Anda di halaman 1dari 6

Buletin Profesi Insinyur 3(1) (2020) 011–016 ISSN 2654-5926

http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i1.77

Rancang bangun gravel bed flocculator sebagai proses


Rancang Bangun Gravel Bed flokulasi adalah salah satu pengolahan air yang
memanfaatkan gerakan air dan media butiran sebagai
Flocculator Sistem Kontinu pengadukan hidrolis yang menghasilkan energi gesek,
sehingga dapat mengendapkan flok diantara butiran.
untuk Pengolahan Air Sungai Tujuan penelitian ini adalah menguji kemampuan
gravel bed dalam pengolahan air sungai. Metode yang
Martapura dilakukan adalah menghitung rancang bangun reaktor
sesuai kriteria desain dengan menetapkan variasi
waktu kontak dan gradien kecepatan yang merupakan
Sulaiman Hamzani
fungsi dari ukuran media butiran, debit aliran, luas
penampang reaktor dan headloss. Bahan yang
digunakan terdiri dari drum plastik warna biru
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin, Jurusan
kapasitas 200liter, mesin pompa air standar debit (Q)
Kesehatan Lingkungan, bidang keahlian rekayasa pengolahan 0,5liter/detik, dan pasir silica. Hasil ujicoba dengan
air dan limbah cair pendekatan perhitungan rancang bangun gravel bed
flocculator diperoleh data debit (Q)=0,0005m3/detik;
waktu kontak (td)=300detik; gradien kecepatan
(G1)=60detik-1; diameter butiran (Db)=0,00195m; tinggi
media (Tm)=0,59m menghasilkan penurunan
shamzenviro@gmail.com kekeruhan sebesar 97,4% (53NTU menjadi 1,4NTU) dan
pH 6,0 menjadi 6,5 memenuhi standar air minum
untuk kekeruhan <5NTU dan pH 6,5-8,5. Reaktor ini
dapat diaplikasi untuk masyarakat yang tinggal di
bantaran sungai.

Kata kunci: waktu kontak, gradien, gravel bed, air sungai

Diajukan: 2 Juni 2020


Direvisi: 14 Juni 2020
Diterima: 15 Juni 2020
Dipublikasikan online: 16 Juni 2020

Selanjutnya air mengalir secara limpasan sebagai


Pendahuluan effluent.
Flokulasi adalah proses yang terjadi dalam Gradien kecepatan (G) merupakan fungsi dari ukuran
pengolahan air berupa pembentukan gumpalan atau flok media butiran, debit aliran, luas penampang flokulator
yang kecil menjadi lebih besar melalui pengadukan dan kehilangan tekanan. Gravel bed flocculator ini hanya
lambat, sehingga akan mengendap lebih cepat menggunakan media butiran ukuran tertentu sebagai
(Pusteklim, 2007). Flokulasi merupakan kelanjutan dari sistem pengadukannya, dapat dikatakan sederhana dan
koagulasi, dimana mikroflok hasil koagulasi mulai murah untuk debit air <5 liter/detik yang bisa
menggumpal menjadi makroflok dan dapat diendapkan berlangsung secara upflow maupun downflow (Reynold,
(Stumm, et al., 1996). Proses penggumpalan ini et al., 1996). Sifat khas reaktor ini mampu mengendapkan
tergantung waktu dan pengadukan lambat dalam air. flok diantara batuan dan waktu kontak relatif singkat 3-5
Nilai gradien kecepatan (G) untuk proses flokulasi menit, setara dengan 15 menit waktu skala uji jartest atau
berkisar 10-100/detik dan jumlah tumbukan antar sekitar 25 menit waktu proses flokulasi model reaktor
partikel (Gtd) adalah 104-105 (Fair, et al., 1971). Nilai yang konvensional (Hadi, 2012).
biasanya diadopsi sekitar 30/detik untuk flok dapat
mengendap (Stevenson, 1997). Flokulator hidrolis
Metode
terpenuhi apabila memperhatikan kriteria desain Metode yang dilakukan adalah menghitung rancang
meliputi gradien kecepatan, waktu kontak, dan jumlah bangun reaktor sesuai kriteria desain dengan
tumbukan antar partikel (Montgomery, 1985). menetapkan variasi waktu kontak dan gradien kecepatan
Pengadukan hidrolis dapat memanfaatkan media yang merupakan fungsi dari ukuran media butiran, debit
butiran sebagai energi pengaduk dalam aliran air aliran, luas penampang reaktor dan headloss. Bahan yang
(Masduqi, et al., 2002) Upflow clarifiers atau gravel bed diperlukan yaitu drum plastik warna biru kapasitas 200
flocculator adalah unit yang menggabungkan 3 proses liter ukuran diameter 0,57 m dan tinggi 0,9 m, mesin
yaitu koagulasi, flokulasi dan sedimentasi ke dalam satu pompa air standar debit (Q) 0,5 liter/detik, dan pasir silica
unit reaktor yang didesain untuk mengolah padatan flok sebagai media gravel bed. Bahan pendukung berupa
menjadi lebih besar (Citra, 2011). Air hasil proses flokulasi kapur dan PACl. Variabel penelitian mencakup variasi
dapat meninggalkan unit reaktor dengan aliran keatas gradien kecepatan (G hitung) 60 detik-1(diberi kode G1);
melewati media butiran dan sludge blanket, dimana flok 40 detik-1(G2); 20 detik-1(G3). Variasi waktu kontak (td)
tertahan karena terjadi kontak antara padatan 180 detik (diberi kode T1) dan 300 detik (T2). Parameter
menggumpal dengan media butiran dan sludge blanket. yang diamati kekeruhan dan pH. Perhitungan ini

Cara mensitasi artikel ini:


Hamzani, S., (2020) Rancang Bangun Gravel Bed Flocculator Sistem Kontinu untuk Pengolahan Air Sungai Martapura.
Buletin Profesi Insinyur 3(1) 011-016

BPI, 2020 | 11
Buletin Profesi Insinyur 3(1) (2020) 011–016 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i1.77

mengacu pada ketentuan kriteria desain dan simbol Berikut disajikan salah satu contoh hasil perhitungan
rumus sesuai keperluan. Selain itu diperlukan juga reaktor G1 = 60 detik-1 dan T2 = 300 detik sebagai berikut:
perhitungan kebutuhan bahan dan biaya untuk kapur dan Debit air olahan (Q) = 0,0005 m3/detik
PACl yang digunakan pada pengolahan air sungai Waktu kontak (td) = 300 detik (5 menit)
Martapura. Banyaknya tumbukan (Gtd) = 18.000
.
G teoritis = = 60 detik-1
Hasil Kerja
Desain Rancang Bangun Reaktor Diameter butiran (Db) = 0,00195 m
Model desain gravel bed flocculator dan media Diameter drum (Dd) = 0,57 m
butiran pasir silica dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar Jari-jari drum (r) = 0,285 m
2 dan Gambar 3. Volume air (V) = Q x td = 0,0005 x 300 = 0,15 m3
,
Berdasarkan Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3 Tinggi media (Tm) = = = 0,59 m
, ( , )
diketahui bahwa komponen utama peralatan dan bahan ,
reaktor gravel bed flocculator adalah drum 200 liter, Kecepatan aliran (Va) = = .
= !," # ($,%&)
'
mesin pompa air 0,5 liter/detik, dan pasir silica.
Sementara komponen penunjang yaitu pompa dosing, = 0,002 m/detik
( .* .,.
tong larutan koagulan, pipa plastik, dan aksesori Bilangan Reynold (NRe) = ) -+ =
perpipaan. , . , ../ ,
0!
= 3,81
,
56 5 ,
Perhitungan Rancang Bangun Reaktor Faktor Gesek (ƒ) = 150 4 78 9 + 1,75 = 150 4 9+
,
Perhitungan reaktor ditentukan berdasarkan kriteria 1,75 = 25,39
desain yaitu untuk gradien kecepatan (G) berkisar 10-100
< 56 ? *+
detik-1, maka ditetapkan variasi G1 = 60 detik-1 G2 = 40 Headloss (HL) = 4 6 ! 9 >( @ > @=
= ) A
detik-1 G3 = 20 detik-1 dan untuk waktu kontak berkisar , . 5 , , . ,
180-300 detik (3-5 menit), maka ditetapkan variasi T1 = B4 !
9B > @B > @ = 0,04 m = 4 cm
, , , . .,
180 detik dan T2 = 300 detik.

Gambar 1. Sketsa Gravel Bed Flocculator

Gambar 2. Photo Gravel Bed Flocculator Gambar 3. Photo pasir silica diameter 1,95 mm

BPI, 2020| 12
Buletin Profesi Insinyur 3(1) (2020) 011–016 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i1.77

C.D.A. / , ../ ., , / Hasil ujicoba terbaik pada perlakuan kode sampel G1T2
G hitung = 4> @9 = 4> ( 0!)
@9
-.6. , , , yaitu gradien kecepatan 60 detik-1 dan waktu kontak 300
= 60 detik-1 detik atau 5 menit mampu memperbaiki kualitas
Keterangan menurut (Hamzani, 2013): kekeruhan 53 NTU menjadi 1,4 NTU dan pH 6,0 menjadi
Q = debit aliran (m3/detik) 6,5 memenuhi standar air minum kekeruhan <5 NTU dan
Td = waktu kontak (detik), kriteria 180-300 detik pH 6,5-8,5.
Gtd = banyaknya jumlah tumbukan, kriteria 104–105 Secara grafik persentase penurunan kekeruhan pada
G = gradien kecepatan (detik -1), kriteria 10–100 detik-1 gravel bed flocculator sistem kontinu dapat dilihat pada
Db = diameter butiran (m) Gambar 4 berikut:
Dd = diameter drum (m)
Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa semua ujicoba
r = jari-jari drum (m)
menghasilkan persentase penurunan kekeruhan >80%.
V = volume air (m3)
Tm = Tinggi media (m) Persentase penurunan kekeruhan yang paling tinggi atau
Va = kecepatan aliran (m/detik) efektif adalah pada gradien (G1) = 60 detik-1; waktu
NRe = bilangan Reynold, kriteria aliran laminer < 2000 kontak (T2) = 300 detik yaitu sebesar 97,4%.
ƒ = faktor gesekan
HL = headloss atau kehilangan tekanan (m) Pembahasan
µ = viskositas dinamik air ( 0,8x 10-3 kg/m.detik) 30°C Gradien kecepatan dinyatakan sebagai intensitas
 = massa jenis air ( 996 kg/m3) 30°C pengadukan sebagai fungsi dari tenaga yang disuplai
g = percepatan gaya gravitasi (9,8 m/detik2)
untuk pengolahan air. Proses flokulasi memerlukan
 = porositas butiran (0,4)
= faktor bentuk (0,8)
pengadukan lambat, sementara besarnya gradien
kecepatan (G) mempengaruhi waktu (td) pengadukan.
Makin besar nilai G, maka makin pendek waktu yang
Ujicoba Pengolahan diperlukan. Untuk menyatakan G dan td digunakan
Data hasil ujicoba pengolahan air Sungai Martapura bilangan Camp yaitu hasil perkalian gradien kecepatan
pada gravel bed flocculator sistem kontinu dapat dilihat dengan waktu pengadukan (Masduqi, et al., 2002).
pada Tabel 1. Pengadukan lambat bertujuan menghasilkan gerakan
Pada Tabel 1 terlihat hasil ujicoba pengolahan air air secara perlahan dalam kondisi laminer, sehingga
Sungai Martapura dengan gravel bed flocculator sistem terjadi kontak antar partikel membentuk gabungan
kontinu mampu memperbaiki kualitas kekeruhan dan pH. partikel berukuran besar. Penggabungan inti gumpalan

Gambar 4. Persentase Penurunan Kekeruhan

Tabel 1 Hasil Ujicoba Pengolahan Air Sungai Martapura

BPI, 2020| 13
Buletin Profesi Insinyur 3(1) (2020) 011–016 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i1.77

sangat bergantung pada karakteristik flok dan nilai kecil <50 L/detik (Hadi, 2012). Selain itu untuk aliran
gradien kecepatan. Pengadukan lambat berlangsung masuknya bisa secara downflow atau upflow dan gradien
pada nilai gradien kecepatan kurang dari 100 detik-1 kecepatan merupakan fungsi dari ukuran kerikil; debit
dengan kisaran waktu selama 10-60 menit. Sama halnya aliran; luas penampang flokulator, dan headloss. Sifat
dengan pengadukan cepat, nilai G dan td bergantung khas dari flokulator jenis ini adalah kemampuannya
pada maksud atau sasaran pengadukan lambat. Dalam dalam mengendapkan flok diantara batuan, sehingga
rancang bangun ini proses flokulasi didesain dapat dipakai sebagai pre-treatment untuk direct
menggunakan gravel bed flocculator, dimana nilai G filtration (tanpa pengendap II). Waktu kontak (td) dapat
teoritis yang direncanakan adalah variasi gradien dikurangi untuk pengolahan dengan gravel bed, karena
kecepatan (G) terdiri dari: 60; 40; 20 detik-1 dan variasi seluruh bed efektif untuk pembentukan flok tanpa terjadi
waktu kontak selama 180 detik dan 300 detik. aliran pendek (Sun, et al., 2011). Nilai antara gradien
Berdasarkan hasil perhitungan desain, diperoleh masing- kecepatan (G) dan lama pengadukan (td) merupakan
masing nilai NRe sebesar 3,81; 5,76; 12,20 (memenuhi parameter yang digunakan untuk menilai optimalisasi
kriteria desain NRe < 2000, aliran laminer) dan nilai G proses flokulasi (Rossini, et al.). Berdasarkan hasil
hitung masing-masing sebesar 60 detik-1 (diameter penelitian diketahui bahwa ujicoba pengolahan air sungai
butiran gravel 1,95 mm); 40 detik-1 (diameter butiran Martapura pada gravel bed flocculator sistem kontinu,
gravel 2,95 mm); 40 detik-1 (diameter butiran gravel 6,25 terbukti menghasilkan pengolahan memenuhi standar
mm). Nilai G hitung sesuai dengan G teoritis dan kriteria kualitas air minum pada waktu kontak selama 300 detik
desain 20-100 detik-1). (5 menit).
Nilai G merupakan satuan berbanding lurus dengan Hal ini dikarenakan kecepatan aliran besar dan
banyaknya tumbukan (Puteri, 2011). Semakin besar nilai banyak tumbukan partikel koloid yang telah
G berarti semakin banyak tumbukan yang terjadi dan terdestabilisasi membentuk flok-flok semakin baik.
semakin besar ukuran flok yang terbentuk. Semakin kecil Kecepatan yang terlalu tinggi membuat flok bisa pecah
nilai G.td yang terjadi menunjukkan penurunan kembali, akibat gaya gesek yang berlebihan (Bo, et al.,
pembentukan flok yang disebabkan waktu detensi kecil, 2011).
sehingga proses tidak berjalan sempurna. Sedangkan nilai Penggunaan media berbutir sebagai proses flokulasi
G.td semakin besar mengakibatkan flok yang terbentuk menunjukkan kinerja yang baik dalam pengolahan air.
pecah kembali, karena lamanya waktu detensi atau Kendala yang bisa terjadi pada pengoperasian gravel bed
semakin besar nilai G yang dicapai. adalah tertutupnya bed oleh flok dan kemungkinan
Nilai G pada debit 0,05 L/detik untuk unit koagulasi tumbuhnya bakteri, maka perlu dilakukan pembersihan
adalah 77,1 detik-1 dan unit flokulasi adalah 5,9 detik-1 secara berkala dengan membuka kran pengurasan untuk
(Notodarmodjo, et al., 2004). Walaupun nilai Gtd pada menggelontor (Hadi, 2012).
penelitian tersebut tidak memenuhi syarat, tetapi proses Untuk pengadukan lambat pada proses flokulasi,
flokulasi dapat menghasilkan flok yang mudah yang menentukan adalah jumlah tumbukan partikel
mengendap. Aliran melalui media kerikil yang berliku (proses pembentukan flok) yaitu Gtd. Nilai Gtd sama
memberi kesempatan lebih besar bagi koloid saling dengan pengadukan cepat antara 104-105 dengan waktu
kontak membentuk flok. Jika dibanding dengan proses kontak (td) antara 10-30 menit (Fair, et al., 1971) atau 15-
flokulasi konvensional, maka nilai Gtd pada media 45 menit (Spellman, 2009). Gravel bed flocculator hanya
berbutir tidak harus memenuhi kriteria desain. Debit menggunakan kerikil untuk sistem pengadukannya,
mempengaruhi kecepatan aliran antar pori dan sehingga sederhana dan murah terutama untuk instalasi
kehilangan tekan. Kehilangan tekan (HL) mempengaruhi kecil <50 L/detik (Hadi, 2012). Selain itu untuk aliran
energi yang digunakan dalam proses, dimana HL yang masuknya bisa secara downflow atau upflow dan gradien
makin besar menyebabkan harga Gtd juga semakin besar. kecepatan merupakan fungsi dari ukuran kerikil; debit
Hal ini dikarenakan kecepatan aliran besar dan banyak aliran; luas penampang flokulator, dan headloss. Sifat
tumbukan partikel koloid yang telah terdestabilisasi khas dari flokulator jenis ini adalah kemampuannya
membentuk flok-flok semakin baik. Kecepatan yang dalam mengendapkan flok diantara batuan, sehingga
terlalu tinggi membuat flok bisa pecah kembali, akibat dapat dipakai sebagai pre-treatment untuk direct
gaya gesek yang berlebihan (Bo, et al., 2011). filtration (tanpa pengendap II). Waktu kontak (td) dapat
Penggunaan media berbutir sebagai proses flokulasi dikurangi untuk pengolahan dengan gravel bed, karena
menunjukkan kinerja yang baik dalam pengolahan air. seluruh bed efektif untuk pembentukan flok tanpa terjadi
Kendala yang bisa terjadi pada pengoperasian gravel bed aliran pendek (Sun, et al., 2011). Nilai antara gradien
adalah tertutupnya bed oleh flok dan kemungkinan kecepatan (G) dan lama pengadukan (td) merupakan
tumbuhnya bakteri, maka perlu dilakukan pembersihan parameter yang digunakan untuk menilai optimalisasi
secara berkala dengan membuka kran pengurasan untuk proses flokulasi (Rossini, et al.). Berdasarkan hasil
menggelontor (Hadi, 2012). penelitian diketahui bahwa ujicoba pengolahan air sungai
Untuk pengadukan lambat pada proses flokulasi, Martapura pada gravel bed flocculator sistem kontinu,
yang menentukan adalah jumlah tumbukan partikel terbukti menghasilkan pengolahan memenuhi standar
(proses pembentukan flok) yaitu Gtd. Nilai Gtd sama kualitas air minum pada waktu kontak selama 300 detik
dengan pengadukan cepat antara 104-105 dengan waktu (5 menit).
kontak (td) antara 10-30 menit (Fair, et al., 1971) atau 15- Penggunaan dosis optimum bahan koagulan kapur
45 menit (Spellman, 2009). Gravel bed flocculator hanya dan PACl, berdasarkan hasil penelitian diketahui mampu
menggunakan kerikil untuk sistem pengadukannya, mengolah air sungai Martapura secara kontinu pada
sehingga sederhana dan murah terutama untuk instalasi proses koagulasi dan flokulasi menggunakan gravel bed

BPI, 2020| 14
Buletin Profesi Insinyur 3(1) (2020) 011–016 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i1.77

flocculator dalam upaya memperbaiki kualitas air sungai minum untuk kekeruhan <5NTU dan pH 6,5-8,5. Reaktor
hingga memenuhi persyaratan kualitas air bersih maupun ini dapat diaplikasi bagi masyarakat yang tinggal di
kualitas air minum. Penurunan kekeruhan menggunakan bantaran sungai.
koagulan PACl dapat terjadi dalam kondisi asam (pH 5,0-
6,5) dengan dosis koagulan yang dibutuhkan pada
rentang pH tersebut ternyata relatif sama. Penurunan
Ucapan Terimakasih
kekeruhan menggunakan koagulan PACl terjadi pada Ucapan terimakasih disampaikan kepada Civitas
rentang pH yang lebih lebar untuk setiap dosis. Akademika Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kehadiran polimer berukuran sedang tersebut Banjarmasin khususnya Jurusan Kesehatan
memperkuat mekanisme koagulasi yang terjadi yaitu Lingkungan. Ibu Prof. Dr. Ir. Hesty Heryani, M.Si.,
netralisasi muatan dan interparticle-bridging (ikatan IPU., ASEAN Eng selaku Dosen Pembimbing Karya
rantai polimer antar partikel). Spesies polimer ini tidak Tulis.
sensitive terhadap perubahan pH sehingga proses
koagulasi dapat terjadi pada rentang pH yang lebar dan
dengan dosis yang relatif sama. Koagulan PACl mampu
Referensi
menggumpalkan partikel koloid pada dosis aluminium Bo X [et al.] (2011)Coagulation Performance and Floc
yang lebih rendah dibandingkan tawas terutama pada Properties of Compound Bioflocculant-Aluminum
kondisi asam (pH 5). Pada pH 7, spesies yang dominan di Sulfate Dual-Coagulant in Treating Kaolin-Humic
kedua koagulan ini adalah spesies yang sama, yaitu Acid Solution [Journal] // Chemical Engineering
presipitat Al(OH)3 dan mekanisme yang bekerjapun sama, Journal. Vol. 173. - pp. 400-406.
yaitu penjebakan dalam flok sehingga diperoleh Citra DM (2011)Studi Peningkatan Kapasitas Pengolahan
kebutuhan aluminium yang hampir sama. Selain itu di Instalasi PDAM Ngagel I Surabaya [Report] :
ternyata pada pH operasi yang tinggi (pH >7), PACl Skripsi / Teknik Lingkungan ; ITS. - Surabaya.
mampu memberikan penurunan kekeruhan yang lebih Fair GM, Geyer JC and Okun DA (1971) Elements of
baik dibandingkan tawas. Konsentrasi koloid yang tinggi Water Supply and Wastewater Disposal [Book]. -
berkorelasi dengan jumlah partikel yang tinggi di larutan, New York : John Wiley and Sons.
sehingga dapat meningkatkan frekuensi tumbukan dari Hadi Wahyono (2012) Perencanaan Bangunan
partikel yang sudah menjadi tidak stabil (terdestabilisasi) Pengolahan Air Minum [Book]. - Surabaya : ITS
dan akhirnya dapat memperbaiki kinetika flokulasi. PRESS.
Dengan kata lain, jika konsentrasi partikel koloid Hamzani S (2013) Proses Koagulasi dan Flokulasi
terdispersi di larutan rendah maka kesempatan untuk Menggunakan Gravel Bed Flocculator untuk
terjadinya tumbukan antar partikel yang telah Pengolahan Air Sungai Martapura di Kabupaten
terdestabilisasi dapat memacu pertumbuhan flok Banjar Kalimantan Selatan [Report] : Tesis / Teknik
sangatlah kecil, sehingga dibutuhkan dosis yang tinggi Lingkungan ; ITS. - Surabaya.
untuk pembentukan inti flok dan mengisi larutan dengan Masduqi A and Slamet A (2002) Satuan Operasi Jurusan
partikel-partikel terdispersi agar kontak antar partikel Teknik Lingkungan [Book]. - Surabaya : FTSP-ITS.
dapat terjadi. PACl memberikan hasil yang lebih baik Montgomery JM (1985) Water treatment: Principles and
dibandingkan tawas pada kondisi asam (pH 5-6,5) karena Design [Book]. - New York : John Wiley.
kemampuan netralisasi muatan yang dimiliki oleh spesies Notodarmodjo S, Astuti A and Juliah A (2004) Kajian Unit
polimernya. Kondisi optimum menggunakan alum terjadi Pengolahan menggunakan Media Berbutir dengan
pada pH netral (6,5-7,0) dan pada kondisi ini kebutuhan Parameter Kekeruhan, TSS, Senyawa Organik dan
aluminium baik dari PACl maupun tawas hampir sama, pH [Conference]. - Bandung.
karena adanya spesies yang sama yang bekerja pada Pusteklim (2007) Pelatihan Teknologi Tepat Guna
mekanisme yang sama yaitu sweep coagulation. Pengolahan Air limbah [Report]. - Yogyakarta :
Jika memperhatikan kualitas maupun kuantitas air Yayasan Dian Desa.
sesudah pengolahan dan total biaya bahan koagulan, Puteri AR (2011) Studi Penurunan Kekeruhan Air Kali
maka dapat dikatakan harga koagulan masih sangat Surabaya dengan Proses Flokulasi dalam Bentuk
terjangkau. Debit pengolahan sebesar 0,5 L/detik Flokulator Pipa Circular [Report] : Skripsi / Teknik
menghasilkan air olahan 1,8 m3 dalam waktu 1 jam, di Lingkungan ; ITS. - Surabaya.
mana memerlukan biaya bahan hanya Rp. 750,- untuk Reynold TD and Richards PA (1996) Unit Operation and
koagulan kapur dan PACl. Penggunaan koagulan kapur Processes in Environmental Engineering [Book]. -
dan PACl memberikan efek yang lebih baik untuk Monterey, California : Brooks/Cole Engineering
mencapai persyaratan kualitas air minum. Division.
Rossini M, Garrido JG and Galluzzo M (1999)
Optimization of the Coagulation-Flocculation
Kesimpulan Treatment: Influence of Rapid Mix Parameters
Hasil ujicoba dengan pendekatan perhitungan [Journal] // Water Research. 8 : Vol. 33. - pp. 1817-
rancang bangun gravel bed flocculator diperoleh data 1826.
debit (Q)=0,0005m3/detik; waktu kontak (td)=300detik; Spellman FR (2009) Handbook of Water and Wastewater
gradien kecepatan (G1)=60detik-1; diameter butiran Treatment Plant Operations [Book]. - Broken Sound
(Db)=0,00195m; tinggi media (Tm)=0,59m menghasilkan Parkway New York : CRC Press Taylor and Francis
penurunan kekeruhan sebesar 97,4% (53NTU menjadi Group. - 2nd.
1,4NTU) dan pH 6,0 menjadi 6,5 memenuhi standar air

BPI, 2020| 15
Buletin Profesi Insinyur 3(1) (2020) 011–016 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i1.77

Stevenson DG (1997) Water Treatment Unit Processes Polyferric Aluminum Chloride–Organic Polymer
[Book]. - London : Imperial College Press. Dual-Coagulants [Journal] // Desalination Journal. -
Stumm WG and Morgan JJ (1996) Aquatic Chemistry Vol. 12. - pp. 49-109.
[Book]. - Singapore : John Wiley and Sons Inc,. -
2nd.
Sun C [et al.] (2011) Effect of pH and Shear Force on Flocs
Characteristics for Humic Acid Removal Using

BPI, 2020| 16

Anda mungkin juga menyukai