Kelompok 3
Kelas IX A
Oleh:
1. KHOIRUL ANWAR
2. TIFO FAJAR FAULA
3. MELIN TUSILA SANDRA
4. DAMAYANTI RISKIANA
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat
rahmat-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan Makalah yang berisi tentang “Upaya
Menghadapi Globalisasi Untuk Memperkokoh Kehidupan Bangsa”. Adapaun tujuan penulisan
Makalah ini adalah sebagi wujud dari pertanggungjawaban penulis atas tugas mata pelajaran IPS
sebagai syarat untuk memenuhi aspek penilaian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan informasinya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna menyempurnakan Makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun Makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah ini terdapat kesalahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami Makalah ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
Latar Belakang....................................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................................. 1
Tujuan penulisan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
Kelemahan dan kekuatan indonesia dalam menghadapi era globalisasi............... 2
Tannas yang diharapkan di era globalisasi............................................................ 5
Pembinaan kependudukan..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 5
Kesimpulan........................................................................................................................ 5
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali
sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan penulis buat adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu globalisasi?
2. Bagaimana cirri-ciri globalisasi?
3. Apa dampak globalisasi?
4. Bagaimana usaha untuk menghadapi tantangan globalisasi tersebut?
5. Apa upaya pemerintah dalam menangani masalah globalisasi
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah dan
juga sebagai referensi bagi para pembaca dalam mendapatkan pengetahuan tentang
globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam kegiatan belajar terdahulu Anda telah mempelajari bahwa globalisasi itu tidak
bisa dihindarkan. Globalisasi itu sudah melanda Indonesia dan merobek-robek kehidupan
manusia. Ia datang membawa muatan-muatan positif dan negatif, yang untuk sementara
orang mengkhawatirkan akan menghilangkan nasionalisme atau negara bangsa (nation
state). Memang ada yang menarik untuk dikaji dalam proses globalisasi ini, seperti yang
disebut oleh J. Naisbitt sebagai Paradoks1). (John Naisbitt, Global Paradoks. Antara lain ia
mengamati The more universal we become, the more tribal we act, which in the Global
Paradoks also means more and smaller parts (hal. 50). Selanjutnya, ia mengatakan The
development of power is shifting from state to the individual. From vertical to the horizontal.
From hierarchy to networking. Hal. 51. Charles Handy dalam bukunya Era Paradoks
melihat kehidupan dunia modern dalam serba paradokssal (hal. 12). Gejala-gejala paradoks
itu misalnya dapat kita lihat dalam proses globalisasi yang berefek pada diferensiasi pada
satu pihak terdapat suatu budaya munculnya subbudaya etnis, tetapi pada pihak lain atau
bersamaan waktunya muncullah gejala homogenisasi bentuk budaya terutama yang
disebabkan oleh komunikasi antarmanusia yang semakin intens. Negara-negara yang terdiri
dari berbagai jenis etnis yang dahulunya secara kuat diikat oleh negara, kini seakan-akan
ikatan itu mulai melemah dengan munculnya budaya etnis. Masalah ini bagi bangsa
Indonesia memang sudah disadari sejak semula oleh pendiri republik ini (founding fathers).
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika berarti pengakuan terhadap nilai-nilai subbudaya etnis dari
bangsa Indonesia yang bhinneka, namun keseluruhannya diikat oleh suatu cita-cita yaitu
bangsa Indonesia yang berupaya menciptakan budaya nasional Indonesia sebagai puncak
budaya etnis. Intensifnya media masa mempromosikan daerah-daerah yang dahulunya
terpencil, tetapi sangat eksotis membuat daya tarik bagi turisme internasional. Lihat saja
CNN setiap malam menayangkan berbagai jenis atraksi dari berbagai jenis budaya di
seantero dunia. Proses ini telah menyebabkan perubahan dari negara bangsa yang homogen
ke arah suatu multikulturalisme.
Kemajuan pesat teknologi dalam wujud Triple “T” Revolution, telekomunikasi atau
informasi, transportasi dan Trade (perdagangan bebas) membuat hubungan umat manusia
antarnegara menjadi sangat intens seakan-akan menggilas negara bangsa dan membangun
citra global. Kemajuan pesat teknologi ini membawa muatan isu global seperti
demokratisasi, hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Sebagai bangsa
Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan
global tersebut, agar tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan dunia.
Untuk menghadapi globalisasi tersebut kita harus tahu kekuatan dan kelemahan yang
kita miliki dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagatra) sebagai berikut.
1. Geografi
Potensi wilayah darat, laut, udara dan iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik
dan strategis, namun di sisi lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah
darat, laut, dirgantara, dan pengaturan tata ruangnya.
2. Sumber Kekayaan Alam
Potensi sumber kekayaan alam (SKA) di daratan, lautan, dan dirgantara, baik yang
bersifat hayati maupun nonhayati, serta yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat
diperbarui sangat besar. Hal ini merupakan modal dan kekuatan dalam pembangunan.
Namun, kelemahannya belum sepenuhnya potensi sumber kekayaan alam tersebut
dimanfaatkan secara optimal. Kalaupun ada yang telah dimanfaatkan masih ada di
antaranya dalam pemanfaatannya kurang memperhatikan kelestarian dan distribusi
hasilnya. Hal ini tidak sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain juga sumber kekayaan alam yang ada
tidak seluruhnya dapat dijaga keamanannya dengan baik atau dengan kata lain rawan
pencurian.
3. Demografi
Jumlah penduduk Indonesia termasuk nomor 4 di dunia. Pertumbuhannya dapat
ditekan akibat makin meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat melalui program
KB (Pertumbuhan 1,9%). Begitu juga tingkat kesehatan harapan hidup, dan kualitas
fisik semakin meningkat. Kelemahannya, sebagian penduduk Indonesia antarwilayah
atau daerah atau antarpulau tidak proporsional, pertumbuhan belum mencapai zero
growth dan kualitas nonfisik yang masih rendah.
4. Ideologi
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat kita berpegang pada
ideologi Pancasila. Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Pembudayaan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari (nilai praktis) telah dan sedang digalakkan. Kelemahannya, pengamalan atau
pembudayaan Pancasila tersebut belum sepenuhnya terwujud. Ini adalah tantangan bagi
seluruh bangsa Indonesia dan jika ideologi Pancasila tersebut tidak dapat memberikan
harapan hidup lebih baik bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat.
5. Politik
Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem Politik
Demokrasi Pancasila dan sudah tertata terutama struktur politik dan mekanismenya.
Kendatipun demikian, hal ini perlu dikaji dan disempurnakan sesuai dengan
aspirasi dan perkembangan masyarakat demikian juga pelaksanaan-nya terus
memerlukan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Kelemahannya, budaya politik masih perlu perbaikan dan peningkatan.
Suprastruktur masih sangat dominan apabila dibandingkan dengan infrastruktur dan
substruktur. Begitu juga komunikasi politik dan partisipasi politik perlu mendapat
perhatian untuk diperbaiki.
6. Ekonomi
Kekuatan perekonomian Indonesia terletak pada struktur perekonomian yang makin
seimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa. Pertumbuhan
perekonomian cukup tinggi (rata-rata ± 7%). Kelemahannya, perindustrian Indonesia
belum begitu kokoh karena masih tergantung pada impor bahan baku atau komponen.
Impor bahan baku atau komponen serta impor bahan-bahan lainnya sampai kepada
barang konsumsi membuat cadangan devisa yang semakin merosot. Belum lagi
ditambah utang luar negeri, untuk membiayai pembangunan, harus dicicil dengan devisa
yang kita miliki. Sementara itu, dalam proses pembangunan terjadi ekonomi biaya
tinggi (high cost economy) yang membuat inefisien biaya pembangunan. Kesenjangan
ekonomi juga cenderung semakin tinggi dapat memacu dan memicu destabilisasi
ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan tersebut.
Perpajakan juga masih lemah dan perlu mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan
biaya pembangunan yang sedang dijalankan saat ini.
7. Sosial Budaya
Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinnekaannya, bagaikan kumpulan
bunga berwarna-warni dalam sebuah taman. Tetapi apabila kebhinnekaan atau
kemajemukan tersebut tidak dapat dibina dengan baik bukan tidak mungkin dapat
menjadi bibit perpecahan.
Dalam kegiatan belajar terdahulu kemajemukan Indonesia disebut juga rawan
perpecahan. Sementara sebagai hasil pembangunan yang kita lakukan selama PJPT I di
era orde baru ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat serta
meningkatkan harkat martabat dan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang tidak lepas
dari akar kebudayaannya. Namun demikian, masih banyak kelemahan yang perlu
diperbaiki di antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi, korupsi, dan nepotisme
yang membudaya dan disiplin nasional yang semakin merosot. Kehidupan masyarakat
agak cenderung ke arah individualistis dan materialistis dan makin berkurangnya
keteladanan para pemimpin.
8. Pertahanan dan Keamanan
Dalam bidang pertahanan dan keamanan sudah ditata sistem. Pertahanan dan
keamanan rakyat semesta, doktrin Hankamrata serta diundangkannya UU No. 20 Tahun
1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara. Di sisi lain bangsa Indonesia mewarisi
tradisi sebagai bangsa pejuang yang merebut kemerdekaan dari penjajah merupakan
sumber kekuatan. Kelemahannya sishankamrata tersebut belum sepenuhnya terwujud.
Kesadaran bela negara belum memasyarakat. Sementara itu tingkat keamanan
masyarakat masih terganggu dengan makin meningkatnya kriminalitas.
Berpijak pada kekuatan dan kelemahan yang kita miliki menghadapi era
globalisasi. Faktor yang berpengaruh sangat dominan adalah perekonomian, khususnya
perdagangan (trade) untuk memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan rakyat masing-
masing negara. Semua kegiatan atau upaya selalu dikaitkan dengan kepentingan
ekonomi atau perdagangan. Kondisi sekarang negara-negara maju menguasai sebagian
besar modal, teknologi atau skill. Kondisi ini sangat menguntungkan negara-negara
maju dalam liberalisasi perdagangan dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mensejajarkan diri dengan
bangsa atau negara maju tersebut, melalui peningkatan tannas Indonesia. Kunci dalam
peningkatan tannas Indonesia itu adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia menuju ke penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh
iman dan taqwa.
B. TANNAS YANG DIHARAPKAN DI ERA GLOBALISASI
Sebagaimana Anda telah pelajari pada bagian terdahulu bahwa Tannas Indonesia harus
mampu memberikan jaminan, terhadap:
Untuk semua itu, bangsa Indonesia melakukan pembangunan nasional (Bangnas). Dalam
pembangunan nasional tersebut diupayakan dengan pendekatan tannas yang dilandasi oleh
Wasantara. Oleh karena itu pula, Wasantara sebagai wawasan dalam pembangunan nasional.
Penerapan pendekatan tannas dalam pembangunan nasional sejalan dengan kelemahan dan
kekuatan yang kita miliki seperti diutarakan maka diperlukan pengaturan dalam segenap aspek
kehidupan bangsa (Astagrata).
Aspek Trigatra
Dalam pengaturan aspek Trigatra yang perlu mendapat perhatian ialah:
a. Pengaturan tata ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan
kepentingan keamanan. Keserasian ini sangat penting karena kita tidak mau membayar risiko
yang sangat besar apabila terjadi keadaan darurat perang atau bencana. Sumber-sumber
perekonomian dan permukiman harus dilindungi. Oleh karena itu, dalam perencanaan
pembangunan harus mempertimbangkan kepentingan keamanan tersebut dalam arti luas,
selain mempertimbangkan aspek kesejahteraan untuk masyarakat luas.
b. Pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan
lestari serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Asas manfaat berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber kekayaan alam itu, digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Mempunyai daya saing berkaitan dengan “mutu”
yang tinggi standar sesuai dengan kebutuhan pasar dan pelayanan yang menyenangkan. Tanpa
mutu yang tinggi dan pelayanan yang prima produk kita tidak bisa bersaing di pasar internasional
di era kesejagatan ini. Selain itu pengelolaan sumber kekayaan alam kita hendaknya tidak
melihat keuntungan semu jangka pendek, tetapi juga melihat keuntungan jangka panjang dengan
memperhatikan kelestarian dalam pengelolaannya. Begitu pula hasil pembangunan hendaknya
mencerminkan pemerataan (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
C. PEMBINAAN KEPENDUDUKAN
Penduduk Indonesia dewasa ini termasuk 4 terbesar di dunia. Jumlah yang terus berkembang
ini karena pertumbuhan yang masih tinggi untuk itu perlu dikendalikan pertumbuhannya melalui
program KB (Keluarga Berencana). Program KB ini tidak hanya ditujukan kepada pengendalian
tersebut tetapi lebih luas dari itu, yaitu peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan.
Berbarengan dengan itu perlu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui program pendidikan
dan keterampilan dalam arti luas untuk memulihkan kualitas sumber daya manusia Indonesia
yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan dilandasi iman dan takwa. Di sisi lain sebaran
yang tidak proporsional di 17.508 buah pulau perlu diupayakan agar menjadi sebaran yang
proporsional, melalui program pengembangan atau pembangunan wilayah luar Pulau Jawa. Pada
tahap awal transmigrasi boleh jadi menjadi alternatif, tetapi pada tahap berikutnya perlu
dipikirkan relokasi industri-industri di Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa serta pengembangan
potensi-potensi perekonomian di wilayah luar Pulau Jawa tersebut.
Aspek Pancagatra
Budaya politik (political culture) merupakan landasan dilaksanakan sistem politik. Oleh
karena sistem pemerintahan Indonesia, strukturnya terdapat dalam UUD 1945 yang
berlandaskan Pancasila maka yang menjadi, political culture Indonesia adalah
Pancasila.Masalahnya, sejauh mana pemerintah dan rakyat Indonesia, baik yang berada di
suprastruktur, infrastruktur maupun substruktur menghayati dan mengamalkan budaya
politik Pancasila dalam praktik kehidupan politik sehari-hari. Peningkatan dan pengamalan
budaya politik Pancasila ini sangat mutlak untuk memantapkan stabilitas politik di negeri
tercinta ini.
Hubungan dua arah antarlembaga negara, antarpemerintah dan rakyat perlu
ditingkatkan. Suasana harmonis, terpadu dan bersinergi perlu diciptakan sehingga setiap
keputusan politik yang diambil sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat
berlandaskan hukum-hukum yang berlaku. Jika keputusan yang diambil sesuai dengan
aspirasi yang berkembang dalam masyarakat maka itulah pencerminan dari demokrasi. Salah
satu karakter negara demokrasi adalah adanya UU atau hukum yang ditegakkan (Rule of
law) yang mengendalikan sistem politik, agar politik atau kekuasaan tidak disalahgunakan
(lihat penjelasan UUD 1945). Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechstaat) tidak
berdasar kekuasaan belaka (machhstaat). Rule of law berasaskan supremacy of law,
persamaan di muka hukum atau equality before the law (lihat Pasal 27 ayat (1) UUD 1945).
Hak Asasi manusia (Human right) dan social equality atau kedudukan yang sama sebagai
anggota masyarakat.
Dalam supremacy of law, hukum atau UU menjadi yang tertinggi, dengan demikian
kekuasaan tunduk pada hukum atau undang-undang. Apabila hukum tunduk kepada kekuasaan
maka kekuasaan dapat membatalkan hukum atau mengubah hukum, dan hukum dijadikan alat
untuk membenarkan kekuasaan. Dengan demikian, segala tindakan penguasa walaupun
melanggar hak asasi manusia dapat dibenarkan oleh hukum atau undang-undang. Dalam negara
hukum kedudukan warga negara adalah sama di muka hukum. Apabila tidak ada persamaan di
muka hukum maka orang yang mempunyai kekuatan atau kekuasaan akan mempunyai kekebalan
hukum sehingga dapat merusak atau menindas orang yang lemah.
Dalam hak asasi manusia (human right) mempunyai pokok yaitu hak kemerdekaan pribadi,
hak kemerdekaan berdiskusi dan hak berapat. Hak kemerdekaan pribadi adalah hak-hak untuk
melakukan apa yang dianggap baik oleh dirinya tanpa merugikan orang lain dan menimbulkan
gangguan terhadap masyarakat sekelilingnya. Hak kemerdekaan berdiskusi adalah hak untuk
melahirkan pendapat dan mengkritik, tetapi harus bersedia mendengar atau memperhatikan
pendapat dan kritik orang lain. Bagi bangsa Indonesia penyampaian pendapat atau kritik tersebut
harus sesuai dengan aturan atau moral etika budaya politik Pancasila. Hak untuk berrapat, hak ini
ada yang membatasinya, yaitu apabila rapat itu menyebabkan kekacauan sehingga perdamaian
menjadi rusak maka rapat itu merupakan tindakan melawan atau melanggar hukum (unlaw full).
Jadi, dalam human right itu ada batasnya, yaitu hak-hak orang lain. Pelanggaran terhadap hak-
hak orang lain merupakan pelanggaran terhadap hak-hak dirinya karena hak kemerdekaan
dirinya dengan hak kemerdekaan orang lain adalah sama.
Dalam asas social equality di mana kedudukan setiap anggota masyarakat adalah sama.
Apabila masih ada perbedaan kedudukan sosial, yang disebabkan oleh jenis pekerjaan, jenis
kelamin, warna kulit atau ras maka rule of law akan mengalami hambatan karena yang
membentuk masyarakat itu adalah orang-orang yang mempunyai asal yang sama (warga negara)
dan wujud yang sama pula. Jika rule of law dengan asas-asasnya dapat kita lakukan dengan baik
diiringi dengan makin meningkatnya “kecerdasan” rakyat, pemerintahan yang bersih dan
berwibawa maka “partisipasi” politik rakyat akan meningkat.
Identitas nasional bangsa Indonesia ialah Pancasila. Pancasila menjadi pedoman hidup
kita dalam praktik kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat harus betul-betul
diterapkan. la tidak hanya sekadar dihafal atau menjadi keterampilan kognitif, tetapi
hendaknya menjadi perilaku (nilai praktis) setiap bangsa Indonesia, lembaga pemerintah dan
lembaga negara. Inilah yang harus dimantapkan agar benar-benar menjadi jati diri bangsa
Indonesia. Di sisi lain bangsa kita adalah bangsa yang majemuk. Perlu disadari dalam
kemajemukan itu terdapat kerawanan yaitu gampang dipecah belah. Sejarah perpecahan
bangsa Indonesia telah cukup menjadi pelajaran. Jangan sampai kita kehilangan tongkat dua
kali kata orang bijak. Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk hidup
bersama dalam suasana kebhinnekaan tersebut. Hilangkan premordialisme. Kondisi-kondisi
yang mengarah kepada pertentangan SARA (Suku Agama Ras dan antara golongan/aliran)
harus dihilangkan. Selain itu, menegakkan hukum (rule of law) dengan asas-asasnya mutlak
diterapkan.
Di era kesejagatan ini pula, kita perlu memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dengan kondisi sekarang, kita sulit untuk hidup di dunia yang penuh persaingan ini. Kita tidak
bisa mengandalkan keunggulan komparatif yang kita miliki, tetapi harus mengandalkan
keunggulan kompetitif. Dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul tersebut dapat
diciptakan berbagai lapangan kerja dan tidak kalah bersaing dengan bangsa lain, minimal di
kandang sendiri. Untuk itu, kita perlu investasi yang besar dalam dunia pendidikan dalam arti
yang luas. Bangsa yang maju pada umumnya adalah bangsa yang kualitas sumber daya
manusianya tinggi yang menguasai iptek, disiplin dan mempunyai etos kerja. Kita harus
mengarah ke situ jika mau mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa yang telah maju.
Bela negara merupakan kewajiban hak dan kehormatan bagi setiap warga negara. Bela
negara dalam pengertian yang luas tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran atau
Hankam, tetapi pada seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara (ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan Hankam). Dalam konteks Hankam telah diciptakan Sistem Pertahanan
Rakyat Semesta yang perlu terus diwujudkan. Kondisi negara saat ini dan lingkungan
strategi tidak menekankan kepada pembangunan Hankam, tetapi kepada pembangunan
bidang ekonomi. Peningkatan alokasi anggaran pada bidang kesejahteraan akan mengurangi
alokasi anggaran pada bidang keamanan. Anda dapat melihatnya pada kurva Jahkam pada
Modul 3. Namun yang sangat perlu Anda ingat di sini adalah masalah keamanan tidak hanya
datang dari luar (invasi negara lain), tetapi dapat pula timbul dari dalam negeri, yang dipicu
oleh masalah-masalah ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya (SARA). Untuk itu,
sangat penting dijaga dan dimantapkan stabilitas keamanan dan aspek kehidupan lainnya.
Stabilitas ini merupakan syarat mutlak dalam pembangunan. Tidak ada investor yang mau
menanamkan modalnya jika stabilitas di negara ini terguncang. Begitu pula tidak ada
ketenangan bagi rakyat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Perut Anda
boleh kenyang, tetapi tetap dihantui oleh ketakutan, tidak akan membuat nyaman hidup
Anda. Bukankah begitu?
Selain diperlukan stabilitas keamanan dalam pembangunan nasional maka yang lebih
esensial harus dipadukan atau dimantapkan ialah kesamaan pola pikir, pola sikap dan pola tindak
kita untuk mencapai karsa dalam cita-cita nasional, tujuan nasional, tujuan Pembangunan
Nasional, sasaran pembangunan nasional, dan kepentingan Nasional. Begitu pula di dalam gerak
pembangunan nasional yang intensif kita lakukan sekarang adalah masalah keterpaduan yang
masih perlu mendapat perhatian, baik itu antara pemerintah masyarakat, antar pusat daerah, antar
sektor-sektor pembangunan maupun di dalam sektor pembangunan. Hal ini harus diupayakan
oleh para elit kepemimpinan nasional pada suprastruktur dan infrastruktur baik di tingkat pusat
maupun daerah.
Dengan konsep keterpaduan ini (pendekatan tannas), kita praktikkan dalam sikap gerak
pembangunan nasional, bukan hanya efisiensi yang dapat kita peroleh, tetapi juga hasil
pembangunan nasional tersebut akan lebih bermanfaat atau lebih meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat (kesejahteraan dan keamanan), sehingga mempunyai dampak yang luas dalam
meningkatkan tannas dalam segala aspek kehidupan bangsa Indonesia (ideologi politik, ekonomi
sosial budaya dan hankam). Maka dengan memperhatikan konsepsi tannas dan hakikat nilai-nilai
pembangunan nasional yang dijabarkan dalam sasaran-sasaran pembangunan nasional yang ingin
kita capai, sangat mungkin kita melaksanakan pembangunan dengan pendekatan tannas. Ini
berarti tannas tidak hanya sebagai “kondisi”, tetapi juga sebagai “metode” untuk menjelaskan
dan meramalkan masalah-masalah pembangunan. Setiap masalah yang ada dalam pembangunan
nasional mengakibatkan kondisi tertentu dalam tannas. Dengan tannas yang terus meningkat di
segala aspek kehidupan bangsa, bangsa Indonesia akan tetap “Survive”, betapa pun besarnya
badai kehidupan yang datang menghantamnya di era kesejagatan ini. Badai tersebut pasti akan
dapat kita atasi dan pasti berlalu. Untuk dapat mengoperasionalkan pendekatan tannas kita perlu
mengetahui pendekatan kesisteman karena tannas merupakan suatu sistem. Kriteria suatu sistem
dipenuhi oleh tannas, yakni adanya komponen-komponen yang saling berinteraksi satu sama lain
(Astagrata) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yakni peningkatan kesejahteraan dan
keamanan.