Anda di halaman 1dari 14

TERAPI KOMPLEMENTER MUSIK KLASIK

PADA PASIEN HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH :

NURMA YUNITA (S.0020.P.014)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
2022/202
NO AUTHOR JUDUL HASIL
1.  M.D.L ALUNAN MUSIK Temuan pada penelitian ini
LARASATI KLASIK menunjukkan bahwa nilai p =
 IM. SUTAJAYA MENURUNKAN STRES 0,0001. Itu berarti bahwa ada
 NP.S.R. DEWI DAN TEKANAN DARAH perbedaan bermakna pada
PADA LANSIA tekanan darah sistolik antara
PENDERITA sebelum
HIPERTENSI DI PANTI dan sesudah beraktivitas pada
SOSIAL TRESNA Periode I dan Periode II. Rerata
WERDHA JARA MARA tekanan darah sistolik sebelum
PATI BULELENG BALI beraktivitas pada Periode I
adalah sebesar 154,94 termasuk
dalam kategori hipertensi
sedang, sedangkan pada Periode
II adalah sebesar 146,11
termasuk dalam kategori
hipertensi ringan.
Rerata tekanan darah sistolik
sesudah beraktivitas pada
Periode I adalah sebesar 167,38
termasuk dalam kategori
hipertensi
sedang, sedangkan pada Periode
II adalah sebesar 152,71
termasuk dalam kategori
hipertensi ringan, dengan selisih
tekanan darah sistolik pada
Periode I adalah
sebesar 12,43 dan Periode II
adalah
sebesar 6,62. Pada penelitian ini
ditemukan bahwa terdapat
penurunan selisih tekanan
darah sistolik antara Periode I
dan Periode II adalah sebesar
46,74 % (p<0,05).
Penurunan tekanan darah sistolik
tersebut diyakini disebabkan oleh
pemberian alunan musik klasik di
Panti Sosial Tresna Werdha
Jara Mara Pati.Lansia penderita
hipertensi yang tinggal di Panti
Sosial Tresna Werdha Jara
Mara Pati sangat menikmati
alunan musik klasik yang
diberikan. Hal tersebut diperkuat
oleh hasil wawancara dan
observasi peneliti, yang
menanyakan tentang kesan para
lansia terhadap alunan
musik klasik karya Gus Teja dan
memperhatikan kegiatan
beraktivitas para lansia. Hal ini
diperkuat dengan terlihatnya
beberapa lansia yang
mendengarkan alunan musik
klasik dengan menggerakkan
kepala, tangan, dan kaki bahkan
sambil bernyanyi sesuai dengan
irama musik klasik yang
diberikan. Saat musik klasik
sedang diputarkan, ada pula
beberapa
lansia yang tertidur dan ada juga
yang beraktivitas sambil
mendengarkan alunan musik
klasik yaitu menjemur pakaian,
membuat banten, membaca buku,
mengumpulkan bunga jepun,
memberi makan ayam, mencabut
rumput di halaman, memasak,
dan bersih-bersih. Dari sembilan
lagu karya Gus Teja yang
diputarkan, salah satu lagu yang
menjadi favorit para lansia
adalah Janger.
Temuan tersebut bersinergi
dengan
pendapat Saing (2007) yang
menyatakan bahwa pada saat
seseorang mendengarkan
alunan musik klasik, serotonin
akan
memberikan efek untuk
meningkatkan refleks
baroreseptor yang berperan pada
setiap perubahan tekanan darah
dan
endorphin yaitu zat kimia seperti
morfin yang diproduksi sendiri
oleh tubuh akan memberikan
efek terhadap suasana hati.
Peningkatan serotonin dan
endorphin akan
menghasilkan efek relaksasi yang
membuat perasaan seseorang
menjadi tenang dan menurunkan
tingkat rangsang pada
penderita hipertensi. Musik
klasik juga memiliki manfaat lain
untuk mengontrol tekanan darah
yaitu menyebabkan terjadinya
pelepasan
stress-released hormones
(hormon-hormon stres) dan
pelepasan katekolamin
(sekelompok
hormon yaitu epinefrin dan
norepinefrin yang disekresikan
oleh medulla adrenal dalam
menanggapi stres) ke dalam
pembuluh darah. Menurunnya
konsentrasi katekolamin dalam
plasma darah akan
mengakibatkan denyut jantung
berkurang,
tekanan darah menurun, dan
tubuh akan mengalami relaksasi.
Konsentrasi katekolamin di
dalam plasma dapat
memengaruhi aktivasi saraf
simpatis dan menyebabkan
terjadinya pelepasan hormon-
hormon stres.
Saing (2007) juga menyatakan
bahwa musik klasik akan
menghasilkan gelombang
supersonik berupa rangsangan
ritmis yang akan diterima oleh
indera pendengaran melalui
nervus auditori menuju ke otak.
Otak akan merangsang
hipotalamus untuk mengaktivasi
saraf otonom, yang akan
mengaktifkan saraf
parasimpatis dan menghambat
saraf
simpatis, selain itu rangsangan
yang dihasilkan oleh musik
klasik merespon pelepasan
endorphin, serotonin, dan
stressreleased hormones.
Rangsangan tersebut
akan mengurangi aktivitas saraf
simpatis yang menyebabkan
terjadinya vasodilatasisistemik
dan penurunan kontraktilitas otot
jantung, sehingga kecepatan
denyut
jantung, curah jantung, dan
volume
sekuncup mengalami penurunan.
Pernyataan tersebut diperkuat
oleh Jain (2011) yang
menyatakan bahwa musik klasik
secara langsung akan
memberikan
rangsangan pada otak dengan
cara
menghasilkan gelombang yang
berpengaruh terhadap
meningkatnya zatzat kimia tubuh
seperti serotonin dan endorphin.
2.  NETY PENGARUH TERAPI Berdasarkan hasil uji statistik
HERAWATY MUSIK KLASIK terhadap pelaksanana terapi
 KURNIATI TERHADAP musik klasik pada responden
MAYA SARI PENURUNAN dengan hipertensi ringan di
 WD ARMANDA TEKANAN DARAH dapatkan nilai p-
TRI PADA LANSIA DENGAN value=0,001(<0,05) yang
MURTININGSIH HIPERTENSI DI berarti ada pengaruh terhadap
KELURAHAN SIMPANG penurunan tekanan darah
RUMBIO DI WILAYAH sebelum dan setelah terapi
KERJA PUSKESMAS musik klasik, sedangkan pada
KTK KOTA SOLO hipertensi sedang didapatkan
hasil uji statistik terhadap
pelaksanaan terapi musik klasik
dengan nilai p
value=0,023(<0,05)
berarti adanya pengaruh terapi
musik klasik terhadap penurunan
tekanan darah, dan pada
responden dengan hipertensi
berat dimana didapatkan hasil uji
statistik terhadap pelaksanaan
terapi musik klasik dengan nilai
p-value=0,175(˃0,05) yang
artinya tidak terdapat pengaruh
terhadap penurunan tekanan
darah sebelum dan sesudah
dilakukan terapi musik klasik.
Dari hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa terapi musik
klasik mempunyai pengaruh
terhadap penurunan tekanan
darah sedangkan pada hipertensi
berat tidak terdapat pengaruh
terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita
hipertensi.Hasil penelitian Rini
Fahriani, dkk (2015), tentang
Pengaruh Terapi Musik Klasik
terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Kabila
Kabupaten Bone Bolangodi
dapatkan hasil secara statistik
dengan p = 0,001 artinya adanya
pengaruh terapi musik terhadap
penurunan tekanan darah pada
lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kabupaten Bone
Bolango.Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Diyono,
dkk (2015) tentang Pengaruh
Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tekanan
Darah sistolik pada Lansia di
Desa Tarama Sragen Jawa
tengah, dari hasil uji statistik
dengan Paired T-Tes
menunjukkan bahwa terapi
musik berpengaruh menunjukan
responden setelah diberi terapi
musik klasik mengalami
penurunan tekanan darah pada
hipertensi ringan, sedang dengan
p = 0,000. Berdasarkan teori
musik merupakan stimulus yang
unik yang dapat mempengaruhi
respon fisik dan psikologi
pendengar serta merupakan
intervensi yang efektif untuk
meningkatkan relaksasi
fisikologis (yang diindikasikan
dengan penurunan nadi, respirasi
dan tekanan darah) (Triyanto,
2014 : 26).Terapi musik
merupakan teknik yang sangat
mudah dilaksanakan, efeknya
menunjukkan bahwa musik dapat
mempengaruhi ketegangan atau
kondisi rileks pada diri seseorang
karena dapat merangsang
pengeluaran endorphinedan
serotin, yang dapat membuat
tubuh merasa lebih rileks pada
seseorang yang mengalami
stress (Djohan, 2006).
Musik klasik digunakan pada
terapi musik yang dapat
menurunkan tekanan darah
karena musik klasik bersifat
rileks dengan tempo atau irama
pelan. Pada musik klasik, irama
yang dihasilkan memiliki tempo
60 ketukan permenit. Saat
pasien hipertensi di dengarkan
musik klasik dengan irama yang
teratur dan terus menerus, maka
denyut jantung pasien akan
mengikuti irama musik tersebut
yang diharapkan pada denyut
jantung pasien lebih
terkendali.Menurut asumsi
peneliti, adanya penurunan
tekanan darah sistolik pada
responden hal ini dikarena saat
mendengarkan musik klasik
dapat mengurangi ketegangan-
ketengangan pada asfek
fisik, motorik, emosional dan
mental, serta musik mampu
menyernihkan pikiran.
Terapi musik klasik merupakan
suatu usaha berupa bantuan dari
suatu proses terencana dengan
menggunakan musik sebagai
media penyembuhan bagi para
lansia dengan hipertensi
3.  MUHAMMAD PENGARUH TERAPI Hasil penelitian menunjukkan
NUR F MUSIK KLASIK bahwa ada penurunan tekanan
 YENI RUSYANI TERHADAP darah responden pada saat pre
 ERLINA PENURUNAN test mayoritas responden
HERMAWATI TEKANAN DARAH memiliki kategori hipertensi
PADA LANSIA DI ringan kemudian diberikan terapi
POSYANDU LANSIA DI musik klasik mozart selama 30
DESA WALENG menit hasil yang didapatkan
GIRIMARTO adalah selisih rata-rata tekanan
WONOGIRI darah yang diukur dari pre test
sampai post test yaitu dengan
p=0,000 (p<0,05) yang
artinya terjadi perbedaan yang
signifikan tekanan darah sebelum
dan setelah intervensi. Jadi dapat
dikatakan bahwa penelitian ini
menunjukkan intervensi
pemberian terapi musik Mozart
dapat menurunkan tekanan darah,
hal ini dibuktikan bahwa jika di
bandingkan selisih rata-rata
penurunan tekanan darah
terjadi perubahan yangsignifikan.
Penelitian ini sejalan dengan
hasil penilitian yang dilakukan
Jasmarizal (2011), dimana semua
responden sebanyak 11 orang
(100%) mengalami penurunan
tekanan darah sistolik rata-rata 6
mmHg. Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon dapat disimpulkan ada
pengaruh pemberian terapi musik
klasik (mozart) terhadap
penurunan tekanan darah pada
lansia di posyandu desa waleng
yang ditunjukkan dengan tekanan
darah lansia dapat menurun
dengan diberikan terapi musik
sehingga tekanan darah lansia
dalam kategori hipertensi
mayoritas dalam kategori rendah
menjadi kategori hipertensi
rendah sekali.
4.  MARINA PENGATUH TERAPI Berdasarkan hasil penelitian,
 HOTMARIA MUSIK KLASIK dapat diketahui bahwa tekanan
JULIA MOZART TERHADAP darah sebelum diberikan
 YUSNAINI TEKANAN DARAH terapi musik klasik mozart
SIAGIAN PENDERITA menunjukkan kategori ringan
 LIZA WATI HIPERTENSI DI sebanyak 14 orang (70%),
KELURAHAN SUNGAI sedangkan sesudah siberikan
ENAM KIJANG terapi musik klasik mozart adalah
normal 3 responden (21,4%),
normal tinggi 3 responden
(21,4%), ringan 7 responden
(50%), sedang 1 responden
(7,1%). Tekanan darah sebelum
diberikan terapi musik klasik
mozart yang menunjukkan
kategori sedang 4 responden
(20%), sesudah diberikan terapi
musik klasik mozart menjadi
ringan 3 responden (75%) dan
sedang 1 responden (25%).
Tekanan darah sebelum
diberikan terapi musik klasik
mozart yang
menunjukkan kategori berat 2
responden (10%), sesudah
diberikan terapi musik klasik
mozart menjadi sedang 1
responden (50%) dan berat 1
responden (50%). Hasil uji
statistik wilcoxon test diperoleh
nilai p value= 0,008 yang berarti
(≤0,05), maka Ho ditolak yang
berarti ada pengaruh terapi musik
klasik mozart terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi
di
Kelurahan Sungai Enam Kijang.
Peneliti memberikan terapi
musik klasik mozart selama 7
hari dan dilakukan pengukuran
setiap setelah diberikan terapi
musik klasik mozart. Sebelum
dilakukan Terapi Musik Klasik
(Mozart) Pada responden,
tekanan darah responden bisa
dikatakan stadium.
Setelah dilakukan terapi musik
klasik (mozart), maka tekanan
darah responden menjadi
menurun. Hal ini dapat kita lihat,
bahwa responden mengalami
perubahan tekanan darah. Musik
bisa menjadikan badan, fikiran
dan mental menjadi sehat.
Sedangkan responden sesudah
diberikan terapi musik klasik
mozart hipertensi ringan menjadi
sedang dikarenakan responden
kurang folus dalam
mendengarkan musik. Musik
klasik bermanfaat membuat
seseorang menjadi rileks,
menimbulkan rasa nyaman,
melepas rasa sedih dengan
kegembiraan, Musik
memilik kekuatan untuk
mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang sehingga
tekanan darah menjadi turun.
Musik dapat meningkatkan,
memulihkan, dan memelihara
kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spritual.
Terapi musik klasik yaitu jenis
terapi yang mempunyai fungsi
menenangkan pikiran dan kataris
emosi, serta dapat
mengoptimalkan tempo, ritme,
melodi, dan harmoni yang teratur
dan dapat menghasilkan
gelombang alfa serta gelombang
beta dalam gendang telinga
sehingga memberikan
ketenangan yang mebuat otak
siap menerima masukan
baru, efek rileks, dan menidurkan
(Nuseha dan Djaafar, 2011).
Selain itu musik klasik berfungsi
mengatur hormon – hormon yang
berhubungan dengan stres antara
lain ACTH, prolaktin, dan
hormon pertumbuhan serta dapat
meningkatkan kadar endorfin
sehingga dapat mengurangi
nyeri (Champell, 2011). Salah
satu terapi yang bisa dilakukan
untuk menurunkan tekanan
darah yaitu terapi musik klasik.
Tempo musik klasik sebagai
faktor yang paling penting, jenis
musik yang merupakan non lirik
terdiri menurut nada rendah
merupakan beat 60-80 per menit
& taraf volume 60 dB. Alunan
musik bisa menstimulasi tubuh
untuk menghasilkan molekul
yang dianggap nitrik oxide (NO).
Molekul ini bekerja dalam tonus
pembuluh darah sehingga bisa
mengurangi tekanan darah
(Romadoni et al, 2013).
Noviyanto & Prawesti
menyebutkan rangsangan musik
dalam terapi musik klasik
ternyata sanggup mengaktivasi
sistem limbik yang berhubungan
dengan emosi. Saat sistem limbik
teraktivasi, otak menjadi sebagai
rileks, syarat inilah yang memicu
tekanan darah menurun (Prawesti
& Noviyanto, 2015).
5.  MAHFUD DWI PENGARUH Tekanan Darah Sbelum dan
PRASETYO INTERVENSI TERAPI Sesudh Diberikan Intervensi
 BURHANTO MUSIK KLASIK Music Klasik Intervensi yang
TERHADAP telah diberikan terhadap 17
KESTABILAN responden di Kecamatan Tabang
TEKANAN DARAH sebelum diberikan intervensi
PADA PENDERITA Musik Klasik rata-rata 144/92
HIPERTENSI DI DESA mmHg.Pada saat penelitian
SUDOMULYO berjalan, peneliti memberikan
KECAMATAN TABANG pemeriksaan tekanan darah
KECAMATAN TABANG kepada responden dengan
KABUPATEN KUTAI bertanya terkait hal yang
KARTANEGARA sekiranya berkaitan dengan
factor yang memperngaruhi
hipertensi pada responden seperti
faktor genetic atau faktor
keturunan. Peneliti tidak lupa
bertanya mengenai pola hidup
yang dijalankan oleh responden
seperti pola makan, pola hidup,
kebiasaan merokok, dan minum
alcohol. Faktor resiko terjadinya
hipertensi yaitu umur, jenis
kelamin, kebiasaan merokok,
pekerjaan, pendidikan. Terdapat
faktor lain yang mempengaruhi
seseorang terkenanya hipertensi
yaitu masih kurang pengetahuan
dan sikap mengenai hipertensi
(Putri, 2018). Sedangkan
menurut (Ulfa, 2011) faktor yang
mempengaruhi hipertensi yaitu
ada faktor yang dapat dirubah
dan tidak dapat dirubah. Faktor
yang dapat dirubah berupa stress,
obesitas, diet garam, dan
aktivitas lainnya. Sedangkan ada
beberapa faktor yang tidak dapat
diubah yaitu, umur, keturunan,
dan jenis kelamin.Dari penelitian
terhadap 17 responden di
Kecamatan Tabang setelah
pemberian intervensi music
klasik lebih rendah dibandingkan
sebelum diberikan intervensi
music klasik dan didapatkan rata
rata 130/83 mmHg. Dengan
angka minimum berada pada
tekanan 120/80 mmHg dan
maksimum pada 145/90.
Pada saat memberikan intervensi
terlihat 17 responden semuanya
mengikuti prosedur dengan baik
dan benar, tidak ada yang
tidak sesuai dengan arahan dan
prosedur sehingga didapatkan
hasil yang memuaskan. Saat
jalannya penelitian ini peneliti
tidak banyak menanyakan hal-hal
yang sekiranya berpengaruh pada
keadaan hipertensi.Peneliti
berasumsi bahwa adanya
perubahan tekanan darahsebelum
dan sesudah diberikannya terapi
music klasik. Didukung
oleh teori dari Supriadi, D.
(2015) menyatakan hipertensi
dapat diredakan dengan terapi
musik klasik, dengankarakteristik
music yang lembut dan santai,
sehingga mampu memperdalam
dan memperkuat rasa pernafasan
sehingga memungkinkan
pikiran menjadi lebih tenang dan
dapat menimbulkan ketenangan
dalam jiwa, lalu metabolisme
yang akan menjadi lebih
baik, karena dilakukannya
pernafasan secara ritmis, dan
membuat jantung berdetak secara
lambat

Anda mungkin juga menyukai