Anda di halaman 1dari 27

Tugas Video Resume Kindergarten , Sejarah TK di Indonesia dan Perkembangan

Kurikulum TK Se-Nasional

Mata Kuliah : Pengelolaan TK


Dosen Pengampu : Dr. Sri Wulan, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh :
Aprillia Hani Taqiyya (1105617036)
Betrick Silalahi (1105617060)
Fahira Maulida Anwar (1105617051)
Madani Inda Dieni ( 1105617049)
Putri Pahriani ( 1105617030)
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2020

1. RESUME VIDEO TENTANG KINDERGARTEN


VIDEO 1
Froeb3l Kindergarten (History Of Toys)
Friedrich Froebel merupakan pendiri garden of children atau kindergarten lebih dari 170
tahun silam. Beliau juga yang menciptakan alat permainan edukatif atau alat bantu
perkembangan anak pertama. Froebel mengembangkan idenya tentang bagaimana seharusnya
pendidikan anak usia dini diselenggarakan berdasarkan dengan pemikiran tokoh lain seperti
Pestalozzi, Rousseau yang berdampingan dengan hasil pengamatannya terhadap pendidikan
anak selama lebih 20 tahun.

Untuk mendukung pembelajaran dan kurikulum yang dikembangkannya, beliau pun


menciptakan alat permainan yang dirancang sedemikian rupa dengan bantuan ilmu arsitek
dan crystalogy yang pernah dipelajarinya. Yang kemudian alat bermain ini dikenal dengan
Gifts.

Gifts diciptakan untuk memberikan anak pengalaman mendalami bentuk-bentuk dunia


dengan pengalaman mereka sendiri. Gifts 1-6 anak akan mempelajari tentang bentuk 3
dimensi dengan tingkatan kesulitan berdasarkan usia dan ukuran. Pada Gifts 1 untuk infant
yang berisi set bola warna-warni dengan tali hingga Gifts 6 yang berisi set permainan blok
kayu kecil-kecil berbentuk kotak, lingkaran, segitiga, dan lainnya untuk anak usia 4-5 tahun.
Pada Gifts 7-9 anak akan mempelajari bentuk-bentuk 2 dimensi, lebih kepada belajar tentang
berapa sisi, panjangnya lebih kepada pengetahuan tentang bentuk itu sendiri. Dan Gifts 10
berisi bentuk-bentuk abstrak yang hanya terdiri dari garis dan titik, disebut abstrak karena di
gifts ini anak diminta untuk membuat suatu bentuk menggunakan 2 bagian ini.
Froebel Gifts diciptakan agar anak dapat mengetahui dan memahami apa itu konsep
geometri yang ada di dunia ini disaat mereka tidak bisa membayangkan hal itu secara abstrak.

Froebel juga membuat 3 cara untuk bermain gifts, yaitu : 1). forms of life, 2). forms of
knowledge, dan 3). forms of beauty. Di forms of life anak diminta untuk membuat sesuatu
yang berasal dari kehidupan sehari-hari mereka menggunakan semua bagian di gifts, hal ini
dapat berupa rumah, bus, pintu, dan lainnya. Dalam forms of knowladge, permainan gifts
disangkutpautkan dengan pengetahuan misalnya digunakan untuk berhitung(menghitung
kotak). Sedangkan forms of beauty anak diminta untuk membuat kreasi abstrak menggunakan
gifts dengan dua aturan : menggunakan semua bagian dari gifts dan tidak boleh merusak
desain(seperti lingkaran, kotak, dan segitiga).

Selain Gifts, Froebel juga mengembangkan kegiatan lain seperti lagu, games, kegiatan
berkebun, dan kegiatan seni dan kerajinan tangan yang bernama Occupations. Kegiatan ini
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak dalam panca indra anak yaitu
visual, auditory, kinestetik, dan lainnya. Foerbel menyadari bahwa otak bayi masih
berkembang sangat pesat dan hal itu terjadi dalam rentan usia anak 0-7 tahun, selain itu
Foerbel juga mengatakan bahwa bermain adalah cara alami untuk menstimulus otak agar
bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Froebel juga meyakini bahwa anak akan mendapat pemahaman yang lebih dalam tentang
semua hal yang ada di sekitar mereka jika diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung
lewat aktivitas dan kegiatan manipulative lainnya.

Froebel menggunakan banyak media dalam pembelajaran di sekolahnya, namun beliau


tidak banyak menuliskannya di bukunya. Tertulis hanya Gifts 1-6 yang ditulis dalam
bukunya, karena Gifts lainnya adalah hasil dari pngembangan oleh para pengikut-pengikut
Froebel di dunia pendidikan anak.

Saat ini hampir 20 Gifts yang bisa ditemukan ketika menulis kata kunci “Froebel Gifts”,
hal ini terjadi karena ketika beliau meninggal konsep pendidikan kindergarten dibawa ke
Inggris yang kemudian bukunnya tentang kindergarten pun mulai diterjemahkan ke bahasa
inggris dan konsep pendidikannya mulai menyebar luas ke seluruh Eropa dan berangsur
menyebar ke seluruh dunia.

Kesimpulan

 Froebel membuat Gifts sekitar tahun1930-1952


 Gifts merupakan bagian dari pembelajaran, termasuk diantaranya lagu, permainan, dan
Occupations

 Froebel hanya menamai Gifts dari 1-7, sisanya merupakan buatan pengikutnya yang
terinspirasi dari dirinya.

 Gifts tidak mistis, tapi merupakan alat yang memudahkan stimulasi pembelajan

 Bermain adalah kunci dari pembelajaran Froebel

 Anak membangun pemahaman mereka melalu pengalam langsung

 Manusia adalah makhluk yang kreatif

 Froebel ingin anak melihat kesinambungan semua hal yang ada di dunia ini(lewat
pengalaman langsung.

VIDEO 2
Kindergarten Where Play and Learning Meet

REL WIDWEST – Regional Educational Laboratory At American Institutes for Research

Bermian sangat baik untuk anak, baik untuk sosial emosional anak, perkembangan
fisik, dan perkembangan otak anak. Anak belajar dengan bermain. Bermain sangat penting
karena ketika bermain anak dapat mengetahui tentang dirinya sendiri dan apa yang ia sukai.
Seperti yang kita ketahui bahwa anak usia dini sulit untuk tetap diam ketika belajar..
Pembelajaran berbasis bermain adalah suatu area yang disengaja dibuat oleh pendidik.
Pembelajaran berbasis bermain merupakan suatu area pembelajaran yang disiapkan pendidik
di sekitar kelas dengan kegiatan yang sangat menarik bagi anak-anak. Jadi idealnya ini adalah
area yang terkait dengan tema yang lebih luas dan anak-anak dapat masuk lebih dalam ke
konten secara lansung. Pembelajaran berbasis bermain memungkingkan anak untuk menjadi
dirinya sendiri.
Di TK berbasis bermain, kita dapat melihat anak menjadi sangat mandiri, dan mereka
dapat fokus dengan apa yang ingin mereka lakukan dengan waktu mereka dan pendidik pada
dasarnya hanya mengikuti jejak anak-anak. Kita harus membiarkan anak-anak menjadi anak-
anak dan melakukan hal-hal yang sesuai dengan perkembangan mereka.
Sejak 1980-an kami telah memiliki konsensus di antara para ahli khususnya di
prasekolah tentang seperti apa pembelajaran itu. Dan bahwa pembelajaran itu harus disengaja
dan berbasis bermain. Orangtua juga penting untuk mengetahui pembelajaran yang
digunakan di sekolah. Orangtua harus dapat memahami bahwa pembelajaran berbasis
bermain juga dapat meningkatkan semua aspek perkembangan anak dengan cara yang
menyenangkan.
Pembelajaran berbasis bermain mempunyai konteks pembelajaran yang lebih lekat
untuk anak. Karena ketika pembelajaran tidak lekat atau tidak sesuai dengan kehidupan
mereka, pembelajaran itu sendiri akan menjadi sia-sia. Daripada mengajarkan anak untuk
mengikuti apa yang pendidik ucapkan (repeat after me) lebih baik untuk membuat kelompok
kecil dan melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan konsep yang sama. Dengan begitu
anak benar-benar mampu mengerjakannya sendiri dengan pembelajaran lansung.

Play-Based Learning at Elgin Area School District U-46 in Illinois


Sebelum mereka menggunakan pembelajaran berbasis bermain, mereka masih
menggunakan teacher’s center dan ketika melakukan pembelajaran anak-anak tidak dapat
mengerjakan pekerjaan mereka. Dan mereka mengetahui bahwa hal itu tidak memberikan
keuntungan untuk anak didiknya. Lalu, mereka mengubah pembelajaran mereka dengan
pembelajaran berbasis bermain.
Bermain adalah cara anak-anak belajar dan kita tahu tentang bagaimana anak-anak
belajar. Pembelajaran berbasis bermain lebih mendefinisikan keterampilan apa yang anak
butuhkan dan memberikan anak alat untuk menguasai keterampilan itu. Manfaat lain dari
memiliki pembelajaran berbasis permainan adalah bahwa anak-anak lebih banyak
berinteraksi satu sama lain dan mereka diberi kesempatan untuk memecahkan masalah dan
ketika mereka memecahkan masalah, kita tahu secara akademis otak mereka bekerja, tetapi
mereka juga harus memecahkan masalah dengan teman-teman sekelas mereka dan itu adalah
aspek sosial emosional yang sangat besar.
Dalam hal penilaian anak-anak, ini merupakan penilaian otentik yang berkelanjutan.
Jadi, para guru mengawasi siswa, mengamati bagaimana mereka berinteraksi dengan teman
sebaya mereka, dengan materi, dengan ruang kelas dan mereka mengumpulkan bukti tentang
apa yang diketahui dan dapat dilakukan anak-anak.
Play-based Learning at Valley View School District 365 U Illinolis
Dalam Valley View percaya bahwa pengajaran berbasis bermain dan pembelajaran
adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kepada apa yang mereka
ketahui dalam pembelajaran otentik, yang disebut bermain. Jadi para guru memberikan
beberapa instruksi inti dan praktik yang sangat bagus, namun saat siswa tersebut akan
menunjukkan kepada usaha apa yang mereka ketahui dan apa yang bisa mereka lakukan, guru
mengikuti mereka ke ruang belajar mereka. Hasil belajar berbasis bermain benar-benar
memungkinkan siswa untuk menjadi diri mereka sendiri, dan belajar melalui permainan, dan
belajar dengan cara yang sesuai dengan perkembangan mereka. anak-anak yang bekerja
dalam kedua bahasa membantu mereka transisi ke pembelajaran berbasis bermain relatif
mudah. mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan di dalam kelas dalam
bahasa apa pun yang mereka sukai. semuanya praktis untuk para siswa kadang-kadang
mereka memilih untuk bekerja dalam bahasa Inggris, atau mereka memilih untuk bekerja
dalam bahasa Spanyol dengan teman sebaya mereka. Orang tua juga merespons dengan
sangat baik dengan pembelajaran berbasis bermain.
The Future of Play-based Learning
Salah satu tujuan terbesar kami dengan menerapkan pengajaran dan pembelajaran
berbasis bermain adalah bahwa kami benar-benar mempersiapkan seluruh anak untuk beralih
ke sekolah dasar. Kami merasa seperti jika kita benar-benar fokus pada keseluruhan anak,
maka kita fokus pada akademisi dengan porsi seimbang dengan fokus mereka, kesejahteraan
sosial / emosional mereka, bahwa kita akan mengirim siswa yang lebih baik dibangun hingga
kelas satu, kelas kedua, kelas tiga, sehingga mereka siap untuk berkomunikasi dengan rekan-
rekan mereka, dan telah benar-benar efektif dan hubungan yang berfungsi baik dengan guru
dan siswa lainnya di kelas.
Anak-anak yang akan bertahan, yang akan memiliki kepercayaan diri, yang akan
memiliki semangat untuk terus berjalan. Dan kurikulum berbasis permainan sangat
mendorongnya. Apa yang harus kita lakukan pada anak-anak, adalah memberikan waktu
bermain diwaktu luang mereka, karena bermain adalah pekerjaan masa kecil. Jika kita tidak
membiarkan anak-anak kita bermain dan menjadi kreatif dan mempertanyakan aturan untuk
membuat aturan mereka sendiri, kita merusak demokrasi kita sendiri. Kita membutuhkan
anak-anak kita untuk belajar kreatif dan mempertanyakan status quo dan ingin menjadikan
dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Kesimpulan Video 2 :
Pembelajaran berbasis bermain adalah suatu area yang disengaja dibuat oleh pendidik.
Pembelajaran berbasis bermain merupakan suatu area pembelajaran yang disiapkan pendidik
di sekitar kelas dengan kegiatan yang sangat menarik bagi anak-anak. Jadi idealnya ini adalah
area yang terkait dengan tema yang lebih luas dan anak-anak dapat masuk lebih dalam ke
konten secara lansung. Pembelajaran berbasis bermain memungkingkan anak untuk menjadi
dirinya sendiri.

VIDEO 3
Why Preschool is so Important For Children

Denice CoraBramble ,MD,MBA


Anak usia dini adalah anak yang begitu kecil dan begitu jernih , setiap dari mereka
ingin sekali mengubah kegiatan setiap menitnya . Tetapi tidak ada yang lebih penting pada
saat kite memikirkan sebuah pendidikan , kita akan memikirkan semua tahun tahun pelajaran
tahun tahun tahun pada saat sekolah , tetapi tahun atau masa masa itulah yang sangat penting
bahkan lebih tahun-tahun prasekolah.

Pada saat lima tahun pertama , hidup mereka penuh dengan penemuan , meskipun
penemuan itu baru ditemukan beberapa hari . Untuk anak- anak selalu ada sesuatu yang baru
untuk anak jelajahi , menurut Dencie Cora- Bramble , MD,MBA seorang wakil presiden
senior “beberapa kali orang tua berpikir bahwa sekolah itu dimulai dari taman kanak-kanak”
terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa otak berkembang dengan cepat
selama beberapa tahun pertama pada saat otak itu bekerja.Semakin baik perkembangannya
dan siap untuk sekolah ketika saat nya tiba. Cukup sediakan kegiatan yang membuat anak
terlihat sibuk agar perkembangannya lebih baik. Ms Dencid Cors Bramble MD ,MBA
berkata,bahwa beberapa tahun pertama kehidupan sangat pentingndalam hal perkembangan
otak , dalam hal perkembangan struktural otak yang sebenernya,itu sendiri maupun
fungsional .

Jadi, seperti apa lingkungannya, anak yang terpapar sejak dini akan berdampak pada
kecerdasan anak itu sebagai tembok yang membesarkan kepribadian anak-anak di kemudian
hari. Bagaimana kita bisa melihat apakah anak membuat suatu bangunan , atau bahkan
berbicara , semua itu cocok untuk mereka. Aktivitas yang sebenarnya adalah aktivitas dan
merangsang perkembangan otak dan aktivitas-aktivitasnya yang memberi orang tua
kesempatan untuk memastikan anak mereka berkembang sesuai jalur. Sangat penting bagi
orang tua untuk menyadari fakta bahwa anak-anak mereka memiliki tonggak perkembangan
yang pada usia tertentu.Mereka seharusnya melakukan tugas-tugas tertentu dan dapat
melakukan hal-hal tertentu. Dengan tidak bersekolah mungkin kamu tidak akan belajar cara
maman , cara berjalan naik dengan kakin secara bergantian , dan pada usia ini anak usiandini
harus melaruih toilet training selama siang hari atau Mereka akan mendengarkan
cerita,mengosok atau membersihkan gigi , dan bermain dengan anak anak lainnya .

Kesimpulan Video 3 :
Jadi inti dari video ini mengapa preschool sangat penting karena di sekolah anak
dapat mengetahui cara makan sendiri menggunakan sedok dan garpu , anak dapat berjalan
naik dengan cara kaki bergantian , anak dapat mendengarkan cerita , anak dalat belajar secara
mandiri bagaimana cara membershikan gigi., dan anak dapat bermain , karna bermain adalah
cara bagaimana otak anak itu berkembang dengan cara melakukan kesibukan seperti dengan
bermain. Dan orang tua akan memastikan bahwa anaknya berkembang sesuai jalurnya.
VIDEO 4
The Importance Of Kindergarten Attendance
Tahap penting dalam hidup mereka. Yaitu mempelajari keterampilan baru. Hal ini
adalah kerangka kerja di bidang mereka untuk menjadi peserta didik, hal ini untuk
memperkenalkan kehidupan sekolah.
Taman kanak-kanak adalah tempat mereka mempelajari semua dasar-dasarnya. Kami
menggunakan sistem TK sebagai tempat penitipan anak. Mereka mempelajari semua dasar-
dasar penting untuk melanjutkan anak ke kelas satu dan dua, sehingga capaiannya anak bisa
membaca ketika di kelas tiga. Jadi, sangat penting bagi anak untuk berada di sekolah setiap
hari karena jika anak melewatkan satu hari maka dibutuhkan tiga hari bagi mereka untuk
mengejar ketinggalan pembelajaran.
Guru dapat melihat perkembangan anak setiap hari, seperti dalam hal membaca dan
menghitung, keterampilan sosial bagaimana anak bergaul dengan temannya, bekerjasama
dengan teman sebaya, anak berbagi denga temannya, berkomunikasi, dan cara anak
memahami dan mengenal temannya. Begitu banyak keterampilan yang anak pelajari di taman
kanak-kanak, apakah itu berkaitan dengan huruf dan suara, berhitung, konsep matematika,
dan guru menemukan cara terbaik yang dipelajari anak-anak adalah dengan latihan bertahap
yang sering. Jadi guru melakukan jumlah kecil setiap hari selama tahun sekolah dan itu
mengarah pada penguasaan.
Orangtua harus menyadari pentingnya anak untuk hadir di sekolah, dan orang tua
dapat berkonsultasi kepada guru di sekolah mengenai permasalahan anak di rumah. Apabila
orangtua sulit untuk mencari waktu untuk berkonsultasi kepada guru secara tatap muka, maka
orang tua dapat menghubungi guru melalui media sosial. Sangat penting bagi guru untuk
berkerjasama dengan orang tua, karena hal ini akan mempengaruhi perkembangan pada anak,
guru akan mengetahui skill apa yang harus di tanamkan pada peserta didik , sehingga orang
tua pun mengetahui cara mendidik anak ketika di rumah. Selain itu, orang tua akan di
beritahu oleh guru bagaimana anak ketika belajar di sekolah dan seperti apa
perkembangannya.

Kesimpulan
Taman Kanak-kanak sangat lah penting, karena di TK anak dapat melatih keterampilan dasar
yang mereka bisa kembang di dalam dirinya, dan menyiapkan mental anak untuk
melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya. selain itu, TK merupakan tempat anak melatih
keterampilan sosial bagaimana anak bergaul dengan temannya, bekerjasama dengan teman
sebaya, anak berbagi denga temannya, berkomunikasi, dan cara anak memahami dan
mengenal temannya. tidak hanya keterampilan sosial saja , namun anak bisa belajar
bagaimana cara berhitung , membaca, dan sebagainya. agar anak berkembang dengan baik,
guru dan orang tua harus berkerja sama agar cara didik di sekolah dan di rumah bisa
seimbang.

2. SEJARAH TK DI INDONESIA

Pendidikan formal anak usia dini di Indonesia dimulai pada saat zaman kolonial atau saat
Belanda menjajah Indonesia. Dalam buku Early Childhood Education in Asia the Pacific : A
Source Book menyebutkan ada 6 tahap perkembangan yaitu :

a. Tahap Satu : terjadi pada zaman kolonial dari tahun 1914-1941.

b. Tahap Dua : terjadi pada zaman Jepang dan kemerdekaan pada tau 1942-1949

c. Tahap Tiga : pada masa kebangkitan indonesia, sekitar tahun 1950-1963

d. Tahap Empat : ditandai dengan inagurasi program pendidikan yang bernama Gaya Baru,
merupakan program skala besar yang diencanakan pada 1963 daan diujicoba proyek
pada 1964 yang kemudia terhenti karena kerusuhan sipil yang menurukkan masa
pemerintahan presiden Soekarno.

e. Tahap Lima : dimulai pada tahun 1968, dibawah pemerintahan presiden Soeharto
diberlakukannya program pengembangan nasional untuk anak usia 5 tahun pertama di
Indonesia.

f. Tahap Enam : ditandai dengan adanya kurikulum baru pada tahun 1976 yang merupakan
hasil dari refolmulation dari kurikulum tahun 1968 seebagai hasil dari uji coba selama
waktu 1968-1976.

Selain dari tahap diatas, penyebaran dan pergerakan TK di Indonesia juga lebih banyak
dilakukan oleh organisasi-organisasi diluar pemerintahan yang dinaungi oleh Gabungan
Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak(GOPTKI) yang didirikan pada tahun 1957.
Yang pada tahun 1958 sendiri tercatat ada 25.384 TK yang terdaftar di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan pembagian 52 TK Nasional, 13 TK Provinsi, dan 25.319
oleh organisasi dengan presentase 99,7 persen. (Statistik Taman Kanak-kanan 1985, 1-2).

Taman Kanak-kanan Zaman Kolonial

Pendidikan anak usia dini pada masa ini diawali oleh Belanda pada 1914-an yang
kemudian diikuti oleh Indonesia lewat pergerakan sekolah nasional pada tahun 1920-an.

Sekolah Belanda

Pendidikan diselenggarakan Belanda pertama kali terbatas hanya untuk anak-anak


Belanda atau bangsa Eropa lainnya yang menetap di Indonesia. Ada sedikit Indonesia yang
ikut sekolah dikaarenakan berasaal dari keluarga terpandan ataupun merupakan anak dari
orang yang bekerja di pememrintahan pada zaman kolonial.

Tentu saja sekolah pertama di Indonesia mengikuti kurikulum yang sedang digunakan di
Belanda dan negara Eropa lainnya pada abad itu yaitu Froebel. Kurikulum yang dikenal
menekankan pada penggunaan bermain dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sebagai
media pembelajaran anak. Pendidikan Taman Kanak-kanak pada masa ini dikenal dengan
mana Froebel School. Dimana pendidikan ini didirikan agar anak dapat menulis, membaca,
dan berbahasa Belanda sebagai persiapan masuk ke Sekolah Dasar Belanda.

Untuk guru TK sendiri, Belanda memberikan dua opsi sekolah ; sekolah pelatihan guru
TK dan/atau the home-economics school.

Froebel Kweekschools, merupakan istitusi pertama yang didirikan untuk memberikan


pengajaran dan pelatihan bagi calon/guru TK pada masa itu. Merupakan SMA dengan jangka
waktu 4 tahun yang terletak di Bandung pada tahun 1920. merupakan sekolah asrama yang
pembelajarannya menggunakan bahasa Belanda dengan kebanyakan murid merupakan
belanda/campuran eropa. Kemudia sekolah tersebut tutup pada tahun 1932 karena bangkrut.

Disamping menerapkan sistem pendidikan Froebel secara dominan hingga akhir masa
kekuasaannya, pemerintah Belanda juga memperkenalkan metode Montessori pada tahun
1938 melalui sekolah-sekolah pendidikan guru TK.

Sekolah Indonesia
Tahun 1913 Ki Hajar Dewantara (yang bernama asli RM Soewardi Soejaningrat) karena
aktivitas politiknya yang semakin mengkhawatirkan pemerintah Belanda, maka beliau
diasingkan ke negeri Belanda. Artikelnya yang berjudul “als ik eens Nederlander was”
(Seandainya aku orang Belanda) pada sebuah surat kabar yang dipublikasikan secara luas
sangat menyinggung pemerintah Belanda. Dalam artikel ini ia mengungkapkan bahwa
seandainya ia orang belanda, ia akan merasa malu karena sementara merayakan hari
kemerdekaannya, dan pada saat yang bersamaan Belanda justru menjajah Indonesia.

Untungnya selama di Belanda Ki Hajar Dewantara banyak belajar tentang pendidikan,


khususnya pendekatan Froebel dan Montessori. Ia memanfaatkan masa hidupnya di Belanda
untuk belajar ilmu jurnalistik dan pendidikan sehingga mendapat akte mengajar pada tahun
1915. Setelah kembali dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendirikan suatu perguruan
nasional dengan nama Taman Siswa. Organisasi pendidikan ini mensponsori sekolah-sekolah
yang memadukan metode-metode dan isi pendidikan terbaik Eropa dengan budaya terbaik
Indonesia.

Dengan kata lain sistem pendidikan ini adalah memodifikasi metode Froebel dengan
metode Montessori yang disesuaikan dengan adat timur. Program pendidikan ini ditujukan
untuk anak di bawah usia 7 tahun dan didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 mendirikan Taman
Lare (anak) atau Taman Anak atau Sekolah Fröbel Nasional atau Kindertuin yang akhirnya
disepakati dengan nama Taman Indria (Taman Indra). Sejalan dengan prinsip-prinsip Froebel
dan Montessori, Taman Indria ini memfokuskan arah pendidikannya kepada penajaman
keterampilan-keterampilan sensorik anak. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh
pendidikan nasional dan pendiri perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922.

Pada sekitar tahun-tahun yang sama, suatu organisasi Islam yang dikenal dengan
Persatuan Wanita Aisyiyah juga membangun lembaga pendidikan prasekolah Bustanul
Athfal yang pertama. Sejak tahun 1914 dengan mengadakan kursus-kursus pengajian-
pengajian dan sekolah untuk perempuan bernama Sopo Tresno. Sopo Tresno inilah embrio
dari berdirinya ‘Aisyiyah. Pemberantasan buta huruf baik huruf arab dan latin dilakukan pada
tahun 1923 dan penerbitan majalah wanita pada tahun 1926 dengan nama Suara ‘Aisyiyah.
Pembangun Bustanul Athfal ini dimaksudkan untuk meningkatkan sikap nasionalisme dan
tujuan-tujuan keagamaan dalam merespon popularitas lembaga-lembaga prasekolah yang
berorientasi Eropa. Selain itu, selama periode pemerintahan kolonial Belanda ini, sejumlah
organisasi Islam lainnya dan pesantren juga turut membangun dan merancang program-
program prasekolahnya masing-masing.

Penjajahan Jepang dan Revolusi : 1942-1949

Saat perang dunia ke-II, Indonesia melakukan revolusi besar-besaran dengan mendorong
Belanda agar keluar dari Indonesia namun disaat yang bersamaan jepang datang menjajah
Indonesia. Pertumbuhan pendirian TK di indonesia tetap ada namun menurun secara angka.
Karena pada 1940 terdapat 101 lembaga TK baru namun pada 1950 hanya sekitar 40.
beberapa TK yang tersedia pun lebih mirip Child-center karena tidak ada kegiatan
pembelajaran yang mendukung.

Pemerintah Jepang tidak banyak ikut campur dalam pembelajaran dan kurikulum TK,
termasuk mewajibkan pembelajaran bahasa Jepang (ini hanya diwajibkan untuk SD, SMP,...).
Namun, guru harus mengajarkan anak lagu-lagu berbahasa jepang termasuk lagu
kemerdekaan Jepang, mereka juga diharuskan melakukan gerakan semacam senam pagi di
halaman sekolah yang didalamnya terdapat gerakan hormat kepada Jepang dan kepada
bendera Jepang.

Saat Belanda dibubarkan dari indonesia, berdirilah sebuah organisasi bernama Yayasan
Pendidikan Lanjutan Wanita yang membuka National Kindergarten-Teachers Training
Schools di sebuah garasi di jakarta. Merukan gerakan nasionalis yang menolak kembalinya
belanda ke indonesia.

Kebangkitan Nasional : 1950-1963

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan politik di Indonesia. Banyak yang


berubah setelah penjajahan termasuk dalam penggunaan bahasa. Sehingga pada masa ini
program pendidikan anak diubah nama menjadi Taman Kanak-kanak yang digunakan
sampai saat ini

Pada tahun 1951, satu tahun setelah pembubaran tentara Belanda di Indonesia,
pemerintah Indonesia memberikan subsidi ke National Kindergarten-Teachers Training
Schools Jakarta sehingga sekolah guru ini berhasil dikembangkan pada tahun 1955 dibawah
naungan Kementerian Pendidikan dan semua pembiayaan gaji ditanggung oleh kementerian.
Diketuai oleh Ibu N. Martakusumah yang merupakan lulusan dari Froebel Kweekschool
tahun 1938 yang juga menjadi ketua pendidikan pra-sekolah pada tahun 1963.
Sehingga pada jangka waktu ini, pendidikan anak pra-sekolah berkembang sangat pesat
dan kebanyakan didasari oleh organisasi kewanitaan yang biasanya bersangkutan dengan
organisasi pemerintahaan misalnya di TNI, POLRI, dll.

Diantaranya yang paling terkenal adalah Jajasan Bersekolah Pada Ibu yang didirikan
pada tahun 1951 di kota Bandung. Selain membuka sekolah untuk anak, mereka
menyediakan pula pelatihan untuk pendidik sehingga lebih dari 1000 wanita sudah mengikuti
pelatihan pada jangka waktu 1951-1965.

Yayasan ini mempengaruhi banyak kelompok wania lainnya sehinggan pada tahun 1965
sendiri tercatat ada 20 sekolah di Bandung dan 32 lainnya di luar kota dan provinsi.

Selain organisasi, pemerintah juga membuka peluang sebesar-besarnya untuk pendidik


agar mendapat pendidikan yang baik. Sehingga pada rentang waktu ini telah dibuka beasiswa
pendidikan ke luar negeri seperti Australia, New Zealand, dan Amerika.

Ada Organisasi nasional yang didirikan, yaitu Gabungan Organisasi Penyelenggaraan


Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI) yang didirikan pada april tahun 1957 dan
menggelar kongres pertama pada 1959.

Gaya Baru/Orde Lama : 1963-1967

Untuk mendukung pertumbuhan perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia,


pemerintah mencoba membuat program yang mendukung kemampuan anak, mengerti
kebutuhan anak, dan sesuai dengan interest anak yang bernama Gaya Baru pada rentan tahun
1963-1964 tahun pelajaran diberlakukan di jakarta sebagai program uji coba pada 1964
dengan 40 TK partisipan. Yang selengkapnya akan di jelaskan di bagian perkembangan
kurikulum di Indonesia.

Pemerintahan Soeharto/Orde Baru : 1968-1975

Setelah kerusuhan sipil 2 tahun yang kemudian menurukan kedudukan Soekarno sebagai
presiden. Di tahun 1968 merupakan pertama-kalinya Rencana Perkembangan 5 tahunan
dikeluarkan dimana didalamnya termasuk rencana untuk anak usia dini. Lewat kementerian
pendidikan, Pelayanan Pendidikan Anak Pra-sekolah mengenalkan silabus-taman kanak-
kanak 1968 untuk menggantikan kurikulum 1964 sebelumnya.yang kemudian dibantu oleh
UNICEF dalam rentan waktu 1968-1974 untuk mengembangkan kurikulum pendidikan anak
usia dini.
Reformasi :1976-sekarang

Mulai banyak pengembangan kurikulum di indonesia. Pemerintah mulai menganggap


pendidikan anak usia dini bukan lagi menjadi bagian dari pendidikan dasar sehingga
dibukanya Ditjen PAUD. Pemerintah juga mulai membentuk forum PADU/PAUD tingkat
Nasional yang turut berkontribusi dalam pengembangan dan pembangunan PAUD di
Indonesia. Dan ditandai dengan keluarnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban atas tuntutan reformasi dalarn semua aspek
kehidupan. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam sebuah
undang-undang, yaitu pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD; pasal 28 yang secara
khusus mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait lainnya.

3. PERKEMBANGAN KURIKULUM TK SE NASIONAL

A.Froeble

 Sejarah Friederich Wilhem Froebel

Froebel lahir pada tahun 1782 di Oberweiszbach (Jerman). Ia berkarya sampai 1852.
Froebel merupakan salah seorang tokoh pendidikan anak yang banyak memberikan pengaruh
dalam pemikiran baru (modern) dalam pengembangan anak usia dini, khususnya taman
kanak-kanak. Usaha froebel yang dibanggakan adalah sebagai penggagas taman kanak-kanak
atau kindergarten- chidren’s gardens dan beliau dikenali sebagai father of kindergarten.
Walaupun Froebel banyak mempelajari visi kependidikan Pestalozzi, namun Froebel banyak
memberikan critical thinking pada sekolah Pestalozzi terutama dari segi kurangnya
keterpaduan model pelaksanaan pembelajaran. Pola pendidikan demokratis yang
dikembangkannya banyak menimbulkan konfrontasi dengan pihak pemerintah sehingga ia
dianggap sebagai pemberontak.

Pada tahun 1837 Froebel pindah ke Blankenburg, (Jerman) dan membuka Pendidikan
Prasekolah yang beliau membuat konsep tentang kotak kubus (gifts), permainan-permainan,
lagu-lagu, cerita, kerajinan tangan, sebagai sarana belajar bagi anak-anak prasekolah. Dan
pada tanggal 28 juni 1840 Froebel membuka sekolah taman kana-kanak yang pertama
ditandai dengan adanya sebidang tanah dilingkungan sekolah yang dipakai sebagai tempat
anak-anak bercocok tanam dan memelihara tananaman. Walaupun banyak tantangan (sampai
ditutupnya lembaga pendidikan ini) tidak membuat Froebel patah semangat sehingga ia
berniat untuk mengembangkan cita-citanya di Amerika. Namun sebelum cita-cita ini
terealisasi ia meninggal pada tahun 1852.
 Prinsip Umum dari model Pembelajaran Froebel

a. Kurikulum
Dalam pendidikan ini Froebel menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang
terencana dan sistematis.
Dasar kurikulum Froebel adalah : GifT dan Occupation.
• Gift adalah objek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi
dari guru. Anak dapat belajar tentang bentuk, warna, ukuran serta konsep yang diperoleh
melalui menghitung, mengukur, membandingkan, dan membedakan.
Pemberian (Gifts) terdiri dari 6 pemberian berupa sebuah kotak kayu yang didalamnya
terdapat bermacam-macam barang yang akan menolong anak untuk secara bertahap
belajar, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada yang makin kompleks.

• Occupations
Adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi keterampilan yang
utama adalah psikomotor melalui aktivitas: menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk
dengan mengikuti titik, membuat lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar,
menenun, menempel, dan melipat kertas.

b. Pembelajaran
Frobel (Yus, 2011:6) mengemukakan bahwa ada 3 prinsip dalam pembelajaran, yaitu:
• Pertama, pengembangan autoaktivitas. Anak didik pada dasarnya merupakan individu yang
aktif. Bila anak belum menunjukkan aktivitas perlu di dorong untuk aktif sehingga dapat
melakukan berbagai kegiatan (pekerjaan) yang produktif.

• Kedua, kebebasan atau suasana merdeka. Autoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang
jika pada anak diberikan kesempatan sesuai potensinya masing-masing. Melalui suasana
bebas atau merdeka, anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau
khayalnya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak.

• Ketiga, pengamatan dan peragaan. Kegiatan ini dimaksudkan terutama dalam


mengembangkan seluruh indra anak.
B. Montessori

 Riwayat Hidup Maria Montessori

Maria Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle, sebuah propinsi kecil
di Ancona. Ayahnya bernama Alessandro Montessori dan ibunya bernama Renilde Stoppani.
Maria Montessori adalah dokter di bidang penyakit anak-anak, yang awalnya bekerja untuk
anak-anak retardasi mental di klinik psikiatri Universitas Roma. Retardasi mental merupakan
kelainan bawaan dengan kecerdasan di bawah rata-rata. Anak yang menderita kelainan ini
sulit memahami konsep abstrak, sehingga mengalami kesulitan belajar membaca, menulis
dan berhitung. Ia berhasil mengajarkan membaca dan menulis kepada anak retardasi mental,
sehingga mereka bisa mengikuti ujian bersama anak-anak normal dan lulus.

Pada tahun 1906 Maria Montessori mendidirikan sekolah yang diperuntukkan bagi
anak-anak penderita cacat mental di Roma, semuanya berumur dibawah lima tahun. Sekolah
tersebut diberi nama “Casa dei Bambini” atau rumah anak-anak. Menurut Montessori
pendidikan adalah aspek yang mendasar dalam pembentukan manusia. Pembentukan pada
tahun-tahun awal yang berlangsung sangat cepat akan menentukan kepribadian anak setelah
dewasa.

Montessori melihat pendidikan yang dilakukan guru saat itu masih menggunakan
pendekatan-pendekatan lama seperti, mengajarkan anak membaca dengan bercerita, sehingga
ia menciptakan pendekatan yang berbeda dengan bahan yang konkrite sebagai gantinya, dia
meyakini bahwa belajar bukan hanya persoalan mengikuti apa kata guru, tetapi benar-benar
merasakan dan mengalami sesuatu hal. Pendekatan yang awalnya hanya untuk anak
berkebutuhan khusus dan kemudian sukses, hal ini menggiringnya untuk memberikan
pendekatan dan metode yang sama pada anak normal. Maria sangat percaya bahwa setiap
anak ingin belajar dan untuk mencapainya kuncinya adalah kebebasan dan tata tertib.

 Konten Kurikulum Montessori

Dalam kurikulum Montessori, ia menganjurkan perlunya mengelompokkan aktivitas


belajar dan material dalam bentuk beberapa area pusat latihan:
a. Practical life. Memberikan pengembangan dari tugas organisasional melalui
perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling
menghormati serta koordinasi dari pergerakan fisik.
b. The sensorial. Membuat anak mampu mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan
impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperature, masa,
warna, titik, dan lain-lain.
c. Mathematics. Memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk
menginternalisasikan konsep angka, symbol, serta urutan operasi.
d. Language art. Pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang
grammar, dramatisasi, dan kesastraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis
dan membaca dikembangkan dengan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir
dan lainnya
e. Cultural activities. Membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis,
sejarah dan ilmu sosial.

Dalam Morpison menyatakan area yang difokuskan dalam pembelajaran Montessori:


a. Kehidupan praktis.
b. Materi sensorik. Materi sensorik bertujuan melatih indra anak agar berfokus pada
beberapa kualitas tertentu, membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati
dan membedakan secara visual serta meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir,
membedakan, mengklasifikasidan mengatur.
c. Materi-Materi akademik untuk menulis, membaca, dan matematika.
d. Fitur-fitur tambahan dalam kelas

Seiring dengan pendapat di atas esensi pendidikan Montessori meliputi empat hal
diantaranya:

 Semua pendidikan adalah pendidikan diri sendiri,


 Kebebasan dalam proses belajar mengajar, anak didik harus diberi kebebasan
seluas-luasnya.
 Ketertiban dalam pandangan Montessori bukanlah aturan ketat yang sering
kali membelenggu kebebasan anak didik.
 Pengembangan Indra sebagai gerbang jiwa anak.

Dalam konten metode Montessori kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum


terpadu dengan menggunakan area dalam pembelajaran, seperti area Practical life. The
sensorial are, Mathematics, Language art dan Cultural activities. Ini semua membuat anak
akan aktif dengan mempraktekkan berbagai hal dalam hidup, seperti membersihkan
lingkungan sekitar. Dengan area sensori anak akan mencoba mempertajam pengamatan dan
membedakan, setiap area memiliki fungsinya masing. Setiap area yang disediakan sebaiknya
tidak melupakan esensi kurikulum Montessori dengan melihat pada tahapan perkembangan
anak.

C. Perkembangan kurikulum dari masa ke masa di Indonesia


1964

 Landasan Pengembangan

1. Rencana Pendidikan  sepenuhnya dipengaruhi oleh Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1964


dan merupakan dokumen yang ditujukan kepada para petugas, kepala dan guru Sekolah
Dasar dan TK.

2. Yang ditekankan dalam Rencana Pendidikan tahun1964 ini ialah “ anak didik yang harus
berkembang secara harmonis menjadi manusia Pancasila yang bertanggungjawab atas
terapainya tiga kerangka tujuan Revolusi Nasional.

 Tujuan

1.  Mendidik dan membentuk kebiasaan sesuai dengan sifat-sifat manusia sosialis


Indonesia.

2. Fungsi Penyelenggaraan pendidikan di Taman kanak-kanak adalah sebagai alat untuk


menyusun masyarakat Sosial Indonesia di mana setiap anak dapat mengembangkan
bakatnya agar hasilnya dapat disumbangkan kembali untuk kebahagiaan masyarakat. 

 Program kegiatan

Kurikulum dengan system Pancawardhana berupa 5 asek perkembangan yaitu : (1)


perkembangan moral, (2) perkembangan kecerdasan (3) perkembangan emosional (4)
perkembangan kerigelan tangan (5) perkembangan jasmani. 
 Bentuk pengelompokkan anak 

Menurut kurikulum 1964 dibagi menurut umur, yaitu: 

1. Kelas TK bagi anak yang berumur kurang dari 5 tahun. 

2. Kelas persiapan bagi anak yang lebih dari 5 tahun .

 Perencanaan kegiatan

Untuk Kurikulum 1964 perencanaan tersebut disebut “perencanaan permainan    sehari-hari”. 

1968

  Landasan Pengambangan
Pelaksanaan pendidikan dalam arti luas yang mencakup (1) silabus, (2) contoh pelaksanaan,
(3) Organisasi Taman kanak-kanak: intern dan ekstern, (4) perlengkapan, (5) guru/pegawai,
(6) administrasi, dan (7) Evaluasi 

  Maksud dan tujuan

Kurikulum 1968 penekanannya lebih kepada perkembangan individu anak.

 Program kegiatan

Dibagi dalam 8 bidang yaitu :


 Bidang Penerapan pancasila
 Bidang bermain/kegiatan bebas
 Bidang pendidiikan bahasa
 Bidang pendidikan alam sekitar
 Bidang pendidikan jasmani
 Bidang ungkapan kreatif/seni
 Bidang sosial medis
 Bidang pendidikan skolastik

 Bentuk pengelompokkan anak 

Tingkatan TK terdiri dari 3 tingkatan berdasarkan umur yaitu:

o Tingkat A: utuk umur 3 sampai 4 tahun 


o Tingkat B: untuk umur 4 sampai 5 tahun 
o Tingkat C: untuk umur 5 sampai 6 tahun 

1976

 Landasan pengembangan

Kurikulum 1976 ada penyesuaian format dan isi kurikulum dengan sekolah lebih lanjut.

 Maksud dan tujuan


Tujuan pada kurikulum 1976 mencakup Tujuan Instruksional Taman Kanak-kanak yang
merupakan tujuan lembaga. Setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan masing-masing,
yang merupakan penunjang terhadap pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. 
Tujuan umum pendidikan Taman Kanak-kanak telah di tetapkan pada yang pasal 4 SK
Mendikbud No . 054/U/1977 adalah ‘’…….agar anak setelah menyelesaikan pendidikannya: 
o Memiliki sifat-sifat dasar sebagai pribadi yang bertanggung jawab menjadi warga
negara yang baik
o  Sehat dan sejahtera jasmani dan rohani
o  Memiliki bekal pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar yang diperlukan
untuk bergaul dan berkomunikasi dilingkungan masyarakat, secara fisik, emosional,
intelektual dan sosial memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar serta dapat
mengembangkan kepribadiannya dengan prinsip pendidikan seumur hidup.
 Program kegiatan
Program kurikulum 1976 terdiri dari 8 bidang pengembangan yaitu:

o Bidang pengembangan Pendidikan Moral Pancasila


o Bidang pengembangan kegiatan/ bermain bebas
o Bidang pengembangan Pendidikan Bahasa
o Bidang pengembangan Pengenalan Lingkungan Hidup
o Bidang pengembangan Ungkapan Kreatif
o Bidang pengembangan Olahraga Pendidikan
o Bidang pengembangan Pendidikan dan Pemeliharaan Kesehatan
o Bidang pengembangan Pendidikan Scholastik
 Bentuk pengelompokkan anak 

Pengelompokkan yang diatur dalam Kurikulum 1976 adalah

Tingkat A untuk anak usia 3-4 tahun

Tingkat B untuk anak usia 4-5 tahun

Tingkat C untuk anak usia 5-6 tahun

 Sistem Penyajian

Menggunakan unit dan pusat minat.


1984
Ada beberapa hal yang dianggap baru pada Kurikulum 1984 adalah: 
1. Adanya aturan yang menyatakan bahwa pengembangan kehidupan beragama harus
melandasi semua bidang pengembangan. 
2.  Tidak ada bidang pengembagan bermain bebas karena kegiatan bermain diterapkan
sebagai wahana dalam setiap kegiatan yang dilakukan di TK. 
3. Pelaksanaan evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, menyeluruh, obyektif, dan
sistematik untuk keperluan peningkatan hasil proses dan hasil pengembangan,
pengelolaan program serta proses dan hasil pengembangan. 
 Maksud dan Tujuan

Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak mengacu kepada tujuan pendidikan nasional


yang digariskan dalam GBHN 1983 

 Bidang pengembangan

•         Pendidikan Moral Pancasila

•         Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa

•         Kemampuan berbahasa

•         Perasaan, kemasyarakatan, dan kesadaran lingkungan

•         Pengetahuan

•         Jasmani dan kesehatan

 Bentuk kelompok anak

•         Tingkat A untuk anak didik umur 3-4 tahun 

•         Tingkat B untuk anak didik umur 4-5 tahun 

•         Tingkat C untuk anak didik umur 5-6 tahun 

•         TK 1 tahun untuk anak yang tinggal di pedesa 

1994

 Latar belakang

Memiliki Kegiatan Belajar TK yang merupakan perbaikan dari kurikulum TK 1976. PKB TK
tersebut disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan keseusiaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan, pembangunan nasional,perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian. PKB TK ini ditetapkan dengan Keputusan Menterai Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0125/U/1994 tanggal 16 Mei 1994.

 Tujuan

Program kegiatan belajar TK bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan


sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya. 

 Isi program kegiatan


1. PKB TK didasarkan pada tugas perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
2. Kurikulum ini lebih banyak ditekankan pada pandangan-pandangan psikologis
khususnya aliran konstruktivis. Bermain menjadi penekanan dalam setiap kegiatan
pembelajaran
 Sistem Penyajian
1. Menggunakan tema dan sub tema.
2. Terdiri atas dua kegiatan utama yaitu program kegiatan belajar dalam rangka
pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang meliputi pengembangan moral
Pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi dan kemampuan bermasyarakat dan
program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar yang
meliputi pengembangan kemmapuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, ketrampilan
dan jasmani. 
 Bidang pengembangan

Bidang-bidang pengembangannya antara lain :

•         Moral Pancasila
•         Agama
•         Disiplin
•         Kemampuan Berbahasa
•         Daya Pikir
•         Daya cipta
•         Perasaan/emosi
•         Kemampuan bermasyarakat
•         Keterampilan
•         Jasmani

 Penyelenggaraan

1.      Pelaksanaan kegiatan untuk program pembentukan perilaku dapat


dilaksanakan dengan kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan atau
contoh, dan kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan guru.

2.      Menggunakan tema dan sub tema yang merupakan pokok bahasan yang
akan di bahas.

2004

 Landasan pengembangan

Dalam Kurikulum tahun 2004, anak didik dikondisikan dalam sistem  semester. 

 Maksud dan tujuan

1.      Tujuan Pendidikan anak usia TK seperti yang diamantkan oleh Kurikuum


2004 adalah diarahkan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai
potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nila-nilai agama, social
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap
memasuki pendidikan dasar. 

2.      Untuk pelaksanaan di Taman Kanak-kanak dilengkapi perangkat pedoman


pengembangan silabus, pedoman pengembangan pembelajaran, pedoman
penilaian, dan secara bertahap akan disusun perangkat pedoman lainnya. 

 Program kegiatan

Kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak terdiri atas Kerangka Dasar, dan standar Kompetensi
Taman Kanak-kanak. Untuk pelaksanaan di Taman Kanak-kanak dilengkapi perangkat
pedoman pengembangan silabus, pedoman pengembangan pembelajaran, pedoman penilaian,
dan secara bertahap akan disusun perangkat pedoman lainnya.
KTSP

 Latar belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
(SNP). 

 Tujuan

Sesuai dengan standar nasional PAUD, maka tujuan yang hendak dicapai merupakan tingkat
pencapaian perkembangan yang dijabarkan dari aspek perkembanga

 Standar
o Standar PAUD tersebut dikelompokan jadi 4 standar yaitu: 
o Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan 
o Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
o Standar isi, proses, dan penilsian, dan
o Sandar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan

Kurikilum 2013 (K-13)


 Latar belakang
Kurikulum 2013 mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
 Tujuan
Mendorong perkembangan peserta didik secara optimal melalui pengalaman belajar
yang bermakna dan menyenangkan sehingga anak mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang mendukung keberhasilan di sekolah dan
pendidikan pada tahap selanjutnya.
 Kerangka Dasar K-13 PAUD
Kurikilum 2013 PAUD dikembangkan atas dasar pengkajian landasan filosofis,
sosiologis, teoritis, psikologis-pedagogis, dan yuridis yang jelas dan telah teruji secara
empiris.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini selanjutnya disebut Standar PAUD
adalah kriteria tentang pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini selanjutnya disebut
STPPA adalah kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek
perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-
motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni.
3. Standar Isi adalah kriteria tentang lingkup materi dan kompetensi menuju tingkat
pencapaian perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak.
4. Standar Proses adalah kriteria tentang pelaksanaan pembelajaran pada satuan atau
program PAUD dalam rangka membantu pemenuhan tingkat pencapaian
perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak.
5. Standar Penilaian adalah kriteria tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran
dalam rangka mengetahui tingkat pencapaian yang sesuai dengan tingkat usia anak.
6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria tentang kualifikasi
akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD.
7. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria tentang persyaratan pendukung
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini secara holistik dan
integratif yang memanfaatkan potensi lokal.
8. Standar Pengelolaan adalah kriteria tentang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan atau program PAUD.
9. Standar Pembiayaan adalah kriteria tentang komponen dan besaran biaya personal
serta operasional pada satuan atau program PAUD.
10. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
11. Satuan atau program PAUD adalah layanan PAUD yang dilaksanakan pada suatu
lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-kanak (TK)/Raudatul Athfal
(RA)/Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).
12. Kurikulum PAUD adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pengembangan serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pengem-bangan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
13. Pembelajaran adalah proses interaksi antaranak didik, antara anak didik dan
pendidik dengan melibatkan orangtua serta sumber belajar pada suasana belajar dan
bermain di satuan atau program PAUD.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
Daftar Pustaka

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen. PAUD dan Pendidikan


Masyarakat, Direktorat Pembinaan PAUD Tahun 2015

Yuke, I. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum Taman Kanak - Kanak Di Indonesia


Dari Masa Ke Masa. Edisi 2010. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional

https://books.google.co.id/books?
id=ZtZCDwAAQBAJ&pg=PT92&lpg=PT92&dq=first+froebel+school+in+indonesia
&source=bl&ots=zo_LkwuOKE&sig=ACfU3U07gJObd5wJiPuEquC5E3L_irZtEg&
hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj344TwrrLoAhXOT30KHeX8BLEQ6AEwAnoECAcQ
AQ#v=onepage&q=first%20froebel%20school%20in%20indonesia&f=false

https://www.academia.edu/12725105/MODEL_KURIKULUM_DENGAN_PENDEK
ATAN_MONTESSORI

https://www.silabus.web.id/sejarah-paud-pendidikan-anak-usia-dini/

Anda mungkin juga menyukai