ARTIKEL1
ARTIKEL1
Syarifah Wardah el Firdausy1*; Nur Azizah2; Solichah2; Umi Habibah2; Dwi Retty
Warsadila2; Dwi Istiqomah2; Ulil Ulifia Husnawati2; Sita Arum Damayanti2
1
The National University of Malaysia
2
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya
*
Corresponding Author: syarifahwardahef@gmail.com
Abstrak: Kajian ini bertujuan memaparkan proses Islamisasi Gresik pada abad
ke-14 M yang dibawa oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan tercatat dalam
Babad Gresik I. Kajian ini menggunakan metode penelitian kulitatif berdasarkan
kajian kepustakaan pada manuskrip Babad Gresik I berbentuk terjemahan bahasa
Indonesia dalam buku Babad Gresik I karya Soekarman (1990). Hasil pada kajian
ini yaitu (1) Adanya profil Syaikh Maulana Malik Ibrahim meliputi: (a)
Kedatangan Syaikh Maulana Malik Ibrahim di wilayah Gresik yang tercatat dalam
Babad Gresik I dan (b) Wafatnya Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang tercatat
dalam Babad Gresik I serta (2) Adanya metode dakwah yang dilakukan Syaikh
Maulana Malik Ibrahim dalam proses Islamisasi Gresik pada abad ke-14 M
meliputi dua metode yaitu: (a) Metode dakwah melalui jalur perdagangan yang
tercatat dalam Babad Gresik I dan (2) Metode dakwah melalui jalur pendidikan
pesantren yang tercatat dalam Babad Gresik I. Secara keseluruhan, dapat
diketahui bahwa terdapat Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim terhadap proses
Islamisasi abad ke14 M di Gresik yang tercatat dalam Babad Gresik I.
Kata Kunci: Babad Gresik I, Islamisasi, Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Abstract: This study aims to describe the process of Islamization of Gresik in the
14th century brought by Shaykh Maulana Malik Ibrahim and recorded in the
Babad Gresik I. This study uses the qualitative research method based on the
study of literature of Babad Gresik I manuscript which has been in the form of
Indonesian translation book written by Soekarman (1990). The results of this
study are (1) The profile of Shaykh Maulana Malik Ibrahim, including: (a) The
arrival of Shaykh Maulana Malik Ibrahim in Gresik region recorded in Babad
Gresik I and (b) The death of Shaykh Maulana Malik Ibrahim recorded in Babad
Gresik I as well as (2) The methods of da'wah conducted by Shaykh Maulana
Malik Ibrahim in the process of Islamization of Gresik in the 14 th century
including two methods, namely: (a) Da'wah methods through the trade/commerce
routes recorded in Babad Gresik I and (2) Da'wah methods through education
Islamic boarding schools recorded in Babad Gresik I. Overall, it can be seen that
there were some contributions of Syaykh Maulana Malik Ibrahim in the process
of Islamization in the 14th century in Gresik that was recorded in Babad Gresik I.
Keywords: Babad Gresik I, Islamization, Shaykh Maulana Ibrahim
Pada zaman Kerajaan Majapahit, Gresik tercatat dalam Babad Gresik I serta (2)
sudah menjadi bandar dagang yang cukup Menganalisis metode dakwah yang
besar. Melalui pusat dagang tersebut, dilakukan Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Majapahit banyak memperoleh keuntungan. dalam proses Islamisasi Gresik pada abad
Bahkan pusat dagang Gresik merupakan ke-14 M yang tercatat dalam Babad Gresik I.
Ketika bandar Gresik mulai dikenal oleh Pilihan naskah dengan nama depan
masyakat, maka Gresik menjadi bandar yang babad sendiri mengindikasikan bahwa
ramai disinggahi para saudagar Islam yang naskah tersebut berisi cerita sejarah.
hendak berdagang sekaligus mendakwahkan Sementara itu, Babad Gresik I merupakan
Islam di tanah Jawa. Sejarah mencatat bahwa manuskrip yang menceritakan tentang
penyebaran Islam di Gresik, bermula pada berdirinya kota Gresik, tokoh Islamisasi di
abad ke-14 M melalui saudagar Islam dan Gresik dan proses Islamisasi Gresik (Dukut
para ulama’ yang datang di wilayah Gresik dkk., 2004).
melalui pelabuhan Gresik (Dukut dkk., Islamisasi Gresik abad ke-14 M oleh
2004). Salah satu ulama’ yang datang di Syaikh Maulana Malik Ibrahim dalam kajian
wilayah Gresik pada abad ke-14 M yaitu ini akan dianalisis menggunakan pendekatan
Syaikh Maulana Malik Ibrahim (Soekarman, Islamisasi pada periode dakwah Wali Songo
1990). Kedatangan Syaikh Maulana Malik (14-16 M), yang membawa Islam di wilayah
Ibrahim di Gresik pada abad ke-14 M dalam Nusantara terutama di wilayah Nusa Jawa
misi Islamisasi Gresik telah tercatat dalam dengan metode dakwah kultural, Islam
Babad Gresik I dan menjadi fokus pada sufisme dengan wajah dakwah kompromis
kajian ini. dan mengedepankan sikap welas asih dalam
Kajian ini bertujuan: (1) Memaparkan setiap bidang. Islamisasi pada periode Wali
dahulu menganut beberapa kepercayaan dan wilayah Indonesia pada abad ke-7 M yang
agama. Di antara kepercayaan yang pernah dicatat oleh pengelana China I-Tsing yang
dianut oleh masyarakat Indonesia sebelum menyebutkan bahwa pada saat itu lalu lintas
Agama Kapitayan telah tumbuh dan sudah sangat ramai. Dinasti Tang juga
berkembang sejak zaman paleolithik sampai menyebutkan bahwa pada abad ke-9 dan 10
dengan zaman perunggu dan besi. Agama M pedagang muslim Arab (Tashih) sudah
Kapitayan biasa disebut dengan kepercayaan banyak yang sampai di wilayah Kanton dan
animisme dan dinamisme yaitu mempercayai Sumatra. Para pedagang Arab tersebut
Masuknya Islam di Indonesia sejak abad terkait dengan ritual agama dan kepercayaan
ke-7 M tersebut bukan berarti Islam telah yang dianut masyarakat setempat sebelum-
diterima secara luas dan menyeluruh oleh nya (Kapitayan-Hindu-Buddha). Selain itu
masyarakat pribumi Indonesia. Sebaliknya juga untuk membuka hati masyarakat Jawa
Islam pada kurun waktu tersebut masih agar terbuka hatinya terhadap Islam yang
mendapat penolakan oleh masyarakat pada akan segera datang di bawah panji Wali
umumnya. Fakta sejarah tersebut dapat Songo (Quswandhi, 2008). Sukri (2011)
terlihat dari catatan Marcopolo saat singgah menyebutkan, bahwa perjalanan Syaikh
di kota Perlak sebelum kembali ke Eropa Subakir di tanah Jawa tertulis dalam manu-
yang menyebutkan bahwa penduduk Perlak skrip1 kuno berjudul Kitab Musarar
di sebelah utara Sumatra terbagi pada tiga berbentuk tembang / puisi Jawa.
Menurut Solichin Salam dalam Sekitar dipahami dengan Islam yang dibumikan
Wali Songo, kata Wali Songo merupakan sesuai adat budaya dan kepercayaan
gabungan dua kata yang berasal dari kata penduduk setempat melalui proses asimilasi3
bahasa Arab, satu singkatan daripada kata Kehadiran Wali Songo juga berkaitan
waliyullah yang berarti orang yang dengan proses menguatnya kembali unsur-
mencintai dan dicintai Allah. Sedangkan unsur budaya asli Nusantara. Melalui prinsip
kata songo berasal daripada bahasa Jawa dakwah yang kemudian oleh para ulama
yang berarti sembilan. Jadi, Wali Songo disebut dengan al-muhafazah ‘alal qadimish
berarti wali yang berjumlah sembilan, yaitu shalih wal akhdu bil jadilil ashlah, yaitu
sembilan orang yang mencintai dan dicintai memelihara khazanah masa lalu yang baik
Allah. Mereka dipandang sebagai ketua serta mengadopsi perkembangan terbaru
mubaligh Islam yang bertugas yang lebih baik. Melalui prinsip tersebut,
mengislamkan daerah-daerah dan penduduk unsur-unsur budaya lokal yang sudah ada
yang belum memeluk Islam di Jawa.
Sembilan wali (Wali Songo) tersebut adalah 3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asimilasi
berarti penyesuaian (peleburan) sifat asli yang dimiliki
Sunan2
Gresik (Syaikh Maulana Malik dengan sifat lingkungan sekitar (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online. 2012-2015. Asimilasi.
Ibrahim), Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
kbbi.web.id/asimilasi).
Drajat, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan 4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkretisme
berarti paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan
dari beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk
2
Perkataan “Sunan” dalam Bahasa Jawa berarti sebuah mencari keserasian dan keseimbangan (Kamus Besar
kerangka atap dan tiang-tiang penyangga sebuah rumah Bahasa Indonesia Online. 2012-2015. Sinkretisme.
(Raffles, 1965). kbbi.web.id/sinkretisme).
5|Vol.1 No.1▪Maret 2019
Syarifah W. el Firdausy
sebelum Islam masuk ke Nusantara yang Light on the Coming of Islam to Indonesia”
dianggap sesuai dengan sendi-sendi tauhid menyebutkan bahwa Syaikh Maulana Malik
kemudian diserap ke dalam dakwah Islam. Ibrahim merupakan salah seorang tokoh
Pelaksanaan dakwah dengan cara tersebut yang pertama menyebarkan agama Islam di
memang memerlukan waktu yang lama, tanah Jawa dan merupakan wali senior di
akan tetapi berlangsung secara damai antara wali lainnya. Hal tersebut juga sejalan
(Sunyoto, 2012). dengan Babad Gresik I yang juga
menyampaikan kedatangan Syaikh Maulana
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dalam Malik Ibrahim sebagai wali awal yang
Babad Gresik I datang di wilayah Gresik:
Profil Syaikh Maulana Malik Ibrahim “Yang awal datang ke Gresik adalah dua
bersaudara keturunan Arab, Maulana Mahpur
dalam Babad Gresik I pada kajian ini akan dan Maulana Malik Ibrahim dan tetuanya
diulas pada dua bagian, yaitu: (1) Sayid Yusuf Maghribi beserta 40 pengiring
(Soekarman, 1990).”
Kedatangan Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Syaikh Maulana Malik Ibrahim juga
di wilayah Gresik yang tercatat dalam Babad
disebutkan dalam cerita lokal masyarakat
Gresik I dan (2) Wafatnya Syaikh Maulana
Gresik, datang ke Kutaraja Majapahit,
Malik Ibrahim yang tercatat dalam Babad
menghadap raja, dan mendakwahkan Islam
Gresik I, sebagaimana ulasan berikut ini:
pada Raja Majapahit. Namun Raja Majaphit
belum mau masuk Islam, tetapi menerima
Kedatangan Syaikh Maulana Malik
beliau dan kemudian menganugerahinya
Ibrahim di Gresik dalam Babad Gresik I
sebidang tanah di kota Gresik dan kemudian
Raffles (1965) dalam The History of dikenal dengan nama Desa Gapura (Sunyoto,
Java, mencatat cerita penduduk setempat 2012). Kedatangan Syaikh Maulana Malik
yang menyatakan bahwa Syaikh Maulana Ibrahim pada Raja Majapahit tersebut
Malik Ibrahim adalah seorang pandita tercatat dalam Babad Gresik I sebagai
termasyhur berasal dari Arabia, keturunan berikut:
Zaenal Abidin dan sepupu Raja Chermen
“Maulana Mahpur dan Maulana Malik Ibra-
yang menetap bersama Mahomedans (orang- him masih bersaudara dengan Raja Gedah
(Kedah Malaysia). Mereka berlayar ke Jawa
orang Islam) di Desa Leran Jenggala. untuk menyebarkan agama sambil berda-
Sementara itu berdasarkan prasasti makam gang. Mereka berlabuh di Gerwarasi atau
Gresik pada 1293 J / 1371 M. Rombongan
Syaikh Maulana Malik Ibrahim disebutkan menghadap Raja Majapahit Brawijaya, me-
nyampaikan kebenaran agama Islam. Sang
bahwa beliau berasal dari Kashan (bi
Raja menyambut baik kedatangan mereka
Kashan), sebuah tempat di Persia (Iran) tetapi belum berkenan masuk Islam. Lalu
Maulana Malik Ibrahim diangkat oleh Raja
(Sunyoto, 2012). Majapahit menjadi Syahbandar di Gresik dan
diperbolehkan menyebarkan agama Islam
Selanjutnya, Drewes (1983) dalam “New pada siapa yang mau (Soekarman, 1990).”
dapat diketahui bahwa Desa Gapura tempat kediaman orang Rum di sekitar pesisir
Ketika berdagang tersebut, Syaikh sikap arif, bijaksana, cakap, bersih dan
Maulana Malik Ibrahim justru menunjukkan wibawa yang menjadikan beliau Syahbandar
kemahiran dan kebijaksanaan beliau dalam yang disegani oleh masyarakat. Selain itu
dunia perdagangan. Hal tersebut pada beliau juga memiliki kemampuan memberi-
akhirnya mengundang simpati dari masya- kan petunjuk dan nasihat tentang tata cara
rakat sekitar (Dukut dkk., 2004). Sikap arif, berdagang di daerah setempat. Beliau juga
bijaksana, cakap, bersih dan wibawa yang mampu menaksir harga barang dagangan
dimiliki oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang yang dibawa para pedagang serta
tersebut pada akhirnya turut menarik simpati mampu menentukan besarnya bea cukai
Raja Majapahit hingga beliau diangkat yang harus dibayar. Melalui kemampuan
menjadi kepala pelabuhan yang dikenal tersebut, maka Syaikh Maulana Malik
Majapahit tersebut, maka Syaikh Maulana kasta sudra untuk masuk Islam (Dukut dkk.,
Islam bisa dengan mudah diterima oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim
masyarakat setempat dan bisa terus merupakan ulama pertama yang membangun
menyebar secara damai (Dukut dkk., 2004). pesantren sebagai model pendidikan Islam,
Ibrahim menjadi kepala pelabuhan atau biara dan asrama yang dipakai oleh pendeta
Syahbandar oleh Raja Majapahit tersebut dan biksu terkait proses belajar mengajar
sesuai dengan Babad Gresik I yang dalam agama Buddha. Oleh karena itu,
Maulana Malik Ibrahim di Desa Roomo Syaikh Maulana Malik Ibrahim dalam
Gresik. Maka setelah selesai berdakwah di mendakwahkan Islam tidak langsung
Desa tersebut seterusnya beliau berdakwah mengajak masyarakat setempat untuk belajar
di Desa Sembalo. Setelah dakwah di Desa Islam di pesantren beliau. Melainkan
Sembalo dirasa telah membuahkan hasil, sebelumnya beliau menyebarkan Agama
maka selanjutnya Syaikh Maulana Malik Islam melalui jalur pemenuhan kebutuhan
Ibrahim pindah ke kota Gresik dan menetap dasar manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari
di Desa Sawo. Saat tinggal di Desa Sawo adanya kisah ketika masyarakat Gresik pada
tersebut, Syaikh Maulana Malik Ibrahim saat itu mengalami kekeringan. Sehingga
membangun langgar (surau) yang hingga sawah dan ladang mereka kering dan tidak
kini dikenal dengan Langgar Sawo. Langgar menghasilkan panen yang baik. Pada saat itu
itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat Syaikh Maulana Malik Ibrahim mengajarkan
sholat. Tetapi lebih menyerupai sebuah sholat istisqo di pesantren beliau untuk
pesantren sederhana untuk mendidik warga memanggil hujan. Selain itu adanya kisah
sekitar terutama generasi mudanya dengan pengusiran perampok di sekitar wilayah
ilmu-ilmu agama (Dukut dkk., 2004). Gresik yang kemudian diajarkan sholat
Sawo tersebut, Syaikh Maulana Malik tersebut pada akhirnya terharu karena
Ibrahim datang ke Kutaraja Majapahit kebaikan beliau dan menyesal atas perbuatan
menghadap pada raja Majapahit dan yang telah dilakukannya selama ini. Iapun
berencana mendakwahkan agama Islam pada pada akhirnya mempelajari agama Islam di
pada saat itu Raja Majapahit belum berkenan (Sofwan dkk., 2004).
masuk Agama Islam. Akan tetapi Raja Selain mendirikan pesantren sebagai
Majapahit pada saat itu telah menerimanya pusat dakwah Islam di Gresik pada masa
dan memberikan sebidang tanah di pinggiran tersebut, Syaikh Maulana Malik Ibrahim
kota Gresik, yang di kenal dengan nama juga mendirikan masjid di Desa Pasucinan,
Desa Gapura. Di Desa Gapura inilah Syaikh Manyar, Gresik. Bahkan dengan
Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren didirikannya pesantren dan masjid tersebut,
“Gresik makin lama makin menjadi besar Gresik I dan sesuai dengan data-data sejarah
setelah didirikannya masjid serta makin pada literatur-literatur terkait Islamisasi
banyak orang masuk agama Islam
(Soekarman, 1990).” Gresik pada Abad ke-14 M.