Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI
PRASEDIMENTASI SEDIMENTASI TIPE 1

DISUSUN OLEH:

DHIAN GLADYS FEBYANY (21080114130068)


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. TUJUAN PRAKTIKUM


Untuk mengetahui nilai kekeruhan pada tahap pra-sedimentasi dari

sampel air sungai Krengseng


Untuk membuat grafik hubungan kecepatan pengendapan dengan

presentase fraksi tersisa


Untuk menentukan nilai presentase removal partikel diskrit
Untuk menentukan nilai kecepatan pengendapan partikel diskrit
sebagai dasar penentuan dimensi bak prasedimentasi

1.2. LOKASI PRAKTIKUM


Pengambilan sampel air dilakukan di Sungai Krengseng dan praktikum
dilaksanakan di kampus GKB Teknik Lingkungan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya,
air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air
minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi
kualitas air meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga
apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan umum
Permenkes No.416/MenkesPER/IX/1990)
2.2. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan
utama. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitatif, kuantitatif, dan
kontinuitas.
2.2.1 Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku.
Persyaratan ini meliputi persyaratan kimia, fisika, biologis dan radiologis.
Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes No.416/MenkesPER/IX/1990
dinyatakan bahwa pesyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-Syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain
itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah
25C 3C.
2. Syarat-Syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH, Total
Solid, Zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium(Ca), Besi(Fe),
Mangan(Mn), Tembaga(Cu), Seng(Zn), Klorida(Cl), Nitrit, Florida (F), serta
logam berat.
3. Syarat-Syarat Bakterilogis dan Mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasit yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak
adanya bakteri ecoli atau fectalcoli dalam air.
4. Syarat-Syarat Radiologis

Persyaratn radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh


mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif, seperti sinar alfa, beta, gamma.
2.2.2 Persyaratan Kuantitatif (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. artinya air baku tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah
penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari
standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah
kebutuhan air bersih.
2.2.3 Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun
musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bhawa air bersih harus tersedia
24 jam perhari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan
tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah
di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air
dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap
prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam
perhari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00-18.00
WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama
adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air
untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan.
Karena itu diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap
saat.
Sistem jaringan perpipaan di desain untuk membawa suatu kecepatan
aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6 - 1,2 m/detik.
Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan
dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisa jaringan pipa distribusi, dapat
ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan
minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliram terpenuhi.

2.3. Prasedimentasi
Unit prasedimentasi merupakan unit dimana terjadi proses pengendapan
pertikel diskret. Partikel diskret adalah partikel yang tidak mengalami
perubahqn bentuk, ukuran, maupun berat pada saat mengendap. Pengendapan
dapat berlangsung dengan efisien apabila syarat-syaratnya terpenuhi. Menurut
Lopez (2007), efisiensi pengendapan tergantung pada karakteristik aliran,
sehingga perlu diketahui karakteristik aliran pada unit tersebut. karakteristik
aliran dapat diperkirakan dengan bilangan Reynolds dan bilangin Froude
(Kawamura, 2000).
2.4. Kekeruhan Air
Kekeruhan air sungai sangat dipengaruhi oleh erosi yang meliputi proses
pelepasan, penghanyutan (meningkatkan tingkat kekeruhan air) serta
pengendapan. Hal ini akan menyebabkan turunnya produktivitas lahan
pertanian dan kualitas air serta mengurangi kapasitas sungai (Suripin, 2002).
Kekeruhan menggambarkan suatu sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik
baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik
dan bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (APHA,
1976; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2000). Satuankekeruhan
adalah unit turbiditas setara dengan 1 mg/l SiO2.
Terdapat beberapa substansi yang tidak terlarut tapi hanyut bersama air
sebagai suspended solids. Setelah itu, bergantung pada ukuran substansisubstansi tersebut dan kecepatan aliran air sungai, partikel-partikel padat
dapat tenggelam pada titik tertentu atau terhanyutkan lebih jauh lagi.
Kuantitas dipengaruhi oleh perubahan musiman dan cenderung meningkat di
musim dingin dikarenakan peningkatan storm runoff yang disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi. Massa Padatan Tersuspensi (MPT) atau dikenal juga
sebagai Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi
(diameter > 1m) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori
0.45 m. MPT terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik.
Penyebab nilai MPT yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air. Nilai TSS bila berlebih akan menghambat penetrasi
cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/TDS) adalah bahan-bahan
terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 - 10-3 mm) berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lainnya. Penyebab TDS biasanya
bahan anorganik berupa ion-ion umum dijumpai di perairan. Air laut
memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia
yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik.
Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, impasan dari
tanah, dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri)
(Efendi, 2000).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1

Alat

No Nama Alat
1. Gelas Plastik

2.

Reaktor

3.

Turbidimeter

Gambar

3.1.2 Bahan
Sampel Air yang berasal dari Sungai Krengseng
3.2 Cara Kerja Prasedimentasi
Mulai

Masukkan sampel air kedalam reaktor hingga permukaan


air mencapai kurang lebih 30 cm dibawah mulut reactor
Mengambil sampel air pada selang kedalaman 220 cm dimulai pada
waktu 0 detik

Mengulangi cara kerja 2 pada waktu 30 detik, 1 menit, 2


menit, 4 menit, 6 menit dan 8 menit
Mengukur kekeruhan pada tiap sampel air yang diambil
dengan turbidimeter helliege
BAB IV
Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Praktikum dan Perhitungan
Hasil pengukuran pada kedalaman 220cm dari muka air

Kecepatan

Waktu
(detik)
0
30
60
120
240
360
480

Kekeruhan(N
TU)
34.09
31.4
28.25
24.17
20.83
15.38
11.89

pengendapan

tiap

pengambilan sampel: V =

Fraksi tersisa =
Waktu
(detik)
0

Kekeruhan(N
TU)
34.09

Kecepatan
Pengendapan
Kekeruhan awal

30

31.4

0.073333333

60

28.25

0.036666667

120

24.17

0.018333333

240

20.83

0.009166667

360

15.38

0.006111111

480

11.89

0.004583333

Grafik Kecepatan Pengendapan dan Fraksi Tersisa

Fraksi
Tersisa
0.921091
23
0.828688
77
0.709005
57
0.611029
63
0.451158
7
0.348782
63

Sebelum melakukan perhitungan,kita asumsikan Vo adalah 0,026m/s


maka Fo adalah 0.654253. Luas daerah di atgas kurva di bagi menjadi beberapa
segmen dan di buat dalam segi empat.

Vo = 0.026m/s; Fo
pada
Vo
=

Removal Total
0.026m/s

R = (1-Fo)

V
df
Vdf
0.004848 0.047311
0.000229
48
83
391
0.005303 0.038709
0.000205
03
68
279
0.006212 0.043010
0.000267
12
75
188
0.006893 0.047311
0.000326
94
83
165
0.007954 0.051612
0.000410
55
9
557
0.008939 0.053763
0.000480
39
44
613
0.012954 0.053763
0.000696
55
44
481
0.017424 0.032258
0.000562
24
06
072
0.021136 0.027956
0.000590
36
99
909
0.025378 0.032258
0.000818
79
06
671
0.004587
Jumlah Vdf
325

= Fraksi Partikel
0.654253;

untuk Vo =
adalah :

R = (1- 0.654253) +

x 0.004587325

R = 0.522182372
R = 52,22%
Menghitung presentase removal total partikel diskrit dengan formula :
Xt = (1- Xo) + A/Vo asumsi
= (1- 0.522182372) + 0,004587325/0,026
Xt= 0.6543 = 65,43%

Menghitung diameter partikel


Vs = Vo
Vs = g d2 (sg 1)
18 V
0,026 = 9,81 d2 (2,65 -1 )
18 x (1,003 x 10-6)

D2

= 2,899 x 10-8

= 1,7029 x 10-4 m = 1,7029 x 10-2 cm

Dengan diketahuinya prosentase removal total partikel diskrit sebesar 65,43%


maka gunakan kurva performance untuk mendapatkan nilai Vo. Asumsikan
pada posisi good performance.

Kemudian didapatkan,
Vs/ Vo

= 1,2

0,026/Vo

= 1,2

Vo

= 0,02167m

Vs > Vo, maka partikel diskrit dengan diameter sebesar 1,7029 x 10-4 m dan
specific gravity sebesar 2,65 m semua partikel akan mengendap dalam waktu

yang sama.
Cek Nre, Cd dan Vs (Stoke atau Newton)
Vs

= g.(sgp 1).dp2 / 18
= (9,81 (2,65-1) (1,7029 x 10-4)2 )/(18x1,003 x 10-6)

Vs

= 0,026 m/s

Nre

= vs.dp /
= (0,026 x 1,7029 x 10-4) / 1,003 x 10-6

Nre

= 4,413

Nre yang didapatkan adalah Nre > 1, maka hukum Newton lah yang harus
digunakan untuk menentukan kecepatan pengendapan pada bagian transisi.

Untuk asumsi kecepatan pengendapan awal, gunakan hukum Stoke sama


dengan perhitungan sebelumnya.
CD

= 24/Nre + 3/Nre + 0,34


= 24/4,413 + 3/4,413 + 0,34

CD

= 7,2066

Setelah itu, gunakan koefisien drag (Cd) pada persamaan Newton untuk
menentukan kecepatan pengendapan partikel.
Vs = ((4g/3CD). (sg 1). d))1/2
Vs = ((4 x 9,81 /3 x 7,2066). (2,65 1). 1,7029 x 10-4))1/2
Vs = 0,02258
Dikarenakan kecepatan pengendapan awal (Vo) yang diasumsikan 0,026 m/s
tidak sama dengan kecepatan pengendapan awal (Vs) hasil perhitungan
dengan hukum Newton = 0,02258m/s , maka iterasi kedua perlu dihitung.

Pada iterasi kedua, kita mengasumsikan kecepatan pengendapan (Vs) =


0,021m/s . Kecepatan pengendapan yang diasumsikan digunakan untuk
menghitung nilai dari Nre yang kemudian digunakan untuk menentukan C D.
Nilai CD dalam persamaan Newton digunakan untuk menentukan nilai
kecepatan pengendapan.

Nre
Nre
Nre

= vs.dp /
=(0,021 m/s).( 1,7029 x 10-4 ) / (1,003.10-6 m2/s)
= 3,565

CD

= 24/Nre + 3/Nre + 0,34

CD

= 24/3,565+ 3/3,565+ 0,34

CD

= 8,228

Vs

= ((4g/3CD). (sg 1). d))1/2

Vs

= ((4.9,81 m/s2 /3. 8,228). (2,65 1).1,7029 x 10-4 ))1/2

Vs

= 0,021m/s

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Berdasarkan grafik hubungan kecepatan pengendapan dengan
prosentase fraksi tersisa dapat disimpulkan bahwa semakin besar

kecepatan pengendapan maka semakin besar pulsa prosentase fraksi


tersisa
5.1.2
5.1.3

Nilai prosentase removal partikel diskrit diperoleh 52,22%.


Nilai kecepatan pengendapan partikel diskrit sebagai dasar
penentuan dimensi bak prasedimentasi diperoleh 0,021 m/s

5.2 Saran
Praktikan disarankan untuk lebih hati-hati dan teliti dalam melakukan
praktikum agar didapat hasil yang akurat.

LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI
SEDIMENTASI SEDIMENTASI TIPE 2

DISUSUN OLEH:
DHIAN GLADYS FEBBYANYNIM. 21080114130068

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membedakan sedimentasi type I dan sedimentasi type II
2. Mahasiswa mampu menghitung efisiensi pengendapan
3. Mahasiswa mampu menentukan over flow rate dan waktu pengendapan
berdasarkan perhitungan hasil percobaan sedimentasi.

1.2. LOKASI PRAKTIKUM


Pengambilan sampel air dilakukan di Sungai Krengseng dan praktikum
dilaksanakan di kampus GKB Teknik Lingkungan.

BAB II
LANDASAN TEORI
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan
yang tersuspensi sehingga memberikan warna yang kotor. Bahan-bahan organik yang
tersebar secara baik dasn partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Nilai numerik
yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada ikut tercampurnya bahan-bahan
tersuspensi pada sampel. Nilai ini secara tidak langsung menunjukkan kemungkinan
penerimaan konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan bukan sifat air yang
membahayakan namun dapat mengganggu (Sawyer, 2003).
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair
oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses
Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi
awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian
akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation
yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan
lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang
terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.
Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan
untuk penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi. S e l a i n i t u ,
p r i n s i p s e d i me n t a s i j u g a d i g u n a k a n d a l a m p e n g e n d a l i a n partikel di udara.
Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama, demikian
juga untuk metoda dan peralatannya.
Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan
partikel untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam empat tipe (lihat
juga Gambar 3.1), yaitu:

Settling tipe I: pengendapan partikel diskrit, partikel mengendapsecara individual dan


tidak ada interaksi antar-partikel.

Settling tipe II: pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel sehingga
ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.

Settling tipe III: pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antarpartikel saling
menahan partikel lainnya untuk mengendap

Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikel yang telah mengendap yang terjadi karena
berat partikel.

(Anonim, 2009)
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membentuk proses
pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Alat
pembubuh koagulan yang banyak digunakan adalah tawas. Umumnya penyediaan air
memerlukan koagulasi bahan kimia yang mengandung alumunium dan besi ditambahkan
di bawah pH yang terkontrol akan membentuk flok, yang akan menangkap organisme,
menyerap sedimen dan bahan organik serta membuangnya keluar dari air.
(Widiodadi, 1986)
Sesuatu larutan koloidal yang mengandung partikel kecil dan koloid dapat
dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih
besar dan berat karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel

dengan lainnya
Dengan pembubuhan flokulan, stabilitas akan terganggu karena :
Sebagian kecil tawas terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat menempel pada
permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian molekul Al

bermuatan (+) sedangakan koloid biasanya bermuatan (-) dengan pH antara 5 8.


Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sehingga flok Al(OH)3 yang
dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah.

(Alaerts, 1987)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
NAMA ALAT
Kaca Arloji

GAMBAR ALAT

Pinset
Penjepit
Kertas Saring
Erlenmeyer
Gelas Beker
Oven

Neraca Analitik

Desikator

Reaktor

Mulai

Masukkan sampel air kedalam reaktor hingga permukaan air


mencapai kurang lebih 30 cm dibawah mulut reactor
3.2
3.3

Bahan
Sampel airMengambil
yang digunakan
dari
Sungaikedalaman
Krengseng30 cm, 90 cm, 150
sampelberasal
air pada
selang
cm, 210 cm, dan 270 cm pada waktu 10 menit secara bersamaan.
Cara Kerja
Mengulangi cara kerja 2 pada waktu 20 menit, 30 menit, dan 45
menit.
Mengukur TSS pada tiap sampel air yang diambil

Selesai

Perhitungan TSS
Mulai
Menandai kertas saring sesuai jumlah air sampel yang diambil

Membasahi kertas saring dengan aquades dan memasukkan kertas saring ke


oven selama 60 menit dengan suhu 1050C

Menurunkan suhu kertas saring dengan cara memasukkan ke


desikator selama 15 menit

Menimbang tiap kertas saring dengan neraca digital ( berat awal)

Menyaring air sampel dengan kertas saring untuk mengetahui zat


padat tersuspensi pada setiap sampel

Memasukkan kertas saring kembali pada oven selama 60 menit


selama 1050C
Menurunkan suhu kertas saring dengan cara memasukkan ke
desikator selama 15 menit

Menimbang tiap kertas saring dengan neraca digital (berat akhir)

Menghitung selisih berat kertas saring sebelum dan sesudah


penyaringan air sampel

Selesai

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
H lubang

waktu

(cm)

(menit)

270

210

150

90

30

Berat Kertas (gr)


Sebelum

selisih

TSS

sesudah

10

1,2978

1,3203

0,0225

225

20

1,3383

1,3527

0,0144

144

30

1,3271

1,3351

0,008

80

45

1,3046

1,311

0,0064

64

10

1,2983

1,3186

0,0203

203

20

1,3846

1,4012

0,0166

166

30

1,3045

1,3157

0,0112

112

45

1,3554

1,365

0,0096

96

10

1,3162

1,336

0,0198

198

20

1,3873

1,4027

0,0154

154

30

1,3286

1,3392

0,0106

106

45

1,3417

1,3499

0,0082

82

10

1,3696

1,388

0,0184

184

20

1,3071

1,3207

0,0136

136

30

1,3702

1,38

0,0098

98

45

1,3551

1,3635

0,0084

84

10

1,3425

1,3598

0,0173

173

20

1,3248

1,3375

0,0127

127

30

1,4679

1,4773

0,0094

94

45

1,3561

1,3637

0,0076

76

Direncanakan sebuah bak pengendap untuk mengendapkan air limbah


dengan TSS 280 mg/L dan debit 7,500 L/det. Uji laboratorium dilakukan
terhadap air limbah tersebut dengan kolom pengendapan berdiameter 10.16 cm

dan tinggi 270 cm. Pada tiap 60 cm terdapat port (Sampling Point). Hasil tes
kolom setelah direkapitulasi adalah sebagai berikut:
TSS(mg/l)

Waktu(menit)

Kedalaman(cm)

10

20

30

45

30

173

127

94

76

90

184

136

98

84

150

198

154

106

82

210

203

166

112

96

225

144

80

64

270

Sumber: Hasil Percobaan Kelompok 2B


Tentukan :
1. Waktu detensi dan surface loading agar diperoleh 65 % pengendapan
2. Desain Diameter dan kedalaman Bak pengendapan
Penyelesaian :
1. Merubah data TSS laboratorium menjadi % Removal
%RMVL

waktu

kedalaman

10

20

30

45

30

38

55

66

73

90

34

51

65

70

150

29

45

62

71

210

28

41

60

66

270

20

49

71

77

2. Memplotkan data pada Grafik Isoremoval


(Terlampir)

2.1 Removal Total saat 18 menit

= 36,03%

2.2 Removal Total saat 29menit

= 59.01 %
2.3 Removal Total saat 41menit

= 68.85 %
Maka hasil total Removalnya adalah :
waktu

%RT

16

49,51

24

59,01

30
68,85
Maka akan didapat grafik sebagai berikut:

Melalui persammaan yang didapat dari grafik diatas, untuk 65% pengendapan
diperlukan waktu selama 27 menit.
3. Nilai surface loading dapat diketahui dengan rumus SL = H/t dimana H adalah
tinggi kolom, t adalah waktu yang dipilih.

waktu

%RT

SL

16

49,51

243

24

59,01

162

30
68,85
Dari tabel diatas didapat grafik sebagai berikut

Surface

Loading

yang

dibutuhkan

129,6

untuk

menghasilakan

pendendapan 65 % adalah 141 m3/hari-m2


4. Berdasarkan pengolahan data dari hasil percobaan diperoleh:
Td

= 27 menit

Vo

= 141 m3/hari-m2

Untuk desain, nilai dari hasil percobaan dikalikan dengan factor scale up.
Jadi:
Td

= (27 menit) x (1.75)

= 47.25 menit
Vo

= (141 m3/hari-m2) x 0.65

= 91.65 m3/hari-m2
5.

Luas Permukaan Bak

= 81.83 m2

Bila bak berbentuk lingkaran maka jari2nya 5.1 meter


Kedalaman Bak =

=
= 1.7185 m
Pembahasan :
Pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa
sehingga bahan-bahan yang tadinya terapung dalam air dapat diendapkan. Partikel
yang mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada berat jenis air akan dapat
mengendap secara gravitasi.
Partikel yang tidak berubah ukuran, bentuk, dan beratnya selama proses
pengendapan dalam zat cair, yang disebut partikel diskrit (discrete particle), akan
mengendap yang diakibatkan karena mendapat gaya percepatan sampai gaya
gesek yang dialaminya sama dengan gaya gravitasi. Selanjutnya partikel ini akan
mengendap dengan kecepatan yang konstan (tetap), kecepatan ini dikenal dengan
kecepatan pengendapan (settling velocity).
Dari hasil grafik Isoremoval dan setelah dilakukan Plot hubungan antara
Removal Total dan Waktu maka didapatkan untuk 65 % pengendapan, diperlukan
waktu 27 menit.
Sedangkan plot hubungan antara persen Removal Total Surface Loading maka
didapatkan Surface Loading yang dibutuhkan untuk menghasilakan pendendapan
65 % adalah 141 m3/hari-m2
Karena debit air yang diolah adalah 7500 m3/hari (Asumsi) maka dibutuhkan :
1. Luasan Areanya adalah : 81.83 m2
2. Diameter Baknya adalah : 5.1 m
3. Kedalam Baknya adalah : 1.7185 m

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesmpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat kami
simpulkan bahwa waktu detensi (Td) sebesar 56 menit dan surface loading atau
overflow rate (Vo) sebesar 141 m3/hari-m2 untuk pengendapan sebesar 65%. Pada
pengaplikasian pembuatan desain bak sedimentasi di dapat ukuran jari jari bak
apabila bak dianggap berbentuk lingkaran sebesar 5.1 meter dan kedalaman bak
didapatkan sebesar 1.7185 meter.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan untuk bisa lebih teliti dan akurat dalam
melaksanakan praktiktum

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts dan Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasinal
Sawyer, Clair N. 2003. Chemistry for Environmental Engineering. 5th edition. New
York : McGraw-Hill.
Widiodadi. 186. Teknik Penyehatan Masyarakat. Surabaya : FTSP-ITS.

DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association, [AWWA] American Water Works
Association. 1995. Standart Methods for the Examination of Water
and Waste Water.

Ed. Washington.

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Bogor.
Kawamura,S. 2000. Integrated Design and Operation of Water Treatment
Facilities. Canada: John Wiley dan Souns, Inc.
Lopez, T.R., Lavin, A.G., Lopez, M.M., dan Heras, J.L. 2007. "Flow Models for
Rectangular Sedimentation Tanks.". Chemical Engineering and
Processing: Process Intesitification 47, 9-10:1705-1716
Permenkes No.416/MenkesPER/IX/1990
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta

LAMPIRAN

Lokasi Pengambilan Sampel : Sungai Krengseng


Koordinat : -7.0554280 LS, 110.4390835 BT

Anda mungkin juga menyukai