Konsep, aplikasi dan contoh kalimat dari Bahasa indo yang baik dan benar, tidak baik dan benar, baik
tapi tidak benar dan kedua nya baik dan tidak benar
Jawaban
Konsep dan pengaplikasian Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai berikut:
Berdasarkan PUEBI, kata dasar ditulis sebagai satu rangkaian atau kesatuan.
Contoh:
Kata berimbuhan adalah kata yang mendapatkan awalan, sisipan, akhiran, ataupun awalan
dan akhiran. Penulisan imbuhan dilakukan serangkai dengan bentuk dasarnya. Apabila ada
imbuhan yang didapatkan dari unsur asing (-isme, -man, -wan, atau -wi), penulisannya
serangkai dengan bentuk dasar.
Contoh:
1. Berlari
2. Berkesinambungan
3. Memperbaiki
• Bentuk kata berimbuhan terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
1. Adibusana
2. Antarkota
3. Antibiotik
• Apabila terdapat bentuk terikat yang diikuti kata dengan huruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Contoh:
1. Anti-PKI
2. Non-Amerika
3. Non-ASEAN
• Apabila terdapat bentuk maha yang diikuti kata turunan (mengacu pada nama atau sifat
Tuhan), maka ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Contoh:
• Apabila bentuk maha diikuti kata dasar (mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali
kata esa), maka ditulis serangkai.
Contoh:
Aturan penulisan kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Contoh:
1. kupu-kupu
2. anak-anak
3. lauk-pauk
• Apabila ada bentuk ulang gabungan kata, penulisannya dilakukan dengan mengulang unsur
pertama.
Contoh:
• Pada kasus bentuk ulang yang memiliki huruf kapital, seperti pada nama lembaga,
dokumen, atau judul buku, bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama
tiap unsurnya. Bentuk ulang lain diberi huruf kapital hanya diberi pada huruf pertama unsur
pertamanya.
Contoh:
Contoh:
1. simpang lima
2. cendera mata
3. duta besar
• Apabila terdapat gabungan kata yang bisa menimbulkan salah pengertian, kata tersebut
ditulis dengan memberikan tanda hubung (-)
Contoh:
• Apabila terdapat gabungan kata yang penulisannya terpisah, maka penulisannya tetap
terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Contoh:
1. bertepuk tangan
2. garis bawahi
3. sebar luaskan
• Apabila terdapat gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya
serangkai.
Contoh:
1. Diberitahukan
2. Menggarisbawahi
3. Menyebarluaskan
Contoh:
1. Adakalanya
2. Apalagi
3. Bagaimana
Pemenggalan kata sesuai PUEBI yang diterapkan pada kata dasar dilakukan dengan cara
berikut.
• Apabila di tengah kata terdapat huruf vokal berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf vokal tersebut.
Contoh:
1. bu-ah
2. ni-at
3. sa-at
• Kategori huruf diftong (memuat unsur: ai, au, ei, dan oi) penulisannya tidak dipenggal.
Contoh:
1. Lan-dai
2. Au-ra
3. Sau-da-ri
• Apabila di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Contoh:
1. Ba-nyak
2. La-ri
3. De-ngan
• Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan jika di tengah kata dasar ada dua
huruf konsonan yang posisinya berurutan.
Contoh:
1. Ap-ril
2. makh-luk
3. sang-gup
• Pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan kedua. Cara ini dilakukan
jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih (masing- masing
melambangkan satu bunyi).
Contoh:
1. Eks-tra
2. In-fra
3. Ben-trok
• Tidak dilakukan pemenggalan kata pada gabungan huruf konsonan yang melambangkan
satu bunyi.
Contoh:
1. Ba-nyak
2. Ikh-las
3. Kong-res
• Penulisan kata depan (di, ke, dan dari) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
7. Penulisan Partikel
• Penulisan partikel -lah, -kah, dan -tah dilakukan secara serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
• Penulisan partikel pun dilakukan secara terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun,
partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Contoh:
• Penulisan partikel per ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Namun, aturan ini hanya
berlaku untuk ‘per’ yang maknanya adalah ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’.
• Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan.
Contoh:
• Singkatan yang terdiri dari huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh:
• Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata (bukan nama diri) ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Contoh:
1. PT = Perseroan Terbatas
2. SD = Sekolah Dasar
3. KTP = Kartu Tanda Penduduk
• Singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.
Contoh:
1. hlm. = halaman
2. dsb. = dan sebagainya
3. dst. = dan seterusnya
• Singkatan yang terdiri dari dua huruf (yang lazim dipakai dalam surat-menyurat) masing-
masing diikuti oleh tanda titik.
Contoh:
• Penulisan lambang kimia, takaran, timbangan, singkatan satuan ukuran, serta mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
1. Ar = Arsen
2. km = kilometer
3. kVA = kilovolt-ampere
• Penulisan dengan huruf kapital pada bagian huruf awal setiap kata (tanpa tanda titik)
dilakukan pada akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata.
Contoh:
• Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh:
• Akronim bukan nama diri berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku
kata ditulis dengan huruf kecil.
• Angka Arab atau angka Romawi biasanya dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
1. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
2. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)
• Penulisan menggunakan huruf untuk bilangan dalam teks (yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata). Namun, ada pengecualian jika bilangan dipakai secara berurutan seperti
perincian.
Contoh:
• Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Namun, jika bilangan pada awal kalimat
tidak bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimat diubah.
Contoh:
• Penulisan menggunakan huruf dapat diterapkan pada angka yang menunjukkan bilangan
besar. Tujuannya agar lebih mudah dibaca.
Contoh:
• Aturan penulisan kata ganti ku- dan kau- ditulis bersambung (serangkai) dengan kata yang
mengikutinya. Namun, kata ganti -ku, -mu, dan -nya ditulis bersambung (serangkai) dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Kata sandang seperti ‘si’ dan ‘sang’ ditulis terpisah dari kata yang mengikuti di belakangnya.
Namun, jika ada unsur nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
2. Gua mau pergi ke tempat kemarenan dulu yak soalnya ada yang ketinggalan