Anda di halaman 1dari 8

eL-Hekam: Jurnal Studi Keislaman

https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/elhekam/index

P - ISSN: 2528-2506
E - ISSN: 2549-8940

ASAS LEGALITAS PEMBENTUKAN MAZHAB HUKUM


DALAM SUNNI

Nofialdi
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar
nofialdi@iainbatusangkar.ac.id

Abstrak: Masa Abbasiyah merupakan masa pertumbuhan, penguatan dan pematangan


pemikiran, penyebaran kajian ilmiah dan munculnya mujtahid mutlak (mujtahid muthlaq) serta
lahirnya berbagai madzhab hukum khususnya empat madzhab Sunni yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i
dan Hanbali. Legitimasi politik dan keaktifan murid-muridnya menjadi faktor utama yang
menyebabkan keempat sekolah tersebut tetap eksis hingga sekarang.

Kata Kunci: Mazhab, Sunni, dinasti, metodologi, kaidah ushuliyah

Abstract: The Abbasid period was a period of growth, strengthening and maturation of thought, the spread of
scientific studies and the emergence of an absolute mujtahid (mujtahid muthlaq) and the birth of the various
schools of law, especially the four Sunni schools of law, namely Hanafi, Maliki, Shafi'i and Hanbali. Political
legitimacy and the liveliness of his students are the main factors that led to the four schools still exist until now.

Keywords: Schools, Sunnis, dynasties, methodology, rules of ushuliyahul

PENDAHULUAN Pertengahan abad VIII M sampai akhir


abad IX M bertepatan dengan abad II dan III
Periode akhir kekuasaan Dinasti H (periode Abbasiyah), merupakan periode
Umayyah dan dilanjutkan dengan periode awal paling aktif dalam pembentukan hukum Islam
kekuasaan Dinasti Abbasiyah, merupakan (fiqh). Karena para imam mazhab dan murid-
proses asimilasi dan konsolidasi, serta muridnya yang melahirkan mazhab-mazhab
kelanjutan dari proses islamisasi. Meskipun hukum tersebut -utamanya empat mazhab
berjalan lamban karena terbatasnya sarana hukum sunni- hidup dan berkarya pada
komunikasi, trasformasi dan sumber teknologi periode ini. Sehingga dapat juga dikatakan
lainnya (Abdullah, 1994:31). Namun proses periode ini merupakan periode
tersebut cukup spektakuler dan efektif dalam berkembangnya ilmu pengetahuan dalam
menciptakan iklim perkembangan hukum Islam.
Islam, seni dan peradaban dalam Islam sampai Hal ini cukup menarik untuk dikaji dan
beberapa periode berikutnya. dielaborasi lebih jauh, karena apresiasi dan
legitimasi yang begitu tinggi telah diberikan

72 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum


oleh komunitas Islam dalam periode (individual). Pada periode ini semua
selanjutnya terhadap imam mujtahid dan mazhab dapat dibedakan menjadi dua
karyanya yang lahir dalam periode ini. Bahkan madrasah, yaitu madrasah al-khulafa dan
sampai era postmo ini, karya mereka Madrasah Ahl al-Bayt. Atau disebut juga
senantiasa mendapat tempat dan senantiasa dengan madrasah umari dan madrasah ‘alawi.
menjadi referensi utama dalam kajian hukum Kelompok pertama yang dinisbahkan
Islam. Hal ini dibuktikan dengan ketetapan kepada Umar ibn Khattab pada akhirnya
hukum mereka masih menjadi landasan dalam mengkristal menjadi kelompok sunni.
literatur utama dalam kehidupan beragama Sedang kelompok kedua yang dinisbahkan
umat Islam. kepada Ali ibn Abi Thalib pada akhirnya
Untuk itu, makalah singkat ini akan mengkristal menjadi aliran syi’ah.
melihat dan menelitinya dari dua-persfektif ; Pada periode Umayyah, Madrasah al-
historis dan sosiologis. Persfektif historis akan Khulafa’ terpolarisasi menjadi dua
memaparkan latar belakang dan sejarah kelompok, yaitu Ahl al-Hadis (tradisonalis)
terbentuknya mazhab hukum dalam Islam. dan Ahl al-Ra’y (rasionalis). Kelompok
Kemudian dari persfektif sosiologis akan kita pertama merupakan representasi Imam
lihat sosio-kultural dunia Islam dan umat Islam Malik ibn Anas yang berpusat di Madinah,
saat itu yang memberikan legitimasi pada dengan karakteristiknya lebih
periode selanjutnya. mengutamakan sunnah dan meminimalisir
intervensi logika (rasio). Sedangkan
A. Sejarah Pembentukan Mazhab Hukum kelompok kedua yang merupakan
Mazhab secara etimologis berarti al- representasi dari Imam Hanafi dan
mu’taqad, yaitu pendirian yang dijadikan berpusat di Kufah, yang dicirikan dengan
dasar atau landasan (Ibn Manzur, 1990: penggunaan akal lebih dominan dari pada
394). Sedangkan secara terminologi pengunaan sunnah, melalui penganalisaan
menurut intelektual Hukum Islam adalah ‘illat hukum (ratio legis) dan intensi legislasi
pendapat seorang yuris (imam) tentang (maqashid al-syari’ah).
hukum-hukum masalah ijtihadiyah (Ibn Sementara itu Madrasah Ahl al-Bayt,
Manzur, 1990: 55). Bisa juga dikatakan akibat merginalisasi penguasa,
sebagai paham atau aliran Hukum Islam menyebabkan kelompok ini tumbuh dan
yang terbentuk dari hasil ijtihad seorang berkembang di bawah tekanan secara
mujtahid dalam usahanya memahami dan esoterisme dalam bentuk gerakan bawah
menggali hukum-hukum dari sumbernya tanah dalam mengikuti imam mereka.
(al-Qur’an dan sunnah) Ensiklopedi Islam Konsekuensinya, mazhab ini kurang
(1990: 214). populer dalam komunitas Islam dan
Dengan dsemikian dapat dikatakan kurang mendapat tempat di hati
bahwa mazhab merupakan pendapat atau masyarakat. Sehingga tidak mengherankan
paham atau aliran hukum seorang mujtahid kalau mazhab ini hanya kita temukan di
tentang persoalan hukum yang digali dari wilayah dan kawasan tertentu saja.
al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama Dalam periode Umayyah ini
hukum Islam.Dalam persfektif historis, madrasah-madrasah tersebut belum
membicarakan mazhab dalam periode awal melahirkan pemikiran mazhab. Hal ini
akan membuka wacana kita tentang disebabkan oleh beberapa faktor,
Mazhab Umar, Aisyah, Ibn Abbas dan diantaranya:
sebagainya, sebagai hasil dari ijtihad fardi
73 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum
1. Hubungan yang tidak harmonis antara (mazhab) yang bertentangan dengan
intelektual Islam (ulama) dan praktek peradilan yang ada. Skema hukum
pemegang otoritas kekuasaan ini disusun oleh ahli hukum terkemuka
(penguasa) yang selanjutnya dikenal sebagai imam
2. Terputusnya hubungan antara Syam mazhab dan kadang-kadang oleh para
(sebagai pusat khilafah) dengan muridnya Noel Coulson, (1964: 37).
Baghdad (sebagai pusat ilmu dan riset- Perkembangan pemikiran yang
riset ilmiah) melaju pesat dan bebas, didukung oleh
3. Penerapan politik belah bambu dan kompleksitas persoalan dengan latar
marginalisasi yang dilakukan penguasa belakang sosio-kultural yang sangat
dengan mengistimewakan kelompok heterogen, telah memotivasi elite-elite dari
tertentu, seperti mengistimewakan masing-masing mazhab untuk
kelompok mawali dari pada kelompok mempersiapkan seperangkat kaidah istinbat
lainnya, (Jalaluddin Rahmat, 1995: hukum, agar umat Islam dapat menghadapi
270). perubahan zaman yang kian maju. Hal ini
Sedangkan pada periode Abbasiyah, kemudian menimbulkan perbedaan
Hukum Islam mengalami pertumbuhan pendapat yang mendorong lahirnya
dan perkembangan secara pesat. Sehingga mazhab hukum dalam Islam Sufi (1995:
periode tersebut dikenal sebagai periode 155).
pertumbuhan, penguatan dan pematangan Kondisi di atas juga didukung
pemikiran, meluasnya studi-studi ilmiah dengan perkembangan konsep ijma’.
dan bermunculannya para mujtahid Karena ijma’ berimplikasi kepada
mutlak. Khususnya dalam bidang fiqh bersatunya paham yang satu dengan yang
menurut ‘Ali al-Sayis, setidaknya telah lainnya, interaksi secara mental dan
melahirkan tiga belas orang mujtahid akumulasi pendapat hukum. Dan inilah
mutlak yang berkarya dalam periode ini. yang secara bertahab mengkristal menjadi
Mereka adalah Sufyan ibn ‘Uyaynah di mazhab hukum dalam periode Abbasiyah
Mekkah, Malik ibn Anas di Madinah, tersebut (Fazlur, 1992: 128).
Hasan al-Basri di Basrah, Abu Hanifah dan
al-Auza’i di Syam, Imam Syafi’iy dan al- B. Empat Mazhab Hukum Sunni
Lais ibn Sa’d di Mesir, Ishaq ibn Minimal terdapat tiga belas mazhab
Rahawiyah di Naisabur, dan al-Zahiri dan hukum yang berafiliasi kepada kelompok
Ibn Jarir di Baghdad (al-‘Ulwani, 1405 H: sunni. Namun karena seleksi alam, dari
90). Jumlah ini tidak menafikan ulama- ketiga belas tersebut, hanya empat mazhab
ulama lain yang juga berkarya namun tidak yang eksis dan tetap berkembang sampai
tercover dalam lintasan historis hukum saat ini. Untuk itu pembicaraan tentan
Islam. mazhab hukum kelompok sunni ini
Untuk itu fiqh yang dalam istilah difokuskan pada keempat mazhab
Coulsen disebut “yurisprudensi Islam”, tersebut.
pada awalnya sebagai hasil faktor politik 1. Mazhab Hanafi
dan sosiologis yang berkelindan dengan Mazhab ini sebagai mazhab hukum
runtuhnya Dinasti Umayyah bukan sebagai yang tertua dikalangan sunni dan
analisis ilmiah terhadap berbagai praktek dinisbahkan kepada imam atau
peradilan islam yang otoritasnya diterima, mujtahidnya yang bernama Imam Abu
melainkan sebagai formulasi skema hukum Hanifah atau populer juga dengan
74 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum
sebutan Imam Hanafi. Nama lengkap Jordania sebagian Mesir dan Maroko
Imam Hanafi adalah Nu’man ibn (Afrika Utara).
Tsabit ibn Safi’ al-Tamimy. Dilahirkan 2. Mazhab Maliki
di Kufah pada tahun 80 H/699 M dan Mazhab yang bercorak tradisional
wafat dalam usia 70 tahun di Baghdad ini didirikan dan dinisbahkan kepada
pada tahun 150 H/767.(Fazlur, 1992: nama Malik ibn Anas. Dilahirkan di
xxiii). Madinah pada tahun 93 H dan wafat
Imam Hanafi merupakan seorang pada tahun 179 H juga di Madinah.
yang berprofesi sebagai saudagar, yang Imam Malik merupakan seorang ulama
juga pakar dalam bidang teologi dan yang sangat bercorak tradisional dan
hadis Hassan (1989). Namun akhirnya lebih mengutamakan penerapan
Imam Abu Hanifah lebih populer Sunnah dan ijma’ komunitas Madinah
sebagai intelektual hokum Islam serta meminimalisir penggunaan rasio
(fuqaha) yang bercorak rasional (logika).
ketimbang sebagai seorang intelektual Imam Malik dalam istinbat
hadis. hukumnya –dengan mengunakan skala
Mazhabnya yang dikodifikasikan prioritas- bersumber kepada; al-
oleh muridnya Abu Yusuf (w 182 H) Qur’an, Sunnah (mutawatir dan
dan Muhammad ibn Hasan al-Syaibani masyhurah), ijma’ penduduk Madinah,
(w 189 H) ini (Attiyah, 1966: 51), fatwa sahabat, khabar ahad, qiyas,
mendasarkan pokok-pokok fiqhnya istihsan, istislah, sad al-zari’ah, istishab dan
kepada; al-Qur’an, Sunnah, ijma’, syar’ man qablana (Rahman, 1995: 267-
pendapat para sahabat, qiyas, istihsan,’urf 268).
(tradisi setempat) menurut Sufi (1995: Fiqhnya berkembang dengan pesat
174-175). Mazhab ini menempatkan dan mengantarkannya menjadi ulama
istihsan sebagai dalil yang khusus dengan popularitas yang tinggi.
(Rachmat, 1994: 8). Kemudian karena Terutama pasca pengankatan dirinya
fiqh Mazhab Hanafi ini yang sangat sebagai pegawai kenegaraan masa
bercorak rasional maka mazhabnya kekuasaan al-Mansur. Pada masa ini
disebut mazhab hukum yang beraliran dengan jabatan yang dipegangnya
ra’y. Imam Malik diberi wewenang untuk
Dalam perkembangannya lebih mengangkat dan memberhentikan
lanjut, mazhab ini dilestarikan dan pejabat kenegaraan, menghukum mati
dikodifikasikan oleh murid-muridnya, dan memenjarakan orang yang
di antara yang paling penting, tatkala menurutnya bersalah. Bahkan al-
Abu Yusuf diangkat menjadi Hakim Muwattanya pernah ditawari untuk
Agung –masa pemerintahan Harum al- digantung di Ka’bah dan menjadi buku
Rasyid (Abbasiyah)- sehingga dalam rujukan utama kenegaraan dalam
menetapkan hukum dia selalu lapangan hukum. Meskipun tawaran
menggunakan Mazhab Hanafi tersebut tersebut akhirnya ditolak Imam Malik,
(Khallaf, 1942: 43). Sampai sekarang namun hal itu tidak menurunkan
penganut Mazhab Hanafi tersebut popularitasnya sebagai seorang
masih eksis dan dapat ditemukan di intelektual hukum Islam terkemuka
kawasan India, Syiria, Lebanon, Irak, saat itu (Ibrahim, 1939: 39-40).

75 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum


Penganut mazhab ini masih kepada aliran rasional ini berkembang
ditemukan di kawasan Maroko, diwilayah Mesir pada masa kekuasaan
Negeria, Tunisia, Libya, Mesir dan Ayyubiyah (11169-1252) (Fadhil Lubis,
Sudan (Fadhil Lubis, 2000: 21). 2000:22). Dan sampai saat ini Mazhab
3. Mazhab Syafi’iy Syafi’iy ini masih eksis di kawasan
Mazhab ini dinisbahkan kepada Mesir, juga memiliki penganut
pendirinya yaitu Imam Syafi’iy. Nama mayoritas di Asia Tenggara termasuk
lengkapnya adalah Muhammad ibn Indonesia-, dan wilayah Yaman (sufi,
Idris ibn al-‘Abbas ibn ‘Usman ibn 1995: 180).
Syafi’iy ibn al-Syaib ibn ‘Ubaid ibn 4. Mazhab Hanbali
‘Abd al-Yazid ibn Hasyim ibn ‘Abd al- Mazhab ini dinisbahkan kepada
Muthalib ibn ‘Abd al-Manaf. Imam Ahmad ibn Hanbal. Nama
Dilahirkan di Gazza (sebuah kota lengkapnya adalah Abu ‘Abdullah
dekat Lebanon) tahun 150 H (yang Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal
bertepatan dengan tahun wafatnya ibn Hilal al-Syaibani. Lahir di Baghdad
Imam Hanafi dan wafat di Mesir pada pada tahun 164 H dan wafat pada
tahun 204 H. Imam Syafi’iy hidup di tahun 241 H. Di antara gurunya yang
masa kekuasaan Abu Ja’far al-Mansur paling terkenal adalah Imam Syafi’iy
(Abbasiyyah) (Khudari Bik, 1995: 140- dan Abu Yusuf (murid Imam Abu
141). Hanifah). Sedangkan di antara
Imam Syafi’iyy pernah berguru muridnya yang paling berperan
kepada Imam Malik dan Muhammad mengembangakan mazhabnya di
ibn Hasan al-Syaibani (Hanafiyah). kemudian hari adalah anaknya Shaleh
Sementara itu muridnya yang paling (w. 261 H) dan ‘Abdullah (w. 290 H),
terkenal adalah Ahmad ibn Hanbal, Ahmad ibn Muhammad ibn Hani Abu
yang dikemudian hari mendirikan Bakr al-Asrami (w. 261 H), Ibn
Mazhab Hambali. Imam Syafi’iy Taymiyah dan lain sebagainya (Khudari
merupakan pengarang al-Risalah, Bik, 1995:145).
sebuah kitab yang menjadikannya Karya monumental Imam Ahmad
sebagai pelopor dalam bidang usul fiqh ibn Hanbal adalah kitabnya yang
sebagai metode dalam melakukan sangat popular, yaitu al-Musnad Ahmad
istinbat hokum (Khallaf, 1990:17). ibn Hanbal. Kitab yang berisi tentang
Imam Syafi’iy yang populer dengan hadis ini, membawa polemik di
qaul al-qadim dan qaul al-jadid-nya, kemudian hari, terutama untuk
dalam melakukan istinbat hukum, mendudukan posisi dan kapasitas
menurut ‘Ulwani bersumber dengan Imam Ahmad ibn Hanbal, apakah
skala prioritas- kepada; al-Qur’an, sebagai seorang ahli hadis atau fiqh.
Sunnah, apabila tidak ditemukan dia Walaupun demikian, kapasitas dan
memakai qiyas. Makna hadis yang otoritasnya tetap diakui dalam dua
diutamakan adalah zahir-nya. Dia lapangan tersebut.
menolak hadis munqati’, kecuali riwayat Sumber ijtihad Imam Ahmad,
Ibn al-Musayyab (Ulwani, 1405:95). secara hirarkhis adalah al-Qur’an dan
Mazhab ini bersifat moderat dan Sunnah secara tekstual dan
berada diantara aliran rasional dan meminimalisir pendekatan kontekstual
tradisional, namun lebih condong dalam memahami kedua nas tersebut.
76 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum
Kalau tidak ada nas dia melihat kepada Termasuk tiga belas mazhab yang
fatwa atau pendapat sahabat yang diprediksikan berafiliasi kepada aliran
paling dekat kepada nas. Sesudah itu sunni, hanya empat mazhab yang memiliki
dia menggunakan hadis mursal dan elanvitalnya sampai sekarang. Persoalannya
hadis dha’if, selama tidak terdapat qaul adalah mengapa hanya empat mazhab ini
atau fatwa sahabat, asar ataupun saja yang berkembang?
konsesus (ijma’) ulama yang menyalahi Dalam hal ini, Abu Zahra
hadis mursal dan dha’if tersebut. Jika berkomentar, Mazhab Hanafi berkembang
hadis mursal dan da’if tidak ditemukan, setelah Dinasti abbasiyah memasuki
baru menerapkan qiyas (Qattan, 1989: wilayah tersebut, terutama masa khalifah
245-246). Al-‘Ulwani menambahkan, al-Mahdi, Hadi dan Harum al-Rasyid yang
Imam Ahmad juga menggunakan sad mengankat Abu Yusuf sebagai Hakim
al-zari’ah (1405: 96-97). Selanjtnya, Sufi Agung (qadi al-qada). Sedangkan untuk
Husein Abu Talib menambahkan juga wilayah Mesir pada awalnya Mazhab Maliki
bahwa mazhab ini juga menggunakan dan syafi’iy yang berkembang, namun
ijma’, al-maslahah, istishab, dan hanya pasca penundukan wilayah tersebut oleh
menggunakan qiyas dalam kondisi Dinasti Fatimiyah, mazhab resmi negara
darurat (1995:180). beralih kepada mazhab Syi’ah. Tetapi,
Pada awal kemunculannya mazhab begitu Dinasti Ayyubiyah menguasai
ini kurang berkembang, karena kondisi wilayah tersebut penguasanya
politik yang tidak kondusif. Apalagi mengembalikan Mazhab Syafi’iy sebagai
dengan timbulnya peristiwa mihnah, mazhab resmi negara. Kecuali saat
menyebabkan mazhab ini Narrudin al-syahid naik tahta, dia kembali
dimarginalkan dan dalam posisi yang mengembangkan Mazhab Hanafi.
sangat sub-ordinat. Baru pada masa Sedangkan Dinasti Mamalik memberikan
kekuasaan al-Mutawakil (Abbasiyah), ruang kepada keempat mazhab tersebut
mazhab ini mendapat tempat dan untuk berkenmbang, hingga kekuasaan
angin segar untuk berkembang (Sufi, Muhammad ‘Ali yang mengembalikan
1995:180). Apalagi pada masa al-Wasiq Mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi
dan Dinasti Su’udiyah di Arab Saudi. negara (Abu Zahrah, 123-124).
Di antara penganut mazhab ini yang Kemudian ‘Umar Sulaiman al-‘Asqar
terrenal adalah Ibn Taymiyah (w. 1327 juga berkomentar, Dinasti Abbasiyah
H) dan Ibn Qayyim al-Jawziyah (w. berjasa dalam melestarikan Mazhab
1350 H). Hanafi. Dinasti Umayyah berjasa dalam
Mazhab ini menjdi mazhab resma di melestarikan Mazhab Maliki di Andalusia.
Negara Arab Saudi dan Qatar. Mazhab Dinasti Ayyubiyah di Mesir, berjasa dalam
ini tersebar juga di kawasan palestina, melestarikan mazhab Syafi’iy. sedangkan
syiria dan Irak (Fadhil Lubis, 2000:22). Dinasti Su’udiyah di Arab Saudi, berjasa
dalam melestarikan Mazhab Hanbali (Al-
C. Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Asqar, 1991: 161).
Hukum dalam Sunni Sedangkan Syah Waliyullah al-
Sebagaimana telah diutarakan, Dahlawi –yang dikutib jaih al-Mubarok-
meskipun mazhab hukum muncul begitu juga berkomentar, apabila pengikut suatu
banyak, tetapi yang berkembang dan eksis mazhab diberi wewenang untuk
sampai sekarang hanya sebagian kecil saja. menetapkan putusan hukum dan fatwa,
77 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum
maka tulisan mereka akan terkenal di mazhab hukum sunni dan tidak eksisnya
masyarakat, masyarakat akan mempelajari mazhab yang lain. Di antara faktor tersebut
mazhabnya secara terang-terangan yang paling utama adalah dukungan dan
(Mubarok, 2000: 133). Dengan begitu legitimasi yang diberikan penguasa, dengan
mazhab tersebut, akan memiliki menjadikan mazhab itu sebagai mazhab
kesempatan untuk berkembang diwilayah resmi negara, minimal dengan memberikan
yang menjadi yurisdiksinya. Tetapi kalau kesempatan bagi mazhab tersebut untuk
suatu mazhab tidak memiliki kesempatan berkembang di wilayah yurisdiksi penguasa
seperti itu, dia juga tidak memiliki tersebut.
kesempatan untuk berkembang secara luas. Di samping faktor utama di atas
Disamping itu, pasca periode terdapat dua faktor lain yang cukup
kodifikasi skema hukum, para intelektual signifikan dalam menumbuhsuburkan
dan yuris Islam juga berjasa dalam empat mazhab Sunni tersebut, yaitu
mengkodifikasikan dan mensosialisasikan pertama gairah dan keaktifan para murid
pemikiran imam mereka. Sebagai mana masing-masing mazhab dalam
yang dicatat ‘Ali al-Sayis; upaya itu mensosialisasikan mazhab imamya,
dilakukan dengan menghimpun pemikiran sehingga mazhab tersebut diketahui,
fiqh tersebut, men-tarjih berbagai riwayat, dikenal dan akhirnya dianut oleh
mencarikan legitimasi hukumnya, serta komunitas setempat. Kedua sebagai penguat
memformulasikan dasar-dasar pijakan dan yang pertama dibutuhkan sebuah
kaedah usuliyah yang menjadi landasan metodologi dan formula yang
ijtihad dan fatwa imamnya (Al-Sayis, komprehensif, terutama yang telah
1990:30). Hal ini sebagai upaya dikodifikasikan. Karena tampa metodologi
melegitimasi mazhabnya dan menuai dan pola fikir yang jelas dan komprehensif
simpati dari komunitas muslim. Bahkan orang akan sulit mengenal mazhab tersebut
tidak jarang upaya itu dilakukan dengan dan lambat laun akan hilang melalui seleksi
cara-cara yang tidak fair. alam, sebagai mana pendapat ‘Ulwani
Sebagai contoh apa yang dilakukan sebelumnya.
Qufal al-Syasyi tatkala melihat Mahmud al- Dengan demikian nyatalah,
Subaktajin berwudhuk dan shalat menurut perkembangan dan pergumulan mazhab-
apa yang dilakukan penganut Mazhab mazhab fiqh berlangsung dengan sangat
Hanafi. Dengan nada sinis Qufal intens dan konstruktif. Mazhab-mazhab itu
berkomentar “ini adalah shalatnya Abu memang tidak menghilang dengan
Hanifah”. Kemudian Mahmud mengulangi sendirinya, tetapi dengan melalui uji coba,
wudhuk dan shalatnya menurut yang verifikasi ilmiah dan operasional dalam
dilakukan kebanyakan komunitas muslim suatu ruang yang panjang, sekitar enam
di wilayah itu, lantas Qufal berkomentar ratus tahun.
“ini baru shalatnya Imam Syafi’iy. Atas Dengan kata lain keempat mazhab
dasar itulah Mahmud yang sebelumnya Sunni ini –Hanafi, Maliki, Syafi’iy dan
bermazhab Hanafi pindah dan menjadi Hanbali- telah melewati masa ujian dan
penganut Mazhab Syafi’iy (Al-Sayis, 1990: pengodokan panjang yang dimulai sejak
30). periode taqlid, di mana ulama saat itu hanya
Dari uraian di atas dapat di tarik memusatkan kajiannya pada
benang merah bahwa, ada beberapa faktor pengembangan skema hukum yang telah
yang melatar belakangi langgengnya empat dibangun pada era keemasan tersebut.
78 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum
Khallaf, ‘Abd al-Wahhab, ‘Ilm Ushul al-Fiqh wa
PENUTUP Khulashah al-Tasyri’ al-Islamiy, Ttp., Kairo,
1942
Keempat mazhab hukum Sunni yang Khudari Bik, Muhammad al-, Tarikh Tasyri’ al-
ada pada saat ini, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’iy Islami, Dar al-Fikr, Beirut, 1995
dan Hanbali, setelah melalui pengodokan dan Lubis, Nur Ahmad Fadhil, A History of Islamic
seleksi yang ketat, memperoleh legitimasi dari Law in Indonesia, IAIN Press, Medan,
generasi berikutnya sebagai mazhab resmi. 2000
Legitimasi ini diberikan atas jasadan Manzur, Ibn, Lisan al-‘Arab, Dar al-Shadir,
sumbangsih para penguasa dan murid- Beirut, 1990
muridnya yang telah mampu mengodok dan Masyrifah, ‘Athiyah, al-Qadha` fi al-Islam,
mengokohkan metode dan dasar-dasar legislasi Syirkah al-Syarq al-Ausath, ttp., 1966
yang diwariskan imam mereka masing-masing. Mubarok, Jaih al-, Sejarah dan Perkembangan
Lenyabnya beberapa mazhab yang Hukum Islam, PtRemaja Rosda Karya,
lainnya memberikan suatu pemahaman yang Bandung, 2000
sangat penting, bahwa undang-undang, hukum Mughniyyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima
dan sebagai pemikiran secara umum, bukan Mazhab, Ali Bahasa: Masykur AB dkk,
suatu yang eternal (abadi), tetapi merupakan Lentera Beristama, Jakarta, 1996
refleksi kehidupan sosial. Ia senantiasatumbuh Na’im, Abdullah Ahmed an, Dekonstruksi
dan berkembang sesuai dengan perubahan Syari’ah, Alih Bahasa: Muhammad
kondisi dan komunitasnya. Suaedy dan Amiruddin Arrani, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1994
DAFTAR PUSTAKA Nawawi, Al-, al-Majma’ Syarh al-Muhazzab,
Mathba`ah Salafiyah, Madinah, tth.
‘Asqar, ‘Umar Sulaiman al-, Tarikh al-Fiqh al- Qattan, Mana’ al-, al-Tasyri’ wa al-Fiqh fi al-
Islamiy, Dar al-Nafa`is, Amman, 1991 Islam: Tarikhan wa Minhajan, Dar al-
Coulson, Noel, A History of Islamic Law, Ma’arif, ttp., 1989
Edinburgh University Press, Edinburgh, Rahman, Fazlur, Islam, Alih Bahasa: Senoaji
1964 Saleh, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1992
Djatnika, Rachmat, “Perkembangan Ilmu Fiqh Rahmat, Jalaluddin, “Tinjauan Kritis atas
di Dunia Islam”, dalam Tjun Surjaman Sejarah Fiqh: dari Fiqh al-Khulafa`
(ed.), Hukum Islam di Indonesia: Hingga Mazhab Liberalisme” dalam
Perkembangan dan Pembentukan, Remaja Budhy MunawarRahman (ed.),
Rosda karya, Bandung, 1994 Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Sejarah, Yayasan Paramadina, Jakarta,
Islam, Alih Bahasa Djahdan Humam, 1995
Kota Kembang, Yogyakarta, 1989 Sayis, Muhammad’Ali al-, Tarikh al-Fiqh al-
IAIN Syarih Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, Islamiy, Dar al-Kutub al-‘Ilm, Beirut,
DEPAG, Jakarta, 1993 1990
Ibrahim Bik, Ahmad, ‘Ilm Ushul al-Fiqh wa Thalib, Sufi Husein al-, Tathbiq al-Syari’ah al-
Yalih Tarikh al-Tsyri’ al-Islamiy, Mathba’ah Islamiyah fi Bilad al-‘Arabiyah, Mathba’ah
al-fanniyah, 1939 Jami’ah Qahirah, Kairo, 1995
Khallaf, ‘Abd al-Wahhab, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, Ulwani, Thahir Jabir al-Fayyadal-, Adab al-
Maktabah al-Da’wah al_Islamiyah, Ikhtilaf fi al-Islam, al-Ummah, Qatar,
Kairo, 1990 1405 H
79 | Asas Legalitas Pembentukan Mazhab Hukum

Anda mungkin juga menyukai