Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD


Luh Made Dwi Ary Sutantri, I Nyoman Suluh Wijaya
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: arysutantri@gmail.com

ABSTRAK

Kecamatan Ubud merupakan salah satu kawasan wisata di wilayah Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Perkembangan pariwisata di Kecamatan Ubud mengalami peningkatan, salah satu contohnya adalah adalah
meningkatnya jumlah sarana pariwisata sebesar 383 unit di tahun 2017 dalam waktu setahun sejak tahun 2016.
Namun disisi lain, telah terjadi alih fungsi lahan pertanian berupa sawah seluas 146 Ha sehingga menyebabkan
luas lahan sawah di Kecamatan Ubud mengalami penurunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perkembangan pariwisata di Kecamatan Ubud selama tahun 2004 – 2017, mengidentifikasi perubahan luas lahan
pertanian di Kecamatan Ubud tahun 2004 – 2017, mengetahui pengaruh perkembangan pariwisata terhadap
guna lahan pertanian sawah di Kecamatan Ubud, serta mengetahui pengaruh sektor pariwisata dan sektor
lainnya terhadap sektor pertanian berdasarkan PDRB. Metode analisis yang digunakan metode skoring, analisis
data spasial, analisis regresi liniear berganda, dan analisis regresi liniear sederhana. Hasil analisis menunjukkan
terjadi perkembangan pariwisata yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah obyek wisata, sarana,
prasarana, aksesibilitas, dan kunjungan wisatawan dalam tahun 2004 – 2017, terjadi penurunan luas lahan
pertanian sawah sebesar 146 Ha selama tahun 2004 – 2017, setiap peningkatan daya tarik, sarana pariwisata,
dan prasarana pariwisata akan berpengaruh terhadap penurunan luas lahan dan peningkatan luas alih fungsi
lahan sawah di Kecamatan Ubud, sektor pariwisata memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan
pendapatan sektor pertanian.

Kata Kunci : Perkembangan-pariwisata, Perubahan-penggunaan-lahan, Pertanian

ABSTRACT

Ubud is one of a tourist areas in Gianyar Regency, Province of Bali. Tourism development in Ubud has increased,
as an example the total of facilities tourism in Ubud has increased by 383 units in between 2016 – 2017. But on
the other side, there has been land use change in paddy fields areas by 146 ha that has causing area of paddy
fields in Ubud to decrease. The purpose of this research is to find out the tourism development in Ubud during
2004 - 2017, to identify agricultural land use change in Ubud in 2004 - 2017, to find out the influence of tourism
development in agricultural land use change in Ubud, and to find out the influence of tourism sector and others
sectors based on GDP. The analytical method that used in this research is scoring method, spatial analysis,
multiple regression analysis, and simple regressiona analysis. The results of the analysis: there is development of
tourism as indicated by the increase in the number of tourism objects, tourism facilities, tourism infrastructures,
accessibility, and tourists visit, there is a decrease in paddy fields areas by 146 ha in 2004 – 2017, any increase in
tourism sites, tourism facilities, and tourism infrastructures will affect to decrease in total of land area and
increase total of land use change in paddy fields area in Ubud, and the tourism sector has a positive effect on
increasing income in the agricultural sector.

Keywords: Tourism-development, Land-use-change, Agricultural


pariwisata nasional (Rencana Induk
PENDAHULUAN
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
Provinsi Bali merupakan daerah yang 2010 – 2025).
ditetapkan sebagai prioritas pengembangan Perkembangan sektor pariwisata di
destinasi pariwisata oleh Kementrian Pariwisata Kecamatan Ubud, salah satunya dapat dilihat dari
Republik Indonesia. Salah satu wilayah di Bali adanya peningkatan jumlah fasilitas pariwisata.
yaitu Kecamatan Ubud merupakan salah satu Pada tahun 2017, sarana pariwisata yang tersedia
kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang adalah sebesar 3.569 unit yangmana meningkat
berasal dari sektor pariwisata sehingga sebesar 383 unit jika dibandingkan dengan tahun
ditetapkan sebagai kawasan pengembangan 2016 (Disparda Kabupaten Gianyar 2018). Selain

Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021 113
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD

itu, jumlah kunjungan wisatawan juga Desa Peliatan, Desa Petulu, dan Kelurahan Ubud.
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jumlah Luas wilayah secara keseluruhan sebesar 42,38
wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Ubud km2 dengan batas - batas administrasi adalah
di tahun 2016 sebesar 1.103.321 orang yang sebagai berikut.
kemudian meningkat menjadi 1.322.656 orang di Sebelah Utara : Kecamatan Payangan,
tahun 2017 (Disparda Kabupaten Gianyar 2018). Kecamatan Tegalalang
Perkembangan pariwisata tidak terlepas Sebelah Timur : Kecamatan Tampaksiring
dari penggunaan lahan (Tjondronegoro, 1999), Sebelah Selatan : Kecamatan Sukawati
yangmana lahan dibutuhkan dalam Sebelah Barat : Kecamatan Abiansemal,
pengembangan pariwisata terkait pembangunan Kab. Badung
sarana dan prasarana pendukung ataupun
infrastuktur transportasi. Sebagai salah satu jenis
lahan, lahan pertanian berupa sawah merupakan
salah satu bentuk lahan yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan pariwisata. Hal tersebut akan
mengakibatkan terjadinya konversi lahan
pertanian ke non pertanian. Faktor-faktor lainnya
yang menyebabkan konversi lahan pertanian
dapat berupa lokasi lahan, himpitan ekonomi,
pertambahan penduduk, kebutuhan tempat
tinggal, maupun pengaruh dari pihak swasta
(Sasongko et al, 2017).
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Gianyar tahun 2012 – 2032,
pemerintah telah merencanakan konsep
pengembangan pariwisata dengan tetap
mempertahankan keaslian budaya asli yangmana
salah satu budaya tersebut adalah subak. Subak Gambar 1. Wilayah Penelitian
sebagai salah satu daya tarik wisata merupakan
Variabel Penelitian
sebuah organisasi yang mengatur irigasi
persawahan (Dibia et al, 2017) sehingga Variabel penelitian merupakan konsep
diarahkan lahan sawah di Kecamatan Ubud untuk atau hal yang akan diteliti yang digunakan untuk
tetap dipertahankan. Namun, luas lahan menjelaskan tujuan dari penelitian. Berdasarkan
pertanian berupa sawah di Kecamatan Ubud pada tinjauan teori yang telah dilakukan, maka
selalu mengalami penurunan. Luas lahan variabel penelitian yang digunakan dalam
tersebut berkurang dari 1.931 ha pada tahun penelitian adalah sebagai berikut.
2004 menjadi 1.788 ha di tahun 2017 (Kecamatan Tabel 1. Variabel Penelitian
Ubud Dalam Angka, 2018). Menurunnya lahan Variabel Sub Variabel Sumber
Indikator
sawah akibat alih fungsi lahan akan mengancam Daya tarik - - Obyek wisata Mason
kelestarian subak yang merupakan areal (2003)
UNWTO
persawahan (Pitana dan Putra, 2013). Alih fungsi (2010)
lahan pertanian yang terus terjadi juga dapat Fasilitas Sarana - Tempat Mason
menyebabkan berkurangnya produksi pangan pariwisata penginapan (2003)
- Restoran Yoeti
(Sasongko et al, 2017) sehingga dapat - Jasa travel (1997)
menciptakan kelangkaan sumber daya makanan. - Kios UNWTO
cinderamata (2010)
- Café
METODE PENELITIAN Prasarana - Tempat parkir Mason
pariwisata umum (2003)
Lokasi Penelitian - Kantor Yoeti
informasi (1997)
Wilayah penelitian berada di Kecamatan UNWTO
Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. (2010)
Kecamatan Ubud terdiri atas tujuh desa dan satu Suwantoro
(2004)
kelurahan yaitu Desa Kedewatan, Desa Sayan,
Desa Singekerta, Desa Lodtunduh, Desa Mas,

114 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021
Luh Made Dwi Ary Sutantri, I Nyoman Suluh Wijaya

Variabel Sub Variabel Sumber adalah expert sampling, yaitu teknik yang
Indikator
Aksesibilitas - - Kemudahan Cakici &
menggunakan ahli/pakar pada bidang tertentu
akses Harman yang akan diteliti untuk memberikan penilaian.
- Kualitas jalan (2007) Ahli/pakar yang dipilih berjumlah 12 orang.
- Waktu
mengemudi Metode Analisis
Wisatawan Wisatawan - Kunjungan Cooper
mancangera wisatawan (1993) Analisis yang digunakan pada penelitian
mancangera
terdiri dari:
Wisatawan - Kunjungan Cooper 1. Metode Skoring
dalam negeri wisata dalam (1993) Metode skoring adalah suatu metode
negeri
Luas lahan - Luas lahan Muehrcke
pemberian nilai atau skor terhadap nilai
pertanian (1990) parameter berdasarkan kriteria yang ditentukan
sawah untuk menentukan tingkat kemampuan terhadap
Luas - Luas Lesslie dkk
parameter tersebut (Sholahudin, 2015). Pada
perubahan perubahan (dalam penelitian, metode skoring digunakan untuk
lahan Bimantoro, menganalisis variabel aksesibilitas.
pertanian 2012)
sawah As-syakur Tabel 2. Nilai Skor pada Tiap Indikator Variabel
dkk. (2010) Aksesibilitas
Sektor - PDRB Sektor Putri (2020) Variabel Indikator Kriteria Skor
Pertanian Pertanian
Sektor - PDRB Sektor Aksesibilitas Kemudahan Tidak tersedianya 1
Pertambang Pertambangan akses sarana transportasi
an dan dan Cukup tersedianya 2
Penggalian Penggalian sarana transportasi
Sektor - PDRB Sektor (tersedia sarana
Listrik, Gas, Listrik, Gas, transportasi berupa
dan Air dan Air Minum angkutan pribadi)
Minum Tersedianya sarana 3
Sektor - PDRB Sektor transportasi (tersedia
Bangunan Bangunan sarana trasnportasi
Sektor - PDRB Sektor umum maupun
Pariwisata angkutan pribadi)
Sektor - PDRB Sektor Kualitas Kualitas jalan tidak baik 1
Angkutan Angkutan dan jalan (jalan bukan berupa
dan Komunikasi aspal)
Komunikasi Kualitas jalan cukup baik 2
Sektor - PDRB Sektor (jalan beraspal namun
Persewaan Persewaan sedikit berlubang)
dan dan Keuangan Kualitas jalan sangat 3
Keuangan baik (jalan beraspal
Sektor Jasa – - PDRB Sektor tanpa berlubang)
Jasa Lainnya Jasa – Jasa Waktu Lebih dari 1 jam 1
Lainnya mengemudi 31 menit – 60 menit 2
Kurang dari 30 menit 3

Metode Pengumpulan Data Berdasarkan Tabel 2 maka hasil


Metode pengumpulan data pada perhitungan interval tiap kelas klasifikasi dengan
penelitian terdiri dari survei primer dengan rumus Model Struges adalah sebagai berikut.
menggunakan kuisioner untuk mendapatkan nilai total skor tertinggi − terendah
data terkait dengan variabel aksesibilitas. Selain 𝐾=
jumlah kelas klasifikasi
survei primer, survei sekunder juga dilakukan 108 − 36
dengan memperoleh data – data dari intansi 𝐾= = 24
3
terkait dengan penelitian.
sehingga kelas klasifikasi untuk menilai
Sampel Penelitian aksesibilitas dikategorikan menjadi tiga kategori
Pengambilan sampel pada penelitian yaitu.
dibutuhkan untuk meneliti variabel aksesibilitas. a. Perkembangan aksesibilitas menurun jika
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik non memiliki skor 24 - 47
probabilitas melalui metode purposive sampling b. Perkembangan aksesibilitas tidak ada
dengan memberikan kuisioner pada responden. perubahan jika memiliki skor 48 - 71
Jenis purposive sampling yang akan digunakan

Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021 115
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD

c. Perkembangan aksesibilitas meningkat jika pariwisata dapat dilihat dengan kunjungan


memiliki skor >71 wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Ubud.
2. Analisis Data Spasial: Metode Overlay
1. Daya Tarik
Analisis perubahan penggunaan lahan
Daya tarik merupakan segala sesuatu
pertanian menggunakan analisis data spasial
yang mempunyai nilai, keunikan yang berupa
dengan metode overlay peta. Metode overlay
keanekaragaman alam, budaya, dan hasil buatan
peta merupakan proses dua peta tematik
manusia sehingga menjadi tempat kunjungan
atau lebih dengan area yang sama dengan
wisatawan. Berdasarkan UNWTO (2010), daya
menghamparkan area satu dengan yang lain
tarik dapat diidentifikasi dengan jumlah objek
untuk membentuk satu layer peta baru. Hasil
wisata yang terdapat dalam suatu wilayah.
analisis disajikan dalam bentuk peta yang
menggambarkan perkembangan guna lahan
pertanian.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda
merupakan analisis yang digunakan untuk
menguji hubungan variabel terikat dengan dua
atau lebih variabel pengubahnya yang berfungsi
untuk memprediksi nilai y terhadap x. Bentuk
model regresi dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
Ƴ = β 0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 +e Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Objek
dimana: Wisata di Kecamatan Ubud Tahun 2004 – 2017
Ƴ = Luas Lahan Sawah
β0 = Konstanta (tetapan) Daya tarik di Kecamatan Ubud yang
X1 = Daya Tarik ditunjukkan dengan objek wisata mengalami
X2 = Sarana Pariwisata perkembangan. Hal tersebut dilihat dari jumlah
X3 = Prasarana Pariwisata objek wisata yang mengalami penambahan unit.
X4 = Aksesibilitas Selama rentang tahun 2004 hingga tahun 2017,
β = Parameter koefisien regresi jumlah objek wisata mengalami penambahan
e = error term sebesar 4 unit.
4. Analisis Regresi Linier Sederhana 2. Fasilitas: Sarana Pariwisata
Analisis regresi linier sederhana Sarana pariwisata berperan penting
merupakan salah satu bentuk analisis yang dalam melihat perkembangan pariwisata pada
digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh suatu daerah. Sarana pariwisata dapat dilihat
masing – masing variabel bebas terhadap variabel secara kuantitatif dengan mengetahui jumlah
terikat. Bentuk model regresi linier sederhana sarana yang tersedia.
dalam penelitian adalah sebagai berikut. 4000
Ƴ =β0+βX 3186
3569
dimana: 3000
2886
2533 2738
Ƴ = PDRB Sektor Pendapatan 2000 2335 2361 2420
β0 = Konstanta (tetapan)
1000
β = Parameter koefisien regresi
X = PDRB tiap sektor pendapatan 0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sarana (Unit)
Perkembangan Pariwisata di Kecamatan Ubud
Perkembangan pariwisata di Kecamatan Gambar 3. Grafik Perkembangan Jumlah Sarana
Ubud ditinjau melalui sisi supply dan demand Pariwisata di Kecamatan Ubud Tahun 2004 –
pariwisata. Sisi supply pariwisata terdiri atas daya 2017
tarik, fasilitas, dan aksesibilitas yang tersedia Gambar 3 menunjukkan grafik jumlah
pada Kecamatan Ubud, sedangkan sisi demand sarana pariwisata selalu mengalami peningkatan
di tiap tahunnya. Secara keseluruhan, total

116 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021
Luh Made Dwi Ary Sutantri, I Nyoman Suluh Wijaya

jumlah sarana pariwisata yang tersedia di Tahun Total Skor Klasifikasi


2015 105 Meningkat
Kecamatan Ubud selama rentang tahun 2004 2016 105 Meningkat
hingga tahun 2017 sejumlah 3.569 unit. Jumlah 2017 95 Meningkat
sarana pariwisata tersebut meningkat sebesar
52,84% atau bertambah sebesar 1.234 unit Berdasarkan Tabel 3 maka aksesibilitas di
selama rentang tahun 2004 hingga tahun 2017. Kecamatan Ubud pada tiap tahunnya dapat
3. Fasilitas: Prasarana Pariwisata dikatakan berkembang. Hal tersebut
Prasarana pariwisata merupakan semua menandakan bahwa kualitas jalan di Kecamatan
fasilitas pendukung yang dibutuhkan wisatawan Ubud sangat baik yaitu beraspal tanpa berlubang.
pada daerah tujuan. Jenis prasarana pariwisata Tersedia juga sarana transportasi, baik
yang tersedia di Kecamatan Ubud adalah parkir transportasi umum maupun angkutan pribadi
umum dan kantor informasi. dengan waktu tempuh kurang dari 30 menit
menuju Kecamatan Ubud. Dapat diartikan bahwa
25 21
18 18 18 18 Kecamatan Ubud juga mudah untuk diakses.
20 15
13 14 14 5. Wisatawan
15 11 11 11 11 11
10 Perkembangan pariwisata berdasarkan
5 demand pariwisata dapat dilihat dengan adanya
0 peningkatan kunjungan wisatawan, baik
wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar
2005
2004

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017

negeri.
Jumlah Prasarana Pariwisata Tabel 4. Jumlah Kunjungan Wisatawan
Kecamatan Ubud Tahun 2004 - 2017
Gambar 4. Grafik Perkembangan Jumlah Jumlah Kunjungan Wisatawan (Orang)
Prasarana Pariwisata di Kecamatan Ubud Tahun Wisatawan Wisatawan
Tahun Domestik Mancanegara Total
2004 – 2017 2004 107.411 250.625 358.036
Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah 2005 133.767 312.123 445.890
2006 131.956 307.898 439.854
prasarana pariwisata di Kecamatan Ubud dalam 2007 157.267 366.956 524.223
rentang tahun 2004 hingga tahun 2017 2008 171.501 400.170 571.671
mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah 2009 193.066 450.486 643.552
2010 204.149 476.349 680.498
prasarana pariwisata di Kecamatan Ubud dalam 2011 216.112 504.262 720.374
waktu 14 tahun adalah sebesar 91% atau 2012 241.034 562.412 803.445
sebanyak 10 unit sehingga total jumlah prasarana 2013 256.470 598.431 854.901
2014 270.533 631.243 901.776
pariwisata yang tersedia di Kecamatan Ubud 2015 296.870 692.696 989.566
pada tahun 2017 adalah 21 unit. 2016 330.996 772.325 1.103.321
2017 396.797 925.859 1.322.656
4. Aksesibilitas Total 3.107.929 7.251.834 10.359.763
Aksesibilitas pariwisata merupakan
faktor penting dalam perkembangan pariwisata Secara umum, kunjungan wisatawan ke
karena mempermudah perjalanan bagi Kecamatan Ubud mengalami peningkatan, baik
wisatawan yang berkunjung menuju daerah kunjungan wisatawan dalam negeri maupun
wisata. Penilaian aksesibilitas dilakukan oleh para wisatawan mancanegara. Total kunjungan
ahli yang sudah ditunjuk dengan memberikan wisatawan pada tahun 2017 jika dibandingkan
skor sesuai pada kuisioner yang diberikan. dengan tahun 2004, maka telah terjadi
peningkatan kunjungan wisatawan sebesar
Tabel 3. Hasil Analisis Aksesibilitas
Tahun Total Skor Klasifikasi
964.620 orang atau sebesar 269%.
2004 95 Meningkat
Guna Lahan Pertanian Sawah di Kecamatan
2005 93 Meningkat
2006 100 Meningkat Ubud
2007 102 Meningkat
2008 102 Meningkat Guna lahan pertanian berupa sawah
2009 99 Meningkat merupakan jenis guna lahan yang mendominasi
2010 102 Meningkat
2011 101 Meningkat
di Kecamatan Ubud yaitu sebesar 42,19% dari
2012 101 Meningkat total luas lahan yang tersedia di Kecamatan Ubud.
2013 92 Meningkat
2014 100 Meningkat

Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021 117
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD

Tabel 5. Perubahan Luas Lahan Sawah di


Kecamatan Ubud Tahun 2004 - 2017
Luas Lahan Sawah Luas
Desa/Kelurahan Tahun Tahun Perubahan (ha)
2004 2017
Singakerta 433 365 -68
Lodtunduh 261 253 -8
Mas 203 198 -5
Peliatan 249 238 -11
Petulu 81 67 -14
Ubud 361 314 -47
Sayan 186 198 +12
Kedewatan 157 155 -2
Total 1931 1788 -146

1940
1900
1860
1820
1780
1740
2014
2015
2016
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

2017

Luas Lahan Sawah

Gambar 5. Grafik Penurunan Luas Lahan Sawah


di Kecamatan Ubud Tahun 2004 – 2017
Gambar 6. Sebaran Lahan Sawah di Kecamatan
Pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa luas Ubud Tahun 2004
lahan sawah di Kecamatan Ubud mengalami
penurunan, yangmana pada tahun 2004 sebesar
1.931 ha, sedangkan pada tahun 2017 luas lahan
sawah di Kecamatan Ubud sebesar 1.788 ha.
Lahan sawah yang menurun di Kecamatan Ubud
sebagian besar beralih fungsi menjadi guna lahan
komersial sebesar 166,47 ha dari total luas lahan
sawah yang beralih fungsi sebesar 206 ha. Namun
karena adanya peningkatan luas lahan sawah
sebesar 60 ha pada tahun 2006 dan tahun 2010,
maka total luas lahan sawah yang menurun
adalah sebesar 146 ha atau sebesar 7,41% dalam
waktu 14 tahun.
Desa Singakerta merupakan desa yang
mengalami penurunan luasan lahan sawah
tertinggi di Kecamatan Ubud. Selama rentang
tahun 2004 hingga tahun 2017, luas lahan sawah
di Desa Singakerta mengalami penurunan
sebesar 68 ha atau sebesar 1% dari total luas
lahan sawah yang tersedia di Desa Singakerta
pada tahun 2004. Desa yang memiliki penurunan
luas lahan sawah terendah dalam rentang tahun
2004 hingga tahun 2017 adalah Desa Kedewatan.
Desa Kedewatan mengalami penurunan luas
lahan sawah sebesar 2 ha dalam kurun waktu 14 Gambar 7. Sebaran Lahan Sawah di Kecamatan
tahun. Ubud Tahun 2017

118 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021
Luh Made Dwi Ary Sutantri, I Nyoman Suluh Wijaya

Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model
Lahan Pertanian di Kecamatan Ubud regresi tersebut.
c. Uji Multiklonieritas
Pengaruh perkembangan pariwisata
Uji multiklonieritas merupakan
terhadap lahan pertanian di Kecamatan Ubud
sebuah uji yang digunakan untuk melihat ada
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi
atau tidaknya hubungan antara variabel
linier berganda. Hasil analisis akan terbagi
independen. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00
menjadi dua yang terdiri dari pengaruh
atau jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka
perkembangan pariwisata terhadap luas lahan
tidak terjadi multiklonieritas.
pertanian sawah dan pengaruh perkembangan
pariwisata terhadap luas perubahan lahan atau Tabel 9. Hasil Uji Multiklonieritas Berdasarkan
luas alih fungsi lahan pertanian sawah. Variabel Terikat Luas Lahan dan Luas Perubahan
1. Uji Asumsi Klasik Collinearity Statistics
Model Y1 Tolerance VIF
a. Uji Normalitas (Constant)
Uji normalitas merupakan sebuah uji X1 Daya_tarik .480 2.085
yang bertujuan untuk menilai data pada sebuah X2 Sarana .683 4.634
X3 Prasarana .666 5.026
variabel berdistribusi normal atau tidak. Data X4 Aksesibilitas .558 1.792
dapat dinyatakan berdistribusi normal jika nilai Collinearity Statistics
siginifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 Model Y1 Tolerance VIF
(Constant)
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan One Sample X1 Daya_tarik .480 2.085
X2 Sarana .683 4.634
Kolmogorov-Smirnov
X3 Prasarana .666 5.026
Model N Asymp. Sig (2-tailed)
X4 Aksesibilitas .558 1.792
Y1 Luas Lahan 14 0,241
Y2 Luas Perubahan 14 0,560
X1 Daya Tarik 14 0,900 Pada Tabel 9, hasil uji multiklonieritas
X2 Sarana Pariwisata 14 0,200 pada tiap variabel bebas terhadap variabel terikat
X3 Prasarana Pariwisata 14 0,109
X4 Aksesibilitas 14 0,143 luas lahan maupun variabel terikat luas
perubahan didapatkan bahwa nilai tolerance
Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai pada tiap variabel bebas lebih dari 0,10 dan nilai
siginifikansi (Asymp.sig) tiap variabel VIF pada tiap variabel bebas kurang dari 10,00.
menunjukkan nilai diatas 0,05 sehingga dapat Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
disimpulkan bahwa data pada tiap variabel multiklonieritas dalam dua model regresi
berdistribusi secara normal. tersebut.
b. Uji Autokorelasi d. Uji Heterokedastisitas
Uji autokorelasi merupakan sebuah Uji heteroskedastisitas merupakan
uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau sebuah uji yang digunakan untuk mengetahui
tidaknya penyimpangan. Ketentuan untuk tidak apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan
terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara varian. Syarat tidak terjadinya heterokedastisitas
nilai Durbin-Watson upper (du) yang sebesar adalah jika nilai signifikansi menunjukkan nilai
2,030 dengan nilai 4-du yang sebesar 1,970. diatas 0,05. Berikut merupakan hasil uji
heterokedastisitas.
Tabel 7. Hasil Uji Autokorelasi Berdasarkan
Tabel 10. Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel Terikat Luas Lahan
Berdasarkan Variabel Terikat Luas Lahan dan
R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson Luas Perubahan
.977a .954 .933 2.023 Model Y1 t Sig.
(Constant) -2.808 .020
Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi Berdasarkan X1 Daya_tarik .046 .964
Variabel Terikat Luas Perubahan X2 Sarana 2.664 .059
X3 Prasarana -1.542 .158
R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson X4 Aksesibilitas .803 .442
.977a .726 .792 2.024 Model Y2 t Sig.
(Constant) -2.720 .024
Berdasarkan Tabel 7 dan 8, hasil uji X1 Daya_tarik .265 .797
X2 Sarana 2.061 .069
autokorelasi berdasarkan variabel terikat luas X3 Prasarana -.994 .346
lahan dan luas perubahan menunjukkan nilai X4 Aksesibilitas .930 .377
kurang dari 2,023 sehingga dapat disimpulkan

Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021 119
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD

Pada Tabel 10, diketahui bahwa hasil uji terhadap variabel terikat yaitu luas perubahan,
heterokedastisitas pada model regresi dengan sedangkan sisanya yaitu sebesar 29,8%
variabel terikat adalah luas lahan dan luas dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
perubahan, didapatkan nilai signifikansi pada tiap dimasukkan ke dalam model.
variabel bebasnya mempunyai nilai diatas 0,05. b. Uji F
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi Uji simultan atau Uji F merupakan uji
gejala heterokedastisitas dalam model regresi. yang berguna untuk mengetahui apakah variabel
2. Uji Hipotesis bebas secara bersama – sama berpengaruh
Uji hipotesis terdiri dari koefisien signifikan terhadap variabel tergantung. Uji dapat
determinasi, uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji dikatakan berpengaruh jika nilai siginifikansi
T). Berdasarkan hasil analisis regresi linear kurang dari dari 0,05 atau nilai F-hitung lebih
berganda pada Tabel 11 dan Tabel 12, maka besar dari F-tabel yang sebesar 1,82.
dapat diketahui: Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa
a. Koefisien Determinasi model regresi dengan variabel terikat adalah luas
Koefisien determinasi bertujuan untuk lahan, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000
mengetahu seberapa besar prosentase variasi dengan F-hitung sebesar 46,285. Pada Tabel 12,
variabel bebas yang digunakan dalam model nilai signifikansi menunjukkan nilai sebesar 0,029
mampu menjelaskan variasi variabel terikat. Pada dengan F-hitung sebesar 11,850. Nilai signifikansi
analisis regresi liniear berganda, nilai koefisien pada dua model regresi tersebut menunjukkan
determinasi ditunjukkan oleh nilai dari Adjusted nilai kurang dari 0,005 dengan nilai F-hitung lebih
R-Square. besar dari F-tabel sehingga dapat disimpulkan
Berdasarkan Tabel 11, nilai koefisien bahwa variabel bebas secara simultan
determinasi menunjukkan nilai sebesar 0,933. Hal berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas terikat pada dua model regresi tersebut.
pada model regresi memiliki kontribusi terhadap c. Uji T
variabel terikat yaitu luas lahan sebesar 93,3%, Uji Parsial atau Uji T digunakan untuk
sedangkan sisanya sebesar 6,6% dipengaruhi oleh mengetahui variabel bebas dalam model regresi
variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam secara parsiap berpengaruh signifikan terhadap
model. variabel tergantung. Jika nilai signifikansi pada
Berdasarkan pada Tabel 12, nilai hasil Uji T kurang dari 0,05, maka dapat
koefisien determinasi bernilai 0,702. Nilai disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
tersebut mengartikan bahwa variabel bebas pada variabel bebas terhadap variabel terikat secara
model regresi berkontribusi sebesar 70,2% parsial.
Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan Variabel Terikat Luas Lahan
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
Konstanta 2206.964 90.341 24.429 .000
X1 Daya Tarik -1.325 4.554 .030 .291 .008
X2 Sarana Pariwisata -.187 .037 -1.376 -5.010 .001
X3 Prasarana Pariwisata -5.313 4.026 .367 1.320 .022
X4 Aksesibilitas -.934 1.160 .077 .805 .442
R-Square = .954
Adjusted R-Square = .933
F- hitung = 46.285
Signifikansi Uji F = .000

Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan Variabel Terikat Luas Perubahan
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
Konstanta 19.709 87.691 .225 .827
X1 Daya Tarik 1.059 4.420 -.090 -.239 .008
X2 Sarana Pariwisata .012 .036 -.340 -.342 .007
X3 Prasarana Pariwisata 1.069 3.908 -.276 -.273 .008
X4 Aksesibilitas .319 1.126 .099 .284 .078
R-Square = .729
Adjusted R-Square = .702
F- hitung = 11.850
Signifikansi Uji F = .029

120 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021
Luh Made Dwi Ary Sutantri, I Nyoman Suluh Wijaya

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui pariwisata (X2), dan prasarana pariwisata


bahwa variabel yang berpengaruh pada model (X3) bernilai nol atau tetap, maka luas
regresi adalah variabel daya tarik, sarana perubahan lahan akan memiliki nilai
pariwisata, dan prasarana pariwisata dikarenakan sebesar 19,709. Hal tersebut berarti jika
memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05. Maka luas perubahan lahan mendapat pengaruh
bentuk model regresinya adalah sebagai berikut. dari semua variabel atau semua variabel
Y = 2.206,964 – 1,325X1 – 0,187X2 - 5,313X3 bernilai 0, maka luas perubahan pada lahan
a. Konstanta sebesar 2.206,964 menunjukkan pertanian sawah akan bernilai sebesar
bahwa jika daya tarik (X1), sarana 19,709 ha.
pariwisata (X2), dan prasarana pariwisata b. Variabel daya tarik (X1) memiliki pengaruh
(X3) bernilai nol atau tetap, maka luas lahan signifikan terhadap luas perubahan. Nilai
akan memiliki nilai sebesar 2.206,964. Hal koefisien regresi variabel daya tarik adalah
tersebut berarti jika luas lahan tidak sebesar 1,059 yang berarti jika variabel
mendapat pengaruh dari semua variabel bebas lainnya bernilai tetap dan variabel
atau semua variabel bernilai 0, maka luas daya tarik bertambah satu unit, maka luas
lahan sawah akan bernilai sebesar perubahan (Y) pada lahan pertanian sawah
2.206,964 ha. akan mengalami peningkatan sebesar
b. Variabel daya tarik (X1) memiliki pengaruh 1,059 ha.
signifikan terhadap luas lahan. Nilai c. Variabel sarana pariwisata (X2) memiliki
koefisien regresi variabel daya tarik adalah pengaruh signifikan terhadap perubahan
sebesar -1,325 yang berarti jika variabel luas sawah. Nilai koefisien regresi variabel
bebas lainnya bernilai tetap dan variabel sarana pariwisata adalah sebesar 0,012
daya tarik bertambah satu unit, maka luas yang berarti jika variabel bebas lainnya
lahan (Y) akan mengalami penurunan bernilai tetap dan pada variabel sarana
sebesar 1,325 ha. pariwisata mengalami peningkatan sebesar
c. Variabel sarana pariwisata (X2) memiliki satu unit, maka luas perubahan (Y) pada
pengaruh signifikan terhadap luas lahan. lahan pertanian sawah akan mengalami
Nilai koefisien regresi variabel sarana peningkatan sebesar 0,012 ha.
pariwisata adalah sebesar – 0,187 yang d. Variabel prasarana pariwisata (X3) memiliki
berarti jika variabel bebas lainnya bernilai pengaruh signifikan terhadap luas
tetap dan pada variabel sarana pariwisata perubahan. Nilai koefisien regresi variabel
mengalami peningkatan sebesar satu unit, prasarana pariwisata adalah sebesar 1,069
maka luas lahan (Y) akan mengalami yang berarti jika variabel bebas lainnya
penurunan sebesar 0,187 ha. bernilai tetap dan pada variabel psarana
d. Variabel prasarana pariwisata (X3) memiliki pariwisata mengalami peningkatan sebesar
pengaruh signifikan terhadap luas lahan. satu unit, maka luas perubahan (Y) akan
Nilai koefisien regresi variabel sarana mengalami peningkatan sebesar 1,069 ha.
pariwisata adalah sebesar - 5,313 yang Menurut Tjondronegoro (1999)
berarti jika variabel bebas lainnya bernilai perkembangan pariwisata akan membutuhkan
tetap dan pada variabel sarana pariwisata lahan untuk pembangunan dan salah satu
mengalami peningkatan sebesar satu unit, bentuknya adalah pengembangan atraksi wisata
maka luas lahan (Y) akan mengalami (Sukarsa, 2000). Mao Xi dkk (2014) juga
penurunan sebesar -5,313 ha. menyatakan bahwa pembangunan fasilitas
Berdasarkan pada Tabel 12, diketahui pariwisata sering terjadi di lahan pertanian.
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap Berdasarkan hal tersebut, maka
variabel terikat yaitu luas perubahan adalah dapatdisimpulkan bahwa pariwisata akan
variabel daya tarik, sarana pariwisata, dan membutuhkan lahan ketika mengalami
prasarana pariwisata. Hal tersebut dikarenakan perkembangan. Perkembangan pariwisata
nilai signifikansi pada tiap variabel menunjukkan tersebut akan mendorong terjadinya
nilai kurang dari 0,05 sehingga bentuk model peningkatan alih fungsi lahan, salah satunya pada
regresinya adalah sebagai berikut. lahan pertanian sawah. Hal tersebut sesuai
Y = 19,709 + 1,059X1 + 0,012X2 + 1,069X3 dengan hasil analisis bahwa setiap meningkatnya
a. Konstanta sebesar 19,709 menunjukkan satu unit daya tarik/sarana pariwisata/prasarana
bahwa jika daya tarik (X1), sarana pariwisata akan mempengaruhi penurunan luas

Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021 121
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD

lahan pertanian sawah di Kecamatan Ubud. b. Pada uji autokorelasi, didapatkan bahwa tiap
Selain itu, peningkatan tiap satu unit daya variabel penelitian memiliki nilai yang berada
tarik/sarana pariwisata/prasarana pariwisata diantara nilai dl yang sebesar 1,045 dengan
berpengaruh pada peningkatan luas perubahan nilai 4-du yang sebesar 2,649 sehingga dapat
pada lahan pertanian sawah, yang artinya akan disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi
ada peningkatan terhadap jumlah besaran alih pada tiap variabel.
fungsi lahan sawah. Hal tersebut juga sesuai c. Pada uji multiklonieritas didapatkan bahwa
dengan yang didasarkan oleh Gossling (2002) nilai tolerance dan nilai VIF memilki nilai yang
yang mengungkapkan bahwa pembangunan sama pada tiap variabel yaitu sebesar 1,000.
akomodasi (sarana pariwisata) berkontribusi Berdasarkan hal tersebut maka dapat
pada perubahan guna lahan serta didukung disimpulkan bahwa tidak terdapat
dengan hasil penelitian Riswandha (2017) yang multiklonieritas antar variabel bebas karena
mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah nilai tolerance yang menunjukkan lebih dari
sarana pariwisata akan menyebabkan penurunan 0,10 dan juga nilai VIF yang menunjukkan
luas lahan tiap tahunnya. kurang dari 10,00.
d. Pada uji heterokedastisitas, didapatkan
Pengaruh Sektor Pariwisata dan Sektor Lainnya
bahwa nilai tiap variabel menunjukkan nilai
Terhadap Sektor Pertanian
yang lebih dari 0,05 sehingga dapat
Pengaruh sektor pariwisata secara makro disimpulkan bahwa tidak terjadi
serta sekto lainnya terhadap sektor pertanian heterokedastisitas pada model regresi.
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi 2. Uji Hipotesis
linier sederhana dengan menggunakan data Berdasarkan pada tabel 13, maka dapat
PDRB pada tingkat kabupaten. Hasil analisis diketahui bahwa:
ditunjukkan pada Tabel 13. a. Hasil analisis regresi linier sederhana
1. Uji Asumsi Klasik menunjukkan bahwa variabel pertambangan
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik pada dan penggalian (X1), industri pengolahan
Tabel 13, maka dapat diketahui bahwa: (X2), bangunan (X4), pariwisata (X5),
a. Pada hasil uji normalitas dan uji persewaan dan keuangan (X7), dan jasa – jasa
heterokedastisitas, dapat diketahui bahwa lainnya (X8) memiliki hasil nilai signifikansi
tiap variabel pada penelitian memiliki nilai kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
yang sama yaitu sebesar 0,200. Hasil nilai uji bahwa variabel – variabel tersebut
normalitas yang menunjukkan lebih dari 0,05 berpengaruh terhadap pendapatan sektor
menyimpulkan bahwa data telah pertanian.
berdistribusi normal.

Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Liniear Sederhana


Unstandardized Uji Uji
Model Coefficients Signifikansi Uji Uji Multiklonieritas Heterokedastisitas
(B) (Uji T) Normalitas Autokorelasi Nilai Nilai
Tolerance VIF
(Constant) 822252.490 .000
X1 Pertambangan dan 5.035 .000 0,200 1,786 1,000 1,000 0,055
Penggalian
(Constant) -23168.623 .786
X2 Industri Pengolahan 1.073 .000 0,200 1,157 1,000 1,000 0,057
(Constant) 2262417.747 .000
X3 listrik, gas, dan air -16.015 .085 0,200 1,187 1,000 1,000 0,280
minum
(Constant) 345821.823 .000
X4 Bangunan 2.448 .000 0,200 1,591 1,000 1,000 0,408
(Constant) 280706.716 .001
X5 Pariwisata .484 .000 0,200 1,363 1,000 1,000 0,428
(Constant) 2187918.030 .018
X6 Angkutan dan -2.477 .490 0,200 1,071 1,000 1,000 0,650
Komunikasi
(Constant) 189756.908 .002
X7 Persewaan dan 2.953 .000 0,200 1,626 1,000 1,000 0,277
Keuangan
(Constant) 148200.194 .030
X8 Jasa – Jasa Lainnya .899 .000 0,200 1,381 1,000 1,000 0,309

122 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021
Luh Made Dwi Ary Sutantri, I Nyoman Suluh Wijaya

b. Berdasarkan hasil analisis regresi linier mengalami penurunan. Luas perubahan atau
sederhana, dapat disimpulkan bahwa sektor alih fungsi lahan pertanian sawah di
pariwisata memberikan pengaruh yang Kecamatan Ubud adalah sebesar 206 ha.
positif terhadap terhadap pendapatan sektor Namun karena adanya peningkatan luas
pertanian pada tingkat kabupaten. Menurut lahan pertanian sawah pada tahun 2006 dan
UNTWO, dengan adanya kunjungan tahun 2010 sebesar 60 ha, maka total luas
wisatawan akan memberikan dampak positif lahan sawah yang beralih fungsi di
bagi perekonomian yaitu meningkatnya Kecamatan Ubud adalah sebesar 146 ha.
permintaan akan produk pertanian lokal. 3. Faktor yang berpengaruh pada luas lahan
Namun pada sisi lain, perkembangan sektor pertanian sawah dan luas perubahan
pariwisata terkait dengan adanya berdasarkan hasil analisis regresi linier
peningkatan jumlah daya tarik, sarana berganda adalah daya tarik, sarana
pariwisata, dan prasarana pariwisata pada pariwisata, dan prasarana pariwisata. Setiap
Kecamatan Ubud akan menyebabkan meningkatnya satu unit daya tarik (obyek
penurunan luas lahan pertanian sawah. wisata)/sarana pariwisata/prasarana
Berdasarkan dokumen Pemetaan Potensi pariwisata, maka akan menyebabkan
Wilayah dan Pengembangan Komoditas penurunan luas lahan pertanian sawah di
Pertanian di Kabupaten Gianyar (2013), Kecamatan Ubud dan meningkatnya luasan
adanya penetapan sentra kawasan perubahan atau meningkatnya luasan alih
pengembangan komoditas pertanian di fungsi lahan sawah di Kecamatan Ubud.
Kabupaten Gianyar yang terletak di 4. Berdasarkan PDRB, sektor pertambangan dan
Kecamatan Tegalalang, Kecamatan penggalian, sektor industri pengolahan,
Tampaksiring Kecamatan Sukawati, sektor bangunan, sektor pariwisata, sektor
Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, persewaan dan keuangan, dan sektor jasa –
dan Kecamatan Payangan. Hasil analisis jasa lainnya memiliki pengaruh yang positif
menunjukkan adanya penurunan luas lahan terhadap pendapatan sektor pertanian.
sawah di Kecamatan Ubud sehingga dapat
berarti bahwa pemenuhan permintaan akan DAFTAR PUSTAKA
produksi pangan di Kecamatan Ubud bisa
Bimantoro, Darmawan Listyo. 2012. Perubahan
didapatkan dari wilayah lainnya karena
Penggunaan Tanah dan Fungsi Bangunan
Kecamatan Ubud bukan termasuk dalam
di Sekitar Obyek Wisata Candi Borobudur
sentra kawasan pengembangan pertanian di
dan Taman Kyai Langgeng Tahun 1996
Kecamatan Ubud.
dan 2011. Tesis. Jakarta. Universitas
KESIMPULAN Indonesia.
Cakici, A Celil & Harman, Serhat. 2007.
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat
Importance Of Destination Attributes
disimpulkan bahwa:
Affecting Destination Choice Of Turkish
1. Perkembangan pariwisata merupakan
Birdwatchers. Commerce & Tourism
perubahan yang bersifat progresif atau maju
Education Faculty. 1: 131-145.
yang terjadi di sektor pariwisata yang mana
Cooper, C., Fletcher, J., Fletcher, J., Gilbert, D., &
dapat dilihat melalui sisi supply yaitu pada
Fyall, A. 1993. Tourism: Principles and
daya tarik, sarana pariwisata, prasarana
Practice. New Jersey. Pearson Education.
pariwisata, dan aksesibilitas serta melalui sisi
Dibia, I. N., Diara, I. W., Lanya, I., & Suarjaya, D. G.
demand pariwisata pada wisatawan.
2017. Analysis of Subak Landuse Change
Perkembangan pariwisata di Kecamatan
Due to Tourism Accomodation
Ubud dalam rentang tahun 2004 – 2017
Development in North Kuta Sub-district,
umumnya menunjukkan perubahan dengan
Badung Regency, Indonesia. IOP
adanya peningkatan pada jumlah daya tarik,
Conference Series: Earth and
sarana pariwisata, prasarana pariwisata,
Environmental Science. 98.
aksesibilitas, dan jumlah kunjungan
Gossling, S. 2002. Global Environmental
wisatawan.
Consequences of Tourism. Global
2. Luas lahan pertanian sawah di Kecamatan
Environmental Change. 12(4): 283-302.
Ubud dalam rentang tahun 2004 – 2017 telah

Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021 123
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN UBUD

Mao, X. yan, Meng, J. jun, & Wang, Q. 2014. Penggunaan Lahan Di Kecamatan
Tourism and land transformation: A case Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
study of the Li River Basin, Guilin, China. Teknik Perencanaan Wilayah Kota. 6(2):
Journal of Mountain Science. 11(6): 131–141.
1606–1619. Sasongko, Wisnu., Safari, Ilham Akbar., & Sari,
Mason, Peter. 2003. Tourism Impacts, Planning, Kartika Eka. 2017. Konversi Lahan
and Management. Oxford. Butterworth – Produktif Akibat Pertumbuhan Lahan
Heinemann. Terbangun di Kecamatan Kota Sumenep.
Muehrcke, Philip C. 1990. Map Use Reading, Plano Madani. 6(1): 15 – 26.
Analysis and Interpretation. California. Sholahuddin, Muhammad. 2015. SIG Untuk
Esri Press Academic. Memetakan Daerah Banjir dengan
Pitana, I Gde & Putra, I Gede Setiawan A. 2013. Metode Skoring dan Pembobotan (Studi
Pariwisata sebagai Wahana Pelestarian Kasus Kabupaten Jepara). Skripsi.
Subak, dan Budaya Subak Sebagai Modal Semarang. Universitas Dian Nuswantoro.
Dasar dalam Pariwisata. Jurnal Kajian Sukarsa, I Made. 2000. Pengantar Pariwisata.
Bali. 3(2): 159 – 180. Jakarta. Badan Kerjasama Perguruan
Pemetaan Potensi Wilayah Komoditas Pertanian Tinggi Negeri Indonesia Timur.
di Kabupaten Gianyar Tahun 2013. Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar
Putri, Lucky Riana. 2020. Pengaruh Pariwisata Pariwisata. Yogyakarta. Andi Offset.
Terhadap Peningkatan PDRB Kota Tjondronegoro, Sediono M.P. 1999. Sosiologi
Surakarta. Cakra Wisata. 21(1): 43 – 49. Agraria. Bandung. Akatiga.
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan UNWTO. 2010. General Guidelines For Developing
Nasional Tahun 2010 – 2025. Tourism Satellite Account (TSA). Madrid.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten World Tourism Organization.
Gianyar Tahun 2012 – 2032. Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan
Riswandha, Y., & Wahyono, H. 2017. Pengaruh Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
Kegiatan Wisata Terhadap Perubahan Pradnya Paramita.

124 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 1, Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai