Anda di halaman 1dari 38

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK

ABDUL SALAM – SMAN 1 SUKODADI


ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK BOLAK-BALIK
Arus listrik bolak-balik adalah arus listrik
yang memiliki nilai sesaatnya berubah-ubah
dari nilai negatif hingga positif. Nilai negatif
inilah yang menunjukkan arah yang
terbalik. Kuat arus dan tegangan arus
bolak-balik yang memenuhi fungsi sinus Grafik tegangan bolak-balik terhadap waktu

dan dapat dirumuskan sebagai berikut

𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
dan
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡
Grafik arus bolak-balik terhadap waktu
𝑉 = tegangan bolak-balik (volt)
𝑉𝑚 = tegangan maksimum (volt)
𝐼 = arus bolak-balik (Ampere)
𝐼𝑚 = arus maksimum (Ampere)
𝜔 = frekwensi sudut putaran kumparan dalam medan magnet
(rad/s)
Grafik tegangan bolak-balik terhadap waktu
𝑡 = waktu (sekon)

2𝜋
𝜔= atau 𝜔 = 2𝜋𝑓
𝑇
𝑇 = periode (s)
𝑓 = frekwensi (Hz)
𝑉𝑚 = 𝜀𝑚 = 𝑁𝐵𝐴𝜔
Grafik arus bolak-balik terhadap waktu Ingat GGL yang ditimbulkan Generator AC
Nilai Efektif
Nilai yang termuat pada persamaan di
𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
samping adalah nilai maksimum. Tetapi jika
dan
diukur dengan alat ukur ternyata memiliki
nilai tersendiri. Nilai inilah yang terpakai 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡
dalam kerja komponen listrik dan dinamakan
nilai efektif.
Hubungan nilai maksimum dan nilai efektif ini
memenuhi persamaan berikut
Alat ukur tegangan efektif adalah
𝐼𝑚 Voltmeter AC, alat ukur arus efektif
𝐼𝑒𝑓 = adalah Amperemeter AC.
2
Sedangkan untuk menentukan
dan
tegangan dan arus maksimum adalah
𝑉𝑚 osciloskop
𝑉𝑒𝑓 =
2
Osciloskop Voltmeter AC

Amperemeter AC
Harga kuat arus bolak-balik adalah kuat arus bolak-balik yang
nilanya setara dengan kuat arus searah untuk memindahkan
muatan listrik yang sama dalam wajtu yang sama. Perhatikan grafik
1
sinusioda dari arus AC selama 2 𝑇 sekon di samping.

Diperoleh bahwa
2𝐼𝑚
𝐼𝑟 =
𝜋
dan
2𝑉𝑚
𝑉𝑟 =
𝜋
Keterangan
𝐼𝑟 = kuat arus rata-rata
𝑉𝑟 = tegangan rata-rata
𝐼𝑚 = kuat arus maksimum
𝑉𝑚 = tegangan maksimum
Untuk mempermudah menganalisis arah tegangan dan kuat
Diagram Fasor arus, digunakan metode diagram fasor. Fasor (phase vector)
adalah suatu besaran yang dilukiskan sebagai suatu vector yang
bessar sudut putarnya terhadap sumbu horizontal sama
dengan sudut fasenya 𝜃 = 𝜔𝑡. Fasor suatu vector berputra
berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan sudut 𝜔 tetap
digambarkan oleh sebuah anak panah untuk menyatakan
tegangan dan kuat arus dari suatu rangkaian listrik.

Sumbu horizontal pada gambar di samping adalah untuk


menentukan besarnya sudut fase yang diukur dalam satuan
derajat atau radian, sedangkan sumbu vertikal untuk
menentukan nilai tegangan dan kuat arus yang merupakan
Diagram fasor I dan V
besaran skalar. Melalui metode diagram fassor ini diharapkan
dapat memahami arah fase vector dengan mudah.
Sebuah resistor murni R dipasang dalam rangkaian tertutup arus bolak-
balik. Tegangan sumber yang bersifat sinusoida akan menghasilkan arus
yang juga bersifat sinusoida.
𝑉𝑚
𝐼𝑚 =
𝑅
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡

Berdasarkan persamaan tegangan dan arus AC di atas


tegangan dan arus memiliki fase yang sama

𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 Tegangan bernilai Arus juga bernilai


𝑉𝑚 maksimum maksimum
𝐼𝑚 dan sebaliknya

Diagram fasor untuk


rangkaian resistor
digambarkan seperti
𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 grafik di samping
Sebuah induktor murni L dipasang dalam rangkaian tertutup arus bolak-
balik ternyata memiliki sifat yang berbeda dengan rangkaian resistor.
Arus bolak-balik yang melewati induktor akan ketinggalan fase sebesar
 rad (90) terhadap fase tegangannya. Atau sering disebut fase
tegangan mendahului fase arus sebesar 90 atau  rad
𝑉𝑚
𝜋 𝐼𝑚 =
𝜔𝐿
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 + 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
2
Jika induktor dihubungkan dengan arus searah memiliki hambatan
𝜋
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 + yang hampir nol, tetapi saat dialiri arus AC akan timbul hambatan
2
𝑉𝑚 listrik yang dinamakan reaktansi induktif, sebesar:
𝐼𝑚
𝑋𝐿 = 𝜔𝐿
Diagram fasor untuk 𝜔 = frekwensi sudut (rad/s)
rangkaian induktor L = induktor (H)
𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 digambarkan seperti 𝑋𝐿 = reaktansi induktif (ohm)
grafik di samping
Sebuah kapasitor murni C dipasang dalam rangkaian tertutup arus
bolak-balik ternyata memiliki sifat yang berbeda dengan rangkaian
resistor dan induktor. Arus bolak-balik yang melewati kapasitor akan
mendahului fase sebesar  rad (90) terhadap fase tegangannya. Atau
sering disebut fase tegangan ketinggalan fase arus sebesar 90 atau 
rad 𝑉𝑚
𝜋 𝐼𝑚 =
𝑋𝐶
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 − 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
2
Jika kapasitor dihubungkan dengan arus searah memiliki hambatan
𝜋
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 − yang nilainya tak terhingga, tetapi saat dialiri arus AC akan timbul
2
𝑉𝑚 hambatan listrik yang dinamakan reaktansi kapasitif, sebesar:
𝐼𝑚
1
𝑋𝐶 =
𝜔𝐶
Diagram fasor untuk
𝜔 = frekwensi sudut (rad/s)
rangkaian kapasitor C = kapasitas kapasitor (H)
𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 digambarkan seperti 𝑋𝐶 = reaktansi kapasitif (ohm)
grafik di samping
Perhatikan perbandingan dua tabel berikut
Bentuk persamaan I untuk
No Rangkaian Reaktansi Sifat
𝑽 = 𝑽𝒎 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕
1 Resistor R Arus sefase dengan tegangan 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
Fase arus ketinggalan terhadap fase 𝜋
2 Induktor 𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 −
tegangan sebesar 90 2
1 Fase arus mendahului terhadap fase 𝜋
3 Kapasitor 𝑋𝐶 = 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 +
𝜔𝐶 tegangan sebesar 90 2

Bentuk persamaan V untuk


No Rangkaian Reaktansi Sifat
𝑰 = 𝑰𝒎 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕
1 Resistor R Tegangan sefase dengan arus 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡
Fase tegangan mendahului terhadap fase 𝜋
2 Induktor 𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 +
arus sebesar 90 2
1 Fase tegangan ketinggalan terhadap fase 𝜋
3 Kapasitor 𝑋𝐶 = 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 −
𝜔𝐶 arus sebesar 90 2
Rangkaian RL Seri
Hubungan Tegangan antara titik a dan b (𝑉𝑎𝑏 )
dengan tegangan pada ujung-ujung hambatan R
(𝑉𝑅 ) dan tegangan pada ujung-ujung induktor L
(𝑉𝐿 ) dapat digambarkan diagram fasor di samping.
Sehingga dapat dituliskan persamaan berikut

𝑉= 𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2

Menurut hukum Ohm dapat dituliskan bahwa

𝑉𝑅 = 𝐼𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝐿 = 𝐼 𝑋𝐿
sehingga
𝑉 = 𝐼𝑍 = 𝐼𝑅 2 + 𝐼𝑋𝐿 2
Diagram fasor 𝑋𝐿 dan 𝑅

𝑉 = 𝐼𝑍 = 𝐼 𝑅2 + 𝑋𝐿 2
𝑍= Impedansi (ohm)
𝐼 = kuat arus listrik (A)
𝑅 = hambatan (ohm)
𝑋𝐿 = reaktansi induktif (ohm)
Beda fase antara tegangan dan kuat
arus dapat ditentukan dengan
persamaan berikut

𝑉𝐿 𝑋𝐿
tan 𝜑 = =
𝑉𝑅 𝑅

Mengingat rangkaian R-L seri


bersifat induktif maka tegangan
mendahului arus sebesar  rad,
maka persamaan I dan V dapat
dituliskan sebegai berikut

𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
dan
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 + 𝜑

Diagram fasor 𝑋𝐿 dan 𝑅


Rangkaian RC Seri
Hubungan tegangan antara titik a dan b (𝑉𝑎𝑏 )
dengan tegangan pada ujung-ujung hambatan R (𝑉𝑅 )
dan tegangan pada ujung-ujung kapasitor C (𝑉𝐶 )
dapat digambarkan diagram fasor di samping.
Sehingga dapat dituliskan persamaan berikut

𝑉= 𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
Rangkaian R dan C dipasang seri
Menurut hukum Ohm dapat dituliskan bahwa

𝑉𝑅 = 𝐼𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝐶 = 𝐼 𝑋𝐶
sehingga
𝑉 = 𝐼𝑍 = 𝐼𝑅 2 + 𝐼𝑋𝐶 2
Diagram fasor 𝑋𝐶 dan 𝑅

𝑉 = 𝐼𝑍 = 𝐼 𝑅2 + 𝑋𝐶 2
𝑍= Impedansi (ohm)
𝐼 = kuat arus listrik (A)
𝑅 = hambatan (ohm)
Diagram fasor antara 𝑉𝐶 dan 𝑉𝑅 𝑋𝐶 = reaktansi kapasitif (ohm)
Beda fase antara tegangan dan kuat
arus dapat ditentukan dengan
persamaan berikut

𝑉𝐶 𝑋𝐶
tan 𝜑 = =
𝑉𝑅 𝑅

Diagram fasor antara 𝑉𝐶 dan 𝑉𝑅 Mengingat rangkaian R-C seri


bersifat kapasitif maka tegangan
ketinggalan terhadap arus sebesar 
rad, maka persamaan I dan V dapat
dituliskan sebegai berikut

𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
dan
Diagram fasor 𝑋𝐶 dan 𝑅
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 − 𝜑
Rangkaian RLC Seri
Sifat rangkaian RLC seri adalah arus yang melewati R, L dan C akan
sama besar. Sama disini berarti nilainya sama dan fasenya juga sama.
Sedangkan tegangannya berbeda yang berarti berbeda fase dan nilainya.
Nilai tegangan tiap-tiap komponennya dapat dituliskan sebagai berikut
𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
𝑉𝑅 = 𝑉𝑅𝑚 sin 𝜔𝑡
𝑉𝐿 = 𝑉𝐿𝑚 sin 𝜔𝑡 + 90°
𝑉𝐶 = 𝑉𝐶𝑚 sin 𝜔𝑡 − 90°

Untuk menentukan hubungan tiap-tiap besaran ini dapat digunakan


diagram fasor di samping, sehingga diperoleh persamaan
𝑉= 𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 2

dan
𝑉𝐿 − 𝑉𝐶
tan 𝜑 =
𝑉𝑅
Impedansi Rangkaian Impedansi rangkaian adalah hambatan rangkaian terhadap arus bolak-balik.
Impedansi dapat dihitung menggunakan hukum Ohm

𝑉 𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 2
𝑍= =
𝐼 𝐼

𝐼 2 𝑅2 + 𝐼 2 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2
𝑍=
𝐼

𝐼 2 𝑅2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2 𝐼 𝑅2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2
𝑍= =
𝐼 𝐼

𝑍= 𝑅2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2

Hambatan pengganti pada rangkaian AC disebut impedansi rangkaian.


Impedansi juga dapat diperoleh dari diagram fasor seperti gambar di samping

𝑍= 𝑅2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2
Sifat Rangkaian RLC Seri
N Nilai
o 𝑽𝑳 𝒅𝒂𝒏 𝑽𝑪
1 𝑽𝑳 > 𝑽𝑪 Rangkaian Fase tegangan mendahului arus sebesar 
bersifat induktif
2 𝑽𝑳 < 𝑽𝑪 Rangkaian Fase tegangan ketinggalan terhadap arus
bersifat kapasitif sebesar 
3 𝑽𝑳 = 𝑽𝑪 Rangkaian • Arus dan tegangan sefase
bersifat resistif • Z = R (Impedansi rangkaian minimum)
• Arus yang mengalir melalui rangkaian
mencapai nilai maksimum
• Terjadi resonansi
Resonansi Rangkaian RLC Seri
Resonansi terjadi jika 𝑽𝑳 = 𝑽𝑪 atau 𝑿𝑳 = 𝑿𝑪
Resonansi listrik banyak digunakan dalam
𝑋𝐿 = 𝑋𝐶 piranti elektronika. Rangkaian elektronik
𝜔𝐿 =
1 untuk membangkitkan frekuensi resonansi
𝜔𝐶
1
disebut osilator. Sebagai contoh, radio dan
2
𝜔 =
𝐿𝐶 televisi menggunakan osilator untuk
membangkitkan frekwensi. Gelombang
1
𝜔= dengan frekwensi yang dihasilkan osilator
𝐿𝐶
tersebut akan dipancarkan melalui antenna ke
2𝜋𝑓 =
1 segala arah. Pada radio atau televisi penerima
𝐿𝐶 pun menggunakan osilator (sebagai penala
1 1 1
frekuensi) untuk menangkap gelombang
𝑓= =
2𝜋 𝐿𝐶 2𝜋 𝐿𝐶 televisi atau radio dari stasiun pemancar.
Daya pada Arus Listrik Bolak-balik
Induktor dan kapasitor yang terpasang pada rangkaian arus
bolak-balik akan menyerap energi listrik. Daya listrik yang
diserap dalam rangkaian resistif (Z) besarnya adalah

𝑃 = 𝐼𝑒𝑓 2 𝑍

Untuk rangkaian RLC seri

𝑃 = 𝐼𝑒𝑓 2 𝑅2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2

Persamaan di atas disebut daya semu, Adapun daya sesungguhnya


atau daya rata-rata adalah

𝑃 = 𝑉𝑒𝑓 𝐼𝑒𝑓 cos 𝜑

𝜑 = beda sudut fase arus dan tegangan


cos 𝜑 = faktor daya
THANK YOU
SOMEONE@EXAMPLE.COM

Anda mungkin juga menyukai