Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TITANIA ROZA ALMAIDA

NIM : 041056158
MK : ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

TUGAS.1

1. Bagaimanakah proses penyusunan APBD pada pemerintah daerah kabupaten/kota

Penyusunan Rancangan APBD Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai berikut:

(1) Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah


Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif waktunya,
perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Rencana Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20 tahun;
Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk
periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan
tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra)
SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan
rencana kerja tahunan SKPD.

(2) Penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Anggaran


Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) harus
bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk menjamin bahwa
anggaran disiapkan dalam koridor kebijakan yang sudah ditetapkan (KUA dan PPAS) dan
menjamin semua stakeholders terlibat dalam proses penganggaran sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:


1) Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD (RKUA).
2) Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Sebagai contoh untuk bahan penyusunan APBD Tahun 2007
Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tertanggal 1
September 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2007.
3) Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun anggaran berikutnya, sebagai landasan
penyusunan RAPBD, kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran
berjalan.
4) RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).

(3) Penetapan Prioritas Dan Plafon Anggaran Sementara


Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya urutan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS). PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-
SKPD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi PPA adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemda dan DPRD membahas rancangan prioritas
dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang disampaikan oleh kepala daerah.
2) Pembahasan PPAS.
3) Pembahasan PPAS dilaksanakan dengan langkah-langkah sbb :
a) Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan
b) Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan
c) Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.
4) KUA dan PPAS yang telah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD
dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan
pimpinan DPRD.
5) Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman penyusunan rencana kerja
dan anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.

(4) Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran SKPD


Penganggaran terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana dan untuk
menghindari terjadinya duplikasi belanja. Sedangkan penyusunan anggaran berbasis kinerja
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan
anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari
setiap program dan jenis kegiatan. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja
dilaksanakan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan keluaran yang
diharapkan dari kegiatan dengan hasil kerja dan manf aat yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

(5) Penyusunan Rancangan Perda APBD


RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala SKPD dan Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan Raperda
APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk selanjutnya
disampaikan kepada kepala daerah.
Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan dibahas
dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat yang
bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat
dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan. Penyebarluasan dan/atau
sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator
pengelola keuangan daerah.

(6) Penetapan APBD.


Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut:
1. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD
2. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD
3. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
2. Buatlah tulisan mengenai pelaksanaan APBD pada pemerintah daerah, dengan memilih
kasus pada daerah tertentu.

RINGKASAN APBD YANG DIKLASIFIKASI MENURUT KELOMPOK


DANJENIS PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN KOTA BATAM
TAHUN ANGGARAN 2021

PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1.432.639.685.193
Pajak Daerah 1.156.408.239.166
Retribusi Daerah 145.516.700.000
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 11.685.992.811
Lain-lain PAD yang Sah 119.028.753.216

PENDAPATAN TRANSFER 1.319.207.339.209


Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 1.087.348.095.209
Pendapatan TransferAntar Daerah 231.859.244.000

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH


109.016.200.000
Lain-lain Pendapatan Sesuai dengan Ketentuan 109.016.200.000
Peraturan PerundangUndangan

Jumlah Pendapatan 2.860.863.224.402

BELANJA
BELANJA OPERASI 2.301.424.533.959
Belanja Pegawai 1.045.221.940.830
Belanja Barang dan jasa 1.211.726.102.790
Belanja Hibah 42.043.188.339
Belanja Bantuan Sosial 2.433.302.000

BELANJA MODAL 643.660.681.695


Belanja Modal Peralatan dan Mesin 85.622.820.489
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 157.219.666.839
Belanja Modal Jalan jaringan, dan Irigas 383.565.578.022
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 17.252.616.345

BELANJA TIDAK TERDUGA 23.488.842.415


Belanja Tidak Terduga 23.488.842.415
Jumlah Belanja 2.968.574.058.069
Total Surplus/(Defisit) (107.710.833.667)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN 107.710.833.667
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 107.710.833.667
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 107.710.833.667
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 0
Pembiayaan Netto 107.710.833.667

3. Jelaskan mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah dan bagaimanakah


faktanya di lapangan

Pengawasan merupakan hal penting dalam upaya untuk menjamin suatu kegiatan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ingin dicapai. Pengawasan merupakan salah satu
fungsi manajemen. Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan
kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi,
untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan,
untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.

Pengawasan merupakan rangkaian kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi


terhadap pelaksanaan kebijakan. Pengawasan dilakukan untuk menjamin semua
kebijakan program dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun dapat
berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis. 

Dilihat dari teknik pengawasannya yaitu Pengawasan Langsung dan Pengawasan Tidak
Langsung. Pengawasan Langsung dapat berupa kegiatan turun langsung ke lapangan atau
inspeksi, sedangkan Pengawasan Tidak Langsung yaitu dengan mengkaji hasil laporan
yang diberikan oleh pihak yang melakukan pemeriksaan maupun audit. 

Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini adalah pengawasan terhadap angaran


keuangan daerah/APBD. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah Pasal 42 menjelaskan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanan Perda dan peraturan perundang-
undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam
melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di
daerah. Berdasarkan dari Undang-Undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus kepada pengawasan
terhadap pelaksanan APBD.

Pengawasan yang dilakukan DPRD bertujuan untuk mengembangkan kehidupan


demokrasi, menjamin keterwakilan rakyat daerah dalam melaksanakan tugas dan
kewenanganya serta mengembangakan mekanisme checks and balances antara DPRD
dan eksekutif demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat (Budiardjo,2008:318).
Hal yang sama dikemukan oleh Sunarso (2005) bahwa DPRD berfungsi sebagai lembaga
pengawasan politik dan sebagai struktur politik akan mewujudkan pola demokrasi, salah
satunya melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Pengawasan terhadap pelaksanan APBD wujudnya adalah dengan melihat, mendengar,
dan mencermati pelaksanan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik secara langsung
maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstiuen, tanpa masuk ke ranah
pengawasan yang bersifat eknis. Apabila ada dugaan penyimpangan, dapat dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Memberitahukan kepada Kepala Daerah untuk ditndaklanjuti oleh Satuan Pengawas
Internal.
b. Membentuk pansus untuk mencari nformasi yang lebih akurat.
c. Menyampaikan adanya dugan penyimpangan kepada instansi penyidik (Kepolisian,
Kejaksan, dan KPK)

Daftar Pustaka.

http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/Pertemuan-4.pdf
https://bpkad.batam.go.id/uploads/apbd/Ringkasan_APBD_TA_2021.pdf

Anda mungkin juga menyukai