Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mendorong umatnya untuk berdagang, bukan berarti dapat

dilakukan sesuka dan sekehendak manusia, seperti lepas kendali. “Adab dan

etika bisnis dalam Islam harus dihormati dan dipatuhi jika para pedagang dan

pebisnis ingin termasuk dalam golongan shiddiqien”(Mas’adi, 2002: 133).

Umat Islam dalam kiprahnya mencari kekayaan dan menjalankan usahanya

diharuskan menjadikan Islam sebagai dasarnya dan ridha Allah sebagai tujuan

akhir dan utama.

Mencari keuntungan dalam melakukan perdagangan merupakan salah

satu tujuan, tetapi tidak boleh mengalahkan tujuan utama. “Dalam pandangan

Islam, bisnis merupakan sarana untuk beribadah kepada Allah dan merupakan

fardhu kifayah. Oleh karena itu, bisnis dan perdagangan tidak boleh lepas dari

peran Syari’ah Islamiyah”(Taimiyyah, t.t: 342). Sistem ekonomi Islam

melarang setiap aktivitas perekonomian,tidak terkecuali jual beli (perdagangan)

yang mengandung unsur paksaan, mafsadah (lawan dari manfaat), dan gharar

(penipuan). Sedangkan bentuk perdagangan Islam mengizinkan adanya sistem

kerja sama (patungan) atau lazim disebut dengan syirkah (Syahatah, 2005:

142). Seperti Ketentuan Islam pada firman Allah SWT:

     


       
)‫ البقرة‬: ١٨٨(   

1
2

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain


diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui. (Q.S al-Baqarah: 188)

      


         
)‫النساء‬:٩٢(        

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Q.S al-Nisaa: 29)

Demikian halnya dengan Pasar Hiang sebagai salah satu pasar

tradisional di Kabupaten Kerinci, Di mana pasar tersebut merupakan pasar

yang dibuka setiap hari kamis dan merupakan pasar yang mayoritas pedagang

nya adalah pedagang sayur. Permasalahan klasik yang kerap ditemukan di

Pasar Hiang adalah manipulasi timbangan dan takaran yang dilakukan oleh

para pedagang sayur.

Memanipulasi timbangan dan takaran, atau lebih tepatnya mengurangi

timbangan/takaran adalah bukan hal baru bagi pedagang nakal. Tidak saja di

Pasar Hiang, hampir di seluruh dunia pasti akan ditemukan akhlak buruk

sebagian pedagang yang sengaja mengurangi timbangan/takaran. Bahkan

beberapa oknum pedagang dengan sengaja memodifikasi timbangan/takaran

untuk mencari keuntungan.

Timbangan yang dimodifikasi itu secara kasat mata akan tampak sama

dengan timbangan pada umumnya. Para konsumen akan tahu setelah mereka
3

menimbang ulang barang belanjaannya di rumah atau menggunakan timbangan

lainnya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, selisih yang akan diterima para

konsumen bisa mencapai 100 gram (1 ons) dalam 1 kg barang..

Hal tersebut sebenar nya sudah diketahui oleh para pedagang bahwa

yang mereka lakukan itu bertentangan dengan Agama, peraturan pemerintah

dan Hukum adat, tetapi masih banyak pedagang yang melakukan praktek

tersebut, apakah kecurangan dalam memanipulasi timbangan hanya untuk

mencari keuntungan semata atau ada motif lain ?

Berdasrkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mebahas

masalah ini secara mendalam, yang selanjutnya penulis tuangkan dalam sebuah

skirpsi dengan judul “Telaah Sosiologi Hukum Islam Terhadap Perilaku

Pedagang Sayur di Pasar Hiang dalam Menakar dan Menimbang Barang”

sebagai bahan penilitian tugas akhir kuliah.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

permasalahan dalam penilitian ini adalah: Bagaimanakah perilaku pedagang

sayur dalam menakar dan menimbang barang dan motif yang melatari

terjadinya manipulasi timbangan telaah sosiologi hukum Islam.

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka penulis

memberikan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana pemahaman pedagang sayur yang berkaitan dengan

takaran dan timbangan di Pasar Hiang?


4

2. Bagaimana kepatuhan pedagang sayur di Pasar Hiang terhadap

aturan takaran dan timbangan?

3. Bagaimana motif tindakan pedagang sayur di Pasar Hiang dalam

memperlakukan takaran dan timbangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemahaman pedagang sayur di Pasar Hiang

yang berkaitan dengan takaran dan timbangan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kepatuhan pedagang sayur di

Pasar Hiang terhadap aturan takaran dan timbangan.

3. Untuk mengetahui motif yang melatari tindakan pedaganag sayur

di Pasar Hiang dalam memperlakukan takaran dan timbangan.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, untuk memperkaya kharamah kajian hukum

Islam dalam praktik sosial. Secara praktis bagi pengambil

kebijakan.

2. Sebagai bahan pertimbangan merumuskan kebijakan

3. Secara praktis bagi penulis sebagai syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Strata Satu (S.1) Sarjana hukum ekonomi syariah

(SH)

D. Penilitian Terdahulu
5

Sebelum penilitian ini dilaksanakan, penelitian menggunakan judul serupa

sudah terdapat beberapa penulis temukan, sejauh pengamatan dan penulusuran

penulis menemukan bebrapa penilitian diantara nya :

Penelitian yang pertama ditulis oleh Lilin Wahlulin Universitas Islam

Negri Walisongo Semarang yang menggunakan judul Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Praktik Timbangan Dalam Jual Beli Bahan Pokok. Hasil penilitian,

penulis memperoleh informasi bahwa praktik timbangan dalam jual beli bahan

pokok di Pasar Pengandon, tidak ada ketepatan mengenai kadar timbangan nya,

karena pedagang dalam praktik menimbang tidak ada pada saat transaksi

dengan pembeli dan itu sudah menjadi kebiasaan para pedagang. Meskipun

pada saat transaksi pembeli sudah mengetahui kadar timbangan nya, namun hal

itu tidak bisa dijadikan dasar ketepatan timbangan. Jadi jual beli bahan pokok

belum belum memenuhi syarat ma’qud alaih yaitu belum ada ketepatan kadar

takarannya.

Penilitian yang kedua ditulis oleh Dheka Hesty Arline IAIN purwokerto

yang menggunakan judul Analisis Perilaku Pedagang Tradisonal Dalam

Perspektif etika Bisnis Islam. Penulis menemukan bahwa masih adanya

pedagang yang melakukan tindakan yang dapat merusak mekanisme pasar

yaitu dengan menipu pembeli demi keuntungan pribadi, tidak memperhatikan

kualitas produk yang dijual untuk mendapatkan harga yang lebih murah untuk

menarik pembeli. Namun dalam menghadapi persaingan antar pelaku bisnis

mereka bersaing dengan cara yang sehat meskipun ada beberapa pelaku bisnis

yang melakukan tindakan yang dapat merusak mekanisme pasar dengan

menurunkan harga dan merusak tingkat penawaran dan merugikan pihak


6

lainnya. Kemudian perilaku para pedagang di Pasar Cinangsi ini, sebagian

besar sudah sesuai dengan etika bisnis Islam baik dalam hal takaran yaitu

dengan menakar secara adil dengan tidak menguranginya, dalam hal

keramahan dan pelayanan, yaitu dengan cara ramah kepada setiap pembeli dan

melayani dengan sepenuh hati, kemudian dalam hal penepatan janji dengan

tidak mengingkari apa yang sudah disepakati dengan pembeli dan dalam hal

persaingan sesama bisnis yaitu bersaing dengan cara yang sehat dan saling

tolong menolong. Namun, masih ada beberapa pedagang yang melakukan

tindak penyimpangan dengan mengoplos barang kualitas bagus dengan

buruk,menipu pembeli dan lain sebagainya. Selain itu, hasil penelitian

menjelaskan bahwa sebagian besar para pedagang di Pasar Cinangsi ini

memegang lima prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip kesatuan,

keseimbangan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggungjawab dan prinsip

kebajikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perilaku para

pedagang di Pasar Cinangsi sudah sesuai dengan etika bisnis dalam Islam.

Penilitian yang ketiga yaitu yang ditulis oleh Rafidah dengan judul

Perilaku pedagang sayur-mayur dipasar sentral Pinrang hasil penilitian tersebut

memperoleh hasil yaitu, tentang penerapan akad dan syarat namun dalam

penerapan nya masih banyak pedagang ang tidak memenuhi perinsip tersebut.

Dengan demikian, walaupun ada yang membahas mengenai etika

dalam bisnis namun pada penilitian yang akan ditulis oleh peneliti dalam

skripsi penulis akan berbeda, selain dari segi tempat dan obyek tentu dari segi

data akan berbeda dan juga peniliti akan menonjolkan tentang motif para

pelaku pedagang sayur dalam menimbang dan menakar.


7

E. Metode penilitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini menitikberatkan pada

penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif dan melalui

paradigma fenomenologis. Artinya, penelitian ini digunakan atas tiga

pertimbangan, yaitu: pertama, untuk mempermudah pemahaman realitas

ganda, yaitu realitas taktis dan realitas praktis. Kedua, menyajikan secara

hakiki antara peneliti dan realitas, dan; ketiga, metode ini lebih peka dan

menyesuaikan diri pada bentuk nilai yang dihadapi.

Dalam penelitian ini, telaah pustaka penulis lakukan sejak awal

ketika hendak menentukan topik yang akan menjadi fokus kajian dan ketika

hendak melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari lapangan.

Kegiatan ini juga dilakukan untuk memperoleh data yang bersumber dari

kepustakaan. Sedangkan penelitian lapangan diawali dengan kegiatan

penjajakkan, untuk mengetahui relevansi antara obyek yang hendak diteliti

dengan permasalahan studi ini. Setelah diketahui relevansi itu, maka

selanjutnya diadakan pengujian teori perilaku bisnis sayur di pasar Hiang

yang ditinjau dari hukum Islam, yang telah diketahui dengan realitas

sosiologis yang terjadi dilapangan sehingga diperoleh data riil. Pendekatan

pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode

penelitian untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai

situasi, berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat yang menjadi


8

objek penelitian, dan berupaya menarik realitas sosial itu ke permukaan

sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang

kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Burhan, 2011: 68).

2. Sumber Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer adalah “data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut

menjadi data sekunder kalau digunakan orang yang tidak berhubungan

langsung dengan penelitian yang bersangkutan” Dengan demikian data

primer adalah data utama yang mesti di dapatkan oleh peneliti dalam

melaksanakan suatu penelitian. Data primer yang penulis maksud

dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari wawancara,

observasi dan dokumentasi, kepada pedagang sayur di Pasar Hiang.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh

secara tidak langsung dari obyek penelitian yang bersifat publik, yang

terdiri atas struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan-

laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkaitan dengan

penelitian ini (Purhantara, 2010: 79).

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara
9

Metode wawancara digunakan untuk mencari informasi secara

mendalam tentang objek yang sedang diteliti. Metode ini digunakan

untuk mengetahui perilaku pedgang sayur di Pasar Hiang dan yang akan

akan diwawancarai adalah para pedaganag sayur di Pasar Hiang dan juga

narasumber yang berkaitan dengan penilitian.

Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena

ingin mengeksplorasi informasi-informasi secara jelas dari informan.

Wawancara mendalam ialah temu muka berulang antara peneliti dan

subjek penelitian, dalam rangka memahami pandangan subjek penelitian

mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana

diungkapkan dalam bahasanya sendiri (Pawito, 2007: 133)

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran. Observasi ini banyak digunakan

dalam penelitian sebagai alat ukur tingkah laku atau proses terjadinya

suatu kegiatan yang sedang diamati. Menurut Nasution observasi adalah

dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun

sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas (Sugiyono, 2009: 64).

Dalam hal ini, sebagaimana penelitian kualitatif, peneliti

bertindak sekaligus sebagai instrumen pengumpulan data sehingga


10

dengan demikian peneliti dapat menyaksikan secara langsung keadaan

yang sebenarnya di lapangan. Jadi, peneliti melakukan observasi dengan

terjun langsung mengunjungi pasar Cinangsi untuk melihat seperti apa

dan bagaimana setiap aktifitas atau perilaku yang dilakukan para

pedagang sayur di Pasar Hiang dalam menjalankan kegiatan perdagangan

atau jual beli. Selain itu peneliti juga mengamati bagaimana perilaku

mereka dalam menakar dan menimbang barang.

c. Dokumentasi

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-

dokumen yang berkaitan erat dengan pokok masalah yang sedang diteliti.

Hasil penilitian akan kredibel kalau didukung oleh catatan, buku , notulen

dokumen tersebut dapat berupa data atau gambar.

4. Pengolahan Data

Ketika sebuah data yang sudah diteliti sudah terkumpul maka

selanjutnya adalah pengolahan data. Langkah pengolahan data adalah

sebagai berikut

a. Edit

Melakukan pengecekan ulang data yang telah dikumpulkan dan

mencari tahu apa saja telah terkumpul dan sudah didapatkan telah sesuai

dengan masalah yang akan diolah dalam penelitian skripsi. Dengan

dilakukan nya pengecekan ulang data yang sudah dikumpulkan melalui

waawancara, observasi, pustaka dan dokumen apakah sudah pas dan

tidak ada lagi yang tertinggal untuk diolah.

b. Klasifikasi
11

Klasifikiasi adalah penyusunan sebuah data, yang mana data yang

akan disusun didapati dari hasil wawancara yang akan disusun

berdasarkan kategori tertentu. Data yang akan diperoleh harus

mempunyai kebenaran permasalahan yang diteliti.

c. Verifikasi

Verifikasi mengecek ulang kebenaran sebuah data yang sudah

diperoleh supaya bisa diketahui kebenaran nya. Oleh karena itu penulis

akan menanyakan kembali kepada informan tentang kebenaran

informasi yang disampaikan.

d. Analisis

Apabila penulis telah melakukan ketiga tahapan yang di atas, maka

akan dilanjutkan dengan menganalisis data yang sudah dikumpulkan

dan sesuai dengan masalah yang telah dibahas, yaitu perilaku pedagang

sayur di Pasar Hiang.

e. Kesimpulan

Selanjutnya adalah bagian terakhir dari mengelola data yaitu

kesimpulan dari sebuah data yang telah diteliti yang akan didapat kan

sebuah jawaban. dengan adanya tahapan ini penulis telah mendapatkan

jawaban dari penilitian yang sudah dilakukan dan akan digunakan untuk

menghasilkan sebuah gambaran yang ringkas mudah diapahami dan

jelas. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-


12

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan kredibel (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, 2016: 252).

BAB II

KERANGKA TEORI
13

A. Etika Dagang dalam Islam

1. Pengertian Etika Dagang dalam Islam

Etika secara etimologi, etika (ethics) yang berasal dari Bahasa Yunani,

ethikos yang mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-

konsep terhadap apa yang harus mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar,

salah, wajib, tanggungjawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi kedalam waktu

moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang

baik secara moral. Etika atau ethikos atau ethos dalam bahasa Yunani ini

dipahami sebagai adat, kebiasaan, atau praktik. Etika berdasarkan definisi ini,

menurut Aristoteles mencakup tentang karakter dan kecondongan. Ketika etika

dikaitkan dengan perilaku, maka suatu perilaku dikatakan etis jika ada dalam

kerangka baik dan benar. Etika bisa bersifat normatif sebagai sistem nilai yang

menuntun pengambilan keputusan baik dan buruk, benar dan salah, dan bisa

juga berupa meta etika yakni penganalisisan logika perbuatan dalam kaitannya

dengan baik dan buruk, benar dan salah tersebut (Bagus, 1996: 217-218).

Dalam pengertian umum, etika diartikan dengan usaha yang sistematis

untuk memahami pengalaman moral individu dan masyarakat sedemikian rupa

untuk menntukan aturan-aturan yang seharusnya mengatur tingkah laku

manusia, nilai-nilai yang dikembangkan, dan sifatsifat yang perlu

dikembangkan dalam hidup. Etika pada segmen ini mengarah pada

pengalaman moral individu dan masyarakat secara emperik, lalu dari situ

muncul nilai-nilai dan sifat-sifat yanmg urgen untuk dikembangkan dalam

kehidupan manusia. Berbagai aturan yang lahir sebagai standar yang etis yang

mengatur tindakan manusia (Hamzah dan Hafid, 2014: 11).


14

Etika dapat diartikan pula sebagai studi tentang prinsip-prinsip perilaku

yang baik dan buruk. Beberapa penulis menggunakan istilah “ilmu”, tetapi

disini sengaja digunakan istilah “studi”, untuk menghindari adanya salah

pengerti dengan konsep ilmu pengetahuan. Sebab seni, religi, filsafat, dan ilmu

pengetahuan sebagai produk proses budi manusia masing-masing mempunyai

pengertian yang berbeda. Dalam hubungan ini, etika merupakan salah satu

cabang filsafat, yaitu filsafat moral (Hamzah dan Hafid, 2014: 20).

Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al

Islamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan

halal dan haram. Jadi perilaku yang etis itu ialah perilaku yang mengikuti

perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam Islam etika bisnis ini sudah

banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah Al-Quran

dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam

berbagai aktivitasnya. sesibuk-sibuknya urusan dagang, urusan bisnis dan atau

urusan jual beli yang sedang ditangani sebagai pedagang Muslim janganlah

pernah sekali-kali meninggalkan shalat. Lantaran Allah SWT masih memberi

kesempatan yang sangat luas kepada kita untuk mencari dan mendapatkan

rejeki setelah shalat (Ahmad Dan Arsyam, 2019).

Selanjutnya Pengertian dagang dapat didefinisikan sebagai sarana saling

menukar harta dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diingini

dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dagang merupakan pekerjaan yang

berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh

keuntungan. Dagang adalah salah satu bentuk bisnis, dimana definisi umum
15

dari istilah bisnis adalah suatu entitas ekonomi yang diselenggarakan dengan

tujuan bersifat ekonomi dan sosial. Pedagang yaitu seseorang yang melakukan

jual beli. Pedagang adalah bagian dari bisnis yang berjalan sebagai penengah

(distribusi) suatu barang yang dihasilkan dari sektor ekonomi, yaitu sektor

pertanian, sektor industri, dan sektor jasa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh

manusia atau masyarakat untuk dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Secara

logis dengan adanya kegiatan ini akan dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat.

Dalam berdagang tidak lepas dengan namaya hukum dagang

Menurut C.S.T Kansil, hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah

laku manusia yang melakukan perdagangan dengan maksud memperoleh

keuntungan. Berdasarkan pendapat Ahli tentang definisi hukum dagang serta

pengertian dagang dalam KBBI, kita dapat memperjelas bahwa pengertian

hukum dagang adalah hukum yang mengatur segala kegiatan atau usaha yang

dilakukan oleh subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lainnya yang

menimbulkan perikatan antara keduanya untuk mendapatkan keuntungan.

Kemudian Islam merupakan agama tauhid. Agama yang menyatakan

bahwa Tuhan yang layak dipertuhankan hanyalah Allah yang satu, yang

menjadi awal dan akhir dari segala sesuatu yang ada didunia ini, dan semua

yang hidup dan yang mati berada dalam genggaman dan kekuasaan Allah

SWT. Islam adalah agama yang mudah dan syamil (menyeluruh) meliputi

segenap aspek kehidupan termasuk masalah jual beli. Dalam mengatur

kehidupan, Islam selalu memperhatikan berbagai maslahat (kebaikan) dan

menghilangkan segala bentuk madharat (keburukan). Termasuk dalam


16

maslahat tersebut adalah sesuatu yang Allah syariatkan dalam jual beli dengan

berbagai aturan yang melindungi hak-hak pelaku bisnis dan memberikan

berbagai kemudahan dalam pelaksanaannya.

Dari penjelasan di atas tentang “etika”, “dagang”, dan “Islam”, maka

dapat digabungkan makna ketiganya adalah Etika Dagang Islam merupakan

perilaku moral dalam jual beli, berperilaku penuh tanggung jawab dan

bermoral, juga selalu berpegang pada syariat dalam melakukan perdaganagan.

Etika dagang dalam Islam hendak lah memamtuhi hukum Islam tentang

jual beli, berikut dalil-dalil yang mengatur tentang jual beli:

1) al-Baqarah ayat 275


       
      
      
       
      
       
)‫ البقرة‬: ٢٧٥(     

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan Syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (Q.S al-Baqarah: 275).

2) al-Nisaa’ ayat 29

     


       
17

         


)‫ النساء‬: ٢٩( 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu (Q.S al-Nisaa : 29).

Seperti halnya ayat-ayat al-Qur’an, as-Sunnah pun banyak

menyebutkan tentang hukum jual beli. Sebab, jual beli merupakan

aktivitas masyarakat yang sangat populer. Diantaranya yang dapat

dikemukakan dalam tulisan ini adalah:

1) Hadist dari Abu Hurairah

‫ال َرس ُْو ُل هللاِ صلى‬ َ َ‫ ق‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ‫اج ُشوا َوالَ تَبَا َغضُوا َوال‬ َ َ‫ الَ تَ َحا َس ُدوا َوالَ تَن‬: ‫هللا عليه وسلم‬
ِ‫ْض َو ُك ْونُوا ِعبَا َد هللا‬ ٍ ‫ض ُك ْم َعلَى بَي ِْع بَع‬ ُ ‫تَ َدابَرُوا َوالَ يَبِ ْع بَ ْع‬
ْ َ‫ ْال ُم ْسلِ ُم َأ ُخو ْال ُم ْسلِ ِم الَ ي‬.ً‫ِإ ْخ َوانا‬
ُ‫ظلِ ُمهُ َوالَ يَ ْخ ُذلُهُ َوالَ يَ ْك ِذبُه‬
ِ‫ التَّ ْق َوى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِه‬.ُ‫َوالَ يَحْ قِ ُره‬
ُ‫ب ا ْم ِرٍئ ِم َن ال َّش ِّر َأ ْن يَحْ قِ َر َأ َخاه‬ ِ ‫ثَالَثَ مَرَّاتٍ – بِ َح َس‬
ُ ‫ضه‬ ُ ْ‫ ُكلُّ ْال ُم ْسلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسلِ ِم َح َرا ٌم َد ُمهُ َو َمالُهُ َو ِعر‬،‫ْال ُم ْسلِ َم‬
]‫[رواه مسلم‬

Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda:


Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan
saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu
yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak
mendustakannya dan tidak menghinanya. Takwa itu disini (seraya
menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim
dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap
18

muslim atas muslim lain; haram darahnya, hartanya dan


kehormatannya. (HR. Muslim).

2) Hadist dari Abu Hurairah

Dari Abu Hurairah ra: telah bersabda Rasulullah saw: Barang siapa
yang menjual dua penjuaan dalam satu barang, maka baginya
kerugian atau riba (HR. Abu Daud).

3) Hadist dari Abu Hurairah

Dari Abu Hurairah ra diceritakan, ia berkata: Rasulullah saw


melarang jual beli lempar kerikil dan jual beli gharar (HR. Muslim).

4) Hadist dari Hakim ibn Hizam

Dari Hakim Ibn Hizam, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi saw,
kataku: Wahai Rasulullah, seseorang datang kepadaku meminta aku
menjual suatu yang tidak ada padaku. Lalu aku menjualnya
kepadanya, kemudian aku membelinya di pasar untuk aku serahkan
kepadanya. Beliau menjawab: Jangan engkau menjual barang yang
tidak ada padamu (HR. an-Nasa’i).

2. Prinsip-prinsip Dagang dalam Islam


19

Dalam hukum Islam disebutkan bagaimana pinsip-prinsip dalam

berdagang atau berbisnis. Etika bisnis Islami merupakan tata cara

pengelolaan bisnis berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan hukum yang telah

dibuat oleh para ahlifiqih. Prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islami harus

mencakup:

a. Prinsip kesatuan

Prinsip kesatuan merupakan landasan yang sangat filosofis yang

dijadikan sebagai pondasi utama setiap langkah seorang Muslim yang

beriman dalam menjalankan fungsi kehidupannya. Landasan tauhid atau

ilahiyah ini bertitik tolak pada keridhoan Allah, tata cara yang dilakukan

sesuai dengan syariah-Nya. Kegiatan bisnis dan distribusi diikatkan pada

prinsip dan tujuan ilahiyah (Muslich, 2004: 30).

b. Prinsip keadilan

Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama

sesuai dengan acuan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional

objektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Keadilan menuntut agar tidak

boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Dalam beraktivitas

di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak

terkecuali pada pihak yang tidak disukai.

c. Prinsip Kehendak Bebas

Kebebasan berarti bahwa manusia sebagai individu dan kolektif

mempunyai kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam

ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaidah-kaidah Islam karena

masalah ekonomi termasuk kepada aspek muamalah bukan ibadah maka


20

berlaku padanya kaidah umum “semua boleh kecuali yang dilarang” yang

tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba.

d. Prinsip tanggung jawab

Dalam dunia bisnis, pertanggungjawaban dilakukan kepada dua

sisiyakni sisi vertikal (kepada Allah) dan sisi horizontalnya kepada

masyarakat atau konsumen. Tanggungjawab dalam bisnis harus ditampilkan

secara transparan (keterbukaan), kejujuran, pelayanan yang optimal dan

berbuat yang terbaik dalam segala urusan. Secara logis prinsip ini

berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai

apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas

semua yang dilakukannya.

e. Prinsip kebenaran

Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan

prilaku benar yang meliputi proses mencari atau memperoleh komoditas

pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan

keuntungan. Dalam prinsip ini terkandung dua unsur penting yaitu kebajikan

dan kejujuran. Kebajikan dalam bisnis ditunjukkan dengan sikap kerelaan

dan keramahan dalam bermuamalah, sedangkan kejujuran ditunjukkan

dengan sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya

penipuan sedikitpun. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam

sangat menjaga dan berlaku preventif terhadapkemungkinan adanya

kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau

perjanjian dalam bisnis.


21

Realisasi dari konsep syariah itu memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu

prinsip keadilan, menghindari kegiatan yang dilarang dan memperhatikan

aspek kemanfaatan. Ketiga prinsip tersebut berorientasi pada terciptanya

sistem ekonomi yang seimbang yaitu keseimbangan antara memaksimalkan

keuntungan dan pemenuhan prinsip Syariah yang menjadi hal mendasar

dalam kegiatan pasar (Ali,2008).

3. Perilaku bisnis syariah

Dalam melakukan perdagangan atau jual beli perilaku adalah hal


dasar yang harus diperhatkan, seperti bekerja dengan professional ,taat akan
aturan Islam, aturan pemerintah dan tidak melakukan perdagangan yang
bertentangan dengan syariat Islam. Berikut merupakan etika yang harus
dimiliki seseorang sebagai pedagang:
a. Shidiq (Jujur)

Pengertian Siddiq Dalam bahasa Arab “as-sidqu” atau “Siddiq” yang

berarti benar, nyata, nyata,tidak berkhianat atau berkata benar, didalam

berdgang kita di harukan berkata jujur. Dalil tentang berkata jujur.

Pembagian Sifat Jujur Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar

(śiddiq) sebagai berikut.

1) Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi

seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan

karena Allah Swt.

2) Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima

dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara

perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barang siapa

yang menjaga lidahnya dengan cara selalu menyampaikan berita yang


22

sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini.

Menepati janji termasuk jujur jenis ini.

3) Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh

sungguh sehingga perbuatan zahirnya tidak menunjukkan sesuatu

yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.

b. Amanah
Amanah secara etimologis merupakan bentuk masdar dari

amunaya’munu, yakni jujur atau bisa di percaya. Dalam bahasa

Indonesia, amanah berarti kerabat, ketentraman atau dapat di percaya;

dan amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan. Dalam

sejarah para rasul, amanah merupakan salah satuh sifat yang wajib di

miliki para rasul, khususnya yang berkaitan dengan tugas kerasulannya,

seperti menerima wahyu,memelihara keutuhannya, dan menyampaikan

kepada manusia tanpa penambahan, pengurangan, atau penukaran

sedikitpun. Mereka juga bersifat amanah dalam arti terpelihara dari hal-

hal yang di larang Allah swt secara lahir dan batin (Hamzah dan Hafid,

2014: 36).

Dalam konteks fikih, amanah berarti kepercayaan yang di berikan

seseorang berkaitan dengan pemeliharaan harta benda. Sementara itu

Kondifikasi Hukum Perdata Kerajaan Turki Usmani bahwa yang di

maksud dengan amanah adalah sesuatu yang di percayakan kepada

seseorang yang baik berupa akad seperti harta benda yang di sewakan

atau di pinjamkan, maupun berupa harta yang berada di tangan orang

lain tanpa kesengajaan, misalnya harta benda seseorang yang berada di


23

rumah orang lain karena di pindahkan oleh angin (Hamzah dan Hafid,

2014: 37).

c. Benar

Berdusta dalam berdagang sangat di kecam dalam Islam, terlebih

lagi jika disertai dengan sumpah palsu atas nama Allah, dalam hadits

mutafaq’alaih dari hakim bin Hazm yang artinya penjual dan pembeli

bebas memilih selama belum putus transaksi, jika keduanya bersikap

benar dan menjelaskan kekurangan barang yang diperdagang kan maka

kedua nya mendaat kan berkah dari jual beli nya. Namun jika keduanya

saling menutupi aib barang dagangan itu dan berbohong maka jika

merekamendapatkan laba maka, hilanglah berkah jual beli itu.

Islam mengatur seluruh perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Demikian pula dalam masalah perdagangan, Islam mengatur

bagaimana manusia melakukan kegiatan perdagangan yang membawa manusia

berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan hidup

manusia lewat al-Qur'an dan al-Hadits supaya manusia dijauhkan dari sifat

yang hina karena perilaku ekonominya.

Seorang muslim dalam berdagang didasarkan atas beberapa

pertimbangan, yaitu:

1. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detail permasalahan

ekonomi masyarakat atau negara. Keberlangsungan hidup manusia


24

diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim akan yakin bahwa Allah

SWT akan memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

2. Dalam konsep Islam, kebutuhan yang membentuk pola konsumsi

seorang muslim dimana batas-batas fisik merefleksikan pola yang

digunakan seorang muslim untuk melakukan aktivitas

perdagangannya, bukan dikarenakan pengaruh preferensi semata

yang mempengaruhi pola niaga seorang muslim (Mannan, 1997: 61).

Keadaan ini akan menghindari pola hidup yang berlebih-lebihan,

sehingga stabilitas ekonomi dapat terjaga konsistensinya dalam jangka panjang

Perilaku berkonsumsi seorang muslim diatur perannya sebagai makhluk sosial.

Hal ini berarti etika dalam berjual-beli perlu dijaga agar kenyamanan pembeli

dan aktivitas jual beli dapat berjalan dengan baik. Menurut Murdeni Muis,

kepribadian dan perilaku wirausaha muslim yang perlu dijaga adalah:

1. Niat yang ikhlas untuk berjual-beli

2. Akhlaq yang mulia terhadap pembeli

3. Usaha yang halal

4. Menunaikan hak selaku pedagang

5. Melakukan kewajiban selaku pedagang

6. Menghindari riba dan segala sarananya

7. Tidak memakan harta orang lain dengan cara bathil

8. Komitmen terhadap peraturan dalam bingkai syari’at

9. Tidak membahayakan/merugikan orang lain/pembeli

10. Loyal terhadap nilai-nilai keimanan


25

11. Mempelajari hukum dan adab muamalah Islam (Muis, 2007:10-21).

Alasan mengejar keuntungan atau lebih tepat keuntungan adalah hal

pokok bagi kelangsungan jual beli. Hal pokok itu merupakan alasan utama bagi

setiap pedagang untuk berprilaku tidak etis. Dari sudut pandang akhlak,

keuntungan bukanlah hal yang buruk, bahkan secara moral keuntungan

merupakan hal yang baik dan dapat diterima. Hal ini karena:

Pertama, secara moral keuntungan memungkinkan pedagang bertahan

(survive) dalam kegiatan bisnisnya. Kedua, tanpa memperoleh keuntungan

tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu

berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif dalam memacu

pertumbuhan ekonomi. Ketiga, keuntungan tidak hanya memungkinkan

pedagang survive melainkan dapat menghidupi keluarganya ke arah tingkat

hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan

(expansi) pedagang sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru

(Rudito, 2007: 25).

Dalam mitos bisnis amoral sering dibayangkan bisnis sebagai sebuah

medan pertempuran. Terjun ke dunia bisnis berarti siap untuk betempur habis-

habisan dengan sasaran akhir meraih keuntungan, bahkan keuntungan sebesar-

besarnya secara konstan. Ini lebih berlaku lagi dalam bisnis global yang

mengandalkan persaingan ketat. Pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah

tujuan keuntungan yang dipertaruhkan dalam bisnis itu bertentangan dengan

etika? Atau sebaliknya apakah etika bertentangan dengan tujuan bisnis mencari

keuntungan.
26

B. Takaran dan Timbangan

1. Pengertian Takaran dan Timbangan

Kata “Takaran” dalam Kamus Bahasa Arab, yaitu: mikyal, kayl.

Sedangkan kata “Timbangan” dalam Kamus Bahasa Arab yaitu: wazn,

mizan. Takaran diartikan sebagai proses mengukur untuk mengetahui kadar,

berat, atau harga barang tertentu. Dalam proses mengukur tersebut dikenal

dengan menakar. Menakar yang sering disamakan dengan menimbang.

Menakar atau menimbang merupakan bagian dengan perniagaan

yang sering dilakukan oleh pedagang. Para pedagang menggunakan alat

untuk menakar yaitu kaleng, tangan, dan lain-lain. Sedangkan alat untuk

menimbang yaitu timbangan yang juga disebut dengan neraca karena

memiliki keseimbangan. Timbangan dipakai untuk mengukur satuan berat

(ons,gram, kilogram,dll). Takaran dan timbangan adalah dua macam alat

ukur yang diberikan perhatian untuk benar-benar dipergunakan secara

tepat dan benar dalam perspektif ekonomi syariah. Timbangan secara

terminologi adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran massa suatu

benda. Timbangan/neraca dikategorikan ke dalam sistem mekanik dan juga

elektronik/digital. Termasuk diantara hal-hal yang terkait dengan muamalah

adalah penipuan barang dagangan dan kecurangan. Jika penipuan dilakukan

terhadap pembeli dan pembeli tidak mengetahuinya, penipuan seperti itu

tingkat dosanya sangat besar (Nasikhan, 2020: 3).

2. Dalil tentang Takaran dan Timbangan


27

Menipu pembeli atau konsumen serta mencederai kepentingan mereka

dengan alat ukur palsu amatlah dilarang tegas oleh Islam. Al-Quran dengan

keras mengutuk praktik ukuran palsu ini . Kaum mukminin telah di

peringatkan agar menggunakan alat ukur yang benar dan seimbang untuk

menghindari hukuman Allah (Chaudhry, 2012: 132). Allah memerintahkan

umat nya agar selalu menyempurnakan takaran dan timbangan, Allah

berfirman dalam surat Al-An’am ayat 152 :

        


     
         
         
     
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila
kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia
adalah kerabatmu dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat (Q.S al-An’am: 152).

Dasar Hukum Islam tentang Takaran atau Timbangan, seperti dalam

firman Allah dalam (Q.S Hud : 84).

        


         
      
    

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka,


Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada
Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan
timbangan, Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang
28

baik (mampu) dan Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab


hari yang membinasakan (Q.S Hud : 84).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Syu’aib selalu mengingatkan

kaumnya agar tidak mengurangi takaran dalam jual beli, atau menjual barang

dengan terlalu mahal. Beliau menekankan agar masyarakat selalu menjaga

keadilan dan kejujuran dalam bertransaksi dengan mengatakan, “mengurangi

takaran dan menjual terlalu mahal merupakan penyebab kerusakan di muka

bumi dan orang yang melakukan perbuatan tersebut sebenarnya perusak dan

penjahat di muka bumi. Jadi dalam Islam mengurangi takaran dan timbangan

tidak dibenarkan karena bias menyebabkan kerugian di suatu pihak.

Dalam menakar atau menimbang barang sering terjadi yang nama nya

manipulasi atau kecurangan dalam menimbang, kecurangan tersebut jelas

merupakan satu bentuk praktek sariqah (pencurian) terhadap milik orang lain

dan tidak mau bersikap adil dengan sesama. Dengan demikian, bila mengambil

milik orang lain melalui takaran dan timbangan yang curang walaupun sedikit

saja berakibat ancaman dan kecelakaan. Dan tentu ancaman akan lebih besar

bagi siapa saja yang merampas harta dan kekayaan orang lain dalam jumlah

yang lebih banyak. Syaikh Abdurrahmân as-Sadi rahimahullah dalam tafsirnya

mengatakan, “Jika demikian ancaman bagi orang-orang yang mengurangi

takaran dan timbangan orang lain, maka orang yang mengambil kekayaan

orang lain dengan paksa dan mencurinya, ia lebih pantas terkena ancaman ini

daripada muthaffifîn. Tentang bahaya kecurangan ini terhadap masyarakat,

Syaikh Athiyyah Salim rahimahullah mengatakan, “Diawalinya pembukaan


29

surat ini dengan doa kecelakaan bagi para pelaku tindakan curang dalam

takaran dan timbangan itu menandakan betapa bahayanya perilaku buruk ini.

memang betul, hal itu merupakan perbuatan berbahaya. Karena timbangan dan

takaran menjadi tumpuan roda perekonomian dunia dan asas dalam transaksi.

Jika ada kecurangan di dalamnya, maka akan menimbulkan khalal

(kekisruhan) dalam perekonomian, dan pada gilirannya akan mengakibatkan

ikhtilal (kegoncangan) hubungan transaksi. Ini salah satu bentuk kerusakan

yang besar”.

3. Pengurangan Berat Timbangan menurut Islam

Jual beli merupakan hal yang terus berlangsung dan berkembang ditengah

masyarakat dan sudah menjadi kebiasaan sejak zaman dahulu. Akan tetapi jual

beli tidak semudah yang telihat, didalam jual beli terdapat aturan yang harus

dipatuhi oleh setiap orang khususnya umat muslim jual beli yang

diperbolehkan dan juga jual beli yang dilarang. Jual beli haruslah

mengedepankan kejujuran dan kebenaran karena hal itu merupakan nilai

terpenting. Perbuatan mengurangi timbangan merupakan perbuatan yang tidak

terpuji. Karena seharusnya jual beli itu tidak mengandung unsur penipuan dan

tidak merugikan pihak dan harus disertai dengan rasa keadilan dan kejujuran

serta mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak yang bertransaksi. Dalam

Islam sudah diatur tentang pengurangan neraca dan perintah untuk

menegakkan timbangan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Ar

Rahman : 9.
30

َ ‫َواَ ِق ْيمُوا ْال َو ْز َن ِب ْال ِقسْ طِ َواَل ُت ْخسِ رُوا ْال ِمي َْز‬
‫ان‬

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah


kamu mengurangi neraca itu”(Q.S Al Rahman :9)

Surat di atas menjelaskan bahwa (Dan tegakkanlah timbangan itu

dengan adil) artinya tidak curang (dan janganlah kamu mengurangi

timbangan itu) maksudnya mengurangi berat timbangan yang ditimbang itu.

Maka dari itu, tegakkanlah timbangan secara adil pada setiap transaksi yang

dilakukan, dan janganlah mengurangi timbangan. Ali r.a berkata janganlah

meminta hajat kebutuhanmu yang riskinya di ujung takaran dan timbangan,

dan alangkah tepat hikmat yang berkata: sungguh celaka orang yang menjual

habbah (biji-bijian) dan dikurangi jannah (surga) sebagai langit dan bumi

atau membeli habbah (biji-bijian) untuk ditambah dengan jarang jahannam,

yang sekiranya bukit di dunia dimasukkan kedalamnya pasti akan mencair,

yaitu orang-orang yang menjual dan curang dalam timbangan sehingga

mengurangi hak orang lain berarti membuang surga, dan orang yang

melebihi lalu melebihi dari takaran yang semestinya sehingga menambah

dengan jurang ke dalam jahannam (Al Ghazali, 2002 :221).

jual beli harus memperhatikan aturan dan kaidah yang berlaku di dalam

jual beli salah satunya adalah dilarang berbuat curang terhadap sesama

karena hukumannya sangat pedih. Kecurangan merupakan sebab timbulnya

ketidakadilan dan perselisihan di dalam masyarakat.


31

4. Jenis timbangan atau takaran

Jenis Timbangan atau Takaran Berdasarkan klasifikasinya timbangan

dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori sesuai fungsinya dan jenis

timbangannya, diantaranya:

1) Timbangan manual

Timbangan manual merupakan jenis timbangan yang bekerja secara

mekanis dengan sistem pegas. Umumnya jenis timbangan ini

menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran massa yang

telah terskala.

2) Timbangan digital

Timbangan digital merupakan jenis timbangan yang bekerja secara

elektronis dengan tenaga listrik. Biasanya timbangan ini menggunakan

arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada layar bacaan.

3) Tibangan hybrid

Timbangan hybrid merupakan timbangan yang cara kerjanya adalah

perpaduan antara timbangan manual dan digital. Timbangan ini sering kali

digunakan untuk lokasi penimbangan yang tidak ada aliran listrik. Selain

itu timbangan hybrid juga menggunakan diplay digital tetapi bagian

platform menggunakan plat mekanik.

4) Timbangan analog
32

Timbangan analog merupakan timbangan yang biasa di gunakan

dalam rumah tangga, timbangan ini juga sering di gunakan oleh pedagang

sayur, buah, ikan, dan sejenisnya.

5) Timbangan gantung

Timbangan gantung merupakan timbangan yang diletakkan menggantung

dan bekerja dengan prinsip tuas, yang biasanya untuk menimbang padi,

kacang hijau maupun buah-buahan yang dimaksukkan ke dalam karung.

6) Timbangan badan

Timbangan ini biasa kita temui di rumah sakit atau apotek ini sering

sekali kita gunakan. Cara menggunakan timbangan badan ini yaitu dengan

menginjak timbangan tersebut, untuk dapat mengetahui dan

membandingkan semua beban.

7) Timbangan emas

Timbangan emas bukan berarti timbangan ini terbuat dari emas.

Namun, timbangan ini dibuat secara khusus untuk menimbang logam

emas. Timbangan emas ini memiliki akurasi perhitungan yang sangat

tinggi. Timbangan ini terdiri daru dua jenis, yaitu timbangan versi digital

dan manual.

8) Timbangan duduk

Timbangan duduk adalah timbangan dimana benda yang ditimbang

dalam keadaan duduk atau sering kita ketahui Platform Scale.


33

BAB III

TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi

1. Geografi
34

Kecamatan Sitinjau Laut merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten

Kerinci . Pusat pemerintahan Kecamatan Sitinjau laut adalah Angkasapura.

Desa Angkasapura merupakan pemekaran dari Desa Koto Baru Hiang .

Secara administrasi pemerintahan, pasar Hiang termasuk dalam wilayah Desa

Angkasapura . Dengan demikian, pasar Hiang merupakan pasar yang berada di

pusat pemerintahan Kecamatan Sitinjau Laut. Desa Angkasapura secara

geografis berbatasan sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Simpang Aro

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ambai

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Betung Kuning

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Sebukar

Desa Angkasapura dilewati oleh sungai Batang Sangkir yang

menjadi urat nadi kehidupan masyarakat. Pemukiman penduduk juga

mengikuti pola aliran sungai yang ada dan jalan raya Bandara Depati Parbo

(Dewi Sartika, Wawancara 16 Maret 2022).

Angkasapura terletak 8 km dari Kota Sungai Penuh dan 22 km dari

ibu kota Kabupaten Kerinci (Siulak).

Jumlah penduduk Desa Angkasapura sebanyak 1.141 jiwa, yang

terdiri dari 420 kepala keluarga (kk), 611 jiwa penduduk laki-laki dan 530

jiwa penduduk perempuan, dengan rata-rata jumlah penduduk 28 jiwa/ha.

Dari jumlah itu, 420 kk semuanya telah mendapatkan aliran listrik PLN

(Dokumen desa Angkasapura , 2022).

Pasar Hiang terletak di pinggir ruas jalan provinsi yang

menghubungkan Sungai Penuh dengan Bangko. Karena berada di pinggir


35

ruas jalan provinsi, aktivitas pasar Hiang menyebabkan kemacetan.

Penyebab kemacetan karena pemakaian badan jalan untuk aktivitas jual-

beli. Lokasi pasar yang sempit dan tidak memadai untuk menampung

pedagang, membuat pedagang menggelar dagangan di pinggir jalan.

Aktivitas jual beli yang berlangsung di pinggir jalan inilah yang

menyebabkan terjadinya kemacetan di ruas jalan provinsi tersebut.

Pasar Hiang termasuk pasar yang aksesibel karena dapat dengan

mudah dijangkau dari wilayah permukiman penduduk yang dilayaninya dan

mudahnya transportasi menuju pasar.

2. Pedagang

Pasar Hiang memiliki empat buah rumah makan dengan tenaga

kerjanya dua belas orang, dua buah warung kopi dengan tenaga kerjanya

empat orang, satu unit kios besar yang dibangun pemerintah, dua puluh satu

unit kios kecil milik masyarakat, dengan rata-rata jumlah pedagang 128

orang/minggu dan jumlah pembeli rata-rata 312 orang/minggu. Dari jumlah

itu, 13 kios kecil yang berjualan sayur-sayuran, 81 orang/minggu pedagang

sayur, yang diantaranya 47 orang/minggu semata-mata berjualan sayur,

selebihnya 34 orang/minggu berjualan sayur dan jenis jualan lainnya.

Untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah telah

membangun 1 unit bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Hiang dan 1

unit Koperasi Unit Desa (KUD). Pasar Hiang merupakan pasar utama di

Kecamatan Stinjau laut. Pasar Hiang melayani penduduk lebih dari setengah
36

populasi Kecamatan Stinjau laut karena berada di pusat pemerintahan

kecamatan.

3. Tipe Pasar

Berdasarkan kondisi fisik dan cara transaksi jual belinya (sistem

perdagangan), pasar dibagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar

modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung.

Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka

yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual

kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-

sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain.

Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar

seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat

kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar

jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung, melainkan

pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode). Pasar ini

berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan)

atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan

makanan seperti buah, sayuran dan daging, sebagian besar barang lainnya yang

dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern

adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket dan minimarket.


37

Berdasarkan pada pembagian tersebut di atas, pasar Hiang Kabupaten

Kerinci masuk dalam kategori pasar tradisional. Hal ini karena pasar Hiang

merupakan pasar yang tumbuh berkembang untuk mengakomodasi pemenuhan

kebutuhan hidup masyarakat disekitarnya. Masyarakat membutuhkan sarana

pasar sebagai tempat pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan sekaligus menjual

komoditi yang dihasilkan, baik itu hasil pertanian dan perkebunan maupun

hasil industri rumah tangga. Pasar Hiang adalah pasar mingguan yang

beroperasi setiap hari Kamis.

Sudah menjadi tradisi di Kabupaten Kerinci dua pasar tradisional yang

berdekatan biasanya akan memiliki hari pasar yang berbeda dan rentang hari

yang berdekatan. Dalam sebuah kecamatan yang memiliki banyak pasar,

masing-masing pasar memiliki hari pasar yang berbeda. Seakan pasar bergerak

dari satu pasar ke pasar lainnya dalam satu minggu. Sebagai gambaran adalah

Kecamatan Batang Merangin, pada hari Minggu giliran pasar Muara Imat; hari

Senen giliran pasar Bedeng XII; hari Selasa giliran pasar Bedeng V; hari Rabu

giliran pasar Batang Merangin; hari Kamis giliran pasar Hiang; hari Jum’at

giliran pasar Tarutung; hari Sabtu giliran pasar Selampaung Kecamatan

Gunung Raya. Jarak pasar satu dengan lainnya berdekatan dan menempuh jalan

raya yang sama kecuali pasar Selampaung. Masyarakat Kerinci juga memiliki

sebutan khusus untuk pasar. Disamping kata pasar, kata bale juga merujuk

kepada pasar.

B. Perilaku Pedagang Sayur di Pasar Hiang


38

Pasar Hiang merupakan sebuah pasar yang mayoritas adalah pedagang

sayur, para pedagang sayur umum nya berasal dari angkasapura dan yang

banyak dijumpai berasal dari Kayu Aro, namun ada juga pedagang yang

berasal dari desa tetangga seperti dari Ambai, Betung Kuning, Hiang

Tinggi dan desa lainya. Pedagang sayur yang berjualan pada dasar

merupakan seorang petani yang menjual hasil pertanian nya ke Pasar

Hiang adapun hasil pertaniannya berupa kol, wortel, daun bayam, daun

seledri, dan masih bnyak lagi aneka sayuran yang dijual ke pasar hiang.

Setiap hari kamis para pedagang akan datang ke pasar Hiang sebelum

matahari terbit, para pedagang akan mempersiapkan lapak dagangannya,

karena di Pasar Hiang lapak untuk pedagang sayur tidak tetapkan seccara

khusus, terkadang banyak dari pedagang yang datang kesiangan tidak akan

mendapatkan lapak jualan yang menyebabkan pedagang akan berjualan di

jalan-jalan sekitar pasar. Perilaku pedagang yang berjualan di area jalan

dapat menyebabkan macet karena para pedagang menjual dagangannya di

badan jalan, ini sebenar nya permasalahan klasik karena belum ada nya

tata kelola yang baik. Pedagang sayur di Pasar hiang melakukan timbangan

dengan dua cara yaitu dengan timbangan manual dan melakukakan takaran

seperti pada pedagang sayur bayam.

Perilaku pedagang sayur di Pasar Hiang pada dasarnya akan tampak

sama dengan pedagang di pasar lainnya. Para pedagang sayur di Pasar

Hiang menggunakan dua metode dalam menjual sayur pertama, dengan

timbangan, para pedagang akan menimbang dengan hitungan berat. Kedua,


39

dengan cara mengikat sayur tersebut. Dari pengamatan penulis

menemukan bahwa pedagang sayur yang berjualan di Pasar Hiang jumlah

nya mencapai Tiga Puluh Dua Orang pada hari Kamis 17 Maret 2022. tapi

pada hari Kamis tanggal 24 Maret 2022 jumlah nya berkurang menjadi

Dua Puluh Tujuh orang saja, hal ini mengindikasikan bahwa sebagian para

pedagang sayur di Pasar hiang bukan pedagang sayur tetap tapi Dua Puluh

Tujuh yang lainya merupakan pedagang sayur tetap sehingga sulit untuk

memperkirakan jumlah pedagang secara menyeluruh karena banyak

pedagang merupakan petani yang menjual dagangannya ke pasar terkadang

petani mengalami gagal panen sehingga mereka tidak berjualan di pasar.

Pedagang sayur di Pasar yang melakukan kecurangan sejauh

pengamatan penulis yaitu sebanyak Lima orang tapi yang dapat penulis

wawancarai sebanyak Dua orang, dari pengamatan penulis menemukan

bahwa pedagang sayur yang melakukan kecurangan merupakan pedagang

sayur wortel, karena wortel merupakan sayuran yang dalam penjualannya

menggunakan timbangan sehingga terjadi kecurangan di saat pedagang

menimbang. Jenis dagangan yang mengalami kecurangan yaitu jenis

sayuran yang hitungan nya di timbang seperti kol, wortel, pare terkadang

pembeli yang melakukan transaksi borongan juga terkena kecurangan.

BAB IV
40

ANALISIS

A. Pemahaman Pedagang Sayur di Pasar Hiang tentang Takaran dan


Timbangan

Dalam pengertian aslinya, “pasar didefenisikan sebagai suatu tempat

fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang

dan jasa”(Setiyanto, 2008: 2). Batasan ini dibuat karena pasar memiliki

defenisi yang luas. Bagi seorang ekonom, pasar mengandung arti semua

pembeli dan penjual yang menjual dan melakukan transaksi atas barang/jasa

tertentu. Dalam hal ini, para ekonom memang lebih tertarik akan struktur,

tingkah laku dan kinerja dari masing-masing pasar ini. Bagi seorang pemasar,

pasar adalah himpunan dari semua pembeli nyata dan pembeli potensial dari

suatu produk.

Dengan kondisi seperti itu, masyarakat dapat berfungsi ganda di pasar,

baik sebagai penjual maupun pembeli. Masyarakat datang ke pasar untuk

menjual hasil pertanian, dan kemudian membeli kebutuhan sehari-hari yang

tidak dapat mereka produksi. karena petani dapat langsung menjual hasil

pertanian di pasar dan sesuai dengan harga pasar yang berlaku saat itu.

Penulis melihat bahwa kegiatan perdagangan di Pasar Hiang masih

berlangsung dalam budaya sosio-ekonomi yang berbentuk sistem ekonomi

pasar tradisional. Bahkan, dalam keadaan krisis yang sedang dialami yang

disebabkan Covid-19, ekonomi pasar Hiang yang tradisional telah

menunjukkan ketahanannya.
41

Semakin pesatnya kemajuan ekonomi di Indonesia merupakan

tantangan bagi para pengusaha dan pedagang. hal ini mendorong agar para

pedagang lebih kreatif dalam memasarkan produk nya, terlebih lagi perlu

adanya pemahaman pedagang terkait dengan takaran dan timbangan, bagi para

pedagang kecil khususnya pedagang sayur kesalahan dalam menimbang dan

menakar merupakan sebuah kerugian baik untuk pedagang ataupun pembeli di

karenakan jumlah pedagang sayur memiliki persaingan yang relatif banyak.

Sehingga para pembeli tidak mau lagi belanja di pedagang yang melakukan

kecurangan dalam menimbang.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pedagang

sayur di Pasar Hiang, peneliti melakukan wawancara dengan pedagang

menyangkut masalah pemahaman pedagang dalam menakar dan menimbang

barang. Seperti yang diungkapkan oleh Panji Bahari yang berjualan kol:

“Ya, yang saya ketahui tentang menimbang ya tentu jarum nya harus
pas dan saya selalu bilang ke pembeli ‘jarum nya pas ditengah ya”
(Panji Bahari, wawancara 17 maret 2022).

Berdasarkan yang disampaikan oleh Panji Bahari yang dia pahami

tentang menimbang barang yaitu kalau menimbang timbangannya harus pas.

Selanjutnya peneliti mewawancarai Neli yang berjualan sayur bayam:

“Ya namanya juga orang kampung yang saya ketahui, kalau meanakar
nih ukurannya kadang tak pasti kadang banyak kadang dikit, namanya
juga menakar jadi tidak ada kepastiannya, tapi saya selalu berpatokan
dengan gengaman tangan saya, kalau udah pas satu gengam lalu saya
ikat” (Neli, wawancara 17 maret 2022).
42

Selanjutnya yang diungkapkan oleh Saripudin yang menjual sayur

kankung:

“yang saya paham tentang takaran dan menimbang yaitu takarannya


harus pas dan timbangannya juga harus pas, saya kalau jual kankung
kadang saya ikat. tapi kalau orang mau belanja secara borongan saya
kilokan” (Saripudin, wawancara 17 maret 2022).

Selanjutnya peneliti mewawancarai pedagang yang lapaknya

berseblahan dengan saripudin yang bernama Siti Jenar dia menjual berbagai

macam sayuran seperti, tauge, pare, kacang panjang, kembang kol dan daun

singkong.

“untuk pemahaman secara spesifik saya masih kurang setahu saya kalau
timbangannya sudah pas ya sudah dan saya selalu memastikan jarum
penunjuk sudah berhenti bergerak sebelum saya membaca hasil
timbangan“ (Siti Jenar, wawancara 17 maret 2022).

Senada dengan yang di katakan oleh Muksin yang juga berjualan

bermacam-macam sayuran.

“ya kalau setahu kami selaku pedagang kecil tentang timbangan kami
berushaa untuk tidak melakukan kecurangan sekecil apapun ya kalau
seperti sayuran yang tidak menggunakan timbangan ya kami takar
dengan genggaman kami” (Muksin, wawancara 17 maret 2022).

Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada muksin “apakah ada

edukasi yang diberikan oleh dinas terkait tentang aturan dalam menakar dan

menimbang?

“kalau untuk pemahaman yang diberikan oleh dinas terkait ngga ada
ya,soalnya kami nih pedagang kecil,jadi mungkin kurang diperhatikan
ya” (Muksin, wawancara 17 maret 2022).
43

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata yang

para pedagang pahami tentang aturan menakar dan menimbang yang benar

adalah jika timbangan itu dirasa sudah pas di angka yang akan hitung dan

dari kebanayakan informan mengatakakan kalau mereka paham dengan

aturan menakar dan menimbang barang.

Dalam menakar dan menimbang walaupun pedgang sudah paham

tentang aturan takaran dan timbanagan tapi perlunya pemahaman secara

dalam tentang aturan dan takaran dimaksudkan agar tidak terjadi

kekeliruan, karena pemahaman tentang aturan menakar dan menimbang

dapat menajadi rujukan tentang keabsahan timbangan itu sendiri, Dinas

terkait sebenarnya perlu melakukan edukasi terhadap para pedagang untuk

meberi pengetahuan yang lebih dalam hal menakar dan menimbang

barangatau perlu adanya penegecekan timbangan pedagang di Pasar hiang.

B. Kepatuhan Pedagang Sayur di Pasar Hiang Terhadap Aturan Takaran

dan Timbangan

Kepatuhan dalam menakar dan menimbang merupakan sebuah

keharusan yang dimiliki oleh seorang pedagang. Prinsip-prinsip etika bisnis

Islam seharusnya diterapkan sebagai rujukan untuk mencapai ridha Allah dalam

menjalankan perdagangan. Selanjutnya peneliti wawancarai pembeli sayur di

Pasar Hiang yang bernama Rina terkait bagaimana kepatuhan pedagang dalam

menakar dan menimbang barang.


44

“saya melihat ada pedagang sayur yang kurang patuh dalam


menimbang, seperti melakukan pengurangan timbangannya”(Rina,
wawancara 17 maret 2022).

Senada dengan yang dikatakan oleh Rosinah

“masih banyak yang kurang mematuhi aturan ya, karena masih ada
pedagang yang nakal dan bermain-main dengan timbangan seperti
saya belanja 1kg tapi setelah saya timbang ulang di rumah ada selisih
1.3 ons” (Rosinah, wawancara 17 maret 2022).

Dari hasil wawancara peneliti dengan pembeli, dapat disimpulkan

bahwa para pedagang masih belum patuh akan aturan takaran dan menimbang.

Selanjutnya peneliti mewawancarai seorang kepala pasar Hiang yang bernama

Mat tentang bagaimana kepatuhan pedagang sayur dalam menakar dan

menimbang barang.

“untuk kepatuhan saya rasa masih ada pedagang yang kurang patuh,
terkadang ada juga pembeli yang ngadu ke saya tentang pedagang
nakal tersebut, tentunya kami akan tindak itu, para pedagang sayur
kan umunya bukan pedagang tetap disini , mereka petani yang jual
hasil kebunnya ke pasar, jadi sulit untuk dikontrol secara penuh”
(Mat, wawancara 17 maret 2022).

Dari pengakuan kepala pasar hiang yang bernama Mat dia juga

mengakui masih ada pedagang sayur yang kurang patuh akan aturan menakar

dan menimbang barang. menurutnya masih ada pedagang yang memanipulasi

takaran dan timbangan.

Dari wawancara di atas dapat dikatan masih adanya perilaku

menyimpang para pedagang dalam menakar dan menimbang seperti melakukan

kecurangan saat menimbang. Hal tersebut termasuk menipu pembeli atau

konsumen serta mencederai kepentingan mereka dengan alat ukur palsu

amatlah dilarang tegas oleh Islam. Al-Quran dengan keras mengutuk praktik
45

ini. Kaum mukminin telah diperingatkan agar menggunakan alat ukur yang

benar dan seimbang untuk menghindari hukuman Allah.

Sejalan dengan semangat ekonomi yang menekanakan terwujudnya

keadilan dan kejujujuran, perintah untuk menyempurnakan takaran dan

timbangan berulang kali ditemukan dalam al-Quran, seperti firman Allah:

     


)‫ اإلسراء‬: ٣٥(      
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya (Q.S: al-Isra : 35).

Dari ayat di atas Allah memerintahkan untuk menyempurnakan

takaran ,dan sangat jelas dalam ayat-ayat tentang timbangan dan takaran adalah

perbuatan curang dalam menimbang dan menakar merupakan perbuatan keji

yang hukumnya haram.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang sayur yang bernama

Panji Bahari tentang kepatuhan dalam menakar dan menimbang barang dia

mengatakan.

“saya dalam menakar dan menimbang isyaAllah tak pernah melanggar


aturan, saya selalu memposisikan pembeli adalah raja. Saya tak pernah
melakukan pengurangan timbangan , saya juga sudah lama berjualan
disini belum pernah ada yang komplain tentang cara saya menakar dan
menimbang” (Panji Bahari, wawancara 17 maret 2022).

Dari hasil wawancara dengan Panji Bahari dia mengatakan bahwa tak

pernah melanggar aturan menakar dan menimbang, dan juga tidak pernah

melakukan manipulasi timbangan.


46

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam menakar dan menimbang barang

di Pasar Hiang masih ditemukan para pedagang sayur yang melakukan

kecurangan dalam menakar dan menimbang, walaupun merkeka sudah paham

tentang aturan menakar dan menimbang, tapi tidak semua dari pedagang

melakukan kecurangan dan masih banyak yang jujur dalam menakar dan

menimbang barang di Pasar Hiang.

C. Motif Tindakan Pedagang Sayur di Pasar Hiang dalam Memperlakukan

Takaran dan Timbangan?

Dari hasil penilitan yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa pedagang

yang mealakukan kecurangan menimbang dan menakar memiliki motif yang

yang hampir sama yaitu karena alasan ekonomi. Peneliti selanjutnya mengikuti

Mat yang merupakan kepala pasar untuk melakukan pengecekan terhadap

pedagang yang melakukan kecurangan. Setelah ditelusuri ditemukan pedagang

yang melakukan kecurangan, tapi tidak mau disebutkan namanya mengakui

bahwa dirinya telah memanipulasi timbangan dan melakukan kecurangan.

“ya pak, saya mengurangi timmbangan, saya mengurangi timbangan


kalau ada nawar terlalu murah, keuntungan berjualan sayur sangat
kecil jika kita terlalu lurus” (DS, Wawancara 17 Maret 2022).

Selanjutnya narasumber yang kedua juga tidak mau menyebutkan

namanya mengatakan.

“saya mengurangi timbangan untuk dapat untung lebih besar,karena


saya belanja sayur tersebut. Beda dengan pedagang lain yang menjual
hasil kebunnya, mereka terkadang menjual dengan harga murah.jadi
saya kurangi timbangan saya supaya ada dapat untung lah, apalagi di
masa pandemi ini ekonomi sulit pak” (IR, Wawancara 17 Maret
2022).
47

Dari hasil wawancara dengan dua narasumber di atas dapat disimpulkan

bahwa motif mereka dalam memperlakukan timbangan yaitu dengan

memanipulasi timbangan mereka bisa mendapat keuntungan yang lebih besar.

Di karenakan pedagang tersebut merupakan orang yang membeli sayuran dari

petani.

Selamjutnya penulis menanyakan apakah semua jenis sayuran terjadi

kecurangan.

“saya mengurangi timbangan pada sayuran wortel saja karena pembeli


pada umumnya menawar wortel terlalu murah, ada yang bilang kok
wortelnya udah busuk, tapi kalau wortel kan saya ambil secara borongan
jadi ada satu atau dua yang busuk kan wajar “ (DS, Wawancara 17 Maret
2022).

Selanjutnya seperti yang dikatakan oleh narasumber berinisial IR

“tidak pak, saya hanya melakukan pengurangan timbangan pada sayur


bayam saja itu pun kalau ada yang borong saja, terkadang kalau pembeli
borong kan maunya dikuranngi harganya jadi sisitu saya kurangi
timbangan supaya untung nya sama dengan saya menjual eceran” (IR,
Wawancara 17 Maret 2022).

Dari hasil wawancara dengan dua sumber diatas dapat disimpulkan bahwa

kedua pedagang tersebut hanya melakukan kecuranagan pada dagangan

tertentu saja dan tidak semua syuran dagangan nya mereka melakukan

kecuranagan.

Ekonomi merupakan motif yang banyak digunakan oleh pedagang dalam

menakar dan menimbang barang, terlepas dari karena desakan ekonomi yang

sangat sulit di masa pandemi ini. Tapi ada juga pedagang yang jujur dan

mengatakan motif mereka dalam melakukan penakaran dan menimbang yaitu

karena ridha Allah seperti yang diungkapkan oleh Ismail:


48

“insyAllah saya selalu jujur dalam menimbang,karena menurut saya jika


kita berbuat jujur maka Allah akan memberkahi harta yang kita” (Panji
Bahari, wawancara 17 maret 2022).

Hal senada juga dikatakan oleh ibu Siti Ramlah

”Ya kalau untuk timbangan saya berusaha untuk melakukan yang terbaik
dalam menimbang, karena saya pikir tuhan itu tidak tidur ya” (Siti
Ramlah, wawancara 17 maret 2022).

Dari penyampaian Panji bahari dan Siti Ramlah motif tindakan beliau

dalam menakar hampir sama yaitu berbuat jujur dan karena mereka menilai

karena kita berbuat juur maka harta kita akan berkah. Dari hasil wawancara

peneliti dengan para pedagang yang melakukan kecurangan dan dengan pedagang

yang tidak melakukan kecurangan dapat disimpulkan bahwa pedagang sayur yang

melakukan kecurangan dalam menakar dan menimbang motif mereka hampir

sama yaitu karena desakan ekonomi dan bagi pedagang yang jujur motif mereka

dalam berdagang adalah untuk mencari ridha Allah SWT.


49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penilitian terkait dengan Telaaah Sosiologi Hukum

Islam Terhadap Perilaku Pedagang sayur di Pasar Hiang dalam Menakar dan

Menimbang barang penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman pedagang sayur di Pasar Hiang tentang aturan takaran

semua informan mengtakan bahwa mereka sudah paham tentang

aturan menakar dan menimbang barang, tapi dinas terkait harusnya

memberi edukasi kepada pedagang tentang aturan menakar dan

menimbang, walaupun para pedagang sudah paham bukan berarti tata

cara menimbang dilapangan sesuai dengan aturan yang berlaku dan

tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kecurangan.

2. Kepatuhan pedagang sayur di Pasar Hiang terkait aturan takaran dan

menimbang masih kurang dikarenakan masih banyak ditemukan

para pedagang yang melakukan kecurangan dalam menakar dan

menimbang barang, walaupun mereka sudah paham tentang aturan

takaran dan menimbang tapi masih juga ditemukan kecurangan,

walaupun begitu tidak semua dari pedagang melakukan

kecurangan ,masih ada pedagang yang jujur dalam menakar dan

menimbang barang .

3. Motif perilaku pedagang sayur dalam menakar dan menimbang bagi

pedagang nakal, mereka melakukan kecurangan dengan motif


50

perekonomian yaitu agar terhindar dari kerugian dan untuk mendapat

keuntungan yang berlebih, terlebih lagi di masa pandemi seperti ini

ekonomi yang semakin sulit mengharuskan mereka melakukan hal

tersebut, dan bagi pedagang jujur motif mereka jujur dalam menakar

dan menimbang yaitu untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

B. Saran

Setelah melakukan penilitian dan mengetahui perilaku pedagang sayur di

Pasar Hiang peneliti memiliki saran yaitu :

1. perlu dilakukan dilakukan survey untuk mengetahui kondisi lebih luas

atau pendataan secara menyeluruh.


51

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hajarudin,. Dan Muhammad Arsyam. 2019. Etika Perdagangan dalam


Islam.

Ali, Z. Hukum Perbankan Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).

Al-Ghazali, Imam. Benang Tipis Antara Halal dan Haram, (Surabaya: Putra
Pelajar, 2002)

Bagus. Kamus filsafat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996)

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan


Publik. (Jakarta: Kencana, 2011).

Hamzah, Yaksan., dan Hamzah Hafid. 2014. Etika Bisnis Islam . Makasar:
Kretakupa

Ibn Taimiyyah, Mukhtashar al-Fatawa al-Mishriyyah, tahqiq: Abdul Majid

Sulaim, Kairo: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, t.t).

Mannan, Abdul, 1997, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf,
Yogyakarta.

Mas’adi, Ghufran A. 2002, Fiqh Muamalah Kontekstual, PT. Raja Grafindo

Muis, Murdeni, 2007, Kepribadian dan Perilaku Wirausaha Muslim, USU Press,
Medan, Cet.Ke-1.

Muslich, (2004). Etika bisnis islami. Yogyakarta: Ekonesia


Mohammad Nashikan. 2020. Alat ukur timbangan dalam hukum islam. Jurnal
ekonomi syariah. Vol. 1(2), 1-18.

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta: LkiS, 2007).

Purhantara, W. 2010, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis.Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola, 2007, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan di Indonesia, Teguh Karya, Semarang.
52

Syahatah, Husain dan Siddiq Muh. al-Amin adh-Dhahir, 2005, Transaksi dan
Etika Bisnis Islam, terj. Saptono Budi Satryo dan Fauziah R., Visi Insani
Publishing, Jakarta.

Setiyanto, 2008. Masa Depan Pasar Tradisional, Jakarta: CPMU-USDRP.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2009)


53

LAMPIRAN 1

DAFTAR WAWANCARA

Pertanyaan:
1. Mayoritas pedagang sayur berasal dari mana?

2. Dari mana anda mendapatkan sayuran tersebut?

3. Apakah anda melakukan transaksi jual beli setiap minggu di pasar hiang?

4. Bagaimana pemahaman anda tentang aturan dalam menakar dan menimbang?

5. Apakah ada edukasi yang diberikkan dinas terkait dalam menakar dan

menimbang barang?

6. Bagaimana kepatuhhan pedagang dalam menakar dan menimbang barang?

7. Apa tujuan anda memanipulasi timbangan?

8. Apakah semua jenis sayur anda kurangi timbangannya?

9. Bagaimana menurut anda kelebihan timbangan dan takaran yang dilakukan

pedagang sayur di Pasar Hiang

10. Motif ekonomi apa yang melatari anda melakukan kecurangan

11. Bagaimana menurut anda kelebihan timbangan dan takaran yang dilakukan

pedagang sayur di Pasar Hiang?

12. Menurut anda, pemerintah telah berbuat untuk mengatasi masalah timbangan

dan takarn diPasar Hiang?

13. Menurut anda, sebaiknya timbangan dan takaran ditertibkan dengan cara apa?
54

LAMPIRAN 2

DAFTAR INFORMAN

1. MAT, Kepala Pasar Hiang

2. SARIPUDIN, Pedagang sayur kankung

3. NELI, Pedagang sayur bayam

4. PANJI BAHARI, Pedagang Kol

5. SITI JENAR , Pedagang macam-macam sayuran seperti, tauge, pare,

kacang panjang, kembang kol dan daun singkong

6. MUKSIN Pedagang sayur

7. RINA, Pembeli

8. ROSINAH, Pembeli

9. DS

10. IR
55

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : DANIL APRIYUTAMA


NIM : 1710102038
Tempat Tanggal Lahir : Kemantan Hilir, 24 Oktober 1999
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.rio jayo mangku mudo,
DesaKemantan Hilir, RT.04
Kecamatan Air Hangat Timur
Kabupaten Kerinci
Provinsi Jambi

Pekerjaan : Mahasiswa IAIN Kerinci


Pendidikan :

Tabel 1 : Daftar Riwayat Pendidikan Penulis


TAHUN
NO JENIS PENDIDIKAN TEMPAT
TAMAT
1. SDN No. 179/III Kemantan Hilir Desa Kemantan Hilir 20011
2. Mts Penawar Desa Penawar 20014
3. SMAN 1 Kerinci Desa Hiang 20017

Sungai Penuh, April 2022


Penulis,

DANIL APRIYUTAMA
NIM. 1710102038

Anda mungkin juga menyukai