PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahkluk homosocius dalam hidupnya pasti membutuhkan orang lain
untuk hidup bersama-sama dalam masyarakat. Dalam masyarakat sendiri manusia tidak akan
terlepas dari saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, saling memberi dan
menerima atau bekerja sama mengadakan hubungan yang beraneka ragam. Variasi
hubungan manusia yang lazim adalah jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa dan lain
sebagainya. Hal tersebut dilakukan tidak lain adalah guna memenuhi hajat hidupnya dan
Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia semakin bertambah dan beraneka ragam
diantaranya lewat jual beli, bahkan dalam hidup bermasyarakat tidak akan terlepas dari
persoalan jual beli demi memenuhi kebutuhan atau mencukupi hajat hidupnya. Konsekuensi
logis dari kodrat manusia adalah saling memerlukan, maka akan timbul suatu hukum yang
berupa hak dan kewajiban. Dengan hubungan itu akan berakibat saling mempengaruhi secara
timbal balik dan akan menyebabkan keterkaitan antara pihak-pihak yang bersangkutan dalam
masyarakat.
Suatu masyarakat akan tumbuh dengan baik apabila anggota masyarakat itu
memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat tersebut. Kebaikan itu tersimpul
dalam tata cara melaksanakan kewajiban dan terpenuhinya hak-hak masing-masing anggota
masyarakat itu sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan demi tercapainya
agamanya dan selalu berusaha untuk menjalankan perintah dan menjauhi semua larangan-
Nya sesuai dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist. Dalam melaksanakan
jual beli, manusia harus mengetahui hukum daripada jual beli itu sendiri dengan tujuan untuk
mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan transaksi itu menjadi sah dalam arti tidak
Jual beli merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang ada dalam Islam. Dalam
prakteknya harus dikerjakan secara konsekuen agar tidak terjadi saling merugikan serta perlu
kemadlaratan dan tipu daya di dalamnya. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang
menyatakan bahwa usaha yang paling baik adalah usaha dengan tangannya sendiri dan setiap
terpenuhi kebutuhannya sehari-hari, sudah barang tentu terjadi hal-hal yang sesuai dengan
hukum yang berlaku, namun adakalanya terjadi hal yang sebaliknya. Seperti dalam praktek
jual beli tembakau, sejak tawar menawar, penimbangan sampai barang tersebut diserahkan
pihak dirugikan.
Sebagai contoh adalah praktek jual beli tembakau imbon di Desa Mangunsari
Temanggung. Dalam praktek jual beli ini, tembakau dipetik petani dan setelah sampai di
rumah diperam (diimbu) dua sampai tiga hari. Pada saat imbon, seorang pembeli datang dan
menawarnya dengan harga tembakau sudah jadi (kering). Namun setelah benar-benar digarap
sampai selesai dan pembeli mengambilnya, harga menjadi turun atau bahkan tidak jadi
terbeli dengan alasan karena cuaca kurang baik sehingga tembakau kurang kering atau
berubah warnanya. Kalaupun jadi terbeli, biasanya dengan harga yang sangat rendah tidak
Praktek jual beli tembakau imbon tersebut dapat menimbulkan akibat hukum dalam
bidang muamalah. Hal ini dapat diketahui dari cara pelaksanaan transaksi, yakni pada saat
mengadakan akad si pembeli memutuskan dengan harga tembakau kering (sudah jadi),
padahal tembakau tersebut masih dalam keadaan imbon. Dalam hal ini kedua belah pihak
menghindarkan kedzaliman.
Dengan adanya latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
praktek jual beli tembakau imbon dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap akad Jual Beli Tembakau Imbon di Kabupaten Temanggung (Studi
B. Rumusan Masalah
Dengan mencermati uraian dalam latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perjanjian jual beli tembakau imbon yang terjadi di Desa Mangunsari
2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap perjanjian jual beli tembakau imbon di
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui Bagaimana hokum islam mengatur tentang perjanjian jual beli
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam Hukum Perdata Islam mengenai jual
beli muamalah
b. Manfaat praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu pemikiran dan pemahaman
tentang hukum perikatan Islam bagi penulis pada khususnya dan bagi masyarakat
pada umumnya.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,
Bab ini menguraikan tentang tinjauan tentang tinjauan hukum Islam perjanjian jual
beli yang meliputi pengertian jual beli, syarat dan rukun jual serta risiko dalam jual
beli. Sub bab kedua yaitu dibahas mengenai tembakau imbon sebagai objek jual
beli
penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan analisa data.
Dalam bab ini akan diuraikan tentang tinjauan hokum islam terhadap akad jual beli
Temanggung
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya
kata jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual
membeli. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan
dalam suatu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal
ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa dalam
perjanjian jual beli terlibat dua pihak yang saling menukar atau melakukan pertukaran.
Jual beli terjadi antara dua orang atau kemungkinan tidak lebih dari tiga orang, yaitu
pertukaran barang dengan barang, atau barang dengan sesuatu dalam tanggungan.
Kemungkinan tersebut ada kalanya dengan jalan tunai (cash) atau dengan tidak tunai.
Syari’at Islam telah menetapkan aturan-aturan dan persyaratan jual beli, baik yang
persyaratan uang dan benda yang dibeli, maupun persyaratan lafaz (kalimat) serah terima
(aqad)
Ibnu Rusyd menyebutkan nama-nama jual beli, ada yang ditinjau dari segi sifat
aqad dan keadaannya, ada yang ditinjau dari sifat barang yang dijual. Sebab apabila
penjualan itu berupa barang dengan barang, maka adakalanya antara harga dengan barang
atau antara harga dengan harga. Apabila terjadi antara harga dengan harga, maka jual beli
tersebut dinamakan “sharf”, yakni jual beli secara bertempo. Kemudian jika jual beli
tersebut didasarkan atas pilihan, maka hal tersebut dinamakan “khiyar”. Apabila
didasarkan atas penentuan laba, maka jual beli tersebut dinamakan “munahabah”, dan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa jual beli merupakan suatu
perjanjian saling mengikat antara penjual dan pembeli, yang keduanya saling berfungsi
untuk menukarkan suatu barang dengan melalui aqad tertentu. Jual beli bisa dianggap sah
apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya, di samping itu juga kesepakatan keduanya