Resume Isre 2400
Resume Isre 2400
1. Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) ini adalah untuk menetapkan standar dan
menyediakan panduan tentang tanggung jawab profesional praktisi ketika seorang
praktisi, yang bukan merupakan auditor suatu entitas, melaksanakan suatu perikatan
untuk mereviu laporan keuangan dan tentang bentuk dan isi laporan yang diterbitkan oleh
praktisi tersebut dalam kaitan dengan reviu tersebut. Seorang praktisi, yang merupakan
auditor entitas tertentu, membuat perikatan untuk mereviu informasi keuangan interim
berdasarkan SPR 2410, “Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh
Auditor Independen Entitas.”
Menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan 2017 Perseroan, termasuk Laporan
Keuangan Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak untuk Tahun yang Berakhir 31
Desember 2017 yang telah diaudit oleh Akuntan Publik Alvin Ismanto dari Kantor
Akuntan Publik Satrio Bing Eny & Rekan, dengan Opini: laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perseroan dan Entitas
Anak tanggal 31 Desember 2017, serta kinerja keuangan dan arus kas konsolidasian
untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia (Wajar Tanpa Pengecualian) sebagaimana dinyatakan dalam
Laporan Auditor Independen No. GA118 0291 APL AI tanggal 27 Maret 2018, Laporan
Direksi, serta Laporan Dewan Komisaris Perseroan.
Memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya (acquit et de
charge) kepada setiap anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan atas tindakan
pengurusan dan pengawasan yang telah dilakukannya dalam tahun buku yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2016 (auditan), sejauh tindakan tersebut tercermin dalam
Laporan Tahunan 2016 Perseroan, yang di dalamnya termasuk Laporan Keuangan
Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak untuk tahun buku yang berakhir pada 31
Desember 2016 (auditan).
2. SPR ini ditujukan untuk reviu atas laporan keuangan. Namun, standar ini harus
diterapkan, disesuaikan sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan kondisi, untuk
perikatan reviu selain informasi keuangan historis. Panduan Standar Audit (“SA”) dapat
bermanfaat bagi praktisi dalam menerapkan SPR ini.
Tujuan Perikatan Reviu
3. Tujuan suatu reviu atas laporan keuangan adalah untuk memungkinkan seorang praktisi
menyatakan apakah, atas dasar prosedur yang tidak menyediakan semua bukti
sebagaimana disyaratkan dalam suatu audit, terdapat halhal yang menjadi perhatian
praktisi yang menyebabkan praktisi yakin bahwa laporan keuangan tersebut tidak
disajikan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku (keyakinan bentuk negatif).
Keyakinan Moderat
9. Suatu perikatan reviu memberikan tingkat keyakinan moderat bahwa informasi yang
direviu adalah bebas dari kesalahan penyajian material, hal ini dinyatakan dalam
keyakinan bentuk negatif.
Perencanaan
13. Praktisi harus merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga suatu perikatan
yang efektif akan dilaksanakan.
14. Dalam merencanakan suatu reviu atas laporan keuangan, praktisi harus memperoleh atau
memutakhirkan pengetahuannya tentang bisnis termasuk pertimbangan tentang organisasi
entitas, sistem akuntansi, karakteristik operasi dan sifat aset, liabilitas, pendapatan, dan
bebannya
15. Praktisi perlu memiliki suatu pemahaman tentang halhal tersebut dan hal-hal lain yang
relevan dengan laporan keuangan, sebagai contoh, suatu pengetahuan tentang metode
produksi dan distribusi, lini produk, lokasi operasi, dan pihak yang berelasi entitas.
Praktisi memperoleh pemahaman ini untuk mampu membuat permintaan keterangan
relevan dan untuk merancang prosedur yang tepat, begitu juga untuk menilai respons dan
informasi lain yang diperoleh.
Dokumentasi
17. Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang penting dalam penyediaan bukti untuk
mendukung laporan reviu, dan bukti bahwa reviu telah dilaksanakan berdasarkan SPR
ini.
Prosedur dan Bukti
18. Praktisi harus menerapkan pertimbangan dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
reviu secara spesifik. Praktisi akan dipandu dengan hal-hal berikut:
Pengetahuan yang diperoleh ketika melaksanakan audit atau reviu atas laporan keuangan
periode lalu.
Pengetahuan praktisi tentang bisnis termasuk pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan
praktik akuntansi industri yang di dalamnya entitas beroperasi.
Sistem akuntansi entitas.
Luas suatu unsur tertentu dipengaruhi oleh pertimbangan manajemen.
Materialitas transaksi dan saldo akun.
19. Praktisi harus menerapkan tingkat pertimbangan materialitas yang sama sebagaimana
yang akan diterapkan jika suatu opini audit atas laporan keuangan diberikan. Meskipun
terdapat risiko yang lebih besar bahwa kesalahan penyajian akan tidak terdeteksi dalam
reviu dibandingkan dalam audit, pertimbangan tentang apa yang material dibuat dengan
mengacu kepada informasi yang digunakan oleh praktisi dalam membuat laporannya dan
kebutuhan pihak yang mengandalkan pada informasi tersebut, bukan pada tingkat
keyakinan yang diberikan.
20. Prosedur untuk mereviu laporan keuangan umumnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
Memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis entitas dan industri yang di dalamnya
entitas beroperasi.
Meminta keterangan tentang prinsip dan praktik akuntansi entitas.
Meminta keterangan tentang prosedur entitas untuk mencatat, menggolongkan, dan
meringkas transaksi, mengumpulkan informasi untuk diungkapkan dalam laporan
keuangan dan menyusun laporan keuangan.
Meminta keterangan berkaitan dengan seluruh asersi material dalam laporan keuangan.
Prosedur analitis dirancang untuk mengidentifikasi hubungan dan unsur-unsur individual
yang tampak tidak biasa. Prosedur tersebut mencakup:
o Membandingkan laporan keuangan periode kini dengan periode sebelumnya.
o Membandingkan laporan keuangan dengan hasil dan posisi keuangan yang
diharapkan.
o Mempelajari hubungan unsur-unsur laporan keuangan yang akan diharapkan
sesuai dengan pola yang dapat diprediksikan berdasarkan pengalaman entitas atau
norma industri. Dalam menerapkan prosedur ini, praktisi akan
mempertimbangkan jenis hal-hal yang memerlukan penyesuaian akuntansi dalam
periode yang lalu.
Meminta keterangan tentang tindakan yang diambil pada rapat pemegang saham, dewan
komisaris, komite-komite dalam dewan komisaris, dan rapat lain yang berdampak
terhadap laporan keuangan.
Membaca laporan keuangan untuk mempertimbangkan, berdasarkan informasi yang
menjadi perhatian praktisi, apakah laporan keuangan sesuai dengan basis akuntansi yang
telah ditetapkan.
Memperoleh laporan dari praktisi lain, jika ada dan jika dipertimbangkan perlu, yang
telah melakukan audit atau reviu laporan keuangan komponen dari entitas.
Meminta keterangan kepada orang-orang yang mempunyai tanggung jawab atas
keuangan dan akuntansi berkaitan dengan hal-hal, sebagai contoh:
o Apakah semua transaksi telah dicatat.
o Apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan basis akuntansi yang
ditetapkan.
o Perubahan dalam aktivitas bisnis entitas dan prinsip serta praktik akuntansi
entitas.
o Hal-hal yang telah menimbulkan pertanyaan sepanjang penerapan prosedur-
prosedur di atas.
o Pemerolehan representasi tertulis dari manajemen bila dipertimbangkan tepat.
Lampiran 2 SPR ini menyediakan suatu ilustrasi daftar prosedur yang umumnya digunakan.
Daftar tersebut tidak meliputi semua prosedur, atau tidak dimaksudkan untuk mencakup semua
prosedur yang disarankan untuk diterapkan pada semua perikatan reviu.
21. Praktisi harus meminta keterangan tentang peristiwa setelah tanggal laporan keuangan
yang mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Praktisi
tidak bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur untuk mengidentifikasi peristiwa
yang terjadi setelah tanggal laporan reviu.
22. Jika praktisi memiliki alasan untuk meyakini bahwa informasi yang direviu kemungkinan
mengandung kesalahan penyajian material, praktisi harus melaksanakan prosedur
tambahan atau lebih luas sebagaimana yang diperlukan untuk mampu menyatakan
keyakinan bentuk negatif atau untuk mengonfirmasi bahwa suatu laporan modifikasian
diharuskan.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Berdasarkan Piagam Audit Internal, tugas dan
tanggung jawab Audit Internal Perseroan adalah sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan Rencana Audit Tahunan berdasarkan prioritas risiko
sesuai dengan tujuan Perseroan;
2. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal dan sistem manajemen
risiko sesuai dengan kebijakan Perseroan;
3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang
keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi,
dan kegiatan lainnya;
4. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkatan manajemen;
5. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direksi dan
Dewan Komisaris melalui Komite Audit;
6. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang
telah disarankan;
7. Bekerja sama dengan Komite Audit;
8. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang
dilakukannya;
9. Melakukan pemeriksaan khusus bilamana diperlukan atau yang ditugaskan oleh
Direktur Utama.
PENILAIAN KINERJA ANGGOTA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
Penilaian kinerja Direksi dan Dewan Komisaris secara kolegial dilakukan oleh
Pemegang Saham di dalam RUPS. Secara umum, indikator penilaian kinerja Direksi
adalah: a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masingmasing anggota Direksi sesuai
Anggaran Dasar dan target kerja dan Key Performance Indicator (KPI) individu.
b. Pelaksanaan hasil keputusan RUPS Tahunan. c. Penilaian kesehatan Perseroan yang
meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi.
d. Indikator penilaian lainnya.
Sedangkan indikator penilaian kinerja Dewan Komisaris antara lain adalah: a. Efektivitas
dalam mengawasi pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan pencapaian kinerja Direksi. b.
Efektivitas dalam melakukan pengarahan, pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan
kebijakan strategis Perseroan. c. Terlaksananya pengawasan atas tindak lanjut dari
Direksi berdasarkan temuan audit, rekomendasi Audit Internal, auditor eksternal atau
hasil pengawasan OJK.
Persetujuan dan pengesahan Laporan Tahunan Perseroan, dimana termasuk di dalamnya
Laporan Keuangan Konsolidasian Tahunan Perseroan dan Entitas Anak (auditan),
Laporan Direksi, Laporan Dewan Komisaris, serta memberikan pelunasan dan
pembebasan tanggung jawab sepenuhnya (acquit et de charge) kepada setiap anggota
Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan atas tindakan pengurusan dan pengawasan yang
telah dijalankan dalam tahun buku sebelumnya sejauh tindakan tersebut tercermin dalam
Laporan Tahunan Perseroan, yang di dalamnya termasuk Laporan Keuangan
Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak (auditan), merupakan salah satu bentuk
penilaian kinerja Direksi dan Dewan Komisaris.
STANDAR PERIKATAN REVIU (“SPR”) 2410
REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN OLEH
AUDITOR INDEPENDEN ENTITAS
Tujuan
1. Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) ini adalah untuk menetapkan standar dan
menyediakan panduan tentang tanggung jawab profesional auditor ketika auditor
melaksanakan perikatan untuk mereviu informasi keuangan interim klien audit, dan
bentuk serta isi laporan. Istilah “auditor” digunakan sepanjang SPR ini,bukan karena
auditor sedang melaksansakan suatu fungsi audit namun karena ruang lingkup SPR ini
dibatasi pada reviu atas informasi keuangan interim yang dilaksanakan oleh auditor
independen atas laporan keuangan entitas.
2. Untuk tujuan SPR ini, informasi keuangan interim adalah informasi keuangan yang
disusun dan disajikan sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
dan terdiri dari satu set lengkap atau ringkas laporan keuangan untuk suatu periode yang
lebih pendek daripada tahun buku entitas.
3. Auditor yang membuat perikatan reviu atas informasi keuangan interim harus
melaksanakan reviu berdasarkan SPR ini. Melalui pelaksanaan audit atas laporan
keuangan tahunan, auditor memperoleh suatu pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya. Ketika auditor melakukan perikatan
untuk mereviu informasi keuangan interim, pemahaman ini dimutakhirkan melalui
permintaan keterangan, dan membantu auditor memusatkan perhatian dalam membuat
permintaan keterangan, dan analitis dan prosedur reviu lainnya untuk diterapkan.
Seorang praktisi yang melakukan perikatan untuk melaksanakan suatu reviu atas
informasi keuangan interim, dan bukan merupakan auditor entitas, melaksanakan reviu
berdasarkan SPR 2400, “Perikatan untuk Reviu Laporan Keuangan.” Oleh karena
praktisi biasanya tidak memiliki pemahaman yang sama tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, sebagaimana yang dimiliki oleh
auditor entitas, praktisi perlu melaksanakan permintaan keterangan dan prosedur lain
untuk memenuhi tujuan reviu tersebut.
SPR ini diarahkan untuk suatu reviu atas informasi keuangan interim oleh auditor
entitas. Namun, standar ini harus diterapkan, disesuaikan sebagaimana yang diperlukan
sesuai dengan kondisi, bila auditor entitas melaksanakan perikatan reviu atas informasi
keuangan historis selain informasi keuangan interim klien audit.
Prinsip-prinsip Umum Reviu atas Informasi Keuangan Interim:
1. Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan dengan audit atas laporan
keuangan tahunan entitas. Ketentuan etika ini mengatur tanggung jawab profesional
auditor dalam bidang-bidang berikut: independensi, integritas, objektivitas,
kompetensi dan kecermatan profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan
standar teknis.
2. Auditor harus mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu yang berlaku untuk setiap
perikatan. Unsur-unsur pengendalian mutu yang relevan dengan setiap perikatan mencakup
tanggung jawab kepemimpinan terhadap mutu perikatan, ketentuan etika, penerimaan dan
keberlanjutan hubungan dengan klien, dan perikatan spesifik, penugasan tim perikatan,
pelaksanaan perikatan, dan pengawasan.
3. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan reviu dengan suatu sikap skeptisisme
profesional, dengan mengakui bahwa kondisi mungkin ada yang menyebabkan informasi
keuangan interim memerlukan penyesuaian material untuk dapat disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Suatu sikap
skeptisisme profesional berarti bahwa auditor membuat suatu penilaian kritis, dengan
pikiran yang selalu mempertanyakan, tentang validitas bukti yang diperoleh dan waspada
terhadap bukti yang bertentangan atau menyebabkan pertanyaan tentang keandalan dokumen
atau representasi oleh manajemen entitas.
5. Auditor menentukan sifat prosedur reviu, jika ada, yang harus dilaksanakan untuk
komponen dan, jika relevan, mengomunikasikan hal-hal ini ke auditor lain yang terlibat
dalam reviu. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan mencakup materialitas dan risiko
kesalahan penyajian dalam informasi keuangan interim komponen, dan pemahaman auditor
tentang pengendalian internal dalam penyusunan informasi tersebut apakah terpusat atau
didesentralisasi.
6. Untuk merencanakan dan melaksanakan suatu reviu atas informasi keuangan interim,
auditor yang baru ditunjuk, yang belum melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan
tahunan berdasarakan SA, harus memperoleh suatu pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, yang berkaitan dengan penyusunan
informasi keuangan tahunan dan interim.
7. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk memusatkan permintaan keterangan yang
dibuat, dan prosedur analitis serta prosedur reviu lain yang diterapkan dalam melaksanakan
suatu reviu atas informasi keuangan interim berdasarkan SPR ini. Sebagai bagian dari
pemerolehan pemahaman ini, auditor biasanya melakukan permintaan keterangan kepada
auditor pendahulu dan, jika praktis, mereviu dokumentasi auditor pendahulu untuk audit
tahunan sebelumnya, dan periode interim sebelumnya dalam tahun kini yang telah direviu
oleh auditor pendahulu. Dalam melaksanakan hal itu, auditor mempertimbangkan sifat
kesalahan penyajian yang dikoreksi, dan kesalahan penyajian agregat yang tidak dikoreksi
oleh auditor pendahulu, risiko signifikan, termasuk risiko manajemen mengabaikan
pengendalian, dan hal-hal akuntansi signifikan dan pelaporan yang kemungkinan signifikan
secara berkelanjutan, seperti defisiensi dalam pengendalian internal.
Representasi Manajemen
1. Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen bahwa:
a. Manajemen mengakui tanggung jawabnya untuk merancang dan mengimplementasikan
pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan dan kesalahan;
b. Informasi keuangan interim disusun dan disajikan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku;
c. Manajemen yakin bahwa dampak kesalahan penyajian agregat yang tidak dikoreksi oleh
auditor selama reviu adalah tidak material, baik secara individual maupun dalam
agregasi, bagi informasi keuangan interim secara keseluruhan. Ringkasan dari unsur-
unsur tersebut dimasukkan dalam atau dilampirkan pada representasi tertulis tersebut;
d. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua fakta signifikan yang berkaitan
dengan kecurangan atau dugaan kecurangan yang diketahui oleh manajemen yang
kemungkinan berdampak terhadap entitas;
e. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua hasil penilaian atas risiko
bahwa informasi keuangan interim mungkin disajikan salah secara material sebagai
akibat kecurangan;
f. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor ketidakpatuhan aktual atau
kemungkinan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang
dampaknya telah dipertimbangkan dalam penyusunan informasi keuangan interim; dan
g. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua peristiwa signifikan yang
terjadi setelah tanggal neraca sampai tanggal laporan reviu yang memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan dalam informasi keuangan interim.
2. Auditor memperoleh representasi tambahan yang tepat berkaitan dengan hal-hal yang
spesifik dengan bisnis atau industri entitas.
Komunikasi
1. Bila, dari hasil pelaksanaan reviu informasi keuangan interim, terdapat suatu hal yang
menjadi perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa perlu dilakukan koreksi
material terhadap informasi keuangan interim agar informasi tersebut disusun, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut sesegera mungkin.
2. Bila, dalam pertimbangan auditor, manajemen tidak merespons dengan semestinya dalam
periode waktu yang wajar, auditor harus menginformasikan kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Komunikasi dilakukan sesegera mungkin, baik secara lisan maupun
tertulis. Keputusan auditor apakah komunikasi tersebut perlu dilakukan secara lisan atau
tertulis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat, sensitivitas, dan signifikansi hal-hal
yang harus dikomunikasikan dan saat komunikasi tersebut. Jika informasi tersebut
dikomunikasikan secara lisan, auditor harus mendokumentasikan komunikasi tersebut.
3. Jika, dalam pertimbangan auditor, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tidak
merespons dengan semestinya dalam periode waktu yang wajar, auditor harus
mempertimbangkan:
a. Apakah perlu dilakukan modifikasi terhadap laporan auditor; atau
b. Kemungkinanmengundurkan diri dari perikatan; dan
c. Kemungkinan mengundurkan diri dari penunjukan audit atas laporan keuangan tahunan.
4. Jika, hasil dari pelaksanaan reviu atas informasi keuangan interim terdapat suatu hal yang
menjadi perhatian auditor dan menyebabkan auditor yakin tentang adanya kecurangan atau
ketidakpatuhan oleh entitas terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut sesegera mungkin kepada manaejemen di tingkat yang
tepat. Penentuan tingkat manajemen yang tepat dipengaruhi oleh kemungkinan kolusi atau
keterlibatan anggota manajemen. Auditor harus juga mempertimbangkan kebutuhan untuk
melaporkan hal itu kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
mempertimbangkan implikasinya terhadap reviu.
5. Auditor harus mengomunikasikan hal-hal yang relevan dengan kepentingan tata kelola yang
timbul dari reviu atas informasi keuangan interim kepada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola. Sebagai hasil pelaksanaan reviu atas informasi keuangan interim, auditor
mungkin menyadari tentang hal-hal yang menurut auditor adalah penting dan relevan bagi
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam mengawasi pelaporan keuangan dan
proses pengungkapannya. Auditor mengomunikasikan hal-hal tersebut kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Pelaporan atas Sifat, Luas, dan Hasil Reviu Informasi Keuangan Interim
1. Auditor harus menerbitkan laporan tertulis yang berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Judul yang tepat
b. Pihak yang dituju, sebagaimana yang diharuskan oleh kondisi dalam perikatan
c. Identifikasi informasi keuangan interim yang direviu, termasuk identifikasi judul setiap
laporan yang terdapat dalam laporan keuangan lengkap atau laporan keuangan ringkas
serta tanggal dan periode yang dicakup oleh informasi keuangan interim.
d. Jika informasi keuangan interim terdiri dari laporan keuangan lengkap bertujuan umum
yang disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk
mencapai penyajian wajar, suatu pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab
untuk menyusun dan menyajikan secara wajar informasi keuangan interim sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
e. Dalam kondisi lain, suatu pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab untuk
menyusun dan menyajikan informasi keuangan interim sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
f. Suatu pernyataan bahwa auditor bertanggung jawab untuk menyatakan kesimpulan atas
informasi keuangan interim berdasarkan reviunya.
g. Suatu pernyataan bahwa reviu atas informasi keuangan interim dilaksanakan
berdasarkan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) 2410, “Reviu atas Informasi Keuangan
Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas,” dan suatu pernyataan
bahwa reviu tersebut terdiri dari permintaan keterangan, terutama dari individu yang
bertanggung jawab atas hal-hal keuangan dan akuntansi, menerapkan prosedur analitis
dan prosedur reviu lainnya.
h. Suatu pernyataan bahwa ruang lingkup reviu jauh lebih sempit dibandingkan dengan
lingkup audit yang dilaksanakan berdasarkan Standar Perikatan Audit dan oleh karena
itu tidak memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan untuk menyadari tentang
semua hal signifikan yang kemungkinan diidentifikasi dalam suatu audit dan oleh
karena itu tidak ada opini audit yang dinyatakan.
i. Jika informasi keuangan interim terdiri dari laporan keuangan lengkap bertujuan umum
yang disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk
mencapai penyajian wajar, suatu kesimpulan tentang apakah ada hal-hal yang menjadi
perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa informasi keuangan interin
tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku (termasuk suatu pengacuan ke yurisdiksi atau negara
asal kerangka pelaporan keuangan tersebut bila kerangka pelaporan keuangan yang
digunakan bukan Standar Pelaporan Keuangan Internasional).
j. Dalam kondisi lain, suatu kesimpulan tentang apakah ada yang menjadi perhatian
auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa informasi keuangan interim disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku (termasuk suatu pengacuan ke yurisdiksi atau negara asal kerangka yang
digunakan tidak sama dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional).
k. Tanggal laporan.
l. Lokasi dalam negara atau yurisdiksi tempat praktik auditor.
m. Tanda tangan auditor.
2. Dalam beberapa yurisdiksi, peraturan perundang-undangan yang mengatur reviu atas
informasi keuangan interim dapat menetapkan kata-kata untuk kesimpulan auditor yang
berbeda dengan kata-kata yang ditetapkan dalam paragraf 43(i) atau (j). Meskipun auditor
mungkin wajib untuk menggunakan kata- kata yang ditetapkan tersebut, tanggung jawab
auditor dalam proses untuk sampai di kesimpulan tetap sama.
Pertimbangan Lain
1. Ketentuan perikatan mencakup kesepakatan manajemen bahwa ketika suatu dokumen yang
berisi informasi keuangan interim menunjukkan bahwa informasi tersebut telah direviu oleh
auditor entitas, laporan reviu akan juga dimasukkan dalam dokumen tersebut. Jika
manajemen tidak memasukkan laporan reviu dalam dokumen tersebut, auditor
mempertimbangkan untuk mencari advis hukum untuk membantu dalam menentukan
rangkaian kegiatan yang tepat dalam kondisi tersebut.
2. Jika auditor telah menerbitkan suatu laporan reviu modifikasian dan manajemen
menerbitkan informasi keuangan interim tanpa memasukkan laporan reviu modifikasian,
auditor mencari advis hukum untuk membantu dalam menentukan rangkaian kegiatan yang
tepat dalam kondisi tersebut, dan kemungkinan auditor mengundurkan diri dari penunjukan
untuk mengaudit laporan keuangan tahunan.
3. Informasi keuangan interim yang terdiri dari satu set laporan keuangan ringkas tidak perlu
mencakup semua informasi yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan lengkap,
namun dapat menyajikan suatu penjelasan tentang peristiwa dan perubahan yang signifikan
untuk suatu pemahaman tentang perubahan dalam posisi keuangan dan kinerja entitas sejak
tanggal pelaporan tahunan. Hal ini karena dianggap bahwa pengguna informasi keuangan
interim akan memiliki akses ke laporan keuangan auditan terakhir, seperti halnya dalam
kasus perusahaan yang terdaftar di pasar modal.Dalam kondisi lain, auditor mendiskusikan
dengan manajemen tentang perlunya informasi keuangan interim yang mencakup pernyataan
bahwa informasi tersebut harus dibacabersamaan dengan laporan keuangan auditan terakhir.
Jika pernyataan tersebut tidak ada, maka auditor perlu mempertimbangkan apakah, tanpa
suatu pengacuan ke laporan keuangan auditan terakhir, informasi keuangan interim akan
menyesatkan, dan implikasinya terhadap laporan reviu.
Dokumentasi
Auditor harus menyusun dokumentasi reviu yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu
basis bagi kesimpulan auditor dan menyediakan bukti bahwa reviu dilaksanakan berdasarkan
SPR dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dokumentasi memungkinkan
auditor yang berpengalaman yang tidak memiliki hubungan sebelumnya dengan perikatan untuk
memahami sifat, saat, dan luas permintaan keterangan yang dilakukan, prosedur analitis dan
prosedur reviu yang diterapkan, informasi yang diperoleh, dan hal-hal signifikan yang
dipertimbangkan selama pelaksanaan reviu, termasuk perlakuan terhadap hal-hal tersebut.
Tanggal Efektif
SPR ini berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.