2007 5037 1 SM
2007 5037 1 SM
Harrista Adiati
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
harristapsikolog2654@gmail.com
Abstrak
Berkebun menjadi kegiatan yang populer di masa sekarang, terutama saat pandemi Covid-19.
Seiring dengan semakin berkembangnya riset terkait manfaat berkebun bagi kesejahteraan
psikologis. Ada berbagai penelitian pendahuluan mengenai berkebun yang menunjukkan manfaat
bagi manusia. Berkebun dapat membuat kondisi fisik dan psikologis menjadi lebih sehat serta
sejahtera. Hal tersebut menjadi inspirasi dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat hubungan persepsi tentang lingkungan dan kedekatan dengan alam terhadap gangguan stres
paska trauma. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah
subyek sebanyak satu orang, kriteria subyek adalah anak usia 11 tahun yang didiagnosa Gangguan
Stres Paska Trauma. Metode penelitian mengunakan eksperimen kuasi. Desain penelitian yang
digunakan yaitu Single Subject Design. Analisa data menggunakan kuantitatif deskriptif. Adapun
alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Children’s Environmental Perception Scale,
Connectedness to Nature Scale (Children’s Version) dan Harvard Trauma Questionnaire (HTQ).
Didapati hasil sebagai berikut; Skor DSM IV pada HTQ dari 3,31 (mempunyai gejala Gangguan
Stres Paska Trauma) menjadi 1,25 (tidak mempunyai gejala Gangguan Stres Paska Trauma). Rata-
rata skor Children’s Environmental Perception Scale dari 3 (sedang) menjadi 4 (tinggi); Rata-rata
Skor Connectedness to Nature Scale (Children’s Version) dari 3 (rendah) menjadi 6 (tinggi). Adanya
berbagai skor tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif bahwa semakin rendah skor
Gangguan Stres Paska Trauma maka semakin tinggi skor persepsi tentang lingkungan dan kedekatan
dengan alam. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif; semakin rendah Gangguan Stres
Paska Trauma maka semakin tinggi persepsi tentang lingkungan dan kedekatan dengan alam.
Kata Kunci: gangguan stres paska trauma, kedekatan dengan alam, dan persepsi tentang lingkungan.
Abstract
Gardening is a popular activity today, especially during the Covid-19 pandemic. Along with the
development of research related to the benefits of gardening for psychological well-being. There
have been various preliminary studies on gardening that show benefits for humans. Gardening can
make physical and psychological conditions healthier and more prosperous. This is the inspiration
for this research. The purpose of this study was to determine the relationship between Environmental
Perception and Connectedness to Nature of post-traumatic stress disorder. The sampling method
used was purposive sampling technique. The number of subjects was 1 person, the criteria for the
subject were children aged 11 years who were diagnosed with Post Traumatic Stress Disorder. The
research method uses a quasi-experimental. The research design used was Single Subject Design.
The data were analyzed using descriptive quantitative. The measuring instruments used were the
Children's Environmental Perception Scale questionnaire, Connectedness to Nature Scale
(Children's Version) and the Harvard Trauma Questionnaire (HTQ). It is found as follows; DSM
IVof HTQ score from 3.31 (indicative of Post-Traumatic Stress Disorder) to 1.25 (no indication of
Post-Traumatic Stress Disorder). Average Score of Children's Environmental Perception Scale from
3 (Moderate) to 4 (High); Average Score of Connectedness to Nature Scale (Children's Version)
from 3 (Low) to 6 (High). The existence of these various scores indicates that there is a negative
PENDAHULUAN
Di era pandemi Covid-19 ini, saat penelitian ini dibuat, imunitas tubuh menjadi
bahasan umum yang populer. Semua orang berupaya untuk meningkatkan imunitas tubuh
supaya tetap sehat dan terhindar dari Covid-19. Mulai banyak informasi yang beredar di
masyarakat mengenai alternatif kegiatan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh, salah
satunya adalah dengan berkebun. Banyak edukasi yang disampaikan melalui media sosial
maupun media masa yang meyebutkan mengenai manfaat berkebun bagi kesehatan fisik
dan psikologis. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mendalami lebih lanjut
tentang manfaat berkebun. Pada saat yang sama, peneliti sedang mendampingi klien anak
dengan diagnosa Gangguan Stres Paska Trauma. Dengan latar belakang ini munculah
inovasi berupa meyertakan berkebun dalam intervensi psikologi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat hubungan persepsi tentang lingkungan dan kedekatan dengan alam
terhadap gangguan stres paska trauma. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil faktor
persepsi tentang lingkungan dan kedekatan dengan alam dikarenakan kedua faktor tersebut
menjadi unsur penting dalam menjalankan kegiatan berkebun sebagai terapeutik, bukan
hanya berkebun saja.
Gross (2018) menyebutkan bahwa individu yang melakukan berkebun lebih sehat
dan lebih bahagia daripada individu yang tidak berkebun. Dalam psikologi berkebun,
berkebun dapat berkontribusi pada kesejahteraan psikologis. Disebutkan dalam Koay dan
Dillon (2020) bahwa berkebun dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan psikologis, daya
tahan, harga diri, optimisme dan keterbukaan. Ulrich (dalam Koay & Dillon, 2020)
menyampaikan bahwa secara biologis manusia menunjukkan respons positif pada
lingkungan yang diasosiasikan dengan bertahan hidup, seperti pohon, tumbuhan, dan air.
Respon positif ini termuat dalam psycho-physiological stress reduction framework.
Berman, Jonides, dan Kaplan (dalam Koay & Dillon, 2020) mengulas adanya peningkatan
proses kognitif ketika berinteraksi dengan lingkungan alam. Peningkatan proses kognitif
merupakan bagian dalam pemulihan kelelahan mental. Efek ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan konsentrasi dan kinerja. Paparan ke lingkungan alam lebih memulihkan
(misalnya, pemulihan fisiologis, emosional dan perhatian) daripada lingkungan perkotaan.
Outgoing
involvement
Active
Participation
Emotional
Participation
Pengalaman dengan alam memberikan efek yang berbeda pada setiap individu,
secara lebih luas bergantung pada situasi hidup individu. Pengalaman seseorang terhadap
alam bergantung pada seberapa banyak individu mampu menyerap dari lingkungan dan
seberapa kuat kekuatan mental yang dimilikinya. Pada Gambar 1, disebutkan level 1,
Directed Inwards Involvement (diarahkan dalam deterlibatan) adalah level paling rendah,
karena mental power yang dimiliki adalah paling lemah. Pada level ini aktivitas fisik hanya
METODE
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah
subyek sebanyak satu orang, kriteria subyek adalah anak perempuan usia 11 tahun yang
didiagnosa Gangguan Stres Paska Trauma. Metode penelitian mengunakan eksperimen
kuasi. Desain penelitian yang digunakan yaitu Single Subject Design. Analisa data
menggunakan kuantitatif deskriptif. Adapun alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
Harvard Trauma Questionnaire (HTQ), Children’s Environmental Perception Scale,
Connectedness to Nature Scale (Children’s Version).
HTQ adalah checklist sederhana untuk mengukur trauma, terutama mengarah pada
gangguan stres paska trauma. HTQ berisi 42 item, yang terdiri dari pilihan sama sekali
tidak pernah (skor 1) sampai sering (skor 4). Pada HTQ terdapat skor Diagnostic and
Statistical Manual IV (DSM IV) untuk menunjukkan ada atau tidak adanya gejala
Gangguan Stres Paska Trauma (Mollica, Caspi-Yavin, Bollini, Truong, Tor & Lavelle
1992).
Salazar dkk (2020) menjelaskan bahwa untuk memeriksa persepsi dan kedekatan
dengan alam pada anak dapat digunakan Children’s Environmental PerceptionsScale dan
Connectedness to Nature Scale (Children’s Version). Larson (dalam Salazar dkk, 2020)
menjelaskan bahwa Children’s Environmental Perceptions Scale merupakan kuesioner
yang berisi 16 pernyataan untuk mengukur rasa meghargai dan kepedulian terhadap alam.
Terdapat lima skala yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Ragu-Ragu, Setuju, Sangat
Setuju. Digunakan untuk usia 6-13 tahun. Children’s Environmental Perceptions Scale
mengungkap aspek persepsi tentang lingkungan khususnya eco-affinity dan eco-awareness.
Mayer dan Frantz (dalam Salazar dkk, 2020) menjelaskan bahwa Connectedness
to Nature Scale (Children’s Version) berisi 10 item untuk mengukur perasaan anak tentang
koneksi dengan alam. Digunakan untuk anak usia 10 tahun ke atas. Skalanya terdapat
rentang angka, tujuh skala; yaitu angka 1 sampai 7; 1 (sangat tidak setuju), 4 (antara setuju
atau tidak setuju), 7 (sangat setuju). Adapun aspek yang diukur dalam Connectedness to
Nature Scale (Children’s Version) menurut Mayer dan Frantz (dalam Salazar dkk, 2020)
adalah respon emosi dan respon pengalaman tentang alam yang meliputi sense of
community, equality, kinship, embeddedness dan belongingness to nature.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif; semakin rendah skor
Gangguan Stres Paska Trauma maka semakin tinggi skor persepsi tentang lingkungan dan
kedekatan dengan alam. Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan berkebun ini dapat
disertakan dalam pemberian CBT pada klien anak dengan Gangguan Stres Paska Trauma.
Di akhir penelitian ini, peneliti juga menyimpulkan bahwa terdapat rangkaian
kegiatan yang bersifat terapeutik, yaitu: meningkatkan persepsi tentang lingkungan,
meningkatkan kedekatan dengan alam, dan meningkatkan level mental power yang semua
kegiatan tersebut disajikan kepada klien menggunakan intervensi psikologi klinis, dalam
penelitian ini menggunakan CBT serta dilakukan secara simultan; dapat disebut sebagai
Garden Therapy.
Hal lain, yang peneliti temukan adalah dalam penelitian ini digunakan istilah garden
therapy bukan healing garden, karena garden therapy berfokus pada teknik yang digunakan
dalam proses terapeutik menggunakan kegiatan berkebun oleh karena itu membutuhkan
terapis dalam proses pemulihan psikologis dalam hal ini adalah psikolog klinis; sementara
healing garden adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tempat taman atau kebun
itu sendiri.
Alam dalam hal ini kebun atau taman, merupakan hal yang menarik untuk diteliti,
terutama kaitannya dalam pemulihan psikologis dan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan individu. Saran bagi peneliti selanjutnya perlu dikembangkan mengenai efek
alam dan manfaat berkebun secara terapeutik terhadap manusia. Diperlukan pula penelitian
mengenai adaptasi alat ukur persepsi tentang lingkungan dan kedekatan dengan alam.
Diharapkan dengan adanya penelitian berkelanjutan mengenai manfaat berkebun dapat
menambah khasanah literatur garden therapy sebagai inovasi dalam pemulihan gangguan
psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Ehlers, A. & Clark, D.M, Hackmann, A., Grey, N., Liness, S., Wild, J., & McManus, F.
(2010). Intensive cognitive therapy for ptsd : A feasibility study. British association
Harvey, Allison., Richard A.B., & Nicholas, T. (2003). Cognitive behaviour therapy for
post traumatic stress disorder. Pergamon: Clinical Psychology Review.
Koay, W.I. & Dillon, D. (2020). Community gardening: stress, well-being, and resilience
potentials. International Journal of Environmental Research and Public Health 17
(6740), 1-31.
Meneghello, F., Marcassa, G., Koch, I., Sgaravatti, P., Piccolomini, B., Righetto, C.,
Gianquinto, G.P. & Orsini, F. (2016). Garden therapy in neurorehabilitation: Well-
being and skills improvement. ISHS Acta Horticulture 112,.51-58. doi:
10.17660/ActaHortic.2016.1121.3
Mollica, R.F., Caspi-Yavin, Y., Bollini, P., Truong, T., Tor, S. & Lavelle, J. (1992). The
harvard trauma questionnaire: Validating a cross-cultural instrument for measuring
torture, trauma, post traumatic stress disorder in indochinese refugees. Journal of
Nervous and Mental Disease, 180(2), 111-116. doi:10.1097/00005053-199202000-
00008.
Said, I. (2003). Therapeutic effects of garden: Preference of ill children towards garden
over ward in malaysian hospital environment. Universiti teknologi Malaysia. Jurnal
Teknologi 38(B), 55–68
Salazar, G., Kunkle,K., & Monroe, M.C. (2020). Practitioner guide to assesing connection
to nature. Washington DC: North American Association for Environmental
Education.
Stigsdotter, U.A. & Grahn, P. (2002). What makes a garden a healing garden?. Journal of
Therapeutic Horticulture 13, 60-69.
Stigsdotter, U.A.& Grahn, P. (2003). Experiencing a garden: A healing garden for people
suffering from burnout diseases. Journal of Therapeutic Horticulture. American
Horticultural Therapy Association XVI, 38-49.
Thompson, R. (2018). Gardening for health : A regular dose of gardening. Royal college
of physicians. Journal of Clinical Medicine 18(3), 201-205.