Anda di halaman 1dari 19

PRAKTEK PEMBULATAN HARGA DALAM JUAL BELI BBM DI SPBU

DEMANGAN BERDASARKAN TINJAUAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI


SYARIAH

PROPOSAL

Oleh:

AGNES CIPTANUR FADHILAH


Nim. 102190088
SM D

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI

PONOROGO

2022
A. Latar Belakang
Manusia di ciptakan sebagai makhluk social, pada hakekatnya makhluk
social mempunyai kodrat dalam bermasyarakat, di mana setiap manusia saling
membutuhkan satu sama lain dalam setiap kebutuhan hidupnya terutama dalam
hal jual beli. Dalam kitab fiqh, jual beli sudah dijelaskan aturan-aturan hukum
dalam akadnya, rukun, dan juga syarat sah maupun bentuk-bentuk jual beli yang
dilarang oleh islam. Maka dari itu, praktik jual beli harus sesuai dengan ketentuan
yang sudah ditentukan dan juga memberikan manfaat terhadap orang yang
melakukan jual beli.
Di dalam praktiknya jual beli haruslah dilaksanakan dengan baik, tentunya
harus sesuai dengan syariah (aturan) islam dalam segala aspek kehidupan.
Terciptanya sistem jual beli yang dibenarkan salah satunya terdapat konsep ‘an
taradin atau yang biasa dikenal dengan saling suka sama suka diantara kedua belah
pihak, tanpa ada yang merasa dirugikan satu sama lain.1 Selain itu, prinsip-prinsip
dasar yang ada dalam jual beli bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan semua
umat, diiringi dengan memperhatikan dan juga mempertimbangkan berbagai
situasi dan kondisi yang ada di sekitar manusia. Prinsip dasar lain yang ada dan
harus dipenuhi dalam jual beli adalah mengandung kemaslahatan, menjunjung
tinggi prinsip-prinsip keadilan, jujur, saling tolong menolong, tidak mempersulit
dan suka sama suka. 2
Jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan
milik dengan ganti yang dibenarkan (yaitu berupa alat ganti yang sah). 3 Dalam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 ayat 2 yang dimaksud dengan Bai‟
adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda dengan uang.4
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa jual beli adalah proses tukar menukar
barang oleh seseorang (penjual) dengan seseorang yang lain (pembeli), yang
dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menyatakan kepemilikan untuk
selamanya dan didasari atas saling merelakan tidak ada unsur keterpaksaan atau

1
Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, (Yogyakarta, CV Andi Offset:2012)., hlm. 63
2
Yazdad Alfian, Skripsi, Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual dalam Transaksi Jual
Beli Bensin di SPBU Pertamina Surabaya Selatan, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011)., hlm. 9
3
Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 67
4
M. Fauzan, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 10
pemaksaan pada keduanya. Dengan demikian, jual beli melibatkan dua pihak
dimana satu pihak menyerahkan uang atau barang sebagai pembayaran atas
barang yang diterima dari penjual, dan pihak lainnya menyerahkan barang sebagai
ganti atas uang yang diterima dari pembeli.
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah unsur dalam jual beli ada 3
yaitu pihak-pihak, objek dan kesepakatan.5 Pihak-pihak dan objek tidak di
permasalahkan karena dirasa sudah cukup jelas, hal yang dipermasalahkan adalah
unsur ketiga yaitu kesepakatan yang dalam praktiknya kadang masih sering tidak
diperhatikan oleh beberapa orang yang terlibat dalam jual beli. Pada pasal 60
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah disebutkan bahwasannya kesepakatan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masing-masing pihak.
Salah satu bentuk transaksi jual beli yang sering kita jumpai bahkan kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah transaksi jual beli BBM
di SPBU, transaksi di SPBU sendiri juga dikenal dengan transaksi yang jujur
karena semuanya berasal dari mesin sehingga sangat minim terjadinya
kecurangan atau suatu hal yang dirasa merugikan konsumen. Namun, dalam
transaksi jual beli BBM seringkali terjadi pembulatan harga. Contohnya ketika
seorang konsumen membeli BBM penuh, apabila mesin menunjukkan harga
bensin yang sudah terisi penuh di kendaraannya adalah Rp. 39.400 maka terjadi
pembulatan harga menjadi Rp. 40.000 pembulatan tersebut terjadi pada pembeli
yang menggunakan transaksi jual beli menggunakan uang cash, hal itu membuat
beberapa konsumen merasa kecewa karena petugas yang kadang lupa untuk
meminta persetujuan kepada konsumen atas pembulatan harga tersebut.
Penjelasan permasalahan diatas menggambarkan bahwa ketentuan yang
berlaku dalam prinsip jual beli tidak terlaksana sebagaimana mestinya dan unsur
ba’I yang ada dalam kompilasi hukum ekonomi syariah tidak terpebuhi
seutuhnya.
Dari permasalahan yang sudah di jelaskan diatas, penulis tertarik untuk
meniliti tentang pembulatan harga pada transaksi jual beli BBM di SPBU
demangan, maka perlu diadakannya penelitian dengan judul “Pembulatan Harga

5
Tim Redaksi Fokummedia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Bandung: fokusmedia, 2008)., hlm. 26
Dalam Jual Beli Bbm Di Spbu Demangan Berdasarkan Tinjauan Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan konsumen terhadap praktek pembulatan harga jual
beli BBM di SPBU Demangan kota madiun?
2. Bagiamana praktek pembulatan harga jual beli BBM ditinjau dari Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Seiring dengan rumusan masalah yang dikemukakan oleh penulis di atas
maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan konsumen terhadap pembulatan
harga dalam transaksi jual beli BBM di SPBU Demangan Kota Madiun
2. Untuk mengetahui bagaimana praktik pembulatan harga dalam transaksi jual
beli BBM di SPBU Demangan Kota Madiun di tinjau dari Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penulis berharap bahwa penilitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang syariah, terkhusus untuk
jurusan muamalah. Serta dapat menjadi acuam atau rujukan baru bagi semua
pihak yang ingin mendalami ilmu yang berkaitan dengan tinjauan kompilasi
hukum ekonomi syariah mengenai praktik pembulatan harga dalam transaksi
jual beli BBM di SPBU
2. Kegunaan Praktis
Penulis berharap penilitian ini dapat menambah pengetahuan baru baik untuk
penulis sendiri maupun untuk orang lain, sehingga membuat berbagai pihak
dapat lebih memahami tentang bagaimana tinjauan kompilasi hukum
ekonomis syariah dalam praktek pembulatan harga dalam transaksi jual beli
BBM di SPBU
E. Telaah Pustaka
Dalam rangka menghindari kesamaan penulisan, maka penulis telah
melakukan telaah pustaka terhadap penelitian terdahulu yang membahas
mengenai masalah yang sama. Sehingga dalam telaah pustaka ini penulis telah
menemukan beberapa penelitian yang sama diantaranya adalah:
Pertama, Skripsi oleh Rosma Yanti Gultom tahun 2018 yang berjudul
“Praktek Pembulatan Harga Di SPBU PT. Prima Putra Agung Kecamatan
Angkola Timur Ditinjau Dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah”
penelitian ini membahas tentang bagaimana praktik pembulatan dalam transaksi
jual beli, Pada pelaksanaan praktek pembulatan harga di SPBU PT. Prima Putra
Agung Kecamatan Angkola Timur yang dilakukan oleh pelaku usaha tidak
berbeda dengan jual beli yang lain, hanya saja ketika melakukan pembayaran
pelaku usaha tersebut hanya diam dan tidak mengkonfirmasikan kepada
konsumen tentang pembulatan harga tersebut. Padahal dalam Pasal 80 Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah dijelaskan bahwa “penambahan dan pengurangan
harga, serta jumlah barang yang dijual setelah akad, dapat diselesaikan dengan
kesepakatan para pihak”. Namun dalam hal pembulatan harga tersebut tidak
adanya kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, pembulatan harga
tersebut lebih menguntungkan pelaku usaha namun merugikan konsumen dan
pada praktek pembulatan harga tersebut tidak sejalan dengan prinsip muamalah
yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kedua belah pihak.6
Berdasarkan pengamatan penulis, praktek pembulatan harga yang dilakukan
oleh pihak SPBU ini tidak berdampak negatif terhadap perusahaan. Hal ini
dibuktikan bahwa meskipun konsumen sudah mengetahui adanya pembulatan
harga di SPBU tersebut mereka tetap mengisi BBM disana. Meskipun praktek
pembulatan harga ini tidak berdampak negatif pada perusahaan, akan tetapi pihak
perusahaan seharusnya melakukan kesepakatan terlebih dahulu kepada konsumen
untuk melakukan pembulatan harga yaitu dengan cara menanyakan langsung
kepada konsumen untuk setuju atau tidak jika dilakukan pembulatan harga. Hal

6
Rosma Yanti Gultom, “Praktek Pembulatan Harga Di SPBU PT. Prima Putra Agung Kecamatan
Angkola Timur Ditinjau Dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah”, skripsi, 2018
ini menghindari adanya kezaliman dan perbuatan yang menyimpang dari etika
bisnis yang seharusnya ditaati. Dalam mekanisme pambulatan harga terdapat
penyimpangan dikarenakan ada beberapa konsumen yang merasa dirugikan.
Kerugian tersebut apabila dianalisis maka sistem pembulatan harga masih
terdapat unsur riba (tambahan) karena salah satu pihak merasa dirugikan. Namun
berdasarkan analisis penulis praktek pembulatan harga tersebut tergantung
tujuannya, pertama apabila tujuannya baik maka diperbolehkan. Dalam hal
tersebut tentunya didalamnya sudah terdapat unsur kesepakatan yang berarti
terpenuhinya prinsip suka sama suka atau saling merelakan diantara kedua belah
pihak yaitu konsumen merelakan uang kembalian pembelian BBM dengan upaya
preventif atau pencegahan terhadap sesuatu yang akan menimbulkan
kemudharatan bagi konsumen maupun pelaku usaha. Dan pembulatan harga
tersebut terjadi karena minimnya peredaran uang receh ratusan rupiah pada masa
sekarang ini maka pembulatan harga tersebut untuk mempermudah pelaku usaha
dan menghilangkan kesulitan dalam hal pengembalian uang recehan. Kedua,
apabila tujuan pembulatan harga tersebut buruk maka dilarang. Dalam hal tersebut
tentunya adanya unsur paksaan atau menyimpang yang merugikan salah satu
pihak

Skripsi oleh M. Alfian Yazdad tahun 2011 yang berjudul “Analisis


Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual Dalam Transaksi Jual Beli
Bensin Di SPBU Pertamina Di Surabaya Selatan” penelitian ini membahas
bagaiamana tinjauan hukum islam meninjau tentang pembulatan harga yang
sudah biasa terjadi di seluruh SPBU.7 Tinjauan hukum Islam tentang pembulatan
harga jual BBM adalah diperbolehkan dengan alasan untuk menghilangkan
kesulitan antara kedua belah pihak yang bertransaksi dengan catatan saling suka
rela antar pihak dan pembulatan tesebut tidak melebihi batas minimal uang
pecahan receh,8 yakni Rp. 50,-. Dan analisis mengenai pendapat konsumen yang
tidak setuju, transaksi yang dilakukan terbilang tidak sah atau fasid karena antara
kedua belah pihak tidak saling suka sama suka.

7
Alfian Yazdad,“Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual Dalam Transaksi Jual Beli
Bensin Di SPBU Pertamina Di Surabaya Selatan”, skripsi, 2011
Ketiga skripsi Vivi Lutviyatul Amalia, tahun 2018 yang berjudul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRAKTIK
PEMBULATAN HARGA JUAL BBM (Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar
Sapi Salatiga)” penelitian ini membahas tentang bagaimana praktik pembulatan
dalam transaksi jual beli.9 Analisis Hukum Islam dalam praktek pembulatan harga
jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga terhadap konsumen yang
merelakan uang kembalian dibulatkan adalah jual beli sah, karena memenuhi
syarat suka sama suka atau ‘an taradin yang dimuat dalam al-Quran surat an-Nisa
ayat 29. Sedangkan Analisis Hukum Islam dalam praktek pembulatan harga jual
BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga terhadap konsumen yang tidak
merelakan uang kembaliannya, maka transaksi jual beli tidak sah. Dikarenakan
dalam sistem pembulatan harga mengandung unsur paksaan oleh pelaku ‘an
taradin yang merupakan dasar dari jual beli tidak dapat terpenuhi, pembulatan
harga jual juga mengandung unsur ketidak adilan karena takaran atau timbangan
tidak sesuai denga jumlah harga yang dibayarkan.
F. Kajian Teori
1. Jual beli
a. Pengertian Jual beli
Jual beli adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
masyarakat, jual beli dilakukan untuk memenuhi kebutuhan harian. Jual
beli dalam istilah fiqh biasa dikenal dengan Al-Ba’I yang memiliki arti
menjual, menukar mengganti. Jual beli menurut bahasa artinya tukar
menukar sesuatu dengan sesuatu. Sedangkan menurut syara’ proses tukar
menukar harta dengan harta dengan cara tertentu. Secara istilah, jual beli
adalah menukar harta dengan harta disertai dengan adanya ijab qabul
dengan syarat dan rukun tertentu.10
Jual beli adalah suatu usaha yang baik untuk dilakukan asal sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan dalam islam, hukum jual beli

9
Vivi Lutviyatul Amalia, “TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN HARGA JUAL BBM
(Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga)”. Skripsi, 2018
10
Choiriyah Siti, Mu’malah jual beli dan selain jual beli, (Surakarta: centre for developing academic
quality, 2019)., hlm, 17
sendiri adalah mubah atau boleh. Islam tidak membenci jual beli, islam
sendiri menganggap bahwa jual beli adalah suatu kegiatan sumber
pencarian mata uang yang halal dikerjakan. Di samping itu, harus
memperhatikan objek jual beli. Apabila barang yang dijual tidak
bermanfaat maka hukum dari jual beli tersebut adalah haram, barang yang
tidak bermanfaat adaah miras, bangkai, darah dan hal lain yang merujuk
ke syara adalah haram untuk di perjual belikan.
Menurut ulama hanafiyah definisi dari jual beli al-ba’I yaitu tukar
menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang
sepadan dengan cara tertentu yang memiliki manfaat dan disetujui oleh
kedua belah piak melalui ijab qabul11
Menurut ulama malikiyyah jual beli ada 2 macam, yaitu jual beli
yang memiliki sifat umum dan jual beli bersifat khusus.12 Jual beli dalam
artian umum adalah suatu perikatan tukar menukar sesuatu dengan sesuatu
yang tidak memiliki kemanfaatan dan kenikmatan, maksut dari tukar
menukar adalah salah satu akad yang mengikat kedua belah pihak,
sedangkan maksut dari yang tidak atau bukan memiliki kemanfaatan dan
kenikmatan disini adalah bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat
(berbentuk) maka ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan
manfaatnya atau bukan hasilnya. Tukar menukar disini maksutnya adalah
salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang
ditukarkan oleh pihak lain. Sedangkan jual beli dalam artian khusus adalah
ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula
kelezatan yang mempunyai daya Tarik tersendiri. Penukarannya bukan
emas bukan perak, bendanya dapat direalisasikan da nada seketika (tidak
ditangguhkan), tidak merupakan utang baik itu barang ada di hadapan
pembelinya maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifatnya atau
sudah diketahui manfaatnya terlebih dahulu.

11
Khaerudin Koko, Siregar Surya Hariman, Fikih Muamalah Teori dan Implementasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2019)., hlm. 113
12
Ibid., hlm. 114
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 20 ayat 2 yang
dimaksut ba’I adalah jual beli antara benda dengan benda, ataupun
pertukaran benda dengan uang.
Dari beberapa definisi diatas, pengertian dari jual beli atau al-ba’I
adalah proses tukar menukar barang oleh seseorang kepada pihak lain
dengan suatu akad tertentu dan tidak boleh melenceng dari yang telah
ditentukan oleh syariah
b. Dasar Hukum Jual Beli
Tidak semua jual beli yang dilakukan seseorang itu sudah sah dan
diperbolehkan dalam islam, jual beli sendiri dalam islam memiliki
landasan hukum yang kuat. Landasan hukum tersebut berada dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadist. Dalil/landasan syariah yang memperbolehkan
praktek akad jual beli adalah sebagai berikut:
1) Al-Qur’an
Penjelasan diperbolehkannya pelaksanaan jual beli dalam Al-
Qur’an berada dalam surah Al-Baqarah [2]:275 yang berbunyi
sebagai berikut:

‫س ٰذلِكَ ِباَنَّ ُه ْم‬ِّۗ ِ ‫شي ْٰطنُ ِمنَ ْال َم‬ َّ ‫طهُ ال‬ُ ‫ي َيت َ َخ َّب‬ْ ‫الر ٰبوا ََل َيقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما َي ُق ْو ُم ا َّل ِذ‬ِ َ‫ا َ َّل ِذيْنَ َيأ ْ ُكلُ ْون‬
ٰ‫ظةٌ ِم ْن ََّّبِه فَا ْنتَه‬ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع‬
ِّۗ ‫الر ٰب‬
ِ ‫وا َوا َ َح َّل اللّٰهُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬ ۘ ‫الر ٰب‬
ِ ‫قَالُ ْْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬
ٰۤ ُ
َ‫اَّ ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون‬ِ َّ‫ص ٰحبُ الن‬ ْ َ ‫ولىِٕكَ ا‬ ‫ف َوا َ ْم ُر ٗ ْٓه اِلَ اللّٰ ِه ِّۗ َو َم ْن َعادَ فَا‬
َ ِّۗ َ‫سل‬
َ ‫فَلَهٗ َما‬

Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat


berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”.13
Ayat diatas telah memberi penjelasan bahwasanya Allah
SWT telah menghalalkan jual beli kepada semua umatnya dengan
cara yang baik. Dan Allah SWT melarang praktek jual beli yang
mengandung unsur riba.
2) Hadist Rasulullah
“Dari Abdullah bin Abbas berkata, Rasulullah datang ke kota
Madinah, dan saat itu penduduk Madinah melakukan jual beli
buah-buahan dengan cara salam dalam jangka satu atau dua
tahun, maka beliau bersabda, “Barangsiapa yang jual beli salam,
maka hendaklah dalam takaran yang jelas, timbangan yang jelas
sampai waktu yang jelas” (HR. Bukhari 2241, Muslim 1604).
Hadist diatas menjelaskan bahwa Rasulullah
memperbolehkan dan tidak melarang kegiatan jual beli asalkan
timbangan dan takaran dan proses pembayarannya jelas.
c. Rukun dan Syarat Jual Beli
Perjanjian jual beli adalah suatu perbuatan hukum yang memiliki
konsekuensi atas terjadinya peralihan oleh suatu barang dari pihak penjual
kepada pihak pembeli, maka dalam perbuatannya haruslah memenuhi
rukun dan syarat sah yang telah ditentukan. Rukun dan syarat-syarat
tersebut adalah sebagai berikut14:
1) Orang yang melakukan akad (penjual dan pembeli)
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah
berakal, baligh dan berhak menggunakan hartanya
2) Ungkapan ijab qabul
Beberapa ulama fiqh menyepakati bahwa unsur utama dalam jual
beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli, maka hal tersebut
harus dibuktikan melalui sighat atau ijab qabul. Syarat yang ada

13
Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah
14
Sudiarti Sri, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Sumatra Utara: FEBI UIN-SU Press, 2018), hlm. 82
dalam ijab qabul adalah orang melakukan ijab qabul harus sudah
telah akil baligh, Kabul yang diucapkan harus sesuai dengan ijab,
3) Objek
Objek/barang yang di perjual belikan harus sesuai dengan
ketentuan, yaitu barang yag diperjual belikan halal, objek atau
barang yang diperjual belikan bermanfaat, objek harus jelas,
apabila ada kecacatan/kekurangan pada objek maka pihak penjual
harus memberi tahu, dan barang tersebut hendaklah diketahui oleh
kedua belah pihak mengenai jelas, baik zatnya, bentuk dan
kadarnya, serta sifat pada objek tersebut.
d. Jual Beli Yang di Larang dalam Islam
Ditinjau dari hukum dan sifat jual beli, seperti yang diketahui jual
beli batal adalah jual beli yang tidak memenuhi persyaratan dan rukun dan
objek seperti yang sudah di tetapkan. Berkenaan dengan bentuk jual beli
yang dilarang dalam islam ada beberapa, antara lain adalah sebagai
berikut15:
1) Jual beli yang haram zatnya, najis, atau tidak boleh di perjual
belikan. Seperti halnya babi, khamr, bangkai dan juga berhala
2) Jual beli gharar, adalah proses jual beli yang yang belum jelas atau
sesuatu yang samar-samar maka haram hukumnya untuk diperjual
belikan
3) Jual beli yang bersyarat, jual beli yang bersyarat ini adalah jual beli
yang ijab qabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu dan ada
unsur-unsur merugikan orang lain dalam unsur agama
4) Jual beli yang menimbulakan kemudharatan, memperjual belikan
barang-barang yang merujuk ke kemudharatan, kemaksiatan,
bahkan kemusyirkan maka dilarang untuk diperjual belikan.
5) Jual beli muhaqalah, yaitu memperjual belikan tanaman-tanaman
yang masih ada disawah ataupun yang masih ada di ladang.
6) Jual beli mulamasah, yaitu jual beli dengan cara sentuh menyentuh
7) Jual beli munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lempar melempar

15
Ibid., hlm. 85-86
8) Jual beli muzabanah, yaitu memperjual belikan buah yang basah
dengan buah, hal tersebut dilarang karena akan berpengaruh
terhadap timbangan hal ini haram hukumnya.
e. Pembulatan Harga
Pembulatan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan proses penambahan nominal atau membulatkan maupun
menggenapkan.16 Pembulatan harga sendiri bertujuan untuk mencari
jawaban ataupun keabsahan angka dalam hasil perhitungan.
Pembulatan harga yang dilakukan oleh operator di SPBU
hendaknya harus meminta persetujuan kepada konsumen, karena sekecil
apapun nominal yang dibulatkan adalah hak yang harus didapatkan oleh
konsumen.
Pada pasal 6 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 35/M-DAG/PER/7/2013 tentang pencantuman
Harga barang dan tariff jasa yang diperdagangkan.17 Merujuk dalam pasal
tersebut memang diperbolehkan praktek pembulatan harga, akan tetapi
pembulatan harga hanya diperbolehkan pada uang pecahan yang sudah
tidak beredar pada masa sekarang. Pada pasal selanjutnya, praktek
pembulatan harga harus dikonfirmasi kepada konsumen yang melakukan
jual beli. Tetapi sekarang ini pada kenyataannya, pembulatan harga yang
dilakukan oleh petugas SPBU hanya dilakukan sepihak tanpa adanya
persetujuan oleh pihak konsumen.
Berdasarkan penjelasan diatas, berarti dalam praktik jual beli ada unsur
ketidak relaan, padahal seperti yang kita ketahui bahwa unsur kerelaan
adalah unsur yang paling penting dalam proses transaksi jual beli
G. Metode Penelitian
1. Jenis pendekatan dan penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan
penelitian jenis kualitatif, dimana penelitian tersebut tidak mengandalkan
bukti kesadaran logika matematika, prinsip angka ataupun statistic. Tujuan

16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
17
Pasal 6 Permendag RI No. 35 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang
DiPerdagangkan, ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 29 Juli 2013.
dari penelitian lapangan sendiri adalah untuk mempelajari tentang latar
belakang dan permasalahan-permasalahan secara intensif18
Selanjutnya penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif untuk
memperoleh jawaban yang sesuai atau yang diinginkan secara deskriptif.
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian jenis kualitatif karena peneliti
ingin menjelaskan teori secara mendalam mengenai pembulatan harga dalam
pratek jual beli bbm di SPBU Demangan berdasarkan tinjauan Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer. Peneliti
melakukan observasi di SPBU Demangan dan melakukan wawancara
langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai praktik pembulatan
harga SPBU Demangan, serta tanggapan beberapa konsumen mengenai
praktik tersebut.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SPBU Demangan Kabupaten Madiun, peneliti
memilih lokasi penelitian di SPBU Demangan karena lokasi tersebut adalah
lokasi yang sering sekali peneliti jadikan tempat untuk membeli BBM dan
peneliti seringkali menemukan praktik pembulatan harga dalam jual beli
BBM, hal tersebut membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut dan lebih
mendalam terkait praktek pembulatan harga jual beli BBM di SPBU
Demangan Berdasarkan Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
4. Data dan Sumber
a. Data
Data adalah fakta, informasi atau keterangan yang digunakan sebagai
salah satu bahan baku penting dalam penelitian dan digunakan sebagai
bahan pemecahan masalah atau mengungkapkan suatu gejala yang sedang
muncul.
b. Sumber data
1) Data primer

18
Syahza almasdi, Metodelogi penelitian edisi revisi tahun 2021, (Riau: UR PRESS,2021)., hlm. 26
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian yang diyakini sebagai sumber informasi.19 Sumber
penelitian primer diperoleh para peneliti untuk mendapat jawaban dari
pertanyaan peneliti. Dalam hal ini peneliti langsung mewawancarai
petugas dan beberapa pembeli di SPBU Demangan
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti yang
didapat secara tidak langsung dari objeknya, melainkan mendapatkan
data tersebut melalui buku, jurnal, e-book, dokumen, peraturan
perundang-undangan dan sumber valid lainnya.20
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data yang akurat karena melakukan
pengumpulan data dari sumber data, baik sumber data primer maupun sumber data
sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
menggunakan sistem penglihatan dan pencatatan menggunakan cara yang
sudah direncanakan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang tampak pada
objek yang akan diteliti.21
2. Wawancara
Metode adalah Tanya jawab lisan antara 2 orang atau lebih secara langsung,
percakapan yang dimaksut mengarah pada objek yang akan di
teliti.22Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi structural,
wawancara structural adalah proses wawancara dengan menggunakan
pedoman pertanyaan yang dapat dikembangkan.

19
Ibid., hlm 247
20
Ibid.,
21
Ibid., hlm 120
22
Ibid., hlm. 137
3. Kepustakaan
Teknik pengumpulan data kepustakaan adalah dengan cara mencari data
literature yang berhubungan dengan judul yang akan diteliti, sumbernya dapat
dari buku, journal, artikel dan lain sebagainya
4. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan agar dapat memperoleh data langsung dari tempat
penelitian baik berupa arsip, foto, nota keterangan, rekaman dari hasil
wawancara dan observasi dengan petugas SPBU Demangan
I. Analisis Data
Secara umum, analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan
metode induktif, yaitu dari data atau fakta menuju ke tingkat abstraksi yang lebih
tinggi, termasuk juga mengembangkan teori (apabila diperlukan). Analisi data
dalam penelitian ini sendiri menggunakan tekhnik deskriptif kualitatif, maksutnya
adalah tekhnik tersebut menggambarkan suatu kondisi, situasi atau fenomena
yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang praktek pembulatan harga dalam
jual beli BBM di SPBU Demangan berdasarkan Tinjauan Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah
J. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi yaitu
membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara terhadap
narasumber. Triangulasi dibagi menjadi 2 yaitu triangulasi tekhnik dan triangulasi
sumber. Triangulasi tekhnik yaitu peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama,
sedangkan triangulasi sumber adalah cara mendapatkan data dari sumber yang
berbeda.23
K. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini adalah tahapan yang harus disentuh oleh seorang peneliti
dalam melaksanakan suatu proses penelitian, ada beberapa tahapan penelitian
yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, tahapan tersebut meliputi:
1. Tahap pra- lapangan, tahapan pra lapangan ini meliputi penyusunan rancangan
penelitian, mengurus berbagai perizinan, mengecek dan menilai keadaan

23
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2020)., hlm. 125
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan
perlengkapan penelitian dan juga berbagai hal yang menyangkut persoalan
etika penelitian
2. Tahap pekerjaan lapangan, tahapan ini meliputi pemahaman peneliti dan
persiapan diri dalam memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data
3. Tahapan analisa data yang meliputi berbagai analisis selama dan setelah
pengumpulan data.24
L. Sistematika Pembahasan
Prmbahasan dalam penilitian ini dibagi menjaadi lima bab. Dalam
pembahasannya, penulis memakai sistem saling terkait antar masing-masing
bagian. Dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub bab dengan gambaran sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pola dasar dalam memberikan gambaran
secara umum dari seluruh skripsi yang melatarbelakangi
penulisan ini. Pada bab pendahuluan ini isinya meliputi sub bab,
seperti: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,
dan juga sistematika pembahasan.
Pada bab ini sangat penting untuk diadakan pada penulisan karya
tulis ini, dan juga kemudian penulis memberi bab “Pendahuluan”
BAB II : PEMBULATAN HARGA DALAM JUAL BELI BBM DI
SPBU BERDASARKAN TINJAUAN KOMPILASI HUKUM
EKONOMI SYARIAH
Dalam bab ini berisi tentang Jual beli yang meliputi pengertian,
dasar hukum, rukun dan syarat, serta jual beli yang dilarang dalam
islam

24
M. Djunaidi Ghony dan Almahsur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2012),
144-157.
BAB III : PRAKTIK PEMBULATAN HARGA DALAM JUAL BELI
BBM DI SPBU DEMANGAN BERDASARKAN TINJAUAN
KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH
Pada bab ini membahas tentang gambaran umum praktik
pembulatan harga dalam jual beli bbm di spbu demangan
berdasarkan kompilasi hukum ekonomi syariah
BAB IV : TINJAUAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH
PADA PRAKTIK PEMBULATAN HARGA DALAM JUAL
BELI BBM DI SPBU DEMANGAN
Pada bab ini penulis membahas terkait tinjauan Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah terhadap Praktik Pembulatan Harga
dalam Jual Beli BBM di SPBU Demangan Berdasarkan Tinjauan
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
BAB V : PENUTUP
Bab ini adalah bab akhir dalam proses penulisan skripsi, berisikan
kesimpulan terhadap pembahasan dan saran dari penulis.
M. Daftar Pustaka Sementara
Al-Qur’an
Rosma Yanti Gultom, “Praktek Pembulatan Harga Di SPBU PT. Prima Putra
Agung Kecamatan Angkola Timur Ditinjau Dari Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah”, skripsi, 2018
Alfian Yazdad,“Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual Dalam
Transaksi Jual Beli Bensin Di SPBU Pertamina Di Surabaya Selatan”, skripsi,
2011
Vivi Lutviyatul Amalia, “TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-
UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN HARGA JUAL BBM (Studi Kasus SPBU
44.507.06 Pasar Sapi Salatiga)”. Skripsi, 2018
Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, (Yogyakarta, CV Andi Offset:2012).,
Yazdad Alfian, Skripsi, Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual
dalam Transaksi Jual Beli Bensin di SPBU Pertamina Surabaya Selatan,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011).
Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 67
Fauzan, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2009),hal. 10
Tim Redaksi Fokummedia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Bandung:
fokusmedia, 2008).,
Choiriyah Siti, Mu’malah jual beli dan selain jual beli, (Surakarta: centre for
developing academic quality, 2019).
Khaerudin Koko, Siregar Surya Hariman, Fikih Muamalah Teori dan
Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019).,
Sudiarti Sri, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Sumatra Utara: FEBI UIN-SU Press,
2018),
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pasal 6 Permendag RI No. 35 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang
dan Tarif Jasa Yang DiPerdagangkan, ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 29 Juli
2013.
Syahza almasdi, Metodelogi penelitian edisi revisi tahun 2021, (Riau: UR
PRESS,2021).,
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2020).,
Djunaidi Ghony dan Almahsur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
ArRuzz Media, 2012)
N. OUTLINE DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Kajian Teori
G. Metode Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Jual Beli


B. Dasar Hukum Jual Beli
C. Rukun dan Syarat Jual Beli
D. Pembulatan Harga

BAB III PRAKTIK PEMBULATAN HARGA DALAM JUAL BELI BBM


DI SPBU DEMANGAN BERDASARKAN TINJAUAN KOMPILASI
HUKUM EKONOMI SYARIAH

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


B. Praktik Pembulatan Harga Dalam Jual Beli BBM di SPBU Demangan

BAB IV TINJAUAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH


TERHADAP PEMBULATAN HARGA DALAM JUAL BELI BBM DI
SPBU DEMANGAN

A. Tinjaun Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah terhadap pembulatan


harga dalam jual beli bbm di spbu demangan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Anda mungkin juga menyukai