Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD ABDUL KHOLIK

NIM : 051629319
PRODI : S1 MANAJEMEN

TUGAS TUTORIAL KE-3


PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama Mata Kuliah : Hukum Bisnis


Kode Mata Kuliah : EKMA4316
Jumlah sks : 2 SKS
Edisi Ke- : Kedua

Skor
No Tugas Tutorial
Maksimal
Bilyet giro yang terbit harus sama dengan nilai perikatan dasarnya.
Bilyet atas nama pemengang berarti melakukan pembayaran dari suatu
transaksi jual beli yang sebelumnya ada antara penerbit dan pemegang.
Penerbitan bilyet giro itu adalah karena suatu “sebab” dan sebab ini
1 adalah transaksi yang telah dilakukan. 50

a. Bagaimana nilai transaksinya?


b. Apa arti dari nilai perikatan dasar dan apa contohnya?

Bilyet giro adalah surat perintah nasabah yang terstandarisasi bentuknya kepada bank
penyimpanan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan
kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank lainnya.
Bylet giro diatur dalam surat edaran bank indonesia (SEBI) No. 4/670/UPPB/Pb B tanggal 24
Januari 1972. Bylet giro tidak dapat diperalihkan baik dengan cara penyerahan dari tangan ke
tangan maupun dengan cara endosemen. Bylet giro hanya memberi hak menagih atas jumlah
yang disebut di dalam bylet giro dan kepada si pemegang yang namanya disebut dalam bylet
giro dengan bentuk transaksi.
Bilyet giro dapat digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk membayar
suatu transaksi. Misalnya, seorang penjual barang elektronik menjual barangnya kepada
seorang pembeli seharga Rp10.000.000. Kedua belah pihak kemudian membuat perjanjian jual
beli yang menyebutkan bahwa pembayaran dilakukan dengan menggunakan bilyet giro.
Dalam hal ini, transaksi jual beli yang telah dilakukan merupakan “sebab” dari penerbitan bilyet
giro. Nilai transaksi jual beli, yaitu Rp10.000.000, harus sama dengan nilai perikatan dasar
bilyet giro.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerbitan bilyet giro itu adalah karena suatu
“sebab” dan sebab ini adalah transaksi yang telah dilakukan

Menjawab pertanyaan poin a maka, Nilai transaksi adalah jumlah uang yang dipertukarkan
antara penjual dan pembeli dalam suatu transaksi jual beli. Nilai transaksi dapat ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli, atau berdasarkan harga pasar.
Dalam kasus bilyet giro, nilai transaksi adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh penerbit
kepada pemegang bilyet giro. Nilai transaksi ini harus sama dengan nilai perikatan dasar, yaitu
jumlah uang yang telah diperjanjikan antara penerbit dan pemegang bilyet giro dalam
perjanjian jual beli.
Misalnya, seorang penjual barang elektronik menjual barangnya kepada seorang pembeli
seharga Rp10.000.000. Kedua belah pihak kemudian membuat perjanjian jual beli yang
menyebutkan bahwa pembayaran dilakukan dengan menggunakan bilyet giro. Dalam hal ini,
nilai transaksi adalah Rp10.000.000.

Dan menjawab pertanyaan poin b tentang nilai perikatan dasar. Nilai perikatan dasar adalah
jumlah uang yang telah diperjanjikan antara penerbit dan pemegang bilyet giro dalam
perjanjian jual beli. Nilai perikatan dasar ini harus sama dengan nilai transaksi, yaitu jumlah
uang yang harus dibayar oleh penerbit kepada pemegang bilyet giro.
Contoh nilai perikatan dasar antara lain:
 Jumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual dalam suatu transaksi jual
beli.
 Jumlah uang yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur dalam suatu perjanjian kredit.
 Jumlah uang yang harus dibayar oleh penerima sewa kepada pemberi sewa dalam suatu
perjanjian sewa menyewa.
Dalam kasus bilyet giro, nilai perikatan dasar dapat dilihat dari perjanjian jual beli yang dibuat
antara penerbit dan pemegang bilyet giro. Perjanjian jual beli ini harus menyebutkan jumlah
uang yang harus dibayar oleh penerbit kepada pemegang bilyet giro.

Referensi
BMP Hukum Bisnis Modul 5 Hukum Pasar Modal dan Hukum Surat Berharga KB 2 halaman
5.77 – 5.85

Secara garis besar jenis persaingan usaha yang tidak sehat yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada dasarnya adalah :
1. Kartel (hambatan horizontal),
2. Perjanjian tertutup (hambatan vertikal),
3. Merger, dan
2 4. Monopoli. 50

Bila suatu persaingan usaha dikategorikan persaingan yang melawan


hukum menurut Pasal 1365 KUH Perdata, unsur apa yang
memenuhinya?

Larangan praktik usaha tidak sehat merupakan upaya untuk menciptakan persaingan usaha
yang sehat dan adil di Indonesia. Persaingan usaha yang sehat dan adil merupakan salah satu
pilar penting dalam perekonomian Indonesia, karena dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan efisiensi, dan melindungi konsumen. Larangan praktik usaha tidak sehat diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999). UU 5/1999 melarang pelaku usaha melakukan
kegiatan-kegiatan yang dapat membatasi, menyabotase, atau mengendalikan persaingan usaha.
Berikut adalah beberapa contoh praktik usaha tidak sehat yang dilarang oleh UU 5/1999:
 Kartel: Kartel adalah perjanjian atau kesepakatan antara pelaku usaha untuk membatasi
persaingan usaha. Kartel dapat berupa perjanjian untuk menaikkan harga, membagi pasar,
atau membatasi produksi.
 Perjanjian tertutup: Perjanjian tertutup adalah perjanjian antara pelaku usaha dengan
pembeli atau pemasok untuk membatasi persaingan usaha. Perjanjian tertutup dapat berupa
perjanjian untuk menaikkan harga, membatasi distribusi, atau membatasi inovasi.
 Merger: Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan.
Merger dapat dilarang apabila menyebabkan pelaku usaha yang melakukan merger
memperoleh posisi dominan di pasar.
 Monopoli: Monopoli adalah keadaan di mana hanya ada satu pelaku usaha yang menguasai
pasar. Monopoli dapat dilarang apabila diperoleh secara tidak wajar.

Pelaku usaha yang melakukan praktik usaha tidak sehat dapat dikenakan sanksi hukum, baik
sanksi pidana maupun sanksi perdata. Sanksi pidana dapat berupa pidana penjara dan/atau
denda. Sedangkan sanksi perdata dapat berupa ganti rugi, penghentian kegiatan, dan tindakan
lain yang dianggap perlu.

Suatu persaingan usaha dikategorikan persaingan yang melawan hukum menurut pasa; 1365
KUH Perdata jika memenuhi unsur-unsur seperti perbuatan yang melawan hukum,
menimbulkan kerugian, hubungan klausal, dan kesalahan. Berikut adalah penjelasan masing
masing unsur :
1. Perbuatan Melanggar Hukum
Perbuatan yang dimaksud adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pelaku
persaingan usaha. Perbuatan tersebut dapat berupa tindakan aktif, seperti melakukan
perjanjian atau kesepakatan, atau tindakan pasif, seperti tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan. Perbuatan yang dilakukan tersebut harus bertentangan dengan
hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum tertulis yang dapat
dilanggar antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999), Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999), dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan persaingan usaha. Hukum tidak tertulis yang
dapat dilanggar antara lain asas-asas hukum, seperti asas kepastian hukum, asas
keseimbangan, dan asas keadilan.
2. Menimbulkan kerugian
Perbuatan yang dilakukan tersebut harus menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Kerugian tersebut dapat berupa kerugian ekonomi, kerugian moral, atau kerugian lain.
3. Hubungan klausal
Kerugian yang timbul haruslah disebabkan oleh klausal yang tercantum dalam
perjanjian atau kesepakatan tersebut. Contoh klausal yang dikategorikan sebagai
perbuatan melawan hukum dalam suatu persaingan usaha seperti klausal yang
diskriminatif seperti memberikan perlakuan yang berbeda pada pelaku usaha tertentu.
Pada dasarnya, suatu klausal dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum
dalam suatu persaingan usaha apabila klausal tersebut bertentangan dengan tujuan dari
persaingan usaha yang sehat, yaitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan efisiensi, dan melindungi konsumen.
4. Kesalahan
Kesalahan adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja atau karena kekuranghati-
hatian. Dalam konteks persaingan usaha, kesalahan dapat berupa kesalahan yang
dilakukan oleh satu pelaku usaha atau oleh beberapa pelaku usaha yang bekerja sama.
Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja: Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja
adalah kesalahan yang dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa perbuatan tersebut
melanggar hukum. Misalnya, para produsen mobil yang menyepakati untuk menaikkan
harga mobil secara bersama-sama. Kesalahan yang dilakukan karena kekuranghati-
hatian: Kesalahan yang dilakukan karena kekuranghati-hatian adalah kesalahan yang
dilakukan karena tidak memperhatikan atau mengabaikan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perbuatan tersebut melanggar hukum. Misalnya, seorang produsen sepatu
yang menyepakati dengan distributornya untuk tidak menjual sepatu tersebut di bawah
harga tertentu, padahal hal tersebut dapat menyebabkan persaingan usaha menjadi tidak
sehat.

Kesimpulannya adalah Dalam konteks persaingan usaha, kesalahan melawan hukum dapat
menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha lain atau konsumen. Kerugian tersebut dapat berupa
kerugian ekonomi, kerugian moral, atau kerugian lain.
Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan usaha yang melawan hukum, maka
pelaku usaha diwajibkan untuk mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, termasuk ketentuan
hukum yang berkaitan dengan persaingan usaha. Selain itu, pelaku usaha juga diwajibkan untuk
bertindak secara profesional dan bertanggung jawab. Sementara itu, Penegakan hukum
terhadap persaingan usaha melawan hukum dilakukan oleh Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU). KPPU adalah lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah untuk
mengawasi persaingan usaha di Indonesia.
Referensi
BMP Hukum Bisnis Modul 6 KB 1 Hukum Persaingan Usaha dan Perlindungan Konsumen 6.6
– 6.23

Anda mungkin juga menyukai