Anda di halaman 1dari 10

Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik

Abad ke-14 M dalam Babad Gresik I

Syarifah Wardah el Firdausy1 ; Nur Azizah, Solichah, Umi Habibah,


Dwi Retty Warsadila, Dwi Istiqomah, Ulil Ulifia Husnawati, Sita Arum Damayanti
1
The National University of Malaysia ; Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya
syarifahwardahef@gmail.com

Abstrak:
Kajian ini bertujuan memaparkan proses Islamisasi Gresik pada abad ke-14 M yang dibawa oleh
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan tercatat dalam Babad Gresik I. Kajian ini menggunakan metode
penelitian kulitatif berdasarkan kajian kepustakaan pada manuskrip Babad Gresik I berbentuk
terjemahan bahasa Indonesia dalam buku Babad Gresik I karya Soekarman (1990). Hasil pada kajian
ini yaitu (1) Adanya profil Syaikh Maulana Malik Ibrahim meliputi: (a) Kedatangan Syaikh Maulana
Malik Ibrahim di wilayah Gresik yang tercatat dalam Babad Gresik I dan (b) Wafatnya Syaikh Maulana
Malik Ibrahim yang tercatat dalam Babad Gresik I serta (2) Adanya metode dakwah yang dilakukan
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dalam proses Islamisasi Gresik pada abad ke-14 M meliputi dua
metode yaitu: (a) Metode dakwah melalui jalur perdagangan yang tercatat dalam Babad Gresik I dan
(2) Metode dakwah melalui jalur pendidikan pesantren yang tercatat dalam Babad Gresik I. Secara
keseluruhan, dapat diketahui bahwa terdapat Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim terhadap proses
Islamisasi abad ke14 M di Gresik yang tercatat dalam Babad Gresik I.
Kata Kunci:
Babad Gresik I, Islamisasi, Syaikh Maulana Malik Ibrahim

Abstract:
This study aims to describe the process of Islamization of Gresik in the 14th century brought by Shaykh
Maulana Malik Ibrahim and recorded in the Babad Gresik I. This study uses the qualitative research
method based on the study of literature of Babad Gresik I manuscript which has been in the form of
Indonesian translation book written by Soekarman (1990). The results of this study are (1) The profile
of Shaykh Maulana Malik Ibrahim, including: (a) The arrival of Shaykh Maulana Malik Ibrahim in Gresik
region recorded in Babad Gresik I and (b) The death of Shaykh Maulana Malik Ibrahim recorded in Babad
Gresik I as well as (2) The methods of da’wah conducted by Shaykh Maulana Malik Ibrahim in the process
of Islamization of Gresik in the 14th century including two methods, namely: (a) Da’wah methods through
the trade/commerce routes recorded in Babad Gresik I and (2) Da’wah methods through education Islamic
boarding schools recorded in Babad Gresik I. Overall, it can be seen that there were some contributions
of Syaykh Maulana Malik Ibrahim in the process of Islamization in the 14th century in Gresik that was
recorded in Babad Gresik I.
Keywords:
Babad Gresik I, Islamization, Shaykh Maulana Ibrahim

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 1


Syarifah Wardah el Firdausy

Pendahuluan buku berbahasa Indonesia terjemahan dari


Pada zaman Kerajaan Majapahit, Gresik manuskrip Babad Gresik I yang tersimpan di
sudah menjadi bandar dagang yang cukup Perpustakaan Universitas Leiden, Codex LOr
besar. Melalui pusat dagang tersebut, Majapahit No. 6780.
banyak memperoleh keuntungan. Bahkan Pilihan naskah dengan nama depan
pusat dagang Gresik merupakan salah satu babad sendiri mengindikasikan bahwa naskah
sumber utama yang menopang perekonomian tersebut berisi cerita sejarah. Sementara itu,
Majapahit (Dukut dkk., 2004). Pusat dagang Babad Gresik I merupakan manuskrip yang
Gresik pada masa tersebut bergerak melalui menceritakan tentang berdirinya kota Gresik,
pelabuhan di pantai Jawa Timur Gerawasi. tokoh Islamisasi di Gresik dan proses Islamisasi
Nama Gerawasi yang dikenal pada abad ke-14 M Gresik (Dukut dkk., 2004).
tersebut, bermakna tempat beristirahat. Melalui Islamisasi Gresik abad ke-14 M oleh Syaikh
nama tersebut pada akhirnya masyarakat Maulana Malik Ibrahim dalam kajian ini akan
Jawa menyebut Gerawasi dengan nama Gresik dianalisis menggunakan pendekatan Islamisasi
(Soekarman,1990). pada periode dakwah Wali Songo (14-16 M),
Ketika bandar Gresik mulai dikenal oleh yang membawa Islam di wilayah Nusantara
masyakat, maka Gresik menjadi bandar yang terutama di wilayah Nusa Jawa dengan metode
ramai disinggahi para saudagar Islam yang dakwah kultural, Islam sufisme dengan wajah
hendak berdagang sekaligus mendakwahkan dakwah kompromis dan mengedepankan sikap
Islam di tanah Jawa. Sejarah mencatat bahwa welas asih dalam setiap bidang. Islamisasi pada
penyebaran Islam di Gresik, bermula pada periode Wali Songo tersebut menggunakan
abad ke-14 M melalui saudagar Islam dan para buku-buku literatur di antaranya: Sekitar Wali
ulama’ yang datang di wilayah Gresik melalui Sanga (Salam, 1960), The History of Java (Raffles,
pelabuhan Gresik (Dukut dkk., 2004). Salah 1965), Mengislamkan Tanah Jawa: Telaah atas
satu ulama’ yang datang di wilayah Gresik Metode Dakwah Walisongo (Saksono, 1995),
pada abad ke-14 M yaitu Syaikh Maulana Malik Islamisasi di Jawa: Wali Songo Penyebar Islam di
Ibrahim (Soekarman, 1990). Kedatangan Jawa menurut Penuturan Babad (Sofwan dkk.,
Syaikh Maulana Malik Ibrahim di Gresik pada 2004), dan Atlas Wali Songo (Sunyoto, 2012).
abad ke-14 M dalam misi Islamisasi Gresik telah Selanjutnya, literatur Grisse Tempo Doeloe
tercatat dalam Babad Gresik I dan menjadi fokus (Dukut dkk., 2004) digunakan pada kajian
pada kajian ini. ini untuk mengetahui kondisi Gresik pada
Kajian ini bertujuan: (1) Memaparkan profil masa sebelum Islamisasi dan setelah proses
Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang tercatat Islamisasi.
dalam Babad Gresik I serta (2) Menganalisis
metode dakwah yang dilakukan Syaikh Hasil dan Pembahasan
Maulana Malik Ibrahim dalam proses Islamisasi Islamisasi Periode Awal
Gresik pada abad ke-14 M yang tercatat dalam Sejarah mencatat bahwa agama Islam tidak
Babad Gresik I. langsung diterima di Indonesia khususnya di
Jawa. Tercatat Islam mulai masuk di Indonesia
Metode Penelitian sejak abad ke-7 M dan baru dapat diterima
Kajian ini menggunakan metode kualita- secara luas pada sekitar pertengahan abad ke-
tif berdasarkan data-data yang diperoleh pada 15 M di era kepemimpinan Wali Songo.
literatur buku Babad Gresik I oleh Soekarman Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia,
(1990). Buku Babad Gresik I merupakan masyarakat Indonesia lebih dahulu menganut

2 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019


Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik

beberapa kepercayaan dan agama. Di antara sudah banyak yang sampai di wilayah Kanton
kepercayaan yang pernah dianut oleh dan Sumatra. Para pedagang Arab tersebut
masyarakat Indonesia sebelum hadirnya Islam kemudian melakukan Islamisasi salah satunya
yaitu agama Kapitayan. Agama Kapitayan melalui jalur pernikahan yaitu dengan cara
telah tumbuh dan berkembang sejak zaman melangsungkan pernikahan dengan putri para
paleolithik sampai dengan zaman perunggu petinggi dan bangsawan pribumi setempat.
dan besi. Agama Kapitayan biasa disebut Hal tersebut juga diperkuat dengan tulisan
dengan kepercayaan animisme dan dinamisme pengelana bernama Marcopolo pada tahun
yaitu mempercayai adanya benda-benda yang 1292 dalam perjalanannya pulang ke Eropa, ia
memiliki daya sakti dan kepercayaan terhadap singgah di sebuah kota Islam bernama Perlak
arwah leluhur (Sunyoto, 2012). yang bertempat di sebelah utara Sumatra.
Seiring dengan berjalannya waktu, Selain itu juga disebutkan oleh seorang
selanjutnya masyarakat Indonesia mulai pengelana asal Maroko bernama Ibnu Batutta
mengenal agama Hindu-Buddha yang ditandai yang bercerita mengenai kunjungannya ke
dengan muculnya Kerajaan Tarumanegara dan kesultanan Islam pertama di Indonesia yaitu
Kerajaan Sunda pada abad ke-4 dan ke-7 M Samudra Pasai pada tahun 1345. Selanjutnya
(Rafles, 1965). Pada saat agama Hindu-Buddha bukti Islam telah masuk di Indonesia sejak abad
bertahta di Indonesia tersebut yaitu pada abad ke-7 M berdasarkan penemuan makam Fatimah
ke-7 M, Islam sebenarnya juga telah masuk binti Maimun di Leran Gresik, Jawa Timur yang
di Indonesia. Wheatley dalam The Golden bertarikh 1082 M.
Kersonense: Studies in Historical Geography of Masuknya Islam di Indonesia sejak abad ke-7
The Malay Peninsula Before (1961) mencatat, M tersebut bukan berarti Islam telah diterima
bahwa: secara luas dan menyeluruh oleh masyarakat
pribumi Indonesia. Sebaliknya Islam pada kurun
“Islam telah masuk ke Indonesia pada abad waktu tersebut masih mendapat penolakan
ke-7 M yang dibawa oleh saudagar Arab saat oleh masyarakat pada umumnya. Fakta sejarah
membangun jalur perhubungan dagang tersebut dapat terlihat dari catatan Marcopolo
dengan Nusantara. Kehadiran saudagar saat singgah di kota Perlak sebelum kembali
Arab di Kerajaan Kalingga pada abad ke-7 M ke Eropa yang menyebutkan bahwa penduduk
tersebut bertepatan dengan kepemimpinan Perlak di sebelah utara Sumatra terbagi pada
Ratu Simha. Beliau adalah sosok ratu yang tiga golongan, yaitu (1) golongan masyarakat
dikenal cukup keras dalam menerapkan kaum muslim China, (2) golongan kaum muslim
hukum Islam termasuk pada anggota Arab-Persia, dan (3) golongan penduduk
keluarganya yaitu putra mahkotanya.” pribumi yang masih memuja roh-roh leluhur
dan hidup kanibal atau memakan sesama
Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Kepulauan manusia (Sunyoto, 2012).
Nusantara Awal (2009), juga menyebutkan Mengetahui fakta tersebut dalam misi
bahwa Islam sudah masuk ke wilayah Indonesia mengislamkan tanah Jawa, Sultan Al-Ghabbah
pada abad ke-7 M yang dicatat oleh pengelana (nama daerah dekat Samarkand) dari negeri
China I-Tsing yang menyebutkan bahwa pada Rum mengirim 4000 keluarga muslim untuk
saat itu lalu lintas laut antara Arab-Persia- menghuni pulau Jawa. Namun dikisahkan
India-Sriwijaya sudah sangat ramai. Dinasti semua keluarga muslim tersebut tewas dibunuh
Tang juga menyebutkan bahwa pada abad siluman yang menghuni pulau Jawa. Sultan
ke-9 dan 10 M pedagang muslim Arab (Tashih) Al-Ghabbah kembali mengirim 2000 keluarga

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 3


Syarifah Wardah el Firdausy

muslim untuk menghuni pulau Jawa, namun Songo, kata Wali Songo merupakan gabungan dua
semuanya kembali tewas. Pada abad ke-14 M, kata yang berasal dari kata wali dan songo. Kata
akhirnya Sultan Al-Ghabbah mengutus Syaikh wali berasal dari bahasa Arab, satu singkatan
Baqir atau masyhur dengan nama Syaikh daripada kata waliyullah yang berarti orang
Subakir ke tanah Jawa untuk meruqyah tanah yang mencintai dan dicintai Allah. Sedangkan
Jawa (sebelumnya juga singgah dan meruqyah kata songo berasal daripada bahasa Jawa yang
pulau Bawean) sebagai awal pembuka jalan berarti sembilan. Jadi, Wali Songo berarti wali
dakwah, dan menghilangkan anasir-anasir yang berjumlah sembilan, yaitu sembilan orang
jahat akibat dominasi jin dan siluman yang yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka
terkait dengan ritual agama dan kepercayaan dipandang sebagai ketua mubaligh Islam yang
yang dianut masyarakat setempat sebelum- bertugas mengislamkan daerah-daerah dan
nya (Kapitayan-Hindu-Buddha). Selain itu penduduk yang belum memeluk Islam di Jawa.
juga untuk membuka hati masyarakat Jawa Sembilan wali (Wali Songo) tersebut adalah
agar terbuka hatinya terhadap Islam yang Sunan2 Gresik (Syaikh Maulana Malik Ibrahim),
akan segera datang di bawah panji Wali Songo Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan
(Quswandhi, 2008). Sukri (2011) menyebutkan, Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan
bahwa perjalanan Syaikh Subakir di tanah Jawa Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati (Salam, 1986).
tertulis dalam manu-skrip1 kuno berjudul Kitab Wali Songo mendakwahkan Islam dengan
Musarar berbentuk tembang / puisi Jawa. damai, santun, serta tanpa paksaan. Gerakan
damai yang dilakukan oleh Wali Songo menunjuk
Islamisasi Periode Dakwah Wali Songo pada usaha-usaha penyampaian dakwah
Berdasarkan fakta sejarah di atas, Islam melalui prinsip maw’izhatul hasanah
Islam mulai dikenal oleh penduduk pribumi wa mujadalah billati hiya ahsan, yaitu sebuah
di Indonesia sejak abad ke-7 M mengalami metode penyampaian ajaran Islam melalui cara
hambatan dan belum diterima sampai pada dan tutur bahasa yang baik. Ajaran Islam yang
abad ke-15 M. Hal tersebut berarti sekitar dikemas oleh Wali Songo sebagai ajaran yang
kurun waktu delapan abad lamanya sampai sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman
Islam mulai dianut secara menyeluruh oleh masyarakat setempat atau dapat dipahami
masyarakat pribumi Indonesia yaitu pada dengan Islam yang dibumikan sesuai adat
pertengahan abad ke-15 M. budaya dan kepercayaan penduduk setempat
Setelah Pulau Jawa dan Pulau Bawean melalui proses asimilasi3 dan sinkretisme.4
yang diruqyah oleh Syaikh Subakir, maka Pulau Kehadiran Wali Songo juga berkaitan
Jawa disebutkan telah siap menerima dakwah dengan proses menguatnya kembali unsur-
Islam para mubaligh berikutnya yaitu dakwah unsur budaya asli Nusantara. Melalui prinsip
Wali Songo. Di antara anggota Wali Songo yang dakwah yang kemudian oleh para ulama disebut
berdakwah di Jawa pada periode awal yaitu dengan al-muhafazah ‘alal qadimish shalih
Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Islam yang wal akhdu bil jadilil ashlah, yaitu memelihara
dibawa oleh beliau masuk pada sekitar abad ke- khazanah masa lalu yang baik serta mengadopsi
14 M. perkembangan terbaru yang lebih baik.
Menurut Solichin Salam dalam Sekitar Wali Melalui prinsip tersebut, unsur-unsur budaya
1 Naskah bertulisan tangan.
2 Perkataan “Sunan” dalam Bahasa Jawa berarti sebuah kerangka atap dan tiang-tiang penyangga sebuah rumah (Raffles, 1965).
3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asimilasi berarti penyesuaian (peleburan) sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan
sekitar (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2012-2015. Asimilasi. kbbi.web.id/asimilasi).
4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkretisme berarti paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan dari beberapa
paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian dan keseimbangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2012-2015.
Sinkretisme. kbbi.web.id/sinkretisme).

4 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019


Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik

lokal yang sudah ada sebelum Islam masuk “Yang awal datang ke Gresik adalah dua
ke Nusantara yang dianggap sesuai dengan bersaudara keturunan Arab, Maulana
sendi-sendi tauhid kemudian diserap ke dalam Mahpur dan Maulana Malik Ibrahim dan
dakwah Islam. Pelaksanaan dakwah dengan tetuanya Sayid Yusuf Maghribi beserta 40
cara tersebut memang memerlukan waktu yang pengiring (Soekarman, 1990).”
lama, akan tetapi berlangsung secara damai
(Sunyoto, 2012). Syaikh Maulana Malik Ibrahim juga
disebutkan dalam cerita lokal masyarakat
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dalam Babad Gresik, datang ke Kutaraja Majapahit,
Gresik I menghadap raja, dan mendakwahkan Islam
Profil Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Raja Majapahit. Namun Raja Majaphit
dalam Babad Gresik I pada kajian ini akan diulas belum mau masuk Islam, tetapi menerima
pada dua bagian, yaitu: (1) Kedatangan Syaikh beliau dan kemudian menganugerahinya
Maulana Malik Ibrahim di wilayah Gresik yang sebidang tanah di kota Gresik dan kemudian
tercatat dalam Babad Gresik I dan (2) Wafatnya dikenal dengan nama Desa Gapura (Sunyoto,
Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang tercatat 2012). Kedatangan Syaikh Maulana Malik
dalam Babad Gresik I, sebagaimana ulasan Ibrahim pada Raja Majapahit tersebut tercatat
berikut ini: dalam Babad Gresik I sebagai berikut:

Kedatangan Syaikh Maulana Malik Ibrahim “Maulana Mahpur dan Maulana Malik
di Gresik dalam Babad Gresik I Ibra-him masih bersaudara dengan Raja
Raffles (1965) dalam The History of Java, Gedah (Kedah Malaysia). Mereka berlayar
mencatat cerita penduduk setempat yang ke Jawa untuk menyebarkan agama
menyatakan bahwa Syaikh Maulana Malik sambil berdagang. Mereka berlabuh di
Ibrahim adalah seorang pandita termasyhur Gerwarasi atau Gresik pada 1293J/1371M.
berasal dari Arabia, keturunan Zaenal Abidin Rombongan menghadap Raja Majapahit
dan sepupu Raja Chermen yang menetap Brawijaya, menyampaikan kebenaran
bersama Mahomedans (orang-orang Islam) di agama Islam. Sang Raja menyambut baik
Desa Leran Jenggala. Sementara itu berdasarkan kedatangan mereka tetapi belum berkenan
prasasti makam Syaikh Maulana Malik Ibrahim masuk Islam. Lalu Maulana Malik Ibrahim
disebutkan bahwa beliau berasal dari Kashan diangkat oleh Raja Majapahit menjadi
(bi Kashan), sebuah tempat di Persia (Iran) Syahbandar di Gresik dan diperbolehkan
(Sunyoto, 2012). menyebarkan agama Islam pada siapa yang
Selanjutnya, Drewes (1983) dalam “New mau (Soekarman, 1990).”
Light on the Coming of Islam to Indonesia”
menyebutkan bahwa Syaikh Maulana Malik Berdasarkan kutipan dari Babad Gresik I
Ibrahim merupakan salah seorang tokoh yang tersebut dapat diketahui bahwa Syaikh Maulana
pertama menyebarkan agama Islam di tanah Malik Ibrahim pergi menghadap Raja Brawijaya
Jawa dan merupakan wali senior di antara wali bersama saudaranya, Maulana Mahpur dan
lainnya. Hal tersebut juga sejalan dengan Babad Raja Gedah untuk mendakwahkan ajaran Islam.
Gresik I yang juga menyampaikan kedatangan Akan tetapi ajakan tersebut ditolak oleh Raja
Syaikh Maulana Malik Ibrahim sebagai wali Brawijaya. Babad Gresik I juga menyebutkan
awal yang datang di wilayah Gresik: bahwa Raja Gedah bahkan memberikan
tawaran akan menikahkan Raja Brawijaya

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 5


Syarifah Wardah el Firdausy

tersebut dengan putrinya yang cantik bernama Gresik I tersebut dapat dipahami bahwa Raja
Dewi Siti Suwari dan memberikan buah Delima. Gedah (Kedah Malaysia) menghadap Raja
Namun Raja Brawijaya tetap menolak untuk Majapahit bersama Syaikh Maulana Malik
masuk Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada Ibrahim dan hendak menjodohkan putrinya
kutipan Babad Gresik I di bawah ini: yang bernama Dewi Siti Suwari dengan Raja
Brawijaya Majapahit apabila Raja Brawijaya
“Dalam usahanya menyebarkan agama berkenan memeluk Islam. Namun Raja
Islam ini, maka Raja Gedah Sultan Mahmud Brawijaya menolak dan tidak mau memeluk
Sadad Alam mengajukan sayembara agama Islam.
kepada Raja Majapahit Brawijaya. Bahwa
jika beliau masuk Agama Islam, akan Wafatnya Syaikh Maulana Malik Ibrahim
diberikan hadiah delima dan dijodohkan dalam Babad Gresik I
dengan putri beliau yang cantik bernama Makam Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Dewi Siti Suwari. Sultan berlayar ke Jawa terletak di Desa Gapura, Kota Gresik, Jawa Timur.
bersama Putri Dewi Siti Suwari beserta Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan Gresik.
pengiring yang banyak jumlahnya dan Berdasarkan pembacaan epigraf asal Prancis
berlabuh di Leran, Gresik pada tahun 1391 J.P. Moquette atas tulisan pada prasasti makam
M atau 1313 J (tahun Jawa). Rombongan Syaikh Maulana Malik Ibrahim, disebutkan
menghadap Raja Majapahit dan diiringkan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim wafat
oleh Maulana Malik Ibrahim dan Nurahmat pada hari Senin 12 Rabbiul Awwal 822 H/8
Sidik dengan maksud mengawinkan Putri April 1419 M. (Sunyoto, 2012).
Dewi Siti Suwari dengan Raja Majapahit Secara keseluruhan, demikian isi Prasasti
Brawijaya apabila mau memeluk agama batu nisan makam Syaikh Maulana Malik
Islam sesuai sayembara yang diumumkan Ibrahim:
Raja Gedah tersebut. Namun raja tidak mau
masuk Islam. Raja Brawijaya tidak mau “Inilah makam almarhum al-Maghfur,
memperistri Dewi Siti Suwari, demikian yang mengharap rahmat Allah Yang Maha
pulajuga tidak mau menerima buah delima. Luhur, Guru kebanggaan para pangeran
Sebab di Jawa tempatnya buah Delima. Buah (mafkharul-umara’), Penasihat para raja
delima kemudiaan diambil oleh pembantu dan menteri (umdatus-salathin wal-wuzara),
kerajaan dan diserahkan kepada sang raja. Yang santun dan dermawan kepada fakir
Tetapi alangkah terperanjatnya setelah miskin (wa ghaisul-masakin wal-fuqara’),
dibelah ternyata berisi emas, dan emas Yang berbahagia karena syahid (as-sa’id
tersebut diambil oleh sang raja (Saloka). asy-syahid thirazu bahaid-dawlah wad-din),
Kemudian, Raja Gedah beserta seluruh Al-Malik Ibrahim yang terkenal dengan
bala tentara dan pengiringnya istirahat di nama Kakek Bantal, berasal dari Kashan.
Desa Gareme dan pindah ke Desa Polaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
Raja Gedah Sultan Mahmud Sadad Alam ridha-Nya dan menempatkannya ke dalam
di desa Polaman tersebut melaksanakan surga. Telah wafat pada hari Senin 12
sesuci. Maka oleh Sultan Mahmud Sadad Rabi’ul Awwal 822 Hijriah (Sunyoto, 2012).”
Alam, desa tersebut diberi nama Desa Suci
(Soekarman, 1990).” Wafatnya Syaikh Maulana Malik Ibrahim
pada 12 Rabbiul Awwal 822 H/8 April 1419
Berdasarkan kutipan cerita dalam Babad M dan dimakamkan di Desa Gapura tersebut

6 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019


Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik

tercatat dalam Babad Gresik I, sebagaimana kecil sudah memperoleh pendidikan Agama
berikut: Islam. Setelah dewasa beliau mendapatkan
amanat untuk menyiarkan Agama Islam sambil
“Pada tanggal 12 Rabiul Awwal 822 H atau berdagang (Dukut dkk., 2004). Di sekitar
tepat jatuh pada tanggal 8 April 1419 M, wilayah Gresik, Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Malik Ibrahim begitu pula Muhkamat Sidik mulai menyiarkan Agama Islam dengan
meninggal pula dan keduanya dikuburkan mendirikan masjid pertama di Desa Pasucinan,
di Mahpura. Muhkamat Sidik meninggal Leran, Manyar. Aktifitas yang mula-mula
pada 1329 J atau 1470 M dan dikebumikan dilakukan Syaikh Maulana Malik Ibrahim ialah
di Mahpura. Oleh karena kuburan berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan
tersebut diba-ngun gapura, maka sejak yang disebut Desa Rumo-saat ini disebut
saat itu kuburan tersebut disebut Gapura. dengan Desa Roomo, yang menurut cerita
Dibangunnya pintu pada tahun 1330 J atau setempat berkaitan dengan kata Rum (Persia),
1408 M serta pintu gapura besar pada tahun yaitu tempat kediaman orang Rum di sekitar
1349 J atau 1427 M. Syeh Maulana Maghribi pesisir Gresik (Sunyoto, 2012).
meninggal dan dike-bumikan di sini juga Kedatangan Syaikh Maulana Malik Ibrahim
(Mahpura). Sejak tahun inilah, kuburan untuk berdagang dan mendakwahkan agama
tersebut hingga sekarang dinamakan Kubur Islam disampaikan dalam Babad Gresik I. Hal
Gapura (1427M) dengan dibangunnya pintu tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah
besar dan Gapura pada saat itu (Soekarman, ini:
1990).”
“Syaikh Maulana Malik Ibrahim menyebar-
Berdasarkan kutipan Babad Gresik, maka kan Agama Islam sambil berdagang agar
dapat diketahui bahwa Desa Gapura tempat tidak terlalu menyolok dan agar orang
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dimakamkan Jawa tidak kaget, kemudian rombongan ini
pada awalnya bernama Mahpura. Di lokasi menghadap Raja Majapahit Prabu Brawijaya
makam tersebut kemudian dibangun gapura tetapi beliau belum berkenan masuk Agama
besar. Oleh karena itu, sejak saat itu desa tempat Islam (Soekarman, 1990).”
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dimakamkan
tersebut disebut Desa Gapura. Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat
diketahui bahwa awal dakwah Syaikh Maulana
Metode Dakwah Syaikh Maulana Malik Malik Ibrahim dimulai dengan cara berdagang.
Ibrahim pada Islamisasi Gresik Abad ke-14 Hal tersebut menandakan kearifan yang
M dalam Babad Gresik I dimiliki oleh beliau, agar masyarakat setempat
Metode dakwah yang dilakukan Syaikh tidak kaget dengan ajaran yang baru. Mengingat
Maulana Malik Ibrahim dalam proses Islami- sebelumnya masyarakat Gresik masih memeluk
sasi Gresik pada abad ke-14 M yang tercatat agama Hindu dan Buddha di bawah Kerajaan
dalam Babad Gresik I meliputi dua metode yaitu, Majapahit pada kepemimpinan Raja Brawijaya
(1) Metode dakwah melalui jalur perdagangan terakhir (Soekarman, 1990).
dan (2) Metode dakwah melalui pendidikan Ketika berdagang tersebut, Syaikh
pesantren, sebagaimana ulasan berikut ini: Maulana Malik Ibrahim justru menunjukkan
kemahiran dan kebijaksanaan beliau dalam
Metode Dakwah Perdagangan dunia perdagangan. Hal tersebut pada akhirnya
Syaikh Maulana Malik Ibrahim sejak mengundang simpati dari masya-rakat sekitar

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 7


Syarifah Wardah el Firdausy

(Dukut dkk., 2004). Sikap arif, bijaksana, cakap, kalangan kasta sudra untuk masuk Islam
bersih dan wibawa yang dimiliki oleh Syaikh (Dukut dkk., 2004).
Maulana Malik Ibrahim tersebut pada akhirnya
turut menarik simpati Raja Majapahit hingga Metode Dakwah melalui Pendidikan
beliau diangkat menjadi kepala pelabuhan yang Pesantren
dikenal dengan sebutan Syahbandar. Melalui Syaikh Maulana Malik Ibrahim merupakan
kekuasaan yang diberikan oleh Raja Majapahit ulama pertama yang membangun pesantren
tersebut, maka Syaikh Maulana Malik Ibrahim sebagai model pendidikan Islam, dengan
diizinkan menyebarkan agama Islam. Syaikh mengadaptasi bentuk pendidikan biara dan
Maulana Malik Ibrahim juga dikenal memiliki asrama yang dipakai oleh pendeta dan biksu
jiwa sosial tinggi dalam berdakwah. Sehingga terkait proses belajar mengajar dalam agama
Agama Islam bisa dengan mudah diterima oleh Buddha. Oleh karena itu, Syaikh Maulana Malik
masyarakat setempat dan bisa terus menyebar Ibrahim dijuluki sebagai ulama pionir yang
secara damai (Dukut dkk., 2004). menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan
Pengangkatan Syaikh Maulana Malik menggunakan metode pendidikan pesantren
Ibrahim menjadi kepala pelabuhan atau (Dukut dkk., 2004).
Syahbandar oleh Raja Majapahit tersebut sesuai Sebagaimana yang telah disampaikan pada
dengan Babad Gresik I yang menyebutkan: subbab sebelumnya terkait dakwah sekaligus
berdagang yang dijalankan Syaikh Maulana
“Syaikh Maulana Ibrahim diberi tanah di Malik Ibrahim di Desa Roomo Gresik. Maka
Gresik oleh Raja Majapahit dan diangkat setelah selesai berdakwah di Desa tersebut
sebagai Subandar ing Gresik5, serta diperbo- seterusnya beliau berdakwah di Desa Sembalo.
lehkan menyebarkan agama Islam kepada Setelah dakwah di Desa Sembalo dirasa telah
orang yang mau (Soekarman,1990).” membuahkan hasil, maka selanjutnya Syaikh
Maulana Malik Ibrahim pindah ke kota Gresik
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dan menetap di Desa Sawo. Saat tinggal di Desa
diketahui bahwa Syaikh Maulana Malik Sawo tersebut, Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Ibrahim mendapat kepercayaan dari Raja membangun langgar (surau) yang hingga kini
Majapahit untuk menjadi kepala pelabuhan dikenal dengan Langgar Sawo. Langgar itu
atau Syahbandar. Disebutkan juga bahwa tidak hanya berfungsi sebagai tempat sholat.
ketika menjadi Syahbandar, beliau memiliki Tetapi lebih menyerupai sebuah pesantren
sikap arif, bijaksana, cakap, bersih dan wibawa sederhana untuk mendidik warga sekitar
yang menjadikan beliau Syahbandar yang terutama generasi mudanya dengan ilmu-ilmu
disegani oleh masyarakat. Selain itu beliau juga agama (Dukut dkk., 2004).
memiliki kemampuan memberi-kan petunjuk Selanjutnya pada saat menetap di desa
dan nasihat tentang tata cara berdagang di Sawo tersebut, Syaikh Maulana Malik Ibrahim
daerah setempat. Beliau juga mampu menaksir datang ke Kutaraja Majapahit menghadap pada
harga barang dagangan yang yang dibawa para raja Majapahit dan berencana mendakwahkan
pedagang serta mampu menentukan besarnya agama Islam pada masyarakat Kerajaan
bea cukai yang harus dibayar. Majapahit. Namun, pada saat itu Raja Majapahit
Melalui kemampuan tersebut, maka Syaikh belum berkenan masuk Agama Islam. Akan
Maulana Malik Ibrahim mampu memikat tetapi Raja Majapahit pada saat itu telah
masyarakat setempat terutama masyarakat menerimanya dan memberikan sebidang tanah
5 Syahbandar / kepala pelabuhan di Gresik.

8 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019


Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik

di pinggiran kota Gresik, yang di kenal dengan Berdasarkan kutipan Babad Gresik I di atas,
nama Desa Gapura. Di Desa Gapura inilah Syaikh dapat diketahui bahwa setelah didirikannya
Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren Masjid di Desa Pasucinan tersebut, maka
untuk mendidik kader-kader pemimpin Islam banyak masyarakat Gresik yang me-meluk
yang diharapkan dapat melanjutkan misinya, agama Islam. Selain itu, disebutkan juga di
menyampaikan kebenaran Islam kepada Masjid tersebut Syaikh Maulana Malik Ibrahim
masyarakat di wilayah Majapahit yang sedang juga membuat beduk yang biasa dipukul lima
mengalami kemerosotan akibat perang saudara kali sehari sebagai tanda waktu sholat. Beduk
(Sunyoto, 2012). tersebut kini tersimpan di Museum Daerah
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dalam Sunan Giri Gresik (Dukut dkk., 2004).
mendakwahkan Islam tidak langsung mengajak
masyarakat setempat untuk belajar Islam Kesimpulan
di pesantren beliau. Melainkan sebelumnya Berdasarkan kajian di atas, maka dapat
beliau menyebarkan Agama Islam melalui jalur diketahui bahwa kiprah Syaikh Maulana Malik
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal Ibrahim dalam Islamisasi Gresik abad ke-14
tersebut dapat dilihat dari adanya kisah ketika M terlihat dari adanya profil Syaikh Maulana
masyarakat Gresik pada saat itu mengalami Malik Ibrahim dalam Babad Gresik I yang
kekeringan. Sehingga sawah dan ladang mereka menceritakan awal kedatangan Syaikh Maulana
kering dan tidak menghasilkan panen yang baik. Malik Ibrahim di Gresik serta wafatnya Syaikh
Pada saat itu Syaikh Maulana Malik Ibrahim Maulana Malik Ibrahim. Seterusnya, kiprah
mengajarkan sholat istisqo di pesantren beliau Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi
untuk memanggil hujan. Selain itu adanya Gresik abad ke-14 M juga terlihat dari adanya
kisah pengusiran perampok di sekitar wilayah metode dakwah melalui jalur perdagangan dan
Gresik yang kemudian diajarkan sholat taubat jalur pendidikan pondok pesantren yang juga
di pesantren beliau. Perampok tersebut pada tercatat dalam Babad Gresik I.
akhirnya terharu karena kebaikan beliau Secara keseluruhan, dapat diketahui
dan menyesal atas perbuatan yang telah bahwa proses Islamisasi Gresik pada Abad ke-
dilakukannya selama ini. Iapun pada akhirnya 14 M yang dibawa oleh Syaikh Maulana Malik
mempelajari agama Islam di pesantren Syaikh Ibrahim, telah tercatat dalam Babad Gresik I dan
Maulana Malik Ibrahim (Sofwan dkk., 2004). sesuai dengan data-data sejarah pada literatur-
Selain mendirikan pesantren sebagai pusat literatur terkait Islamisasi Gresik pada Abad ke-
dakwah Islam di Gresik pada masa tersebut, 14 M.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim juga mendirikan
masjid di Desa Pasucinan, Manyar, Gresik. Daftar Pustaka
Bahkan dengan didirikannya pesantren dan Babad Ing Gresik: Naskah Perpustakaan
masjid tersebut, disebutkan dalam Babad Gresik Universitas Leiden, Codex LOr No. 6780.
I semakin banyak masyarakat Gresik yang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
memeluk agama Islam: Kemdikbud (Pusat Bahasa). 2012. Arti
Asimilasi. http://kbbi.web.id/asimilasi [20
“Gresik makin lama makin menjadi Juli 2019].
besar setelah didirikannya masjid serta Badan Pengembangan dan Pembinaan
makin banyak orang masuk agama Islam Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa). 2012.
(Soekarman, 1990).” Arti Sinkretisme. http://kbbi.web.id/
sinkretisme [20 Juli 2019].

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 9


Syarifah Wardah el Firdausy

Dukut, dkk. 2004. Grissee Tempo Doeloe. Gresik: Penuturan Babad. Yogyakarta: Pustaka
Pemerintah Kabupaten Gresik. Pelajar.
Drewes, G.J.W. 1983. “New Light on the Coming Sukri, Mat. 2011. Kitab Musarar Syeikh Subakir
of Islam in Southeast Asia”. Singapore: (Asal-Muasal Tanah Jawa). Yogyakarta:
Institute of Southeast Asian Studies. Haura Pustaka.
Ensiklopedia Sejarah dan Budaya (Kepulauan Sunyoto, Agus. 2012. Atlas Wali Songo (Buku
Nusantara Awal). 2009. Jakarta: Penerbit PT Pertama yang Mengungkap Wali Songo
Lentera Abadi. sebagai Fakta Sejarah). Depok: Pustaka
Raffles, Thomas Stamford. 1965. The History of Iman.
Java (terj). London: Oxford University Press. Quswandhi, Muhammad Dhiyauddin. 2008.
Saksono, Widji. 1995. Mengislamkan Tanah Jawa Waliyah Zainab Putri Pewaris Syeikh Sitti
(Telaah atas Metode Dakwah Walisongo). Jenar-Sejarah Agama dan Peradaban di Pulau
Bandung: Mizan. Bawean. Bawean: Yayasan Waliyah Zainab
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: Diponggo.
Menara Kudus. Wheatley, P. 1961. The Golden Kersonese: Studies
Soekarman. 1990. Babad Gresik I. Surakarta: in the Historical Geography of The Malay
Radya Pustaka. Penisula Before A.D. 1500. Kuala Lumpur:
Sofwan, Ridin, dkk. 2004. Islamisasi di Jawa: University of Malaya Press.
Wali Songo Penyebar Islam di Jawa menurut

10 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai