Anda di halaman 1dari 2

Wacana Hidup Bersama Bukan Sekedar Legenda Orang Tua! Malah Ada Bonusnya.

Selamat petang darii saya salah satu member Kos Punk sementara, alis cuma seorang tamu saja.

Di akhir-akhir masa perkuliahan. Kami, saya dan teman saya. Eh, etah dia mengakui sebagai teman
atau hanya kenalan, coba suatu saat nanti saya tanyakan pada yang bersangkutan. Kami, sama-sama
lelaki yang bukan seseorang kekasih ini, mencicipi hidup di kota orang. Pertama kali hidup merantau,
walupun singkat. Pertama kali jauh dari habitat. Pertama kali harus bersinggungan dengan
perbedaan lingkungan, bahasa, kebisaan, dan bercandaan. Pertama kali menyewa satu kamar di
sebuah kos-kostan.

Belum genap dua puluh empat jam, kami disugguhkan dengan cara hidup bebrayan yang sangat
menarik. Etah siapa yang mengawali dan etah siapa yang memimpin perkumpulan ini. Siapapun
disapa dan diajak kenalan, meskipun itu hal yang wajar dan lumrah. Tapi menaggalkan kecurigaan?
Bukanya mencoba melihat dulu tabiatnya untuk beberapa waktu? Masak mereka tidak berpikir
‘Apakah ini orang layak di percaya? Apakah ini orang tidak ada niat jahat secuil saja?’

Daripada dua pertanyaan yang penuh wasangka tadi, kami berdua malah ditawari ikut andil dalam
wacana hidup saling bersama. Dimana siapa saja yang punya alat masak, apapun mereknya, kita
kumpulkan di lantai tiga. Untuk bahan-bahan mari kita iuran sama-sama. Yang punya kemampuan
memasak meskipun dibawah standar, akan jadi kokinya. Yang tidak punya kemampuan memasak,
barang mengiris bawang atau cabe merah, dapat bagian kepasar dan membereskan alat masak. Jika
ada yang lapar di waktu yang tidak wajar, silakan ambil bahan-bahan dan mencoba kemampuan
dalam mengolah apapun yang ada.

Kalau semisal ada yang tidak kelihatan dari peredaran, maka pintu kamar akan diketuk dari luar.
Atau jika masih tidur dapat dipastikan akan dibangunkan. Jikalau sedang keluar walupun sedang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, akan disisihkan atau nanti masak sendiri sesuai
keinginan dan kemampuan.

Misal baru keluar dari kamar dan sedang berlangsung masak-masak, akan ada pertanyaan “sudah
makan a?” Kalau ketahuan dari luar disaat jam makan tiba “Makan dulu a. nasi di kamar situ, lauk
diwajan”. Yang bertanya juga beragam, ada dari Aa yang kebetulan bertemu atau Teteh-teteh dari
kamar depan atau lantai satu.

Jadi jikalau kalian-kalian seorang jomblo sejak akhir baliq atau tidak punya gandengan, entah
bertepuk sebelah tangan, ditinggal nikah, atau karena pilhan, dan ingin mencoba merasakan, karena
kurang perhatian. Bolehlah, sewa kamar barang satu bulan hanya untuk merasakan sensasinya.

NB: Berhubung Koh Hoetang ini hanya memberi syarat satu lembar dalam setiap edisi, kiranya
hanya itu saja yang sebenarnya perlu tak perlu untuk dituliskan. Kalau sedang longgar, karena
faktor kesibukan, saya akan mengirimkan lagi. Dimuat atau tidak saya serahkan pada redaksi.
Karena sebenarnya saya lakukan untuk memberikan kesibukan bagi dewan redaktur merangkap
editor yang sedang dalam masa pengangguaran untuk beberapa hari, bahkan minggu atau bulan.
Atau barang kali sisa hidupnya. Entah lahhh. Demikian saya ucapkan Terima kasih dengan cukup

Penulis magang.

Hayam Banglaya

Anda mungkin juga menyukai