A. Definisi
Terapi lingkungan yang merupakan suatu tindakan penyembuhan pasien dengan
depresi melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan terpengaruh terhadap
proses penyembuhan, hal ini sesuai dengan teori keperawatan yang dikemukan oleh
Florence Nightingale dalam Fundamental keperawatan. Therapy adalah penggunaan
lingkungan untuk tujuan terapeutik. Setiap interaksi dengan pasien dipandang dapat
memberikan hasil yang menguntungkan dalam meningkatkan fungsi yang optimal.
(Wilson,1992) dalam (Mardiyanti & Praseyto, 2012)
Gaya hidup masa kini sangat mempengaruhi kesehatan baik dari segi fisik maupun
psikis, terutama pada ibu yang berada dalam masa kehamilan dan pasca melahirkan.
Menurut jurnal yang berjudul “Faktor-Faktor Kesehatan pada Ibu Hamil” terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu terutama pada masa kehamilan yaitu
umur, pendidikan, psikologis, pengetahuan, gizi dan aktivitas. Berangkat dari faktor-
faktor tersebut diatas, ibu yang dalam masa kehamilan hingga pasca melahirkan
memerlukan suatu perhatian dan perawatan khusus untuk menjaga kesehatan ibu dan
calon buah hatinya. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) merupakan salah satu
sarana kesehatan yang berfokus pada kesehatan ibu dan anak. Perawatan bagi ibu dan
anak sejak periode antenatal (kehamilan) hingga postnatal (pasca melahirkan) sangat
penting. Penanganan oleh pihak medis, pengetahuan yang bersangkutan dengan periode
yang sedang dijalani, kegiatan positif yang mampu membangun kesehatan fisik dan
psikis bagi ibu dan anak dan fasilitas-fasilitas lainnya sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
berdasarkan penjabaran permasalahan diatas, diperlukan sebuah sarana kesehatan khusus
ibu dan anak yang memadukan fasilitas-fasilitas pada “rumah sehat”, health care dan
Puskesmas dalam satu wadah yang sama dengan pendekatan healing environment yang
ditekankan pada penataan ruang luar dan ruang dalam sesuai dengan konsep tersebut.
(Wibowo, 2015-2019)
Untuk mengubah persepsi tentang rumah singgah yang kaku dan monoton seperti
diatas, diperukan rumah singgah penderita kanker leukimia dengan konsep perancangan
yang tepat, baik dilihat dari aspek lingkungan untuk memberikan suasana nyaman, dan
menjadi tempat yang menjadi penyembuh melalui pengolahan elemen-elemen ruang. Hal
ini diperkuat oleh Djikstra yang mengatakan bahwa efek fisiologis dari sebuah
lingkungan sangat berpengaruh pada hasil penyembuhan pada penderita. Dimana
terdapat hubungan yang berkesinambungan antara elemen-elemen lingkungan dengan
hasil penyembuhan. Secara medis, stress psikologis pada pasien memberi tekanan pada
sistem imun sehingga pasien dapat memperpanjang atau mempersingkat komplikasi-
komplikasi selama perawatan. Penyelesaian yang akan diangkat adalah pengolahan pola,
warna, tekstur pada dinding, pengunaan warna-warna cerah yang disesuaikan dengan
sifat anakanak dengan tujuan untuk menciptakan ruang yang tidak membosankankan.
Hal tersebutlah yang menjadi tantangan baru yang dapat dipecahkan dalam mewujudkan
Rumah Singgah Penderita Kanker Lekumia di Yogyakarta degan pendekatan Healing
Environment, dimana Healing Environment “merupakan sebuah lingkungan binaan atau
man-made environment yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
efek secara psikologis maupun fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. Serta
fokus perencanaannya merujuk pada pengolahan tata ruang dalam dan luar yang
mengubah suasana rumah singgah tersebut menjadi media penyembuh bagi anak sebagai
penderita kanker leukimia. (Silalahi, 2017)
Menurut (Berg, 2006:9) dalam (Rofiqi, Farkhan, & Pitana, 2019) Healing
Environment merupakan lingkungan penyembuhan dengan memberikan lingkungan
secara alami dan lingkungan fisik berupa fasilitas kesehatan. Healing Enviroment dapat
merangsang dan memberikan proses penyembuhan dengan mempercepat waktu
pemulihan kesehatan pasien dan memperkuat kekuatan batin individu.
B. Kegunaan
1. Salah satu jenis kegiatan terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant
therapy di mana tujuan dari terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara segala
sesuatu/makhluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi
dengan pribadi yang lainnya.Plant therapy merupakan salah satu terapi penting untuk
menangani masalah klien dengan gangguan alam perasaan seperti depresi. Depresi
merupakan salah satu bentuk gangguan pada alam perasaan (afektif, mood) yang
ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna
dan putus asa sehingga menimbulkan rasa/ide bunuh diri (suicide) atau perilaku bunuh
diri, sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya
lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya.
2. Kehadiran rumah singgah dengan konsep healing environment diharapkan mampu
menciptakan sebuah lingkungan positif yang dapat memberikan kenyamanan,
ketenangan dan pengaruh positif lain melalui aspek arsitektur dengan memperhatikan
bentuk, sirkulasi, tata ruang dan perletakkan bukaan, pencahayaan, penghawaan,
pemilihan warna dan tekstur material. Rumah singgah diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap kesehatan penderita kanker.
3. Objek arsitektur ini bertujuan sebagai tempat tinggal sementara bagi penderita kanker
yang berasal dari luar Jawa yang sedang menjalani masa pengobatan di Rumah Sakit
Kanker Dharmais. Berdasarkan kajian teori, faktor lingkungan memiliki pengaruh
besar dalam proses penyembuhan seseorang. Oleh sebab itu, kehadiran rumah singgah
dengan konsep healing environment diharapkan mampu menciptakan sebuah
lingkungan positif yang dapat memberikan kenyamanan, ketenangan dan pengaruh
positif lain melalui aspek arsitektur dengan memperhatikan bentuk, sirkulasi, tata
ruang dan perletakkan bukaan, pencahayaan, penghawaan, pemilihan warna dan
tekstur material. Rumah singgah diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
terhadap kesehatan penderita kanker.
4. Terwujudnya bangunan yang mampu menyediakan sarana tempat tinggal sementara
bagi penderita kanker leukimia dan keluarga yang sedang rawat inap maupun rawat
jalan melalui pengolahan tata ruang dan masa bangunan melalui pendekatan Healing
Enviroment.
5. Marcus dan Barnes, Rachma (2010:9) dalam (Rofiqi, Farkhan, & Pitana, 2019)
Healing garden pada perancangan Pusat Rehabilitasi Pasca Stroke menghasilkan
empat buah konsep desain, yakni sebagai berikut.
Healing garden memberikan aksesibilitas yang mudah dicapai, aman, nyaman,
serta harus mempertimbangkan untuk pasien dengan keterbatasan fisik.
Healing garden menerapkan elemen lansekap taman yang bertujuan agar healing
garden dapat berfungsi secara optimal untuk proses penyembuhan pasien.
Elemen landsekap taman dibagi menjadi tiga yaitu elemen keras (hard material),
elemen lunak (soft material), serta elemen pendukung.
Healing garden memberikan kualitas taman dengan menggunakan lima unsur,
yaitu pencahayaan, view, warna dan material, aroma dan suara. Adanya unsur
tersebut diharapkan dapat merangsang indera di dalam tubuh pasien dan dapat
membantu proses penyembuhan.
Healing garden pada Pusat Rehabilitasi Pasca Stroke diharapkan dapat
mewujudkan sebuah taman yang memberikan keamanan, kenyamanan dan
memberikan pengaruh besar terhadap proses penyembuhan pasien.
C. Proses Fisiologis
1. Menurut Nightingale komponen dasar lingkungan fisik dalam alam adalah
berhubungan dengan ventilasi dan suhu linkungan fisik merupakan faktor dasar yang
mempengaruhi semua aspek lingkungan. Dimana Lingkungan psikologis dapat
mempunyai efek terhadap tubuh. Apabila lingkungan negatif maka dapat
menyebabkan strss fisik dan mempengaruhi emosi klien. Sehingga disarankan bagi
pasien untuk tetap melakukan aktivitas dengan tujuan merangsang pikiran atau
emosi klien. Perkembangan Psikologis, perkembangan psikologis termasuk
peningkatan harga diri dan percaya diri. Bekerja dengan tanaman membuat pasien
merasakan rasa tanggung jawab. Mengetahui mereka bertanggung jawab untuk
memelihara dan merawat tumbuhan hidup membuat pasien merasa lebih produktif
dan merasa termotivasi. Klien merasa tenang dan menjadi lebih terbuka untuk
berbicara mengenai masalah meraka.Florence Nightingale (1820) dalam (Mardiyanti
& Praseyto, 2012)
2. Dalam desain pengalaman sensoria penglihatan menjadi metode dalam merancang
konsep visual pada bangunan. Visual dapat mempengaruhi psikologi manusia,
contohnya pemandangan, cahaya alami, karya seni dan penggunaan warna tertentu
dapat membuat mata menjadi santai seperti. Hal tersebut dapat diaplikasikan pada
ruangan dengan membuat akses untuk melihat alam melalui kehadiran bukaan yang
besar kearah healing garden. (Clarissa & Defiana, 2018).
3. Pada masa kehamilan, perawatan fisik sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Perawatan
tersebut tidak serta merta hanya fisik, namun juga berpengaruh pada kondisi
psikologis sang ibu karena dapat menenangkan batin. Berikut adalah beberapa
perawatan bagi ibu hamil4 yaitu pijat, berendam, creambath, facial, scrub, manicure-
pedicure dan boreh. (Wibowo, 2015-2019).
4. Dengan pendekatan Healing Environment, dimana Healing Environment
“merupakan sebuah lingkungan binaan atau man-made environment yang dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek secara psikologis maupun
fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. Serta fokus perencanaannya
merujuk pada pengolahan tata ruang dalam dan luar yang mengubah suasana rumah
singgah tersebut menjadi media penyembuh bagi anak sebagai penderita kanker
leukimia. (Silalahi, 2017).
5. Healing Enviroment dapat merangsang dan memberikan proses penyembuhan
dengan mempercepat waktu pemulihan kesehatan pasien dan memperkuat kekuatan
batin individu (Berg, 2006:9) dalam (Rofiqi, Farkhan, & Pitana, 2019) .
1. Pemberian terapi lingkungan Plant Therapy selama ± 30 menit, 15 menit untuk pagi
hari dan 15 menit untuk sore hari selama ± 3 minggu pada subyek penelitian
memperlihatkan hasil yang tercantum pada tabel 3, dimana terdapat 6 responden
yang tidak mengalami depresi dengan prosentase (60%) yang sebelumnya menderita
depresi ringan dan 4 responden (40%) saat diperiksa setelah terapi mengalami
depresi ringan yang sebelumnya terdapat 1 responden yang menderita depresi
sedang berubah menjadi depresi ringan, Hal ini menunjukkan bahwa penurunan
skala depresi pada lansia berbeda beda, walaupun diberikan perlakuan yang sama
yaitu terapi lingkungan Plant Therapy dan penurunan skala tersebut terjadi secara
bertahap tergantung pada tingkatan depresinya.
2. Penderita kanker bersama pendamping dapat tinggal di rumah singgah yaitu kurang
lebih 2-3 minggu. Waktu tersebut berdasarkan kebutuhan rata-rata penderita kanker
memulihkan kondisi fisik sebelum melakukan tindakan kemoterapi selanjutnya.
Program aktivitas kemudian dikelompokan berdasarkan zona ruang masing-masing
aktivitas. Hasilnya terdapat 6 zona area pada objek sebagai berikut: area
Penerimaan, area Perawatan non medis, area Perawatan medis, area Perkantoran,
dan area Servis.
3. Pada obyek penelitian di ukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu
bersamaan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) artinya tiap subyek penelitian ini hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada
pemeriksaan.
4. Pada obyek penelitian ini tidak dicantumkan berapa kali dilakukannya, namun
dijelaskan melalui prinsip – prinsip yang disusun berdasarkan prinsip rumah singgah
penderita kanker pada anak jalanan, yaitu : Semi institusional para penderita kanker
bebas keluar masuk, Terbuka 24 jam, hubungan informasi, bermain belajar dan
berobat, persinggahan dari rumah untuk efektivitas melakukan pengobatan di rumah
sakit, dan partisipasi.
5. Pada penelitian ini tidak dicantumkan berapa kali dilakukannya, namun dijelaskan
melalui kriteria desain healing garden, yaitu menyediakan aksesibilitas yang baik
dan mudah dicapai, memiliki elemen landsekap yang memberikan positive
distraction, memiliki kualitas taman yang mendukung aktivitas, dan menciptakan
ruang-ruang taman yang sesuai dengan sifat taman.
Clarissa, N. C., & Defiana, I. (2018). Rumah Singgah untuk Penderita Kanker dengan Konsep Healing
Environment. JURNAL SAINS DAN SENI ITS , Vol. 7, No. 2.
Mardiyanti, R. E., & Praseyto, Y. B. (2012). Depresi Pada Usia Lanjut: Implementasi Terapi Lingkungan
Di Panti Wherda. JURNAL KEPERAWATAN , ISSN 2086-3071.
Rofiqi, A., Farkhan, A., & Pitana, T. S. (2019). PENERAPAN HEALING GARDEN PADA PERANCANGAN
PUSAT REHABILITASI PASCA STROKE. Jurnal SENTHONG , Vol.2,No.1,.