuk imbalan yang dapat diberikan adalah
insentif. Selain insentif, peran komunikasi internal dalam suatu organisasi juga
menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan karena pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang saling tergantung satu sama lain. Selain insentif
dan komunikasi internal, lingkungan kerja juga merupakan salah satu hal yang
dapat mempengaruhi disiplin. Lingkungan kerja yang baik dengan fasilitas
yang cukup, akan mendorong pegawai untuk bertindak disiplin.
Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur merupakan tempat
pelayanan masyarakat yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat
dalam pelayanan dan menghadapi berbagai kebutuhan dan pengaduan dari
masyarakat. Berdasarkan keluhan sebagian masyarakat masih terdapat pegawai
yang datang dan pulang kantor tidak sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, tidak ada di kantor pada saat jam kerja sehingga pekerjaan
terbengkalai, serta adanya pegawai yang bermalas-malasan pada saat jam kerja.
Di Kantor Camat Sangatta Selatan insentif telah diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang sistem pemberiannya diberikan setiap satu bulan sekali dan
diberikan diakhir bulan. Sedangkan, lingkungan kerja yang ada masih
tergolong kurang efektif, diantaranya lingkungan kerja yang kurang nyaman
dan kurang terpenuhinya kebutuhan pegawai khususnya dalam hal pemenuhan
fasilitas-fasilitas yang ada di kantor kecamatan sehingga menyebabkan
pemberian pelayanan kepada masyarakat tidak dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan kajian
ilmiah lebih mendalam dengan mengambil judul “Pengaruh Insentif,
Komunikasi Internal, dan Lingkungan Kerja terhadap Disiplin Kerja
Pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur”.

129
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 6, Nomor 1, 2018: 128-138

Kerangka Dasar Teori


Insentif
Menurut Handoko (2002:155) insentif adalah perangsang yang ditawarkan
kepada karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari
standar-standar yang telah ditetapkan. Insentif merupakan hasil akhir dari
gabungan komponen penilaian yang dinilai dan dikerjakan oleh perusahaan.
Sedangkan menurut Hasibuan (2008:117) insentif adalah tambahan balas jasa
yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi
standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil
dalam pemberian kompensasi.
Berdasarkan uraian di atas terdapat kesamaan substansi bahwa insentif
merupakan salah satu bentuk rangsangan yang sengaja diberikan kepada
pegawai dengan tujuan agar dapat memotivasi para pegawai dalam
meningkatkan kedisiplinannya.
Selanjutnya menurut Sarwoto (2001:155) insentif dibedakan menjadi dua
jenis atau dua golongan, yaitu: (1) insentif finansial dan (2) insentif non
finansial.

Komunikasi Internal
Menurut Ardana (2004:49) komunikasi internal adalah penyampaian atau
pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan, tertulis maupun
menggunakan alat komunikasi dalam lingkungan organisasi. Sedangkan
menurut Brennan (dalam Effendy 2009:122) komunikasi internal adalah
pertukaran gagasan di antara para administrator dan pegawai dalam suatu
organisasi atau instansi yang menyebabkan terwujudnya organisasi tersebut
lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan secara
horizontal dan vertikal dalam suatu organisasi yang menyebabkan pekerjaan
berlangsung.
Berdasarkan dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa
komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan
kantor atau organisasi. Komunikasi ini bisa terjadi antara karyawan dengan
karyawan, karyawan dengan atasan, dan atasan dengan atasan.
Selanjutnya menurut Effendy (2005:122) komunikasi internal terbagi
dalam dua dimensi, yaitu: (1) dimensi komunikasi vertikal dan (2) dimensi
komunikasi horizontal.

Lingkungan Kerja
Menurut Sukanto dan Indriyo (2000:151) lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dalam bekerja
meliputi pengaturan penerangan, pengontrolan suara gaduh, pengaturan
kebersihan tempat kerja dan pengaturan keamanan tempat kerja. Sedangkan
menurut Wursanto (2003:56) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang

130
Pengaruh Insentif, Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja (Andriani)

menyangkut segi fisik dan segi psikis yang secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh terhadap pegawai.
Pengertian di atas menggambarkan bahwa lingkungan kerja mempunyai
pengaruh yang besar bagi pegawai dalam menjalankan tugas-tugasnya. Oleh
karena itu di setiap kantor harus mengusahakan agar faktor-faktor yang
termasuk dalam lingkungan kerja diperhatikan secara baik sehingga
mempunyai pengaruh yang positif bagi disiplin kerja pegawainya.
Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:21) beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja yang dikaitkan
dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah: (1) penerangan di tempat
kerja, (2) temperatur atau suhu udara di tempat kerja, (3) dekorasi di tempat
kerja, (4) musik di tempat kerja, (5) keamanan di tempat kerja.

Disiplin Kerja Pegawai


Menurut Sastrohadiwiryo (2003:291) disiplin kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi apabila ia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sedangkan
menurut Fathoni (2006:172) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja
merupakan kesadaran dan ketaatan seseorang sebagai suatu sikap menghormati
dan menghargai peraturan yang berlaku di dalam suatu organisasi untuk
mendapatkan tujuan organisasi dengan hasil yang optimal.
Selanjutnya menurut Guntur (1996:34) ada beberapa kriteria yang dipakai
dalam disiplin kerja yang dapat dikelompokkan menjadi 3 indikator
diantaranya: (1) disiplin waktu, (2) disiplin peraturan, (3) disiplin tanggung
jawab.

Hubungan Insentif, Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja Terhadap


Disiplin Kerja Pegawai
Menurut Sutrisno (2010:190) pemberian kompensasi (insentif) tepat waktu
diharapkan bisa meningkatkan disiplin pegawai. Disiplin yang diharapkan
organisasi dari pegawai pada dasarnya hanya ada dua yaitu mematuhi segala
peraturan yang berlaku, dan menjauhi segala larangan yang berlaku di dalam
organisasi. Imbalan jenis insentif ini pada dasarnya sebagai suatu penghargaan
atau ganjaran yang diberikan oleh lembaga dengan tujuan agar dapat
memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kedisiplinan pegawai.
Komunikasi merupakan suatu bagian dari sebuah organisasi atau kantor, karena
komunikasi yang diterapkan akan mempengaruhi disiplin kerja pegawai
ataupun anggotanya. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:198) bahwa adanya

131
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 6, Nomor 1, 2018: 128-138

komunikasi yang harmonis diantara para karyawan baik secara vertikal maupun
horizontal (komunikasi internal) ikut menciptakan kedisiplinan bagi organisasi.
Selanjutnya komunikasi internal merupakan hal yang perlu menjadi perhatian
seorang pemimpin organisasi karena faktor tersebut sedikit banyaknya ikut
mempengaruhi tingkah laku karyawan (Muhammad, 2004).
Menurut Nitisemito (2000:183) lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Lingkungan kerja yang baik akan
mendatangkan suasana yang menyenangkan, penataan lingkungan kerja dapat
dilakukan oleh organisasi atau instansi sebagai upaya untuk meningkatkan
kedisiplinan kerja pada pegawai. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa disiplin kerja pegawai juga dipengaruhi oleh adanya kondisi
lingkungan kerja yang baik. Maka dari itu harus diciptakan kondisi yang baik
di dalam lingkungan kerja organisasi atau instansi tersebut agar tujuan bisa
dicapai dengan adanya disiplin kerja pegawai yang tinggi.
Menurut Rivai dan Sagala (2010:825) disiplin kerja adalah suatu alat yang
digunakan para pemimpin untuk melakukan komunikasi dengan pegawai agar
mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan.
Selanjutnya, menurut Effendi (2001:118) komunikasi yang efektif adalah
apabila dia dapat membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu secara
sadar, bergairah, dan penuh kegembiraan dengan suasana kerja seperti itu akan
didapatkan hasil yang memuaskan (Effendi, 2001:118). Sedangkan, lingkungan
kerja yang baik dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai dalam menjalankan
tugasnya, namun sebaliknya jika lingkungan kerja yang tidak baik dapat
menurunkan disiplin kerja dan berimbas pada kinerja karyawan. Lingkungan
kerja yang berkualitas akan mempengaruhi disiplin kerja, dan disiplin kerja
akan mempengaruhi kinerja karyawan. Sebagaimana dikemukakan oleh
(Render dan Heizer, 2001:239) lingkungan kerja adalah tempat kerja yang
mempengaruhi hasil kerja dan mutu kehidupan kerja mereka. Menurut
Hasibuan (2000:195) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan pegawai, yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas
jasa (insentif), keadilan, waskat, sanksi, hukuman, ketegasan, dan hubungan
kemanusiaan.
Dari paparan di atas dapat dilihat adanya hubungan antara insentif,
komunikasi internal dan lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pegawai,
sebab disiplin kerja pegawai akan tidak akan tercipta dengan sendirinya, namun
dengan adanya penerapan ketiga sistem ini akan dapat berpengaruh terhadap
disiplin kerja pegawai.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur. Sampel total yang diambil adalah 55 orang yang merupakan

132
Pengaruh Insentif, Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja (Andriani)

seluruh pegawai Kantor Camat Sangatta Selatan yang terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebanyak 25 orang dan Tenaga Kerja Kontrak Daerah
(TK2D) sebanyak 30. Dalam penelitian ini penulis mengambil semua populasi
yang ada sebagai sampel dengan menggunakan metode sensus.
Penelitian ini bersifat asosiatif dan teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini antara lain : (1) observasi, (2) kuesioner, (3) dokumentasi, (4)
penelitian kepustakaan. Adapun pokok-pokok isi kuesioner penelitian ini
merupakan indikator dari variabel insentif meliputi: (1) insentif finansial dan
(2) insentif non finansial. Variabel komunikasi internal meliputi: (1)
komunikasi vertikal dan (2) komunikasi horizontal. Variabel lingkungan kerja
meliputi: (1) penerangan, (2) temperatur, (3) dekorasi dan variabel disiplin
kerja pegawai meliputi: (1) disiplin waktu, (2) disiplin peraturan dan (3)
disiplin tanggung jawab.
Untuk menganalisis data yang diperoleh dan untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan, maka penulis menggunakan teknik analisis, yaitu (1)
korelasi product moment (pearson), (2) korelasi parsial, (3) regresi linier
berganda, (4) kecermatan prediksi, dan (5) koefisien penentu atau koefisien
determinasi. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert sebagai alat
pengukur data. Mengenai kriteria atau skor menurut Sugiyono (2009) masing-
masing penelitian ada yang menggunakan jenjang 3 (1,2,3), jenjang 5
(1,2,3,4,5) dan jenjang 7 (1,2,3,4,5,6,7). Dalam penelitian ini penulis
mengelompokkan jawaban respoden dalam nilai skala 5 jenjang (jawaban a
diberi nilai 5; jawaban b diberi nilai 4; jawaban c diberi nilai 3; jawaban d
diberi nilai 2 dan e diberi nilai 1).

Hasil dan Pembahasan


Deskripsi karakteristik responden berdasarkan hasil analisis data diketahui
bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (63,6%), dan
berpendidikan SMA/Sederajat (50,9%). Untuk variabel insentif dalam
penelitian ini termasuk dalam variabel berkategori tinggi hal ini sesuai dengan
sebanyak 47,27 persen responden berpendapat demikian. Untuk variabel
komunikasi internal dalam penelitian ini termasuk dalam variabel berkategori
tinggi hal ini sesuai dengan sebanyak 47,27 persen responden berpendapat
demikian. Untuk variabel lingkungan kerja dalam penelitian ini termasuk dalam
variabel berkategori tinggi hal ini sesuai dengan sebanyak 38,18 persen
responden berpendapat demikian. Untuk variabel disiplin kerja pegawai dalam
penelitian ini termasuk dalam variabel berkategori sedang hal ini sesuai dengan
sebanyak 40 persen responden berpendapat demikian.
Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS Statistics 23.0 diperoleh
hasil korelasi pearson product moment antara X1 dan Y yaitu r = 0,509. Jadi
terdapat hubungan antara insentif dengan disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,509. Serta diketahui
pula Ftest > Ftabel (18,874 > 4,02) maka korelasi signifikan atau dapat dikatakan

133
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 6, Nomor 1, 2018: 128-138

insentif memiliki hubungan yang signifikan dengan disiplin kerja pegawai di


Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Hasil korelasi pearson
product moment antara X2 dan Y yaitu r = 0,325. Jadi terdapat hubungan
antara komunikasi internal dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat
Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,325. Serta diketahui pula
Ftest > Ftabel (6,335 > 4,02) maka korelasi signifikan atau dapat dikatakan
komunikasi internal memiliki hubungan yang signifikan dengan disiplin kerja
pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Dan hasil
korelasi pearson product moment antara X3 dan Y yaitu r = 0,813. Jadi
terdapat hubungan antara lingkungan kerja dengan disiplin kerja pegawai di
Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,813. Serta
diketahui pula Ftest > Ftabel (104,823 > 4,02) maka korelasi signifikan atau dapat
dikatakan insentif memiliki hubungan yang signifikan dengan disiplin kerja
pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur.
Selanjutnya analisis korelasi parsial, berdasarkan perhitungan
menggunakan SPSS Statistics 23.0 diperoleh hasil korelasi sebesar 0,467
dimana variabel komunikasi internal dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh
sampel. Serta diketahui pula ttest < ttabel (1,501 < 2,004). Dengan demikian
koefisien korelasi variabel insentif dengan disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dimana variabel komunikasi
internal sebagai variabel pengontrol adalah tidak signifikan yaitu tidak dapat
digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil selanjutnya diperoleh Ftest >
Ftabel (13,945 > 4,02). Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah murni atau
dapat dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara insentif
terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur dengan mengendalikan variabel komunikasi internal. Hasil
korelasi sebesar 0,207 dimana variabel lingkungan kerja dibuat tetap
(dikontrol) untuk seluruh sampel. Serta diketahui pula t test < ttabel (1,501 <
2,004). Dengan demikian koefisien korelasi variabel insentif dengan disiplin
kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur
dimana variabel lingkungan kerja sebagai variabel pengontrol adalah tidak
signifikan yaitu tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada
Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil
selanjutnya diperoleh Ftest < Ftabel (2,238 < 4,02). Artinya korelasi parsial yang
terjadi adalah tidak murni atau tidak dapat dikatakan terdapat hubungan atau
pengaruh yang murni antara insentif terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan
variabel lingkungan kerja. Hasil korelasi sebesar 0,206 dimana variabel
komunikasi internal dan lingkungan kerja dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh
sampel. Serta diketahui pula ttest < ttabel (1,501 < 2,004). Dengan demikian
koefisien korelasi variabel insentif dengan disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dimana variabel komunikasi

134
Pengaruh Insentif, Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja (Andriani)

internal dan lingkungan kerja sebagai variabel pengontrol adalah tidak


signifikan yaitu tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada
Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil
selanjutnya diperoleh Ftest < Ftabel (2,215 < 4,02). Artinya korelasi parsial yang
terjadi adalah tidak murni atau tidak dapat dikatakan terdapat hubungan atau
pengaruh yang murni antara insentif terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan
variabel komunikasi internal dan lingkungan kerja.
Selanjutnya hasil korelasi sebesar 0,236 dimana variabel insentif dibuat
tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel. Serta diketahui pula ttest < ttabel (0,065 <
2,004). Dengan demikian koefisien korelasi variabel komunikasi internal
dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur dimana variabel insentif sebagai variabel pengontrol adalah tidak
signifikan yaitu tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada
Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil
selanjutnya diperoleh Ftest < Ftabel (2,949 < 4,02). Artinya korelasi parsial yang
terjadi adalah tidak murni atau tidak dapat dikatakan terdapat hubungan atau
pengaruh yang murni antara komunikasi internal terhadap disiplin kerja
pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan
mengendalikan variabel insentif. Hasil korelasi sebesar 0,024 dimana variabel
lingkungan kerja dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel. Serta diketahui
pula ttest < ttabel (0,065 < 2,004). Dengan demikian koefisien korelasi variabel
komunikasi internal dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur dimana variabel lingkungan kerja sebagai
variabel pengontrol adalah tidak signifikan yaitu tidak dapat digeneralisasikan
ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur. Kemudian hasil selanjutnya diperoleh Ftest < Ftabel (0,028 < 4,02).
Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah tidak murni atau tidak dapat
dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara komunikasi
internal terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan
Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan variabel lingkungan kerja.
Hasil korelasi sebesar 0,009 dimana variabel insentif dan lingkungan kerja
dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel. Serta diketahui pula t test < ttabel
(0,065 < 2,004). Dengan demikian koefisien korelasi variabel komunikasi
internal dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan
Kabupaten Kutai Timur dimana variabel insentif dan lingkungan kerja sebagai
variabel pengontrol adalah tidak signifikan yaitu tidak dapat digeneralisasikan
ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur. Kemudian hasil selanjutnya diperoleh Ftest < Ftabel (0,004 < 4,02).
Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah tidak murni atau tidak dapat
dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara komunikasi
internal terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan

135
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 6, Nomor 1, 2018: 128-138

Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan variabel insentif dan


lingkungan kerja.
Selanjutnya hasil korelasi sebesar 0,749 dimana variabel insentif dibuat
tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel. Serta diketahui pula ttest > ttabel (7,659 >
2,004). Dengan demikian koefisien korelasi variabel lingkungan kerja dengan
disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai
Timur dimana variabel insentif sebagai variabel pengontrol adalah signifikan
yaitu dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Camat
Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil selanjutnya
diperoleh Ftest > Ftabel (63,895 > 4,02). Artinya korelasi parsial yang terjadi
adalah murni atau dapat dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang
murni antara lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat
Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan variabel
insentif. Hasil korelasi sebesar 0,788 dimana variabel komunikasi internal
dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel. Serta diketahui pula t test > ttabel
(7,659 > 2,004). Dengan demikian koefisien korelasi variabel lingkungan kerja
dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur dimana variabel komunikasi internal sebagai variabel pengontrol
adalah signifikan yaitu dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai
pada Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil
selanjutnya diperoleh Ftest > Ftabel (81,906 > 4,02). Artinya korelasi parsial yang
terjadi adalah murni atau dapat dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh
yang murni antara lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan
variabel komunikasi internal. Aaa Hasil korelasi sebesar 0,731 dimana variabel
insentif dan komunikasi internal dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel.
Serta diketahui pula ttest > ttabel (7,659 > 2,004). Dengan demikian koefisien
korelasi variabel lingkungan kerja dengan disiplin kerja pegawai di Kantor
Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur dimana variabel insentif dan
komunikasi internal sebagai variabel pengontrol adalah signifikan yaitu dapat
digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil selanjutnya diperoleh Ftest >
Ftabel (57,379 > 4,02). Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah murni atau
dapat dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara
lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan variabel insentif dan
komunikasi internal.
Selanjutnya analisis regresi linier berganda yang menunjukkan arah dan
kuatnya pengaruh dua variabel secara bersama-sama atau lebih terhadap
variabel lainnya. Berdasarkan perhitungan menggunakan aplikasi SPSS
Statistics 23.0 diperoleh persamaan regresi pada variabel bebas a=2,887,
b1=0,211, b2=0,015, b3=0,791. Dengan demikian maka persamaan regresinya
adalah Y = 2,887 + 0,211X1 + 0,015X2 + 0,791X3. Diketahui Ftest > Ftabel

136
Pengaruh Insentif, Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja (Andriani)

(35,273 > 4,02), maka persamaan garis regresi tersebut adalah signifikan yang
berarti dapat dipakai untuk mengetahui hubungan pengaruh tersebut. Besarnya
pengaruh dapat dilihat dari nilai b. Dengan nilai koefisien b1 sebesar 0,211
maka diperoleh ttest < ttabel (1,501 < 2,004). Maka tidak signifikan. Jadi
pengaruh insentif terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur adalah tidak signifikan. Selanjutnya dengan
nilai koefisien regresi b2 sebesar 0,015 maka diperoleh ttest < ttabel (0,065 <
2,004). Maka tidak signifikan. Jadi pengaruh komunikasi internal terhadap
disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai
Timur adalah tidak signifikan. Kemudian nilai koefisien regresi b3 sebesar
0,791 maka diperoleh ttest > ttabel (7,659 > 2,004). Maka signifikan. Jadi
pengaruh lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat
Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur adalah signifikan.
Berdasarkan hal tersebut diketahui pula koefisien regresi variabel insentif
terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur sebesar 0,211. Hal ini berarti perubahan satu satuan terhadap
variabel insentif mengakibatkan perubahan sebesar 0,211 terhadap variabel
disiplin kerja pegawai. Maka insentif memiliki hubungan yang positif dan
signifikan terhadap disiplin kerja. Kemudian regresi variabel komunikasi
internal terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan
Kabupaten Kutai Timur. Pengaruhnya adalah sebesar 0,015. Hal ini berarti
perubahan satu satuan terhadap variabel komunikasi internal mengakibatkan
perubahan sebesar 0,015 terhadap variabel disiplin kerja pegawai. Maka
komunikasi internal memiliki hubungan yang positif dan ada pengaruh
terhadap disiplin kerja pegawai. Selanjutnya regresi variabel lingkungan kerja
terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur. Pengaruhnya adalah sebesar 0,791. Hal ini berarti perubahan satu
satuan pada variabel lingkungan kerja mengakibatkan perubahan sebesar 0,791
pada disiplin kerja pegawai. Maka lingkungan kerja memiliki hubungan yang
positif dan ada pengaruh terhadap disiplin kerja pegawai.
Dengan menggunakan aplikasi SPSS Statistics 23.0 maka diperoleh hasil
perhitungan koefisien penentu = 0,675 x 100 persen = 67,5 persen ini adalah
nilai dari besar pengaruh insentif, komunikasi internal dan lingkungan kerja
terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur. Dengan demikian sisa pengaruh sebesar 32,5 persen adalah
merupakan pengaruh dari variabel-variabel lain.

Kesimpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan analisis data yang diperoleh maka diketahui bahwa variabel
insentif memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja
pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Sehingga
hipotesis pertama pada penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima. Kemudian
diketahui variabel komunikasi internal memiliki pengaruh positif dan signifikan

137
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 6, Nomor 1, 2018: 128-138

terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten


Kutai Timur. Sehingga hipotesis kedua pada penelitian ini H0 ditolak dan H1
diterima. Selanjutnya diketahui variabel lingkungan kerja memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta
Selatan Kabupaten Kutai Timur. Sehingga hipotesis ketiga pada penelitian ini
H0 ditolak dan H1 diterima. Dan secara bersama-sama insentif, komunikasi
internal dan lingkungan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur. Sehingga hipotesis keempat yang diajukan pada penelitian ini H0
ditolak dan H1 diterima.
Penelitian ini menunjukkan bahwa insentif yang diberikan sudah sangat
baik dan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai agar
pegawai merasa dihargai pekerjaannya. Selanjutnya komunikasi internal sudah
sangat baik dan perlu dipertahankan serta ditingkatkan dengan menciptakan
hubungan yang semakin baik dan harmonis antara pegawai maupun pimpinan
dengan cara saling tegur sapa. Kemudian lingkungan kerja perlu diperbaiki dan
ditingkatkan untuk kedepannya agar disiplin kerja pegawai menjadi lebih baik
lagi serta pegawai dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat.

Daftar Pustaka
Ardana, Komang. 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia. Graha Ilmu:
Yogyakarta
Effendy, Onong Uchyana. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek.
Rosdakarya: Bandung
Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara: Jakarta
Panuju, Redi. 2001. Komunikasi Organisasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Sastroadiwiryo, B. Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia
Pendekatan Administratif dan Operasional. Bumi Aksara: Jakarta
Sedarmayati. 2009. Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar
Maju: Bandung
Sutrisno, Edi. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana: Jakarta
Wirawan, Sarwono Sarlito. 2005. Psikologi Lingkungan. PT. Gramedia
Grasindo: Jakarta
Wursanto, IG. 2003. Manajemen Kepegawaian 2. Kansius: Yogyakarta

138

Anda mungkin juga menyukai