Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RANGKUMAN BUKU KETERAMPILAN MEMBACA RESEPTIF

Dr. Grez Grasia Azmin S.S, M.Si

Nama : Machika Salsabilla F

NIM : 1210622094

Kelas : SI 2
Judul Buku : Melek Sastra

Di bab pertama, kita akan dikenalkan dengan cerita sampai rekaan. Kehadiran suatu cerita tidak akan
lepas dari dua unsur yakni, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik ialah contohnya;
ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Unsur intrinsik ialah suatu unsur yang membangun cerita rekaan
dari dalam, dari dirinya sendiri. Faktor intrinsik meliputi tokoh, alur, latar, dan pusat pengisahan (Saad
dalam Lukman Ali, 1967: 116-120). Termasuk bagian unsur intrinsik adalah tema. Tema merupakan
gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam karya sastra, baik yang terungkap maupan yang tidak
(Sudjiman, 1990: 78). Roberts (1973: 5) menyebut bahwa tema adalah ide pokok dalam suatu komposisi
yang menjadikan komposisi tadi suatu kesatuan yang utuh. Tokoh ialah pelaku rekaan yang mengalami
peristiwa atau berkelakuan di pelbagai peristiwa. Tokoh dibedakan menjadi dua yakni, tokoh utama dan
tokoh bawahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang memegang peran pimpinan dalam sebuah cerita
(Sudjiman, 1990: 64-79). tokoh bawahan adalah tokoh yang kurang begitu penting kedudukannya dalam
cerita, tapi kehadirannya diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama. Alur ialah
peralihan dari satu keadaan ke keaadan yang lain (Luxemburg, 1986 :150). (Prihatmi, 1987: 79)
berpendapat bahwa alur dapat dibedakan menjadi dua yakni, alur lurus dan alur tak lurus. Alur lurus
ialah alur yang waktunya berurutan atau kronologis. Sedangkan alur tak lurus memiliki kilas balik atau
peristiwa peristiwa yang telah lalu. Latar adalah segala petunjuk, keterangan, acuan yang berkait dengan
waktu, ruang, suasana terjadinya peristiwa. Hudson (via Sudjiman, 1990: 44, 48). membedakannya
menjadi latar sosial dan latar material.

Pada bab 2, penulis menjelaskan tentang Marginalisasi sampai Etnik Cina. Nio Joe Lan menerbitkan
Sastra Indonesia-Tionghoa di tahun 1962. Ia membuat ringkasan cerita karya peranakan Tionghoa
Indonesia sebelum perang. Selain itu, ia menggolongkan cerita-cerita tersebut menjadi : cerita berdasar
kenyataan, romantis, roman antarbangsa, naturalisme, mistik, roman bukan Tinghoa, sajak Indonesia-
Tionghoa, sandiwara (Suryadinata, 1996: 188-197). Menurut Grebstein (via Damono, 1986: 5) Karya
sastra merupakan pengaruh timbal balik yang rumit dari faktor sosial dan kultural.

Kemudian di bab 3, penulis memaparkan dari Puisi sampai Drama. Menurut Luxemburg (1986: 117) teks
puisi adalah teks Kmonolog yang isinya bukan sebuah alur. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan
bunyi pada puisi yakni, efoni, kakofoni enyabemen sajak, asonansi aliterasi dan rima. Julia Kristeva (via
Junus, 1985: 87-88) menyatakan bahwa intertekstual merupakan hakikat suatu teks yang di dalamnya
terdapat teks lain. Drama berasal dari kata draein, yang awalnya dari draomai yang artinya kejadian atau
risalah. Drama pertama kali muncul dari upacara agama yakni, upacara pemujaan terhadap dewa
Dionysos yang dilaksanakan empat kali setahun (Boen,1971 : 14;Soermadjo, 1986). Dalam drama dikenal
prolog, epilog, deus ex machina, dan teks samping Prolog menerangkan atau membeberkan situasi.
Prolog adalah bagian awal. Epilog merupakan bagian akhir, yaitu ketika pengarang mengakhiri cerita.
Deus ex machina adalah peristiwa atau perbuatan yang seolah-olah jatuh dari surga dan disebabkan
intervensi seorang dewa. Teks samping, yaitu petunjuk-petunjuk untuk pementasan yang terdapat di
dalam teks (Luxemburg, 1986: 165-169).

Selanjutnya di Bab 4, penulis menjelaskan dari Abrams sampai Sosiologi Sastra. Pendekatan terhadap
karya sastra oleh Abrams ada 4 yaitu objektif, mimetik, pragmatik, dan ekspresif. Dalam pendekatan
objektif, sastra tidak bersentuhan atau bergantung dengan realitas. Realitas dan sastra tidak saling
bersinggungan. Sedangkan dalam pendekatan mimetik menganggap bahwa adanya hubungan antara
karya sastra dan masyarakat. Pendekatan pragmatik menyadari adanya hubungan karya dengan
pembaca. Pendekatan ekspresif meyakini adanya hubungan karya sastra dengan pengarang. Resepsi
sastra berawal pada ide bahwa sastra memiliki banyak makna. Resepsi sastra ditokohi oleh Roman
Ingarden (Cekoslowakia) dan Vodicka (Polandia). Menurut Segers perbedaan sosiologi sastra dan resepsi
sastra yaitu resepsi sastra lebih fokuss pada hubungan antara teks dengan pembaca. Sedangkan
sosiologi sastra fokus pada hubungan antara pembaca dengan latar belakang sosial mereka. Sosiologi
sastra menurut Wellek & Warren mencakup:

1. Sosiologi pengarang, berisi bagaimana status sosial pengarang.

2. Sosiologi karya sastra, yaitu apa yang tersirat dalam karya sastra dan tujuan karya sastra.
3. Sosiologi sastra, tentang pembaca dan pengaruh sosial karya sastra

Di bab 5, penulis menjelaskan tentang dari Sekolah sampai Liburan. Disini penulis menelaah tentang lagu
“libur telah tiba” oleh Tasya. Hegemoni yang dapat muncul dalam teks ini adalah bahwa sekolah adalah
sebuah dunia yang membosankan dan menyiksa. Membosankan karena sifat kerutinannya sekaligus
tidak mengembangkan nilai-nilai kreatifitas. Menyiksa karena berisi hal-hal yang jauh dari sifat
menyenangkan, misalnya sekedar menghafalkan saja.

Lanjut ke bab 6, penulis memaparkan tentang dari Kritik sampai Perbandingan. Menurut (Pradopo :
1995 : 93) kritik sastra dapat berguna untuk perkembangan ilmu sastra, kesusasteraan, dan sebagai
penerangan kepada masyarakat. kritik sastra merupakan suatu batasan terhadap karya sastra. Menurut
Remak sastra bandingan memiliki arti, Kajian sastra yang melampui batas negara dan membandingkan
sastra dengan seni lain.

Di bab 7, penulis menjelaskan tentang dari Pariyem hingga Firdaus. Spranger (via Suryabrata, 1982: 103)
menggolongkan sifat manusia menjadi enam macam, yaitu manusia: teori, ekonomi, estetis, agamis,
sosial, kuasa. Disini penulis menelaah cerita firdaus dan pariyem dengan memperhatikan sifat sifat
tokohnya beserta teori dari para ahli.

Pada bab 8, penulis menjelaskan tentang Ilmu dan Sastra. ketiga hal tersebut. Pengetahuan adalah
segala macam informasi yang dapat dibedakan menjadi pengetahuan ilmiah dan pengetahuan umum.
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta: sas yang berarti mengarah-kan, mengajar, memberi petunjuk;
serta akhiran tra yang bermakna menunjukkan alat atau sarana. Sastra berarti alat untuk mengajar.
sastra dapat berwujud lisan atau tulisan.

Terakhir di Bab 9, penulis hanya menelaah tentang puisi hujan rintik rintik.

Anda mungkin juga menyukai