Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada setiap perjanjian khususnya perjanjian jual-beli seharusnya didasari atas

iktikad baik. Berlaku juga bagi perjanjian jual-beli mobil tangan kedua atau disebut

bekas, antara penjual dengan pembeli sudah semestinya bertransaksi secara sempurna

tapa adanya cacat yang tersembunyi terhadap obyek perjanjian.

Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPer

meniadi aturan main dari perjanjian jual-beli. Makna dari rumusan Pasal tersebut

memberikan arti tegas dari jual-beli yang bahwasanya suatu persetujuan antara pihak

yang satu menarik dirinya untuk mengikatkan diri dengan tujuan menyerahkan suatu

barang melainkam pihak yang satunya melakukan pembayaran dengan harga yang

diperjanjikan. Dari makna tersebut dapat ditarik unsur-unsur mum dari jual-beli yaitu

kewajiban pihak selaku penjual melakukan penyerahan terhadap suatu barang yang

diperjualkan kepada pembeli (konsumen) dan pihak selaku penjual melakukan

pembayaran harga barang kepada penjual.

Secara lebih lanjut Subekti memberikan pandangan mengenai kewajiban antar

penjual dan pembeli. Kewajiban utama penjual menurut Subekti dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu penyerahan suatu hak milk atas barang yang menjadi objek jual beli; dan

menanggung kenikmatan yang tenteram serta menanggung jika ditemukan cacat-cacat


yang tersembunyi atas barang tersebut.1 Sedangkan kewajiban utama si pembeli menurut

Subekti yaitu melakukan pembayaran atas harga yang disepakati pada waktu serta tempt

yang telah diperjanjikan.2

Dalam kenyataannya pengejewantahan Pasal 1457 KUH Perdata tidak terealisasi

dengan baik. Wanprestasi atas perjanjian jual beli hal yang acap kali terjadi. Obyek

wanprestasi tersebut umumnya terjadi pada obyek jual-beli yaitu barang. Barang yang

semestinya diperoleh oleh pembeli semestinya dalam keadaan yang tidak ada cacat

tersembunyi. Kurang kritis dan teliti dari pihak pembeli terhadap barang-barang yang ole

penjual tawarkan, sehingga berakibat timbulnya kerugian bagi pembeli. 3 Paramater

kerugian tersebut tidak hanya mencakup kerugian secara finansial, dapat juga kerugian

terhadap kesehatan maupun keselamatan atas hidup pembeli. 4 Di Indonesia telah diatur

mengenai jual beli yang mengandung kecacatan tersembunyi dalam Pasal 1504 - Pasal

1512 KUH Per dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, selanjutnya disebut UU PK. Pada prinsipnya pembeli tersebut memiliki hak

untuk meminta pertanggungjawaban kepada pihak penjual mengenai kerugian yang

ditimbulkan dari cacatnya produk yang bersangkutan. Secara umum

kerugian didefinisikan sebagai keadaan sebagaimana seseorang tidak memperoleh

manfaat atau keuntungan dari telah mereka keluarkan.5 Upaya yang dapat ditempuh bagi

konsumen dalam jual beli mobil kondisi bekas yaitu dengan menuntut hak kepada penjual

1
Subekti, 2014, Aneka Perjanjian, Cetakan Ke-11, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 8.
2
Ibid, h. 20.
3
Tumbelaka, A. (2016). Wanprstasi Dalam Jual Beli Barang Yng Mengalami Cacat Tersembunyi. Lex
Privatum, 4(5), h. 121.
4
Nieuwenhuis, 1985, Pokok-Pokok Hukm Perikatan, Djasadin Saragih, Surabaya, h. 57.
5
Tumbelaka, A., Op. Cit, h. 122.
bahwasanya a telah wanprestasi sebagaimana tidak memenuhi kewajiban dalam

perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Menurut R. Setiawan wanprestasi dipecah

menjadi tiga bentuk diantaranya yaitu sama sekali tidak melakukan prestasi, terpenuhinya

prestasi dengan terlambat, prestasi terpenuhi secara tidak baik, apabila terpenuhinya

prestasi secara tidak sebagaimana mestinya oleh penjual maka dianggap memenuhi

prestasi secara terlambat, jika tidak maka konsekuensinya tidak terpenuhinya prestasi.6

Kerugian yang ditimbulkan akibat dari wanprestasi, dalam hal ini konsumen berhak

menuntut berikut ini kepada penjual, yaitu:

a. Pemenuhan terhadap perjanjian.

b. Pemenuhan terhadap perjanjian diringi dengan ganti kerugian.

c. Ganti kerugian

d. Pembuatan suatu perjanjian beserta ganti kerugian.

e. Pembatalan perjanjian dengan ganti kerugian.

Jika ditelaah dalam ketentuan KUH Perdata perlindungan hukum terhadap

konsumen dirasa kurang menjamin atas pemenuhan hak-hak dari konsumen.

Dikeluarkannya UUPK diharapkan dapat sebagai sarana perlindungan hukum bagi

konsumen dalam hal memudahkan konsumen untuk menentukan pilihan baik itu dengan

menyelesaikan masalah melalui musyawarah atau pengajuan tuntutan hak melalui

pengadilan. Dalam Pasal 7 huruf (d) U PK secara tegas menentukan bahwa pelaku usaha

diwajibkan untuk memberikan jaminan atas mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi

6
R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung, Binacipta, h. 82. Sebagaimana dikutip
dari Rizky Febrina Puramasari, 2013, "Tanggng Jawab Penjual Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian
Jual Beli Sepeda Motor Baru Dalam Hal Anya Cacat Tersmbunyi" Jurnal Hukum Universitas Ubaya, h. 7.
dan/atau diperdagangkan yang sesuai dengan ketentuan standar terhadap mutu barang

dan/ atau jasa yang berlaku. Pasal tersebut dapat dimaknakan bahwasanya penjual

bertanggung jawab untuk menjamin mutu barang yang sebagai obyek jual beli.

Semestinya pelaku usaha tidak seharusnya mengutamakan keuntungan tanpa peduli

kerugian yang diderita konsumen. Perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam

Pasal 4 UU PK menegaskan bahwa hak dari konsumen yaitu:

a. hak memperoleh rasa aman, nyaman, dan selamat atas konsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak menentukan pilihan barang dan/atau jasa serta memperoleh barang dan/atau jasa

tersebut berdasarkan nilai tukar, kondisi, dan jaminan yang diperjanjikan;

c. hak memperoleh informasi dengan benar, jelas, dan jujur atas kondisi serta jaminan

barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat maupun keluhan atas penggunaan barang dan/atau jasa;

e. hak memperoleh perlindungan, advokasi, dan upaya penyelesian sengketa atas

perlindungan konsumen dengan patut;

f. hak memperoleh pembinaan serta pendidikan konsumen;

g. hak untuk memperoleh perlakuan dan pelayanan dengan benar, jujur, dan tidak

diskriminatif;

h. hak memperoleh kompesasi, ganti kerugian dan/atau penggantian, jika barang

dan/atau jasa yang diperoleh tidak berdasarkan perjanjian atau tidak dengan

seharusnya;

i. hak-hak lain menurut peratuan perundang-undangan.


Merujuk pada pendekatan kasus, terdapat peristiwa jual-beli mobil bekas tipe minibus

antara pembeli dan penjual yang terdapat cacat terembunyi. Cacat tersembunyi tersebut adanya

kebocoran bahan bakar pada mobil tersebut. Perjanjian jual-beli tersebut dilakukan secara lisan

dan hanya didukung dengan pembayaran melalui kuitansi. Dengan demikian, menarik untuk

ditulis skripsi dengan judul "PENYELESAIAN SENGKETA JUAL-BELI MOBILBEKAS

YANG TERDAPAT CACAT TERSEMBUNYI'.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa jual-beli mobil bekas yang mengalami

kebocoran bahan bakar tersebut?

2. Bagaimana efektivitas penyelesaian sengketa jual-beli mobil bekas yang

mengalami kebocoran bahan bakar tersebut?

1.3. Ruang Lingkup

Adanya rang atas lingkup dari permasalahan memberikan batasan dalam

melakukan penelitian. Pembatasannya adalah sebagai berikut:

1. Membahas bentuk penyelesaian sengketa jual-beli mobil bekas yang mengalami

kebocoran bahan bakar tersebut.

2. Membahas efektivitas penyelesaian sengketa jual-beli mobil bekas yang

mengalami kebocoran bahan bakar tersebut.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Untuk menjaamin orisinalitias penelitian yang dilakukan oleh penulis, adapun

terdahulu yang berkaitan dengan jual-beli yang megandung cacat tersemunyi adalah

sebagai berikut:
1. Penelitian dengan judul “Wanprestasi Dalam Jual Beli Yang Mengalami Cacat

Tersembunyi” yang ditulis oleh Andreta Tumbelaka. Dengan rumusan masalah :

Bagaimana akibat hukum yang timbul dari jual beli barang yang mengalami cacat

tersembunyi cacat dan car penanganannya? dan Bagaimana cara penyelesaian

sengketa jual jual beli barang yang mengalami cacat tersembunyi dalam lingkup

Hukum Perlindngan Konsumen?

2. Penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Penjual Terhadap Konsumn Dalam

Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Baru Dalam Hal Adanya Cacat Tersembunyi”

yang ditulis oleh Rizky Febrina Purnamasan. Dengan rumusan masalah :

Bagaimanakah tanggung jawab penjual terhadap konsumen dalam perjanjian jual-

beli sepeda mtor baru apbila ada cacat tersembnyi di CV.DWI SEMAR SAKTI

MOTOR? dan Bagaimana upaya tanggng jawab yang dibrikan oleh pnjual kepada

konsum apabila ada cacat tersembunyi dalam pmbelian sepeda motor bar tersebut?

3. Penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Penjual Pada Cacat Tersembunyi

Dalam Perjanjian Jual Beli Mobil Beka” yang ditulis oleh Rusniati & Wamiyana

Zairi Absi. Dengan rumusan masalah Bagaimana tanggung jawab penjual pada

cacat tersembunyi dalam perjanjian jual beli mobil bekas?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki arah yang hendak dicapai yang terdiri dari tujuan yang

sifatnya umum dan tujuan yang sifatnya khusus.

1.5.1. Tujuan Umum

Tujuan secara umum:


1) Untuk menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam hal ini di bidang

penelitian;

2) Untuk mendorong perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu

hukum.

3) Sebagai pemenuhan persyaratan untuk menyandang gelar sarjana hukum

4) dengan konsenterasi hukum bisnis.

5) Guna menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan jual beli mobil

bekas yang mengandung cacat tersembunyi

1.5.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

1) Untuk memperoleh pemahaman mengenai bentuk penyelesaian sengketa

jual-beli mobil bekas yang mengalami kebocoran bahan bakar tersebut.

2) Untuk memproleh pemehamana mengenai efektivitas penyelesaian

sengketa jual-beli mobil bekas yang mengalami kebocoran bahan bakar

tersebut.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian in tidak hanya fokus pada tujuan yang diharapkan tetapi penelitian in

pun memiliki manfaat yang diharapkan dapat sumbangsih dari segi teoritis dan/atau

praktis.

1.6.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mendorong pengembangan

ilmu hukum khususnya hukum bisnis yang diharapkan dapat berkontribusi bagi
pemahaman mengenai hukum bisnis yang kaitannya dengan cacat tersembunyi

pada penjualan mobil bekas.

1.6.2. Manfaat Praktis

Segi praktis penelitian in bermanfaat untuk mendorong perolehan

wawasan dan pemahaman bag pelaku transaksi jual-beli dan sekaligus menjadi

acuan dalam hal adanya permasalahan terkait transaksi jual beli yang mengadung

cacat tersembunyi pada obyek yang diperjual belikan.

1.7. Landasan Teoritis

1.7.1. Konsep Negara Hukum

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 selanjutnya disebut UUD NRI 1945 dinyatakan secara tegas menurut

konstitusi bahwa "Negara Indonesia adalah Negara Hukum". Negara yang

menganut bentuk negara hukum haruslah mencerminkan bagaimana negara

hukum sejatinya. Negara Dalam negara hukum syarat yang wajib terpenuhi adalah

dua unsur pokok sebagaimana adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia

dan mengadakan pemisahan kekuasaan dalam negara.7

Konsep yang menjadi acuan negara hukm adalah Negara Hukum

(rechstaat) serta konsep hukum harus memerintah negara tidak berdasarkan para

pejabat secara pribadi (rule of law). Friedrich Julius Stahl menggambarkan unsur-

unsur daripada rechstaat yaitu:

7
Moh Kusnadi dan Bintang R. Saringgih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya Media Pratama,
Jakarta, h. 132.
1. Trias Politika menjadi acuan penyelengaraan suatu Negara;

2. Menitikberatkan pada melindungi dan mengakui adanya hak asasi manusia;

3. Pemerintah didalam menjalankan tugs harus bedasarkan atas undang-

undang(wetmatigbestuur);

4. Pemerintah yang ikut campur tangan dalam kehidupan pribadi seseorang

dalam menjalankan tugasnya maka dapat disebut pemerintah telah melakukan

pelanggaran hak asasi manusia, sehingga pengadilan administrasi yang

berwenang menyelesaikan permasalahan itu.8

AV Dicey mengemukakan unsur-unsur dari konsep the rule of law, yaitu:

1. Supremasi Hukum, bahwasnaya seseorang hanya dapat dihukum jika terbukti

telah meelakukan pelanggaran hukum, yang dimana tidak boleh

menggunakankesewenang-wenangan;

2. Mengedepankan kedudukan yang sama atau setara di muka hukum;

3. Undang-undang dan putusan pengadilan member jaminan terhadap hak-hak

asasi manusia.9

Siring perkembangan zaman yang diringi dengan berkembangnya konsep

negara hukum, 12 (dua belas) prinsip yang wajib terpenuhi oleh suatu negara untuk

dapat dikatakan menganut konsep negara hukum, yaitu:

1. Supremasi atas hukum (Supremacy of law);

2. Persamaan kedudukan secara Hukum (equality before the law);

3. Batasan terhadap kekuasaan;

8
Ibid.
9
Anwar C.S.H, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Intrans Publishing, Malang, h.47-48
4. Asas Legalitas (due process of law);

5. Peradilan yang tidak memihak atau bebas;

6. Organ dari eksekutif yang independen;

7. Peradilan hak asasi manusia;

8. Peradilan tata usah negara (administrasi);

9. Perlindungan hak asasi manasia;

10. Saran dalam mewujudkan tujuan dari bernegara (wefare rechstaat);

11. Bersifat demokrasi (democratische rechtstaat):

12. Transparansi dan kontrol sosial.10

Konsep Negara Hukum memiliki relevansi dengan penelitian ini sebagaimana

bahwa dalam perjanjian jual beli yang mengandung cacat tersembunyi pihak yang merasa

dirugikan dapat mempertahankan haknya sesuai dengan undang- undang yang berlaku.

1.7.2. Tori Perlindungan Konsumen

Konsumen ditinjau dari kedudukannya dalam suatu hubungan dengan pelaku

usaha merujuk pada doktrin atau tori yang dilihat dalam perkembangan sejarah dari

hukum perlindungan konsumen terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:11

a. Let the buyer beware (caveat emptor)

Doktrin ini sebagaimana merupakan dasar atas lahirya suatu sengketa di

bidang transaksi antara konsumen dengan pelaku usaha. Doktrin ini berpandangan

bahwasanya pelaku usaha dan konsumen ialah para pihak yang memiliki

10
Jimly assidhiqie, 2004, Konstitusi dan Kontitualisme, Mahkamah Konstitusi dan Pusat Studi Hukum
Tata Negara FH UI, Jakarta h. 124.
11
Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta, h.61
kedudukan yang sangat seimbang, untuk itu konsumen tidak memerlukan suatu

perlindungan. Prinsip memiliki kelemahan, sebagaimana dalam perkembangannya

konsumen tidak memperoleh suatu informasi yang memadai dalam menentukan

opsi atau pilihan akan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi olehnya. Penyebab

dari hal tersebut dikarenakan oleh adanya keterbatasan atas pengetahuan

konsumen maupun ketidakterbukaan dari pelaku usaha terhadap produk yang

ditawarkan olehnya. Sehingga, jika konsumen mengalami kerugian atas barang

dan/atau jasa tersebut, pelaku usaha dimungkinkan berdalih bahwasanya kerugian

tersebut merupakan akibat kelalaian dari konsumen itu sendiri.

b. The due care theory

Doktrin in berpandangan bahwasanya pelaku usaha memiliki kewajiban

dalam hal kehati-hatian terhadap pemasaran produk, baik barang dan/atau jasa.

Selma pelaku usaha mengedapankan kehati-hatian dengan produknya, dengan

demikian a tidak dapat disalahkan. Prinsip in memberlakukan adagium siapa yang

mendalilkan atas suatu hal maka wajib pula untuk membuktikannya. Sebagaimana

bahwa telah sesuai dengan ajaran pada hukum privat yang berlaku di Indonesia

yakni pembuktian diserahkan pada penggugat, yang diatur Pasal 1865 KUH

Perdata yang dengan tegas menyatakan bahwasanya barang siapa yang

mendalilkan terhadap suatu hak atau bertujuan meneguhkan haknya maupun

membantah hak dari orang lain, atau penunjukan suatu peristiwa, maka ia dengan

wajib melakukan pembuktian tentang adanya hak maupun peristiwa demikian.

c. The privity of contract


Doktrin ini berpandangan bahwa pelaku usaha berkewajiban dalam rangka

melindungi konsumen, tetapi hal demikian bar dapat dilaksanakan apabila

diantara pelaku usaha dan konsumen telah menjalin suatu hubungan secara

kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat dipersalahkan diluar daripada hal-hal yang

telah diperjanjikan. Untuk demikian konsumen boleh menggugat didasari atas

wanprestasi. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam pasal 1340

KUH Perdata yang secara tegas menyatakan rung lingkup berlakunva suatu

perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang terikat perjanjian saja.

Asas dan Tujuan dari perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai suatu

usaha bersama didasari atas lima asas yang relevan terhadap pembangunan nasional,

diantaranya:12

a. Asas Manfaat

Asas ini menekankan bahwa seluruh upaya untuk menyelenggarakan

perlindungan konsumen wajib memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

terhadap kepentingan konsumen mapun pelaku usaha secara menyeluruh.

b. Asas keadilan

Asas in menekankan pada pemberian kesempatan terhadap konsumen

serta pelaku usaha guna mendapatkan haknya dan menyelenggarakan

kewajibannya dengan adil.

c. Asas Keseimbangan

Asas ini menekankan pada adanya keseimbangan kepentingan antara

konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah secara materiil dan spiritual.

12
Elsi Advendi, 2007, Hukum Dalam Ekonomi, PT Grasindo, Jakarta, h.159
d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Asas in menekankan pada pemberian jaminan atas keamanan serta

keselamatan terhadap konsumen terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi olehnya.

e. Asas Kepastian Hukum

Asas in menekankan pada ketaaan terhadap hukum oleh pelaku usaha

maupun konsumen, memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan

konsumen, serta memperoleh kepastian hukum dari negara.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis metode penelitian yang digunakan sebagai

pemecahan permasalahan yaitu yuridis empiris, sebagaimana ditujukan untuk meneliti

keberlakuan suatu hukum dalam masyarakat serta penyelesaian permasalahan hukum

dalam kondisi konkrit.13 Penggunaan metode in akan membantu mengkaji bagaimana

bentuk penyelesaian sengketa jual-beli mobil bekas yang mengalami kebocoran bahan

bakar tersebut dan efektivitas penyelesaian sengketa jual-beli mobil bekas yang

mengalami kebocoran bahan bakar tersebut.

1.8.2. Jens Pendekatan

Penggunaan pendekatan sebagai penunjang penelitian in bertujuan untuk

memperkaya pembahasan dari tajuk permasalahan. Dalam penelitian ini diakomodir

beberapa dari jenis pendekatan sebagaimana yang dimaksud sebagai berikut:

13
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2012, Pengntar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 135-146.
1. Pendekatan Perundang-Undangan (The Statue Approach)

Pendekatan in merupakan jenis pendekatan yang berfokus pada

peninjauan terhadp undang-undang yang terkait dengan isu hukum yang

diteliti.

2. Pendekatan Fakta (The Fact  Approach)

Pengakomidiran pendekatan ini yaitu dengan cara meninjau fakta-fakta

yang terkait dengan isu hukum mengenai jual beli mobil bekas yang

mengandung cacat tersembunvi

3. Pendekatan Konseptual (The Conceptual Approach)

4. Pendekatan in dengan berpijak pada doktrin-doktrin dalam ilmu hukum. 14

Kontribusi dari doktrin-doktrin berimplikasi dalam menganalisa

permasalahan terkait permasalahan yang diteliti.

1.8.3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang diakomodir yaitu sifat deskriptif. Penelitian dengan

sifat yang deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan

mengenai hal tertentu.

1.8.4. Sumber Data

Penelitian yuridis empiris tidak terlepas dengan data-data, yang dijadikan

sumber data yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diakomodir berdasarkan sumber

dari informan yaitu penjual mobil bekas dan pembeli mobil bekas yang

14
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,h.93
sebelumnya pernah mengalami permasalahan yang diteliti pada

tulisan.

2. Data Sekunder

Data sekunder untuk mendukung pemecahan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. UUD NRI 194S; KUH Per, UU PK (Perlindungan Konsumen).

b. Buku-buku serta hasil penelitian ilmiah.

c. Artikel yang termuat di internet.

1.8.5. Teknik Pengumpulan Data

Soerjono Sockanto membagi jenis dari pengumpulan data diantaranya

yaitu studi bahan pustaka, pengamatan, dan wawancara.15 Jenis teknik

pengumpulan data yang dipakai sebagai berikut:

1. Teknik Studi Bahan Pustaka

Studi bahan pusataka merupakan teknik pendahuluan yang biasa

dipakai dalam penelitian hukum. Teknik studi bahan pusataka

demikian digunakan dengan cara melakukan peninjauan terhadap

bahan-bahan hukum yang berkorelasi dengan isu hukum yang diteliti.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik yang sering digunakan dalam

metode penelitian yuridis empiris. Digunakannya teknik in adalah

untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang telah dirancang

kemudian akan ditujukan kepada informan.


15
Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metedologi Penelitian Hukum Empris, Cet. Ke 1. IND-HILL-CO.
Jakarta, h. 114
1.8.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian yuridis empiris mengakomodir jenis analisis yaitu analisis data

secara kuantitatif dan analisis data secara kualitatif. Kaitannya dengan penelitian

ini jenis analisis data yang dipakai adalah analasis data kualitatif yang

mengedapankan pada fakta-fakta yang berkorelai dengan isu hukum yang tidak

dalam wujud hitungan atau angka-angka.

1.8.7. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan terhadap populasi dan sampel penelitian sangat mendukung

penelitian ini, sebagaimana hasil yang bersumber dari sampel penelitian

nantinya akan memberikan hasil secara general atas populasi. Teknik purposive

sampling adalah teknik yang penulis gunakan. Teknik in berfokus pada

penarikan sampel yang didasari atas tujuan tertentu yang ditentukan oleh

peneliti. Penelitian ini dilakukan pada tempt jual beli mobil

bekas atau showroom

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2012, Pengntar Metode Penelitian Hukum, Raja

Anwar C.S.H, 201 1, Teori dan Hukum Konstitusi, Intrans Publishing, Malang.

Bambang Sunggono, 201 1, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo, Jakarta.

Elsi Advendi, 2007, Hukum Dalam Ekonomi, PT Grasindo, Jakarta.

Grafindo Persada, Jakarta.

Jimly Assidhiqie, 2004, Konstitusi dan Kontitualisme, Mahkamah Konstitusi dan Pusat

Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta.

Moh Kusnadi dan Bintang R. Saringgih, 2000, /mu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya

Media Pratama, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta

R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung, Binacipta.

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metedologi Penelitian Hukum Empris, Cet. Ke 1.

IND-HILL-CO. Jakarta.

Jurnal:

Rizky Febrina Purnamasari, 2013, "Tanggng Jawab Penjual Terhadap Konsumen Dalam

Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Baru Dalam Hal Adnya Cacat Tersmbunyi".

Jurnal Hukum Universitas Ubaya.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai