B. Etiologi
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makan makanan
berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah
dan di serap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol
Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan
lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke
tunika media Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi
penyempitan terhadap akan memungkinkan berkembangnya koleteral
yang cukup sebagai pengganti.
2. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK
Salah satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina
pectoris dan infark miokardium.
1. Angina pectoris
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri
angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke
daerah abdomen.
a. Etiologi Angina Pectoris
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa factor penyebab:
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang diebabkan oleh 3 faktor:
a) Factor pembuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan arteritis.
b) Factor sirkulasi : hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi aorta
c) Factor darah: anemia, hipoksemia dan polisitemia
2) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan
terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme
3) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh kerusakan
miokard, hipertrofi miokard dan hipertensi diastolic.
N-STEMI Nyeri dada khas lebih dari ST elevasi ≠ CKMB atau Trop T
20 menit tidak hilang - ST depresi → meningkat
dengan istirahat dan - T inverse
pemberian nitrat
UAP Nyeri dada khas lebih dari - ST elevasi ≠ Ckmb DAN trop
20 menit timbul saat - ST depresi tidak meningkat
istirahat, bersifat progresif - T inverse
Tatalaksana awal pada pasien yang dicurigai STEMI dapat didukung dengan
menentukan stratifikasi risiko sesuai dengan prognosis pasca serangan.
D. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi
nutrien oleh sel- sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berbanding kasar, akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi
intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli yang merupakan komplikasi tersering
aterosklerosis.
Mekanisme yang mungkin terjadi dalam pembentukan lesi aterosklerosis adalah
pembentukan trombus pada permukaan plak; konsolidasi trombus akibat efek fibrin;
perdarahan ke dalam plak; dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan
menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Struktur anatomi
arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis.
Aterosklerosis
Iskemia
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Pada kondisi jantung yang sehat, apabila kebutuhan meningkat maka arteri
coroner berdilatasi dan mengalirkan darah lebih banyak dan oksigen ke otot jantung.
Akan tetapi, apabila arteri coroner mengoami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen, akan terjadi iskemia (kekurnagan suplei darah) miokardium.
Berkurangnya suplai oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang
bersifat aerobic menjadi metabolisme anaerobic. Metabolisme anaerobic dengan
perantara lintasa glikolitik jauh lebih tidak efisien dibandingkan dnegan metabolime
aerobic melalui fosforilasi oksidatif dan siklus Kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi
mengalami penurunan yang cukup besar. Metabolisme anaerob akan memiliki hasil akhir
berupa asam laktat yang akan mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri.
Kombinasi hipoksia, penurunanan ketersediaaan jumlah energi, dan juga asidosis
menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium
yang terserang berkurang menyebabkan pemendekan serabut sehingga kekuatan dan
kecepatannya berkurang. Selain itu, Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia
E. Pemeriksaan Diagnostik
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana
sampai yang invasive sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)
adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya.
Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung
yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2. Foto Rontgen Dada
F. Penatalaksanaan Medis
1. Angina Pectoris
a. Terapi Farmakologis
1) Nitrat dan nitrit
2) Nitrogliserin
3) Penyekat beta adrenergic
4) Antagonis kalsium
5) Aspirin
6) Antithrombin dnegan Heparin : Low Molecular weight Heparin (LMWH)
7) Tindakan invasive
a) Percutaneous Transluminal coronary Angioplasty (PTCA)
Merupkana upya memperbaiki sirkulasi coroner dengan cara memecahk
plak atau atheroma dengan cara memasukkan kateter dengan ujung
berbentuk balon
b) Coronary Artery Bypass Graft
2. Infark Miokard
a. NItrogliserin
b. Propanolol (Inderal)
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan ditujukkan untuk mendeteksi terjadinya komplikasi.
1. Klien istirahatn total 24 jam
2. Posisi semi fowler
3. Beri O2 4 L/menit
4. Pantau tanda-tanda vital tiap jam hingga keadaan stabil
5. Pantau EKG
6. Pasang jalur IV
7. Pemeriksaan Lab
8. Pemeriksaan EKG 12 lead
9. Pemberian obat sesuai rencana pengobatan
a. Untuk mengurangi nyeri dada : morfin sulfat
b. Obat anti aritmia
c. Sedative bila klien gelisah
10. Diet
a. Biasanya dipuasakan selama 8 jam pertama setelah serangan
b. Bila keluhan berkurang/hilang diberikan diet bertahap dimulai dengan diet jantung
11. Mobilisasi dan Latihan
2) Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
(1) Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
olahraga tidak teratur
(2) Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat/aktivitas
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
dan komunitas terhadap proses kehidupan/malasalah kesehatan. Aktual atau
potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk
memecahkan masalah tersebut.
a. Nyeri akut
D.0077 Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
c. Intoleransi aktivitas
D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas.
Definisi : Beresiko mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
Faktor Risiko
1) Gangguan srkulasi
2) Ketidakbugaran status fisik
3) Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
4) Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
5) Gangguan pernapasan
Kondisi Klinis Terkait:
1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit katup jantung
4) Aritmia
5) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
6) Gangguan metabolik
7) Gangguan muskulosket
d. Ansietas
D.0080 Ansietas.
Definisi Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab.
1) Krisis situasional.
2) Kebutuhan tidak terpenuhi.
3) Krisis maturasional.
4) Ancaman terhadap konsep diri.
5) Ancaman terhadap kematian.
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7) Disfungsi sistem keluarga.
3. Intervensi
a. Nyeri Akut
Luaran utama : Tingkat nyeri
Luaran tambahan :
1) Fungsi gastrointestinal
2) Control nyeri
3) Mobilitas fisik
4) Penyembuhan luka
5) Perfusi miokard
6) Perfusi perifer
7) Pola tidur
8) Status kenyamanan
9) Tingkat cedera
Intervensi Utama :
1) Manajemen nyeri
2) Pemberian analgesic
Intervensi pendukung:
1) Aromaterapi
2) Dukungan hipnosisi diri
3) Dukungan pengungkapan kebutuhan
4) Edukasi efeksamping obat
5) Edukasi manajemen nyeri
6) Edukasi proses penyakit
7) Edukasi Teknik napas
8) Kompres dingin
9) Kmpres panas
10) Konsultasi
11) Latihan pernapasan
12) Pemantauan nyeri
13) Terapi relaksasi
14) Teknik distraksi
15) Perawatan kenyamanan
16) Terapi music
d. Ansietas
Intervensi Utama :
1) Reduksi Ansietas
2) Terapi Relaksasi
Intervensi Pendukung :
1) Dukungan Emosi 10) Teknik Imajinasi Terbimbing
2) Dukungan Hipnosis Diri 11) Teknik Menenangkan
3) Dukungan Kelompok 12) Terapi Musik
4) Dukungan Keyakinan 13) Terapi Relaksasi Otot
5) Dukungan Pelaksanaan Progresif
Ibadah 14) Terapi Seni
6) Dukungan Pengungkapan 15) Terapi Validasi
Kebutuhan 16) Konseling
7) Dukungan Proses Berduka
8) Teknik Distraksi
9) Terapi Hipnosis
A. Pengertian
Gagal jantung adalah suatu kondisi yang terjadi Ketika jantung tidak dapat berespon
secara adekuat terhadap stress untuk memnuhi kebutuhan metabolic tubuh. Pada
kondisi ini jantung gagal melakukan tugasnya sebagai pompa dan akibatnya gagal
jantung.
Gagal jantung kongestif adalah Ketika jantung tidak lagi dapat memompa darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme
jaringan tubuh pada konisi tertentu, sedangkan teknan pengisian ke dalam jantung masih
cukup tinggi.
B. Etiologi
Banyak kondisi atau penyakit yang dapat menjadi penyebab gagal jantung, antara
lain:
1. Penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab gagal
jantung yang paling sering. Penyakit ini terjadi akibat penyempitan pada pembuluh
darah yang memasok darah ke jantung.
2. Hipertensi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam memompa dan
mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan penebalan otot
jantung. Jika dibiarkan, otot jantung akan melemah dan jantung tidak lagi
mampu memompa darah secara efektif.
3. Diabetes. Selain penderita diabetes rentan terkena penyakit jantung koroner
yang merupakan penyebab utama gagal jantung, gula darah yang tinggi juga
dapat merusak jantung.
4. Kelainan atau kerusakan otot jantung (kardiomiopati). Otot jantung memiliki
peran penting dalam memompa darah. Jika otot jantung mengalami kerusakan atau
kelainan, maka pemompaan darah juga akan terganggu.
5. Radang otot jantung (miokarditis). Peradangan pada otot jantung menyebabkan
otot jantung tidak bekerja secara maksimal dalam memompa darah ke seluruh
tubuh. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi virus.
6. Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi mengatur aliran darah di dalam
jantung, sehingga jantung bisa memompa darah dengan efektif. Jika katup
jantung rusak, aliran darah akan terganggu. Kondisi ini akan menyebabkan
peningkatan beban kerja otot jantung.
Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa hal yang juga membuat seseorang
lebih berisiko mengalami gagal jantung, yaitu:
Memiliki berat badan berlebih.
Memiliki kebiasaan merokok.
Hobi mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol.
Kurang olahraga.
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
C. Patofisiologi
Kelainan instrinsik pada kontraktilitas miokard yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, dan menganggua kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
secukupnya, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap
gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat:
1. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renim angiotensin aldosteron
3. Hipertrofi ventrikel
E. Alur Klinis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Dibutuhkan untuk melihat sejauh mana gagal jantung memnggangu fungsi hati dan
ginjal.
2. Radiologi
a. Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir
berkurang
b. Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
c. Distensi vena paru
d. Hidrotoraks
e. Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3. EKG
Adanya iskemik, hipertrofi ventrikel, gangguan irama jantung.
4. Ekokardiografi
Menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukurandan bentuk jantung, serta
menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung
5. Kateterisasi Jantung
Pada gagal jantung di dapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmoray arterial wedge
pressure >12 mmHg dalam keadaaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,7
l/menit/m2 luas permukaan tubuh.
H. Diagnosis
Kriteria framingham untuk penegakan diagnosi gagal jantung. Diagnosa dibuat
berdasarkan adanya kriteria mayor dan minor (gejala yang terjadi tidak disebabkan
oleh kondisi lain).
I. Penatalaksanaan
Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori:
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
a. istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
b. memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan
c. memberikan terapi medis: digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan:
a. Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan
b. Mencatat asupan dan haluaran
c. Menimbang berat badan
d. Restriksi garam/diet rendah garam
3. Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi
a. Mengatur jadwal mobilisasi secara bertarap sesuai keadaan klien
b. Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring
c. Mengubah posisi tidur
d. Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa, keracunan digitalis
e. Memeriksa atau mengobsevasi EKG
4. Pengobatan pembedahan (komisurotomi) Hanya pada regurgitasi aorta akibat
infeksi aorta, respirasi katup aorta dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada
regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup
artifisial. Indikasi pada keluhan sesak nafas yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan simptomatik. Bila ekokardiografi menunjukkan sistolr ventrikel kiri 55
mm, atau fractional shortening 25% dipertimbangklan untuk tindakan operasi
sebelum timbul gagal jantung.
5. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan serta
pencegahan kekambuhan.
a. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosis, kegunaan obat-obat
yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) kondisi:
a) menurunnya kontraktilitas miokard, MCI, kardiomiopati, gangguan
konduksi, obat seperti penyekat beta.
b) Meningkatnya beban miokard, penyakit katup jantung, anemia,
hipertermia.
2) Keluhan
a) Sesak saat bekerja, dispnea nokturnal paroksismal, ortopnea.
b) Lelah dan pusing
c) Nyeri dada
d) Bengkak pada kaki, sepatu sempit
e) Nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen
f) Urine menurun
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Respirasi meningkat, dispnea Batuk kering, sputum pekat, bercampur
darah Vena leher, dengan JVP meningkat Kulit bersisik, pucat
Edema kaki, skrotum Asites abdomen
2) Palpasi
Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau hipertrofi ventrikel
Pulsasi perifer menurun Hati teraba dibawah arkus kosta kanan
Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta sistemik meningkat
Edema menyebabkan piting
d. Hipervolemia
Definisi: peningkatan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler
Penyebab :
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmaklogis (mis. Kortikosterodi, chlorpropramide)
e. Inteoleransi aktivitas
D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas.
Definisi : Beresiko mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
Faktor Risiko
6) Gangguan srkulasi
7) Ketidakbugaran status fisik
8) Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
9) Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
10) Gangguan pernapasan
Kondisi Klinis Terkait:
8) Anemia
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg.pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 ≥ mmHg (Brunner & Sudarth,2001). Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg (Price, 2005). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi
tekanan darah normal seperti yang telah disepakati para ahli, yaitu > 140/90 mmHg
(Sudoyo, 2006). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang yang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Kushariyadi,2008)
B. Klasifikasi
Join Nation Comitten on Detection Evolution ada Treatment of High Blood
Pressure, badan penelitian hipertensi di Amerika Serikat, menentukan Batasan
tekanan darah yang berbeda. Pada lapora tahun 1993, dikenal dengan sebutan
JPC-V, tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun diklasifikasikan
sebagai berikut :
No Kriteria Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3 Hipertensi
Derajat 1 : ringan 140-159 90-99
Derajat 2 : sedang 160-179 100-109
Derajat 3 : berat 180-209 110-119
Derajat 4 : sangat berat ≥210 ≥120
C. Jenis Hipertensi
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita
oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan pengobatan lebih ditunjukan
bagi penderira ensesial. Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut
ini :
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pada
elasrisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembulu darah perifer. Setelah usia 20 tahun, kemampuan
jantung memompa darah memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga
menyebabkan meurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nocturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain
(Novianti, 2006)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
denga gagal ginjal akut
c. Darah perifer lengkap; Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah sebagai
berikut :
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan :
1) Diuretik : mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan eksresi garam dan airnya.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau
arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi. Sebagian penyekat saluran kalsium bersift lebih spesifik untuk
aluran kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebi spesifik untuk saluran
kalsium otot polos vascular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR
3) Penghambat enzim mengubah angiotensin I atau inhibitor ACE berfungsi
untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin IIkondisi ini
menurunkan darah secara langsung, dengan meurunkan TPR, dan
secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine kemudian
meurunkan volume plasma dan curah jantung,. Inhibitor ACE juga
menurunkan tekanan darah degan efek bradykinin yang memanjang, yang
normalnya memecah enzim. Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk
kehamilan
4) Antagonis (penyekat) reseptor beta (ß-blocker, terutama penyekat selektif,
bekerja di reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut
dan curah jantung
5) Antagonis reseptor alfa ( meghambat reseptor alfa di otot vascular yang
secara normal berespons terhadap rangsangan simpatis dengan
vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140
mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90mmHg dan mengontrol faktor risiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensin (Mansjoer, 2002)
Penatalaksaan faktor risiko dilakukan degan cara pengobatan setara
non- farmakologis, antara lain :
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidups ehat dan/dengan
obat-obatan yang meurunkan gejala gagal jantgung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri , beberapa diet yang dianjurkan :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat meurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100
mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari
2) Dit tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intra vena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding
vascular
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolesterol sebagi pencegah terjadinya jantung coroner
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan
tekanan darah. Penurunan BB 1kg/minggu sangat dianjurkan
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki tekanan jantung.
Olahraga isotonic juga dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur sebanyak 30menit
sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
2) Tanda : frekuensi jantiung meningkat, perubahan irama jantung,takipnea
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
coroner/katup dan penyakit serebrovaskuler Episode palpitasi
2) Tanda : Peningkatan tekanan darah Nadi deyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardia Murmur stenosis valvular Distensi vena
jugularis Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
c. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan degan pekerjaan)
2) Tanda : letupan suasana hati,gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
dimasa yang lalu
e. Makanan/cairan
1) Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak, serta kolesterol , Mual, muntah dan perubahan berat badan saat
ini (meningkat/turun), Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda : Berat badan normal atau obesitas, Adanya edema Glikosuria
f. Neurosensori
1) Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam), Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistakis)
b. Intoleransi aktivitas
D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas.
Definisi : Beresiko mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
Faktor Risiko
11) Gangguan srkulasi
12) Ketidakbugaran status fisik
c. Nyeri akut
D.0077 Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab:
4) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
5) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
6) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3. Intervensi
a. Risiko Penurunan Curah Jantung
Diharapkan curah jantung meningkat, dengan Kriteria Hasil:
1) Kekuatan nadi perifer 11) Oliguria menurun
meningkat 12) Sianosis menurun
2) SV meningkat 13) Ortopnea menurun
3) Palpitasi menurun 14) Batuk menurun
4) Bradikardia menurun 15) Bunyi jantung S3 mernurun
5) Takikardia menurun 16) Bunyi Jantung S4 menurun
6) Gambaran EKG aritmia 17) Murmur jantung menurun
menurun 18) Tekanan darag membaik
7) Lelah menurun 19) Pengisian kapiler membaik
8) Edema menurun 20) CVP membaik
9) Distensi vena jugularis
menurus
10) Dispnea menurun
Intervensi Utama:
1) Perawatan jantung
2) Perawatan jantung akut
Intervensi pendukung:
1) Edukasi pengukuran nadi 6) Manajemen cairan
radialis 7) Manajemen elektrolit
2) Manajemen syok 8) Pemberian obat
3) Pemantauan cairan 9) Terapi intravena
4) Pemantauan elektrolit 10) Terapi oksigen
5) Pemantauan tanda vital
c. Nyeri Akut
Luaran utama : Tingkat nyeri
Luaran tambahan :
1) Fungsi gastrointestinal 6) Perfusi perifer
2) Control nyeri 7) Pola tidur
3) Mobilitas fisik 8) Status kenyamanan
4) Penyembuhan luka 9) Tingkat cedera
5) Perfusi miokard
Intervensi Utama :
1) Manajemen nyeri
2) Pemberian analgesic
Intervensi pendukung:
1) Aromaterapi
2) Dukungan hipnosisi diri
3) Dukungan pengungkapan kebutuhan
Aspiani Reni Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan KArdiovaskuler
Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
Ross and Wilson, 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Adaptasi Indonesia. Penerbit
Salemba Medika Jakarta
Brunner & Suddarth, 2006. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol.8,
Jakarta.
Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.