Jawab :
Jawab :
Menurut Piaget (1924/55) yang meneliti anak-anak untuk melihat bagaimana bahasa
terkait dengan pikiran menyimpulkan ada dua macam modus pikiran: pikiran terarah
(directed) atau pikiran inteligen (inteligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran autistik
(autistic).
Kenyataan bahwa anak berbicara pada orang lain maupun pada dirinya sendiri
menimbulkan pertanyaan apakah ada derajat komunikabilitas pada anak. Piaget percaya
hal itu ada dan menamakannya sebagai pikiran egosentris dan bentuk bahasanya sebagai
bahasa egosentris. Sosialisasi dengan anak lain disekitar menurunkan derajat
egosentrisme. Makin besar sosialisasi itu, makin mengecilnya ujaran egosentrisnya dan
lama-lama hilang.
Psikolog Rusia Vygotsky (1962) berpandangan bahwa ujaran egosentris tidak hilang
melainkan mengalami tranformasi genetik dan berubah menjadi apa yang dia namakan
inner speech. Hubungan antara inner speech dengan external speech mau tak mau harus
memanfaatkan bunyi karena ujaran hanya dapat terwujud dengan bunyi fonetik. Namun
tidak berarti bahwa inner speech hanyalah wujud batin dari external speech. Inner speech
masih suatu bentuk ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. Bedanya adalah
external speech terwujud dalam kata sedangkan pada inner speech kata-kata itu lenyap
pada saat pikiran itu terbentuk.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa pada saat anak tumbuh pikiran yang terujar
menjadi makin kecil dan setelah dewasa berpikir tidak lagi dilakukan dengan memakai
kata yang terujarkan.
3. Tadi dijelaskan bahwasanya seseorang yang lupa nama suatu benda gagal
memanfaatkan memori kata. Bagaimana jika orang tersebut mengucapkan kata-kata
ataupun kalimat yang mengarah pada suatu benda yang dimaksud. Misalnya pada kata
gunting, orang tersebut mungkin lupa nama bendanya namun ia mengucapkan kata-
kata yang merujuk pada benda tersebut misalnya “itu... alat untuk pemotong rambut”
ucap penutur. Tentunya orang akan tahu bahwasanya yang dimaksud adalah gunting
namun sang penutur lupa akan nama benda tersebut. Apakah ini termasuk dalam
gagal memanfaatkan memori kata? (Yuliani)
Jawab
ya,kararena Menurut perspektif psikologi terutama psikologi kognitif bahwa memori
atau ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan
kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan yaitu : menerima kesan-
kesan, menyimpan dan mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk
mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk
menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun
tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya
dalam ingatannya, oleh karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi daya kerja
ingatan, antara lain :
- kondisi jasmani misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur dapat menurunkan
prestasi ingatan; faktor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih
pada masa kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat
mekanis yakni ingatan untuk kesankesan penginderaan. Sesudah usia tersebut
kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi akan tetapi
untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis) dan ini
berlangsung antara usia 15-50 tahun
- Faktor lain yang mempengaruhi daya kerja ingatan adalah emosi. Dalam hal
ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila peristiwaperistiwa itu
menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi
diabaikan saja.