Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL II

Program Studi : Pendidikan Guru PendidikanAnakUsiaDini


Kode Mata Kuliah : PAUD4107
Nama Mata Kuliah : Dasar – DasarPendidikan TK
Jumlah sks : 3 sks
Nama Pengembang : Drs. Triyono,M.Pd
Nama Penelaah :
Tahun Pengembangan : 2022
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Edisi Ke- :

Skor
Sumber Tugas
No. UraianTugas Tutorial Maksimu
Tutorial
m
1. Bagaimana tahapan dan perkembangan bermain 40 Modul4 BMP
pada anak ?Jelaskan ! PAUD4107
Dasar –
DasarPendidikan
TK
2. Sebut dan Jelaskan prinsip –prinsip dasar analisis 90 Modul5 BMP
kurikulum ! PAUD4107
Dasar –
DasarPendidikan
TK
*) Coret yang tidak perlu
Nama : DEVITA IKA SAFITRI 859548872
Pesan
1. Bagaimana tahapan dan perkembangan bermain pada anak ?Jelaskan !
Jawab:

Pada anak, bermain menjadi sarana untuk mendukung pertumbuhan fisik,


mengembangkan keterampilan motorik, perkembangan kognitif, serta
perkembangan sosial dan emosional anak.
Mengingat pentingnya manfaat bermain, pastikan anak mendapatkan banyak
ruang dan waktu untuk bermain.

Berikut adalah tahapan dan perkembangan bermain pada anak yaitu :


a. Unoccupied Play (0-3 bulan)
Dari lahir hingga usia tiga bulan, bayi terlibat dalam apa yang disebut unoccupied
play atau bermain kosong. Dalam tahapan ini, tidak perlu mainan mewah bahkan
mainan apa pun.
Pada tahap ini anak belum terlibat langsung dalam kegiatan bermain, tapi lebih
banyak mengamati segala sesuatu yang menarik perhatian. Baik berupa kegiatan
anak lain maupun kejadian-kejadian di sekitarnya.
Karakteristik utama unoccupied play meliputi:

 Kurangnya interaksi sosial.


 Kurangnya fokus berkelanjutan.
 Tidak ada alur cerita yang jelas saat bermain.
 Penggunaan bahasa tidak ada atau sangat terbatas.

Contoh unoccupied play meliputi:

 Anak mengambil, mengocok, lalu membuang benda-benda di sekitarnya


 Anak memukul dan cekikikan mainan bunyi-bunyian.
 Bayi mengamati jari tangan atau kakinya sendiri dan menggerakannya tanpa
tujuan.

Ia belajar untuk menguasai anggota tubuh dan keterampilan motoriknya, serta


mengembangkan persepsi kedalaman, keterampilan taktil, dan objek permanen.

b. Solitary Play (3 bulan-2,5 tahun)


Pada tahap ini anak mulai bisa bermain secara aktif, namun hanya asyik sendiri.
Anak cenderung tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya.
Pada tahap ini sifat egosentris masih dominan, di mana anak memusatkan
perhatiannya pada diri sendiri dan belum ingin berinteraksi dengan anak di
sekitarnya.
Karakteristik utama solitary play meliputi:

 Peningkatan fokus dan perhatian berkelanjutan pada mainan.


 Narasi permainan yang muncul, seperti penggunaan permainan simbolik
(menggunakan objek untuk mewakili objek lain, seperti mendorong balok
untuk mewakili mobil).
 Tidak tertarik pada anak-anak lain selama bermain.
 Permainan tidak terstruktur, tidak memiliki tujuan yang jelas.
Contoh solitary play meliputi:

 Dua balita bermain dengan mainan mereka tetapi tidak pernah melihat atau
menunjukkan minat satu sama lain.
 Balita telah mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan minat
pada satu mainan selama lebih dari 60 detik.
 Balita berjalan-jalan di taman, menjelajahi lingkungannya.
 Seorang anak yang memperhatikan temannya sedang bermain petak umpat,
tanap ia ikut bermain tetapi ia turut merasa senang seolah ia ikut bermain

c. Onlooker Play (2,5 tahun-3,5 tahun)


Pada tahap ini anak mulai senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan
melihat anak-anak lain bermain. Hal yang membedakan tahap ini dengan tahap
unoccupied adalah adanya minat anak yang besar terhadap kegiatan yang
diamatinya.
Anak mulai menyadari bahwa ia adalah bagian dari lingkungannya. Walaupun
anak sudah tertarik, namun ia belum bergabung ke dalam kegiatan tersebut.
Sehingga pada tahap ini, ia biasanya berada di pusat aktivitas hanya untuk melihat,
mengamati, dan mendengarkan anak lain asyik bermain

Karakteristik utama onlooker play meliputi:

 Balita menunjukkan minat pada permainan anak-anak lain.


 Menahan diri dari bermain karena takut, tidak tertarik, atau ragu-ragu.
Contoh onlooker play meliputi:

 Balita akan mengamati anak-anak yang lebih besar bermain, tetapi tidak
terlibat dalam “permainan anak-anak yang besar”
 Balita yang usianya lebih besar ikut menonton acara olahraga.
 Anak yang pemalu menonton orang lain bermain tanpa melibatkan dirinya
karena rasa takut.
Onlooker play adalah tanda pertama balita menunjukkan minat pada perilaku
bermain anak-anak lain. Ia juga akan sering duduk dalam jarak pendengaran
sehingga dapat mendengar percakapan bermain anak-anak lain.
d. Parallel Play (3,5 tahun-4 tahun)
Pada tahap ini anak sudah bisa bermain secara berdampingan atau berdekatan
dengan anak-anak yang lain tetapi tidak bersama-sama. Mereka cenderung untuk
berbagi mainan dan mengamati satu sama lain dari kejauhan. Namun, mereka tidak
akan berbagi mainan atau tidak memiliki tujuan yang sama ketika bermain.
Karakteristik utama parallel play meliputi:

 Bermain di ruangan yang sama dan dengan mainan yang sama, tetapi tidak
bermain bersama.
 Eksplorasi dan penemuan mandiri.
 Mengamati dan meniru.
 Memiliki tujuan dan fokus yang terpisah selama bermain.
 Minimal komunikasi dengan anak lain.
Contoh parallel play antara lain:

 Kakak dan adik bermain dengan set masak-masakan yang sama, tetapi bermain
dengan cara yang berbeda.
 Anak-anak balita berbagi kuas dan cat, tetapi melukis di kanvas yang berbeda.
 tiga orang anak bermain mobil-mobilan di tempat yang sama namun tidak
bermain bersama.
Tahapan ini biasanya tentang membuat anak lebih nyaman dengan teman
sebayanya, tetapi balita yang lebih kecil seringkali tidak mulai bermain bersama
dengan baik.
Tahapan ini sangat normal dan penting! Si Kecil akan belajar untuk berbagi ruang
satu sama lain dan merupakan tahap awal pengembangan keterampilan sosial.

e. Associative Play (4-4,5 tahun)


Tahap ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan bermain yang dilakukan di tempat,
waktu, dan jenis permainan yang sama namun tidak terjadi bentuk kerja sama.
Interaksi yang dilakukan anak biasanya sebatas percakapan sederhana atau saling
meminjam alat bermain. Tahap bermain ini belum menunjukkan adanya
pembagian peran atau kegiatan yang mengarah ke tujuan yang sama
Karakteristik utama associative play meliputi:

Melakukan obrolan seperti pembagian mainan



 Muncul obrolan dan keterampilan bahasa. Mereka saling bertanya tentang
permainannya.
 Balita masih bermain secara mandiri dengan tujuan dan strategi yang
berbeda.
 Meniru dan mengamati terus terjadi, tetapi pada jarak yang lebih dekat.
Contoh associative play antara lain:

 Balita saling bertanya tentang permainannya, apa yang dilakukan, dan


bagaimana melakukannya. Tetap melakukan permainan yang berbeda.
Mulai menyadari ada sumber daya yang terbatas di area bermain, jadi saling

bernegosiasi untuk mainan mana yang akan digunakan.
 Anak sedang mewarnai bersama, interaksi yang dilakukan sebatas meminjam
pensil warna dari teman bermainnya namun belum sampai bekerja sama
untuk mewarnai objek yang sama.
Si Kecil dan anak-anak lain mungkin terlihat seperti rekan kerja di taman bermain,
bermain bersama dan puas bersama, tetapi mereka masing-masing juga
mengerjakan "proyeknya" sendiri dalam kegiatan bermain

f. Cooperative Play (4,5 tahun ke atas)


Tahap ini, anak sudah mulai bisa memutuskan sendiri cara bermainnya dan mulai
bisa bekerja sama
Tahap ini merupakan pencapaian sosialisasi, tetapi keterampilan sosial masih akan
berkembang.
Karakteristik utama cooperative play meliputi:

 Anak bekerja sama dalam permainan bersama, atau berbagi tujuan yang sama
selama bermain.
 Anak memiliki peran tim selama bermain.
 Mungkin ada unsur kompromi dan pengorbanan untuk kebaikan bersama
dalam permainan.
Contoh cooperative play antara lain:

 Permainan imajinatif, di mana anak-anak saling mengambil peran karakter


film favorit untuk memerankan sebuah adegan atau membuat adegan baru.
 Permainan papan dimana anak-anak harus bergiliran agar permainan dapat
berjalan sesuai dengan aturan bersama.
 Olahraga yang terorganisir.

2. Sebut dan Jelaskan prinsip –prinsip dasar analisis kurikulum !


Jawab :

Berikut adalah prinsip dasar analisis kurikulum diantaranya yaitu :

1. Prinsip Relevansi

Istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian


pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Pendidikan dipandang relevan bila hasil yang
diperoleh dari pendidikan tersebut berguna dan fungsional bagi kehidupan.
Kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan
anak secara individual.
Relevan disini mempunyai 2 macam pengertian, yaitu :
a. Relevansi ke luar yaitu komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan
tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan anak usia dini,
b. Relevansi ke dalam yaitu konsistensi harus sesuai antar komponen-komponen
kurikulum dan harus saling berhubungan dengan keterpaduan internal terhadap
anak usia dini.

Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat ditinjau dari beberapa aspek
diantaranya yaitu :.

a. Relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup siswa


Dalam pengembangan kurikulum atau dalam penerapan bahan pengajaran,
hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata peserta didik.
Sebagai contoh sekolah yang berada di kawasan perkotaan, anak didiknya
hendaknya diperkenalkan dengan kondisi perkotaan seperti keramaian lalu lintas
di kota, polusi pabrik dan lain-lain. Atau sebaliknya, sekolah yang
berada di kawasan pedesaan, anak didiknya hendaknya diperkenalkan dengan hal-
hal yang relevan, misalnya memperkenalkan pertanian dan lain-lain.
b. Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan
datang
Apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saat ini hendaknya bermanfaat
baginya untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Dengan kata
lain, kurikulum hendaknya disesuaikan dengan apa yang akan terjadi
di masa yang akan datang.
Misalnya cara yang digunakan untuk menghitung angka, kalau dahulu masih
menggunakan jari atau sapu lidi, setelah dengan adanya kalkulator atau komputer
maka segala perhitungan yang rumit dapat dihitung dengan kalkulator atau
komputer tersebut.

c. Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan


Disamping relevansi dari isi pendidikan, hal yang juga dipertimbangkan
relevansinya adalah berkenaan dengan relevansi segi kegiatan belajar. Kurangnya
relevansi segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam
menghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.

d. Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang dengan cepat. Oleh
karena itu pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dan bahkan dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.

2. Prinsip efektifitas

Prinsip efektifitas yang dimaksud adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat
dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan.

Dalam proses pendidikan, efektifitasnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
 Efektifitas mengajar pendidik, berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar
mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
 Efektifitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan
pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.

Efektifitas belajar mengajar dalam dunia pendidikan mempunyai keterkaitan


erat antara pendidik dan anak didik. Kepincangan salah satunya akan membuat
terhambatnya pencapaian tujuan pendidikan atau efektifitas proses belajar
mengajar tidak tercapai.

3. Prinsip Efisiensi

Untuk menyelesaikan suatu program, kita memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang
kadang-kadang sangat besar jumlahnya. Kesemuanya itu sangat tergantung kepada
banyaknya progra yang akan diselesaikan. Hal yang menyenangkan terjadi ketika
waktu yang digunakan, tenaga yang dikeluarkan dan biaya yang kita alokasikan dapat
mengeluarkan hasil yang optimal.
Jadi efisien itu merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
pengeluaran berupa (waktu, tenaga dan biaya) dan menunjukkan hasil yang seimbang.

4. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas)

Kurikulum sebagai wahana belajar yang dinamis perlu dikembangkan terus menerus
dan berkesinambungan dalam rangka pengembangan kurikulum yang menyangkut
saling hubungan dan saling menjalin antara berbagai tingkat sekolah dan jenis
program pendidikan atau bidang studi.

a. Kesinambungan diantara berbagai tingkat sekolah


 Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah
diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.
 Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih
rendah tidak harus diajarkan lagi pada jenjang yang lebih tinggi, sehingga
terhindar dari kejenuhan dan tumpang tindih dalam pengaturan bahan
dalam proses belajar mengajar.
b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi
Kesinabungan di antara berbagai bidang studi menunjukkan bahwa dalam
pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan antara bidang studi
yang satu dengan yang lainnya.

5. Prinsip Keluwesan (Fleksibilitas)

Prinsip fleksibilitas menunjukkan bahwa kurikulum adalah tidak kaku. Maksudnya


bahwa ada semaca ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak.
Hal ini berarti bahwa di dalam penyelenggaraan proses dan program pendidikan
harus diperhatikan kondisi perbedaan yang ada dalam diri peserta didik.
Di dalam kurikulum, fleksibilitas dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Fleksibilitas dan memilih program pendidikan
Fleksibilitas ini maksudnya adalah untuk pengadaan program-program pilihan
yang dapat berbentuk jurusan, program spesialisasi ataupun program-program
pendidikan ketrampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan
niatnya.
b. Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran
Fleksibilitas ini maksudnya adalah dalam bentuk memberikan kesempatan
kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program
pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam
kurikulum yang masih bersifat umum.

6. Prinsip Integrasi

Prinsip ini menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mengembangkan


manusia yang utuh dan pribadi yang terintegrasi. Artinya manusia yang mampu
selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya dan mampu menjawab persoalan yang
dihadapi dalam kehidupannya.

7. Prinsip Dan Model Pengembangan Kurikulum

Prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara
bertahap dan terus menerus yakni dengan cara memperbaiki, memantapkan dan
mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan
dan sudah diketahui hasilnya. Hal ini mempunyai implikasi bahwa kurikulum
senantiasa mengalami revisi, namun revisi tersebut tetap mengacu pada apa yang
sudah ada dan tetap fokus ke depan, sehingga keberadaannya cukup berarti bagi anak
didik dan bersifat dinamis.

Anda mungkin juga menyukai