Anda di halaman 1dari 2

Nama : ikdek ade [ebramsn

NIM : 2104551296
Kelas : H (Reguler Pagi)
Jumat, 11 Mei 2023
RINGKASAN MATERI PEMBUKTIAN DAN BEBAN PEMBUKTIAN
1. Pendahuluan
Hukum acara perdata adalah hukum perdata formil, yang pada dasarnya
berfungsi mempertahankan atau menegakkan hukum perdata materiil melalui
pengadilan apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum perdata materiil atau terjadi
sengketa. Sehingga, secara garis-garis besar tahapan-tahapan peradilan perdata
meliputi: 1. Pengajuan gugatan; 2. Pemeriksaan gugatan; 3. Pembuktian; 4. Putusan;
5. Upaya upaya hukum terhadap putusan ; dan 6. Eksekusi.
2. Pengertian Pembuktian
Pembuktian adalah suatu proses pengungkapan fakta fakta yang menyatakan
bahwa suatu peristiwa hukum benar sudah terjadi. Pembuktian dalam Perkara Perdata
adalah upaya untuk memperoleh kebenaran formil (formeel waarheid). Kebenaran
formil didasarkan pada formalitas-formalitas hukum sehingga akta otentik memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat. Sudikno Mertokusumo
menjelaskan bahwa pembuktian secara yuridis tidak lain merupakan pembuktian
“historis”. Pembuktian yang bersifat historis ini mencoba menetapkan apa yang telah
terjadi secara konkreto. Membuktikan pada hakekatnya berarti mengapa peristiwa
peristiwa tertentu dianggap benar. Menurut Subekti, hukum pembuktian adalah
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam
suatu persengketaan. Dari doktrin-doktrin tersebut, maka dapat disimpulkan yang
dimaksud degan pembuktian adalah suatu cara yang dilakukan oleh pihak yang
berperkaara untuk memberikan dasar kepada hakim tentang kepastian kebenaran
suatu peristiwa yang didalilkan.
3. Hal-Hal yang Harus dan Tidak Harus Dibuktikan
Pasal 163 HIR dan 283 RDG mengatur bahwa “barang siapa mengatakan ia
mempunyai hak, atau ia menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu
atau untuk membantah hak orang itu harus membuktikan adanya hak atau kejadian
itu.” Dari pasal tersebut, telah jelas bahwa yang perlu dibuktikan adalah hak atau
peristiwa yang didalilkan oleh pihak-pihak yang berperkara. Namun tidak semua hak
atau peristiwa dibuktikan. Adapun hal-hal yang tidak perlu dibuktikan yaitu: gugatan
yang diakui pihak lawan, penglihatan hakim di muka persidangan dan yang telah
diketahui oleh umum.
4. Beban Pembuktian
Menurut Pasal 163 HIR/ 283 RB, pihak-pihak yang melakukan pembuktian
adalah pihak penggugat dan tergugat. Sedangkan hakim hanya memimpin
persidangan tidak ikut melakukan pembuktian. Dalam pembagian beban pembuktian,
harus seimbang, tidak berat sebelah. Dalam ilmu pengetahuan terdapat beberapa teori
tentang beban pembuktian yang merupakan pedoman bagi Hakim yaitu:
a. Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief), teori
ini maka siapa yang mengemukakan sesuatu harus membuktikannya dan
bukan yang mengingkari atau menyangkalnya.
b. Teori Hukum Subyektif, teori ini suatu proses perdata itu selalu merupakan
pelaksanaan hukum subyektif atau bertujuan mempertahankan hukjum
subyektif, dan siapa yang mengemukakan atau mengaku mempunyai sesuatu
hal hatrus membuktikannya. Dalam hal ini penggugat tidak perlu
membuktikan semuanya. Teori ini memdasarkan pada pasal 1865 BW.
5. Teori Hukum Obyektif, teori ini mengajukan tuntutan hak ataua gugatan
berarti bahwa pengguggat minta kepada Hakim agar hakim menerapkan
ketentuan-ketentuan hukum obyektif terhadap peristiwa yang diajukan. Oleh
karena itu penggugat harus membuktikan kebenaran dari pada peristiwa yang
diajukannya dan kemudian mencari hukum obyektifnya untuk ditetapkan pada
peristiwa tersebut.
6. Teori Hukum Publik, teori ini mencari kekuasaan suatu peristiwa di dalam
peradilan merupakan kepentingan publik. Oleh karena itu Hakim harus diberi
wewenang yang lebih besar untuk mencari kebenaran. Di samping itu para
pihak ada kewajiban yang sifatnya hukum publik, untuk membuktikan dengan
segala macam alat bukti. Kewajiban ini harus disertai sanksi pidana.
7. Teori Hukum Acara Asas audi et alteram partem atau juga asas kedudukan
prosesuil yang sama dari pada para pihak di muka Hakim merupakan asas
pembagian beban pembuktian menurut teori ini. Hakim harus membagi beban
pembuktian berdasarkan kesamaan dari para pihak. Asas kedudukan prosesuil
yang sama dari para pihak membawa akibat bahwa kemungkinan untuk
menang bagi para pihak harus sama. Oleh karena itu Hakim harus membebani
para pihak dengan pembuktian secara seimbang atau patut.

Anda mungkin juga menyukai