Anda di halaman 1dari 4

Nama: Habibah Cahya Maharani

NIM: 20210144032

Dibawa Gelombang

Karya Sanusi Pane

Alun membawa bidukku perlahan,

Dalam kesunyian malam waktu,

Tidak berpawang, tidak berkawan,                  

Entah kemana aku tak tahu.

                                  

Jatuh di atas bintang kemilau,

Seperti sudah berabad-abad,

Dengan damai mereka meninjau,

Kehidupan bumi, yang kecil amat.

                                               

Aku bernyanyi dengan suara,

Seperti bisikan angin di daun;

Suaraku hilang dalam udara,

Dalam laut yang beralun-alun.

Alun membawa hidupku perlahan,

Dalam kesunyian malam waktu,

Tidak berpawang, tidak berkawan,

Entah kemana aku tak tahu.


Analisis Aspek Bunyi

a. Persajakan (Aliterasi, Asonansi, dan Daya Evokasi)

1. Aliterasi

Aliterasi merupakan pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam baris-baris puisi
yang menimbulkan keindahan bunyi. Dalam puisi Dibawa Gelombang pada bait
pertama terdapat sajak aliterasi sebagai berikut:

“Alun membawa bidukku perlahan,

Dalam kesunyian malam waktu,

Tidak berpawang, tidak berkawan,                  

Entah kemana aku tak tahu.”

Pada larik pertama ada pengulangan fonem b, sedang pada larik kedua terdapat
pengulangan fonem konsonan l dan m. Ketiga fonem konsonan tersebut menimbulkan
bunyi yang lebih dalam (intensif) pada puisi. Pada larik ketiga terdapat pengulangan
kata ‘tidak’ yang terdiri dari konsonan t, d, dan k, serta kata ‘ber’ yang terdiri dari
konsonan b dan r, lalu perulangan konsonan w dan n. Pada bait terakhir ada
pengulangan pada fonem konsonan t.

2. Asonansi

Asonansi merupakan pengulangan bunyi fonem vokal yang sama. Dalam puisi ini
terdapat sajak asonansi pada bait ketiga sebagai berikut:

“Aku bernyanyi dengan suara,

Seperti bisikan angin di daun;

Suaraku hilang dalam udara,

Dalam laut yang beralun-alun.”


Pada larik pertama, terdapat pengulangan fonem a dan susunan vokal au eai ea uaa
sebagai persajakan di akhir kata. Lalu pada larik kedua, fonem i mengalami
pengulangan. Pada larik ketiga, terdapat pengulangan pada fonem a yang
mendominasi dengan susunan vokal uaau ia aa uaa sebagai persajakan akhir kata
sekaligus akhir larik. Sedangkan pada larik keempat, terdapat asonansi fonem u.
Selain itu, bunyi vokal pada bait ketiga berakhiran a-b-a-b, dimana baris kesatu dan
ketiga berakhiran vokal a, lalu baris kedua dan keempat berakhiran vokal u.

3. Daya Evokasi

Daya evokasi merupakan kemampuan untuk membangkitkan bunyi yang mirip pada
kata-kata yang lain secara ekspresif untuk keperluan persajakan. Dalam puisi ini
terdapat kata-kata yang menimbulkan bunyi yang mirip, seperti pada larik “Tidak
berpawang, tidak berkawan” dimana kata tidak serta konsonan b, r dan w pada kata
berpawang membangkitkan bunyi lain yang terdengar serupa yaitu tidak dan
berkawan.

b. Irama (Alunan Bunyi, Tempo Bunyi, Tekanan Bunyi, Periodus, Efoni, dan
Kakafoni)

1. Alunan Bunyi

Alunan bunyi merupakan aspek irama yang berkaitan dengan gerak dan alunan.
Alunan bunyi yang ditunjukkan dalam puisi Dibawa Gelombang ini seperti yang
terdapat gabungan asonansi aliterasi (-an) pada kata ‘perlahan’ (bait pertama baris
kedua) dan kata ‘berkawan’ (bait pertama baris keempat).

2. Tempo Bunyi

Tempo bunyi adalah tinggi-rendah dan cepat-lambatnya bunyi atau variasi di antara
keduanya. Puisi Dibawa Gelombang karya Sanusi Pane ini menceritakan tentang
hidup penulis yang dilanda kepasrahan atas jalan hidupnya dan membiarkan arus
kehidupan membawanya. Sehingga tempo bunyi yang tepat untuk digunakan dalam
puisi ini adalah rendah-lambat.
3. Tekanan Bunyi

Tekanan bunyi yang tepat digunakan dalam membaca puisi Dibawa Gelombang ini
terdapat pada kata “kesunyian”. Penggunaan tekanan pada kata tersebut bertujuan
menggambarkan suasana sunyi yang lebih intensif. Selain itu, tekanan juga digunakan
dalam membaca kata “bisikan” yang bertujuan untuk menimbulkan intensifitas
pencitraan.

4. Periodus

Periodus adalah satu-kesatuan bunyi dalam larik-larik puisi. Contoh periodus dalam
bait pertama puisi diantaranya:

“Alun / membawa bidukku perlahan”

“Dengan damai / mereka meninjau”

“Entah kemana / aku takt ahu”

Periodus pada sajak-sajak tersebut berfungsi menampilkan keindahan dalam


pembacaan puisi.

5. Efoni

6. Kakafoni

c. Nada dan Suasana

Anda mungkin juga menyukai