Anda di halaman 1dari 9

Tugas 1

Konsep, aplikasi dan contoh kalimat dari Bahasa indo yang baik dan benar, tidak baik dan benar, baik
tapi tidak benar dan kedua nya baik dan tidak benar

Jawaban
Konsep dan pengaplikasian Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai berikut:

1. Penulisan Kata Dasar

Berdasarkan PUEBI, kata dasar ditulis sebagai satu rangkaian atau kesatuan.

Contoh:

1. Ruang kelas penuh sesak.


2. Ayah pergi ke kantor.
3. Kamus itu sangat berat.

2. Penulisan Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata yang mendapatkan awalan, sisipan, akhiran, ataupun awalan
dan akhiran. Penulisan imbuhan dilakukan serangkai dengan bentuk dasarnya. Apabila ada
imbuhan yang didapatkan dari unsur asing (-isme, -man, -wan, atau -wi), penulisannya
serangkai dengan bentuk dasar.

Contoh:

1. Berlari
2. Berkesinambungan
3. Memperbaiki

• Bentuk kata berimbuhan terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh:

1. Adibusana
2. Antarkota
3. Antibiotik

• Apabila terdapat bentuk terikat yang diikuti kata dengan huruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Contoh:

1. Anti-PKI
2. Non-Amerika
3. Non-ASEAN

• Apabila terdapat bentuk maha yang diikuti kata turunan (mengacu pada nama atau sifat
Tuhan), maka ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.

Contoh:

1. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

• Apabila bentuk maha diikuti kata dasar (mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali
kata esa), maka ditulis serangkai.

Contoh:

1. Bersyukurlah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.


2. Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan banyak nikmat.

3. Penulisan Bentuk Ulang

Aturan penulisan kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.

Contoh:

1. kupu-kupu
2. anak-anak
3. lauk-pauk

• Apabila ada bentuk ulang gabungan kata, penulisannya dilakukan dengan mengulang unsur
pertama.

Contoh:

1. Kisah klasik: kisah-kisah klasik


2. Kursi tua: kursi-kursi tua
3. Bus malam cepat: bus-bus malam cepat

• Pada kasus bentuk ulang yang memiliki huruf kapital, seperti pada nama lembaga,
dokumen, atau judul buku, bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama
tiap unsurnya. Bentuk ulang lain diberi huruf kapital hanya diberi pada huruf pertama unsur
pertamanya.

Contoh:

1. Pembicara mempresentasikan hasil penelitian tentang “Aplikasi Asas-Asas Hukum


Pidana”.
2. Seminar bertema “Terus-menerus Ramah-tamah” diadakan di tingkat RT.

4. Penulisan Gabungan Kata


Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk. Kata tersbeut termasuk istilah
khusus dan ditulis terpisah.

Contoh:

1. simpang lima
2. cendera mata
3. duta besar

• Apabila terdapat gabungan kata yang bisa menimbulkan salah pengertian, kata tersebut
ditulis dengan memberikan tanda hubung (-)

Contoh:

1. anak-istri kolonel (anak dan istri dari kolonel)


2. anak istri-kolonel (anak dari istri kolonel)
3. ibu-ayah mereka (ibu dan ayah mereka)

• Apabila terdapat gabungan kata yang penulisannya terpisah, maka penulisannya tetap
terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.

Contoh:

1. bertepuk tangan
2. garis bawahi
3. sebar luaskan

• Apabila terdapat gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya
serangkai.

Contoh:

1. Diberitahukan
2. Menggarisbawahi
3. Menyebarluaskan

• Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.

Contoh:

1. Adakalanya
2. Apalagi
3. Bagaimana

5. Penulisan Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata sesuai PUEBI yang diterapkan pada kata dasar dilakukan dengan cara
berikut.
• Apabila di tengah kata terdapat huruf vokal berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf vokal tersebut.

Contoh:

1. bu-ah
2. ni-at
3. sa-at

• Kategori huruf diftong (memuat unsur: ai, au, ei, dan oi) penulisannya tidak dipenggal.

Contoh:

1. Lan-dai
2. Au-ra
3. Sau-da-ri

• Apabila di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Contoh:

1. Ba-nyak
2. La-ri
3. De-ngan

• Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan jika di tengah kata dasar ada dua
huruf konsonan yang posisinya berurutan.

Contoh:

1. Ap-ril
2. makh-luk
3. sang-gup

• Pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan kedua. Cara ini dilakukan
jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih (masing- masing
melambangkan satu bunyi).

Contoh:

1. Eks-tra
2. In-fra
3. Ben-trok

• Tidak dilakukan pemenggalan kata pada gabungan huruf konsonan yang melambangkan
satu bunyi.

Contoh:
1. Ba-nyak
2. Ikh-las
3. Kong-res

6. Penulisan Kata Depan

• Penulisan kata depan (di, ke, dan dari) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh:

1. Di mana dia tinggal?


2. Uang ibu disimpan di dalam dompet.
3. Mari berangkat ke sekolah.

7. Penulisan Partikel

• Penulisan partikel -lah, -kah, dan -tah dilakukan secara serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.

Contoh:

1. Ambillah kue yang ada di meja!


2. Apakah yang kamu inginkan?
3. Siapakah orang yang kamu maksud?

• Penulisan partikel pun dilakukan secara terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun,
partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.

Contoh:

1. Tidak diminta pun ia akan tetap datang.


2. Jangankan dua kali, sekali pun kakak tidak pernah memujiku.
3. Meskipun belum mendapatkan hal yang diinginkan, ia tidak menyerah.

• Penulisan partikel per ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Namun, aturan ini hanya
berlaku untuk ‘per’ yang maknanya adalah ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’.

1. Para tamu undangan masuk ke dalam ruangan satu per satu.


2. Harga pensil itu Rp1000,00 per biji.
3. Karyawan itu akan diberhentikan per 1 April.

8. Penulisan Singkatan dan Akronim

• Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan.

Contoh:

1. W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman


2. M.B.A. = master of business administration
3. M.Si. = magister science

• Singkatan yang terdiri dari huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Contoh:

1. NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia


2. UGM = Universitas Gadjah Mada
3. PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia

• Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata (bukan nama diri) ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.

Contoh:

1. PT = Perseroan Terbatas
2. SD = Sekolah Dasar
3. KTP = Kartu Tanda Penduduk

• Singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.

Contoh:

1. hlm. = halaman
2. dsb. = dan sebagainya
3. dst. = dan seterusnya

• Singkatan yang terdiri dari dua huruf (yang lazim dipakai dalam surat-menyurat) masing-
masing diikuti oleh tanda titik.

Contoh:

1. a.n. = atas nama


2. d.a. = dengan alamat
3. s.d. = sampai dengan

• Penulisan lambang kimia, takaran, timbangan, singkatan satuan ukuran, serta mata uang
tidak diikuti tanda titik.

Contoh:

1. Ar = Arsen
2. km = kilometer
3. kVA = kilovolt-ampere

• Penulisan dengan huruf kapital pada bagian huruf awal setiap kata (tanpa tanda titik)
dilakukan pada akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata.
Contoh:

1. BIN = Badan Intelijen Negara


2. LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
3. LAN = Lembaga Administrasi Negara

• Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Contoh:

1. Bulog = Badan Urusan Logistik


2. Kaltim = Kalimantan Timur

• Akronim bukan nama diri berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku
kata ditulis dengan huruf kecil.

1. pemilu = pemilihan umum


2. puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
3. tilang = bukti pelanggaran

9. Penulisan Angka dan Bilangan

• Angka Arab atau angka Romawi biasanya dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.

1. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
2. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)

• Penulisan menggunakan huruf untuk bilangan dalam teks (yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata). Namun, ada pengecualian jika bilangan dipakai secara berurutan seperti
perincian.

Contoh:

1. Keluarga besarku menyaksikan film dokumenter sampai lima kali.


2. Terdapat lebih dari lima juta eksemplar buku.
3. Di antara 100 tamu yang datang, 30 tamu bisa duduk di kursi, sedangkan 70 tamu
lainnya berdiri.

• Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Namun, jika bilangan pada awal kalimat
tidak bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimat diubah.

Contoh:

1. Tiga belas kepala keluarga mendapatkan bantuan dari pemerintah. (benar)


13 kepala keluarga mendapatkan bantuan dari pemerintah. (salah)
2. Lima peserta lomba mengikuti persiapan. (benar)
5 peserta lomba mengikuti persiapan. (salah)
3. Panitia mengundang 300 orang peserta. (benar)
300 orang peserta diundang panitia. (salah)

• Penulisan menggunakan huruf dapat diterapkan pada angka yang menunjukkan bilangan
besar. Tujuannya agar lebih mudah dibaca.

Contoh:

1. Masyarakat tidak mampu mendapatkan bantuan 100 ribu rupiah.


2. Perusahaan itu baru saja mengalami kerugian 2 triliun.
3. Keuntungan yang didapatkan penjual mencapai 1 milyar rupiah.

10. Penulisan Kata Ganti

• Aturan penulisan kata ganti ku- dan kau- ditulis bersambung (serangkai) dengan kata yang
mengikutinya. Namun, kata ganti -ku, -mu, dan -nya ditulis bersambung (serangkai) dengan
kata yang mendahuluinya.

Contoh:

1. Mobil itu sudah kujual.


2. Buku yang sudah dibeli ini boleh kaubaca.
3. Kubawa pulang buku yang sudah dibeli.

11. Penulisan Kata Sandang

Kata sandang seperti ‘si’ dan ‘sang’ ditulis terpisah dari kata yang mengikuti di belakangnya.
Namun, jika ada unsur nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital.

Contoh:

1. Baju itu dikembalikan pada si penjual.


2. Sang harimau tidak mau melepaskan mangsanya.
3. Sang mentari enggan menunjukkan sinarnya.

Contoh kalimat Bahasa Indonesia yang baik dan benar

1. Apa Kabar Sahabatku


2. Hijau adalah warna Favorit Saya

Contoh kalimat Bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar

1. Berapa nih bu, Bayemnya?

2. Ke pasar Tanah Abang berapa bang?

Contoh kalimat Bahasa Indonesia yang Benar dan tidak baik


1. Gua mau makan di pecel pak Gembus dulu ya

2. Kenapa harus gua yang pergi kesana?

Contoh kalimat yang tidak baik dan tidak benar

1. Ente abis darimana tadi bro?

2. Gua mau pergi ke tempat kemarenan dulu yak soalnya ada yang ketinggalan

Anda mungkin juga menyukai