Anda di halaman 1dari 29

F1 – Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Penilaian dan Pembinaan Posyandu Dahlia Krajan

Latar Belakang:

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan. Maka dari itu diharapkan dari
kegiatan penilaian dan pembinaan ini dapat meningkatkan inovasi pelayanan di Posyandu Krajan.

Permasalahan:

Beberapa masalah yang ditemui pada Posyandu Krajan antara lain adalah:

1. Belum adanya kegiatan inovasi di Posyandu Dahlia Krajan.

2. Terhambatnya kegiatan posyandu karena pandemi.

3. SK Posyandu tertanggal tahun 2017.

4. Belum ditampilkannya balok SKDN.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/ Tanggal : Rabu, 7 Oktober 2020

2. Waktu : 08.30 s/d 09.30 WIB

3. Tempat : Posyandu Dahlia Krajan

4. Bentuk kegiatan: Sosialisasi penilaian dan pembinaan posyandu

5. Petugas : Dokter pendamping, Dokter internsip, Petugas puskesmas

6. Peserta : Kader Desa Posyandu Dahlia Krajan

7. Metode : Sosialisasi dengan Tanya Jawab dan Diskusi.

8. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan penilaian sesuai protokol
kesehatan.

Pelaksanaan:

Pelaksanaan dilakukan dengan mengumpulkan Kader Desa Posyandu Dahlia Krajan untuk diberikan
sosialisai mengenai penilaian dan pembinaan posyandu.

Sasaran kegiatan ini adalah para Kader sebagai Tokoh Posyandu agar dapat meningkatkan kualitas
pelayanan Posyandu Dahlia Krajan
Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya fungsi dari posyandu sehinnga
dapat menjalankan kegiatan Posyandu dengan lebih baik lagi.

Monitoring/Evaluasi:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Diskusi berjalan dengan baik dan kader pun akan
mengupayakan peningkatan fasilitas Posyandu termasuk Posyandu Dahlia Krajan.

2. Pembinaan UKS SDN 1 Kembang Sari

Latar Belakang:

Usaha Kesehatan Sekolah disingkat UKS adalah program pemerintah sejak tahun 1956 untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah. Melalui Program UKS diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis dan optimal, agar
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Namun sampai saat ini belum semua sekolah
memiliki ruang UKS dan memiliki kegiatan yang melibatkan UKS termasuk SDN 1 Kembang Sari.
Maka dari itu diperlukan pembinaan UKS di SDN 1 Kembang Sari.

Permasalahan:

Masalah yang ditemui pada SDN 1 Kembang Sari antara lain:

1. Belum ada ruang UKS di SDN 1 Kembang Sari

2. Belum adanya kegiatan yang melibatkan UKS di SDN 1 Kembang Sari

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/ Tanggal : Kamis, 8 Oktober 2020

2. Waktu : 08.30 s/d 10.30 WIB

3. Tempat : Ruang Guru SDN 1 Kembang Sari

4. Bentuk kegiatan: Pembinaan UKS

5. Petugas : Dokter internsip dan Petugas puskesmas

6. Peserta : Guru dan Murid di SDN 1 Kembang Sari

7. Metode : Tanya jawab dan diskusi

8. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan pembinaan UKS sesuai protokol
kesehatan.

Pelaksanaan:

Pelaksanaan dilakukan dengan membina guru SDN 1 Kembang Sari agar memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk menjalankan fungsi UKS. Sasaran kegiatan ini adalah para guru SDN 1 Kembang
Sari sebagai pelaku UKS. Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya fungsi
UKS serta dapat membuat agenda kegiatan yang melibatkan UKS

Monitoring/Evaluasi:
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Pembinaan akan dilakukan secara rutin sehingga dapat
memonitoring perkembangan UKS SDN 1 Kembar Sari di setiap kunjungan.

3. Penilaian dan Pembinaan Posyandu Kamboja Curah Suri

Latar Belakang:

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan. Maka dari itu diharapkan dari
kegiatan penilaian dan pembinaan ini dapat meningkatkan inovasi pelayanan di Posyandu Kamboja
Curah Suri.

Permasalahan:

1. Belum adanya kegiatan inovasi di Posyandu Kamboja Curah Suri.

2. Terhambatnya kegiatan posyandu karena pandemi.

3. Masih rendahnya angka timbangan naik.

4. Belum ditampilkannya balok SKDN.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/ Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2020

2. Waktu : 08.30 s/d 09.00 WIB

3. Tempat : Posyandu Kamboja Curah Suri

4. Bentuk kegiatan: Sosialisasi penilaian dan pembinaan posyandu

5. Petugas : Dokter internsip, Petugas puskesmas

6. Peserta : Kader Desa untuk Posyandu Kamboja Curah Suri

7. Metode : Sosialisasi dengan tanya jawab dan diskusi.

8. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan penilaian sesuai protokol
kesehatan.

Pelaksanaan:

Pelaksanaan dilakukan dengan mengumpulkan Kader Desa Posyandu Kamboja Curah Suri untuk
diberikan sosialisai mengenai penilaian dan pembinaan posyandu.

Sasaran kegiatan ini adalah para Kader sebagai Tokoh Posyandu dapat meningkatkan kualitas
pelayanan Posyandu Kamboja Curah Suri
Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya fungsi dari posyandu sehinnga
dapat menjalankan kegiatan Posyandu dengan lebih baik lagi.

Monitoring/Evaluasi:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Diskusi berjalan dengan baik dan kader pun akan
mengupayakan peningkatan fasilitas Posyandu termasuk Posyandu Kamboja Curah Suri. Monitoring
harus dilakukan secara berkala untuk memantau keberlangsungannya kegiatan Posyandu.

4. Pembinaan dan Pemantauan Protokol Kesehatan Pandemi Covid 19 di SDN 1 Kembang Sari

Latar Belakang:

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.
Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di
banyak negara di seluruh dunia terutama di Indonesia. Salah satu cara pemcegahan penularan covid
19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan.

Protokol kesehatan di sekolah saat new normal telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim. Namun proses belajar mengajar tatap muka di sekolah baru
diizinkan bagi lembaga pendidikan yang berada dalam zona. Protokol kesehatan di sekolah
merupakan aturan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit COVID-19 yang diakibatkan
virus Corona di institusi pendidikan. Dalam buku saku Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di
Masa Pandemi COVID-19 yang disusun Kemendikbud, Kemenkes, Kementerian Agama, dan
Kementerian Dalam Negeri pembelajaran tatap muka dilaksanakan melalui dua fase yakni masa
transisi dan masa kebiasaan baru atau new normal. Masa transisi berlangsung selama dua bulan
sejak dimulainya pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. Jadwal pembelajaran mengenai
jumlah hari dalam seminggu dan jumlah jam belajar setiap hari dilakukan dengan pembagian
rombongan belajar (shift) yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan dan keselamatan warga satuan pendidikan. Oleh karena itu perlu dilakukan
sosialisasi dan pembinaan kepada guru-guru di sekolah agar dapat menerapkan protocol kesehatan
di sekolah.

Permasalahan:

Proses belajar-mengajar di SDN 1 Kembang Sari masih belum dilaksanakan di sekolah karena pihak
sekolah belum siap untuk melaksanakan protocol kesehatan di sekolah sehingga kegiatan belaja-
mengajar dilakuakn dengan kunjungan guru-guru ke rumah-rumah siswa. Selain itu di Kecamatan
Jatibanteng sendiri masih terdapat kasus covid 19 yang terkonfirmasi sehingga sekolah masih belum
diizinkan untuk dibuka.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/ Tanggal : Kamis, 8 Oktober 2020

2. Waktu : 08.30 s/d 10.30 WIB

3. Tempat : Ruang Guru SDN 1 Kembang Sari

4. Bentuk kegiatan: Pembinaan guru dan pemantauan kondisi sekolah


5. Petugas : Perwakilan dinas kesehatan, Dokter internsip dan Petugas puskesmas

6. Peserta : Kepala Sekolah dan Guru SDN 1 Kembang Sari

7. Metode : Pembinaan guru dan pemantauan sekolah

Pelaksanaan:

Pelaksanaan dilakukan dengan membina guru SDN 1 Kembang Sari agar memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk menjalankan protocol kesehatan di sekolah. Sasaran kegiatan ini adalah para
guru SDN 1 Kembang Sari. Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya
penerapan protocol kesehatan dan dapat menerapkannya untuk proses pembelajaran mendatang.

Monitoring/Evaluasi:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Pembinaan dan pemantuan akan dilakukan secara rutin
sehingga dapat memonitoring apakah penerapan protocol kesehatan dapat dilaksanakan dengan
baik dan sudah sesuai dengan arahan.

5. Pembinaan Posyandu Tendeh Semambung

Latar Belakang:

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan. Maka dari itu diharapkan dari
kegiatan pembinaan ini dapat meningkatkan inovasi pelayanan di Posyandu Tendeh Semambung.

Permasalahan:

Permasalahan yang dijumpai pada Posyandu Tendeh anatara lain:

1. Belum adanya bangunan khusus untuk posyandu sehingga kegiatan posyandu masih
diadakan di rumah kader

2. Terhambatnya kegiatan posyandu terutama imunisasi karena kondisi pandemi.

3. Masih rendahnya angka timbangan naik.

4. Belum tertatanya meja posyandu sesuai dengan panduan posyandu

5. Tidak adanya kegiatan inovasi di posyandu

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/ Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2020

2. Waktu : 09.00 s/d 11.00 WIB

3. Tempat : Rumah kader Posyandu Tendeh Semambung


4. Bentuk kegiatan: Pembinaan posyandu

5. Petugas : Dokter internsip, Petugas puskesmas

6. Peserta : Kader Posyandu Tendeh Semambung

Pelaksanaan:

Pelaksanaan dilakukan pada hari Kamis 15 Oktober 2020, dimulai pukul 09.00 WIB dengan
mengumpulkan Kader Posyandu Tendeh Semambung untuk diberikan sosialisai mengenai penilaian
dan pembinaan posyandu. Kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan posyandu yaitu
penimbangan anak dan pemberian obat kepada anak sakit dan lansia. Sasaran kegiatan ini adalah
para Kader sebagai Tokoh Posyandu agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan Posyandu Tendeh
Semambung.

Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya fungsi dari posyandu sehingga
dapat mempersiapkan dan menjalankan kegiatan Posyandu dengan lebih baik lagi.

Monitoring/Evaluasi:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Diskusi berjalan dengan baik dan kader pun akan
mengupayakan peningkatan fasilitas Posyandu Tendeh Semambung. Monitoring harus dilakukan
secara berkala untuk memantau keberlangsungannya kegiatan Posyandu. Advokasi juga perlu
dilakukan ke pemegang wewenang agar dapat mengusahakan didirikannya bangunan khusus untuk
Posyandu Tendeh.

F2 – Upaya Kesehatan Lingkungan


1. Penyuluhan PHBS di Ponkesdes Jatibanteng

Latar Belakang:

PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat. Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat
mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

Minimnya pelaksanaan PHBS dalam aktivitas sehari-hari akhirnya berdampak pada timbulnya
penyakit menular dan tidak menular. Meski penerapannya terkesan sederhana, masih banyak
masyarakat yang mengabaikan peran PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu
dilaksanakan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang penting penerapan PHBS
terutama di lingkungan keluarga.

Permasaahan:

Tidak diterapkannya PHBS menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyakit menular maupun
tidak menular. Di Desa Jatibanteng sendiri, penerapan PHBS masih tergolong cukup rendah,
terutama pada keluarga dengan kondisi sosio-ekonomi yang terbilang masih kurang. Tidak adanya
jamban sehat, sumber air yang bersih dan masih kurangnya kebiasaan mencuci tangan merupakan
salah satu masalah yang paling sering dihadapi.
Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Senin/31 Agustus 2020

2. Lokasi : Ponkesdes Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Penyuluhan mengenai PHBS kepada ibu dan kader yang datang

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Penyuluhan mengenai PHBS

6. Media/Sarana : Penyuluhan mengenai PHBS menggunakan lembar balik PHBS

7. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan penyuluhan langsung secara
lisan seputar materi sesuai protokol kesehatan

Pelaksanaan:

Pemberian penyuluhan kepada ibu dan kader di Ponkesdes Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 31 Agustus 2020, dimulai pukul 10.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh Petugas
puskesmas, ibu dan kader desa Krajan di ponskesdes Jatibanteng.

Sasaran kegiatan ini adalah para ibu dan kader, diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat lebih
memahami terhadap pentingnya menerapkan PHBS.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Respon ibu cukup baik. Meskipun dampak program ini
belum dapat diketahui secara langsung, maka diperlukan follow - up secara berkala, dengan
melakukan surveilans dan penilaian secara langsung ke rumah-rumah masyarakat. Dengan kegiatan
ini diharapkan masyarakat lebih memahami terhadap pentingnya menerapkan PHBS dan mulai
menerapkan PHBS setidaknya dimulai dari diri sendiri.

2. Edukasi PHBS pada Keluarga di Desa Jatibanteng

Latar Belakang:

PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat. Manfaat menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan
keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga
antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena
penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan
manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola
hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

Minimnya pelaksanaan PHBS dalam aktivitas sehari-hari akhirnya berdampak pada timbulnya
penyakit menular dan tidak menular. Meski penerapannya terkesan sederhana, masih banyak
masyarakat yang mengabaikan peran PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu
dilaksanakan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang penting penerapan PHBS
terutama di lingkungan keluarga.
Permasaahan:

Tidak diterapkannya PHBS menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyakit menular maupun
tidak menular. Di Desa Jatibanteng sendiri, penerapan PHBS masih tergolong cukup rendah,
terutama pada keluarga dengan kondisi sosio-ekonomi yang terbilang masih kurang. Tidak adanya
jamban sehat, sumber air yang bersih dan masih kurangnya kebiasaan mencuci tangan merupakan
salah satu masalah yang paling sering dihadapi.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Rabu/7 Oktober 2020

2. Lokasi : Rumah-rumah warga desa Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Edukasi mengenai PHBS kepada anggota keluarga

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Edukasi mengenai PHBS secara langsung di rumah warga

6. Media/Sarana : Edukasi mengenai PHBS

7. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan edukasi langsung secara lisan
seputar materi sesuai protokol kesehatan

Pelaksanaan:

Pemberian edukasi PHBS kepada keluarga di Desa Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 7 Oktober 2020, dimulai pukul 09.30 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh Petugas puskesmas, kader
desa dan setiap keluarga yang rumahnya dikunjungi.

Sasaran kegiatan ini adalah anggota keluarga terutama orang tua, diharapkan melalui kegiatan ini
masyarakat lebih memahami terhadap pentingnya menerapkan PHBS.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Meskipun dampak program ini belum dapat diketahui
secara langsung, maka diperlukan follow - up secara berkala, dengan melakukan surveilans dan
penilaian secara langsung ke rumah-rumah. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat lebih
memahami terhadap pentingnya menerapkan PHBS dan mulai menerapkan PHBS setidaknya dimulai
dari diri sendiri.

3. Pemeriksaan Jamban Sehat pada Kunjungan IKS di Desa Jatibanteng

Latar Belakang:

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri
atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Untuk bisa hidup
sehat, baiknya setiap individu mengenal konsep dan pengertian jamban sehat. Dengan memiliki
jamban yang sehat, maka akan membantu individu si pemakai jamban terhindari dari berbagai
macam penyakit. Adapun tujuan dari penggunaan jamban di antaranya seperti digunakan untuk
menjaga lingkungan agar tetap bersih, sehat dan tidak berbau; tidak mencemari sumber air yang ada
di sekitarnya. Selain itu, jamban juga digunakan agar tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga yang dapat menjadi penular penyakit. Beberapa jenis penyakit yang dapat ditimbulkan dari
lalat atau serangga yaitu diare, kolera disentri, thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit serta keracunan. Diketahui, penyakit diare di Indonesia merupakan penyakit dengan
angka kesakitan dan kematian bayi dan balita terbesar. Penyakit diare sendiri disebabkan oleh
bakteri yang terkandung di dalam kotoran manusia. Bagaimana bakteri tersebut bisa menulari
manusia yaitu melalui pola kebiasaan manusia yang salah salah satunya karena tidak menggunakan
jamban yang sehat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantuan dan edukasi mengenai jamban yang
sehat kepada masyarakat.

Permasaahan:

Di Desa Jatibanteng sendiri angka kejadian diare masih tergolong tinggi. Salah satu masalah
penyebabnya adalah karena masih rendahnya penggunaan jamban sehat di rumah-rumah dan
ketidaktersediaannya jamban sehat yang memenuhi kriteria. Selain itu, karena kondisi
perekonomian yang rendah, masih banyak keluarga yang tidak memiliki jamban sehat dan masih
menggunakan jamban bersama.

Perencanaan:

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka direncanakan pemantauan dan pemeriksaan jamban


sehat di rumah-rumah ketika kunjungan IKS

1. Hari/Tanggal : Rabu, 7 Oktober 2020

2. Lokasi : Rumah-rumah warga di Desa Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Pemantauan jamban sehat

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Tanya jawab dengan anggota keluarga mengenai ketersediaan jamban

Pelaksanaan:

Kegiatan IKS dilaksanakan pada Rabu, tanggal 7 Oktober 2020, dimulai pukul 09.30 WIB. Kegiatan ini
dilakukan dengan kunjungan ke rumah warga yang terdaftar pada program IKS yang termasuk
keluarga pra sehat dan tidak sehat. Selama kunjungan, warga yang memiliki penyakit diperiksa dan
diberikan obat dan kemudian dilakukan tanya jawab mengenai ketersediaan jamban dan kondisi
jamban di rumah.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Respons warga cukup baik, ditunjukkan dengan aktifnya
peserta dalam bertanya selama proses tanya jawab. Diperlukan follow - up secara berkala, dengan
sering mengontrol jamban-jamban. Kegiatan ini diharapkan dapat berdampak kepada para peserta
untuk lebih memerhatikan kondisi jambannya.

4. Edukasi PHBS pada Keluarga di Desa Curah Suri

Latar Belakang:

PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat. Manfaat menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan
keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga
antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena
penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan
manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola
hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

Minimnya pelaksanaan PHBS dalam aktivitas sehari-hari akhirnya berdampak pada timbulnya
penyakit menular dan tidak menular. Meski penerapannya terkesan sederhana, masih banyak
masyarakat yang mengabaikan peran PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu
dilaksanakan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang penting penerapan PHBS
terutama di lingkungan keluarga.

Permasaahan:

Tidak diterapkannya PHBS menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyakit menular maupun
tidak menular. Di Desa Curah Suri sendiri, penerapan PHBS masih tergolong cukup rendah, terutama
pada keluarga dengan kondisi sosio-ekonomi yang terbilang masih kurang. Tidak adanya jamban
sehat, sumber air yang bersih dan masih kurangnya kebiasaan mencuci tangan merupakan salah satu
masalah yang paling sering dihadapi.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Sabtu/10 Oktober 2020

2. Lokasi : Rumah-rumah warga desa Curah Suri

3. Bentuk kegiatan: Edukasi mengenai PHBS kepada anggota keluarga

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Edukasi mengenai PHBS secara langsung di rumah warga

6. Media/Sarana : Edukasi mengenai PHBS

7. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan edukasi langsung secara lisan
seputar materi sesuai protokol kesehatan

Pelaksanaan:

Pemberian edukasi PHBS kepada keluarga di Desa Curah Suri ini dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 10 Oktober 2020, dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh Petugas puskesmas,
kader desa dan setiap keluarga yang rumahnya dikunjungi.

Sasaran kegiatan ini adalah anggota keluarga terutama orang tua, diharapkan melalui kegiatan ini
masyarakat lebih memahami terhadap pentingnya menerapkan PHBS.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Meskipun dampak program ini belum bisa dinilai secara
langsung, maka diperlukan follow - up secara berkala, dengan melakukan surveilans dan penilaian
secara langsung ke rumah-rumah. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat lebih memahami
terhadap pentingnya menerapkan PHBS dan mulai menerapkan PHBS setidaknya dimulai dari diri
sendiri.
5. Pemeriksaan Jamban Sehat dan Sanitasi Lingkungan pada Kunjungan IKS di Desa Curah Suri

Latar Belakang:

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri
atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Untuk bisa hidup
sehat, baiknya setiap individu mengenal konsep dan pengertian jamban sehat. Dengan memiliki
jamban yang sehat, maka akan membantu individu si pemakai jamban terhindari dari berbagai
macam penyakit. Adapun tujuan dari penggunaan jamban di antaranya seperti digunakan untuk
menjaga lingkungan agar tetap bersih, sehat dan tidak berbau; tidak mencemari sumber air yang ada
di sekitarnya. Selain itu, jamban juga digunakan agar tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga yang dapat menjadi penular penyakit. Beberapa jenis penyakit yang dapat ditimbulkan dari
lalat atau serangga yaitu diare, kolera disentri, thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit serta keracunan. Diketahui, penyakit diare di Indonesia merupakan penyakit dengan
angka kesakitan dan kematian bayi dan balita terbesar. Penyakit diare sendiri disebabkan oleh
bakteri yang terkandung di dalam kotoran manusia. Bagaimana bakteri tersebut bisa menulari
manusia yaitu melalui pola kebiasaan manusia yang salah salah satunya karena tidak menggunakan
jamban yang sehat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantuan dan edukasi mengenai jamban yang
sehat kepada masyarakat.

Permasaahan:

Di Desa Curah Suri sendiri angka kejadian diare masih tergolong tinggi. Salah satu masalah
penyebabnya adalah karena masih rendahnya penggunaan jamban sehat di rumah-rumah dan
ketidaktersediaannya jamban sehat yang memenuhi kriteria. Selain itu, karena kondisi
perekonomian yang rendah, masih banyak keluarga yang tidak memiliki jamban sehat dan masih
menggunakan jamban bersama.

Perencanaan:

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka direncanakan pemantauan dan pemeriksaan jamban


sehat di rumah-rumah ketika kunjungan IKS

1. Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2020

2. Lokasi : Rumah-rumah warga di Desa Curah Suri

3. Bentuk kegiatan: Pemantauan jamban sehat

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Tanya jawab dan edukasi dengan anggota keluarga mengenai jamban sehat

Pelaksanaan:

Kegiatan IKS dilaksanakan pada Sabtu, tanggal 10 Oktober 2020, dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan
ini dilakukan dengan kunjungan ke rumah warga yang terdaftar pada program IKS yang termasuk
keluarga pra sehat dan tidak sehat. Selama kunjungan, warga yang memiliki penyakit diperiksa dan
diberikan obat dan kemudian dilakukan tanya jawab mengenai ketersediaan jamban dan kondisi
jamban di rumah.

Monitring:
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Respons warga cukup baik, ditunjukkan dengan aktifnya
peserta dalam bertanya selama proses tanya jawab. Diperlukan follow - up secara berkala, dengan
sering mengontrol jamban-jamban. Kegiatan ini diharapkan dapat berdampak kepada para peserta
untuk lebih memerhatikan kondisi jambannya.

F3 – Upaya KIA dan KB


1. Pemeriksaan ANC Ibu hamil di Ponkesdes Jatibanteng

Latar Belakang:

Kehamilan adalah masa sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin yang berlangsung sekitar
280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Kehamilan atau persalinan pada seorang wanita dewasa
adalah suatu hal yang wajar karena merupakan proses alami, tetapi bukan berarti tidak ada resiko.
Kehamilan beresiko merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi
yang lebih besar baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Sekitar
20-30% dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada ibu hamil resiko tinggi, diantaranya adalah anemia, janin kecil, prematur, ketuban pecah dini,
gestasional diabetes, tekanan darah tinggi, placenta previa, hidramnion, penyakit rhesus, kehamilan
post term, kehamilan ganda, kehamilan ektopik, keguguran dan kematian janin. Oleh sebab itu,
dibutuhkan ANC untuk para ibu hamil agar bilamana ada penyakit yang tidak diketahui saat ibu
sedang hamil dapat langsung ditangani.

Permasaahan:

Selama proses persalinan setiap ibu hamil akan menghadapi kegawatan baik ringan atau berat yang
dapat memberikan bahaya terjadinya kesakitan atau kematian bagi ibu dan atau bayi. Di Desa
Jatibanteng sendiri sebagian masyarakat sering kali target pemeriksaan tidak tercapai dikarenakan
pengetahuan dan sarana yang belum memadai, masyarakat hanya berfokus pada persalinan saja
sedangkan peristiwa sebelum persalinan tidak banyak mendapat perhatian.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Senin /31 Agustus 2020

2. Lokasi : Ponkesdes Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: ANC Ibu Hamil dengan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesis

4. Petugas : Dokter internsip

5. Metode : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik

6. Media/Sarana : Pemeriksaan lengkap ibu hamil dan pengisian buku pink ibu hamil.

7 Jumlah Pasien : 1

Pelaksanaan:

Pemeriksaan ibu hamil di Ponkesdes Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 31 Agustus
2020, di ruang pemeriksaan. Kegiatan ini diikuti oleh 1 ibu yang sedang hamil. Pasien dianamnesis
dan dilakukan pemeriksaan fisik dan terakhir akan dipaparkan materi mengenai gizi dan tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan lancar. Feedback pasien
pun sangat baik dan banyak bertanya kepada dokter internsip mengenai kehamilannya. Pemeriksaan
akan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

2. Edukasi IMD dan Cara Menyusui yang Baik dan Benar

Latar belakang:

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan proses menyusu yang dilakukan segera setelah bayi baru
saja dilahirkan atau setidaknya satu jam pertama setelah bayi dilahirkan. Proses Insisiai Menyusui
Dini (IMD) menjadi aktivitas alami yang dilakukan bayi baru lahir dalam mencari payudara ibu.
Dalam proses ini, bayi akan diletakkan di dada ibu dan dibiarkan mencari payudara ibu untuk
mendapatkan kolostrum yang bermanfaat melindunginya dari bakteri. Kolustrum dianggap sebagai
pemasok imunitas untuk tubuh bayi. Proses IMD dan cairan kolostrum memang sangat dibutuhkan
oleh bayi baru lahir.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan angka IMD di Indonesia di bawah satu
jam kelahiran sebesar 29,3%. Angka ini memang mengalami kenaikan bila mengacu pada data
Riskesda 2013 sebesar 34,5%. Kenaikan angka IMD di Indonesia masih belum seberapa, menurut
data UNICEF pada 2013 angka IMD di Indonesia masih jauh di bawah standar dibandingkan
prevalensi waktu proses IMD di negara Asia Tenggara lainnya seperti di Myanmar 76%, Thailand
50%, dan Filipina 54%. Oleh sebab itu, perlu dilakukan edukasi penyampaian pentingnya IMD untuk
membantu meningkatkan angka IMD di Indonesia dan mengingkatkan kesehatan bayi baru lahir.

Permasalahan:

Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan


masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya IMD. Selain itu juga masih kurang pemahaman
mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar. Pemberian penyuluhan IMD dan cara menyusui
yang baik dan benar perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi
masyarakat khususnya wanita usia subur dan juga ibu hamil.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

Hari/Tanggal : Rabu/26 Agustus 2020

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Kantor Sekretariat Desa patemon

Kegiatan : Kelas Ibu Hamil (Penyuluhan ASI Eksklusif)

Jumlah Peserta : 10

Pelaksanaan:

Edukasi dilakukan pada kegiatan kelas ibu hamil di Desa Patemon pada hari Rabu, tanggal 26 Agustus
2020. Kegiatan ini diikuti oleh 10 ibu hamil. Edukasi dilakukan dengan cara penyampaian secara lisan
dan praktik cara menyusui yang baik dan benar menggunakan media boneka yang diperagakan
secara langsung oleh petugas puskesmas dan dicontoh oleh para peserta.

Monitoring:

Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dan tampak antusiasme dari peserta penyuluhan.
Penyuluhan dilakukan oleh dua pemateri yaitu dokter internship dan juga bidan dari bagian KIA
Puskesmas Jatibanteng.

3. Pemeriksaan ANC Ibu hamil di Puskesmas Jatibanteng

Latar Belakang:

Kehamilan adalah masa sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin yang berlangsung sekitar
280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Kehamilan atau persalinan pada seorang wanita dewasa
adalah suatu hal yang wajar karena merupakan proses alami, tetapi bukan berarti tidak ada resiko.
Kehamilan beresiko merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi
yang lebih besar baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Sekitar
20-30% dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada ibu hamil resiko tinggi, diantaranya adalah anemia, janin kecil, prematur, ketuban pecah dini,
gestasional diabetes, tekanan darah tinggi, placenta previa, hidramnion, penyakit rhesus, kehamilan
post term, kehamilan ganda, kehamilan ektopik, keguguran dan kematian janin. Oleh sebab itu,
dibutuhkan ANC untuk para ibu hamil agar bilamana ada penyakit yang tidak diketahui saat ibu
sedang hamil dapat langsung ditangani.

Permasaahan:

Selama proses persalinan setiap ibu hamil akan menghadapi kegawatan baik ringan atau berat yang
dapat memberikan bahaya terjadinya kesakitan atau kematian bagi ibu dan atau bayi. Di Desa
Jatibanteng sendiri sebagian masyarakat sering kali target pemeriksaan tidak tercapai dikarenakan
pengetahuan dan sarana yang belum memadai, masyarakat hanya berfokus pada persalinan saja
sedangkan peristiwa sebelum persalinan tidak banyak mendapat perhatian. Selain itu, karena kondisi
sosial dan ekonomi yang masih kurang baik, banyak ibu hamil yang belum mendapatkan kebutuhan
nutrisi yang mencukupi selama kehamilan.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Selasa/25 Agustus 2020

2. Lokasi : KIA Puskesmas jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: ANC Ibu Hamil dengan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesis

4. Petugas : Dokter internsip dan bidan

5. Metode : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Laboratorium

6. Media/Sarana : Pemeriksaan lengkap ibu hamil dan pengisian buku pink ibu hamil.

7 Jumlah Pasien : 3

Pelaksanaan:
Pemeriksaan ibu hamil di Puskesmas Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25
Agustus 2020, di ruang KIA yang dimulai pukul 08.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh ibu yang sedang
hamil usia trisemester 1 hingga 3. Sasaran kegiatan ini adalah para ibu hamil. Peserta dianamnesis
dan dilakukan pemeriksaan fisik dan terakhir akan dipaparkan materi mengenai gizi dan tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan. Selain itu peserta juga dibekalkan tablet Fe dan Kalk sesuai dengan
kebutuhan dan diberi obat bila memiliki keluhan dalam kehamilannya.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan lancar. Feedback pasien
pun baik dan bertanya kepada dokter internsip mengenai kehamilannya. Pemeriksaan kehamilan
akan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

4. Pemasangan KB Implan di Puskesmas Jatibanteng

Latar Belakang:

Setiap kehamilan seharusnya direncanakan dan diinginkan. Namun pada kenyataannya banyak
pasangan suami istri yang tidak dapat memenuhi kondisi tersebut. Oleh karena itu penting untuk
merencanakan kehamilan dan menentukan jumlah anak dari sejak awal pernikahan melalui program
Keluarga Berencana (KB).

Pengaturan jarak kehamilan dan perencanaan jumlah anak dapat dilakukan dengan mengikuti
program Keluarga Berencana (KB). Salah satu tujuan ber KB untuk menghindari "empat terlalu",
yaitu terlalu sering melahirkan (lebih dari 2 anak), terlalu dekat jarak antarkehamilan (kurang dari 2
tahun), usia terlalu muda saat hamil (kurang dari 20 tahun), dan usia terlalu tua saat hamil (lebih dari
35 tahun). Karena keempat kondisi tersebut dapat menyebabkan kehamilan yang berisiko. Oleh
karena itu, perlu dilalkukan program penggunaan KB, salah satu metode KB yang masih digunakan
adalah KB implant.

Permasaahan:

Kehamilan yang tidak direncenakan, dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah pada suami
dan istri. Salah satu masalah yang utama pada kehamilan yang tidak direncanakan disebabkan
karena 4 terlalu yang dapat menyebabkan kehamilan berisiko tinggi pada Ibu yang dapat
membahayakan kondisi ibu dan janin. Di Jatibanteng sendiri, masih banyak pasangan suami istri
yang memiliki jumlah anak lebih dari 2 dan memiliki jarak kehamilan yang terlalu dekat, namun
penggunaan KB pil masih kurang efektif karena kurangnya kepatuhan dalam meminum pil KB.
Sehingga perlu dilakukan program KB yang dapat membantu keluarga dan mudah dalam
pengontrolannya.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Selasa/22 September 2020

2. Lokasi : KIA Puskesmas jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Lepas pasang KB implan

4. Petugas : Dokter internsip dan bidan

5. Metode : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan lepas pasang KB implan


6. Media/Sarana : KB implan

7 Jumlah Pasien : 2

Pelaksanaan:

Kegiatan lepas pasang KB implant di Puskesmas Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 22 September 2020, di ruang KIA. Kegiatan ini diikuti oleh ibu yang sudah menggunakan KB
implant dan perlu memperbaharui KBnya. Sasaran kegiatan ini adalah para ibu yang memiliki indikasi
untuk menggunakan KB. Peserta dianamnesis dan dilakukan pemeriksaan fisik dan terakhir dilakukan
lepas pasang KB implan. Selain itu peserta juga diberi edukasi mengenai efek samping dari KB yang
mungkin terjadi dan keuntungan dari KB yang digunakan.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Tindakan lepas pasang KB implant dapat terlaksanad
dengan baik tanpa terjadinya hambatan dan respon dari pasien pun baik. Pemasangan KB implant
merupakan salah satu program puskesmas yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


1. Pengukuran BB dan TB di Ponkesdes Jatibanteng

Latar Belakang:

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan
tumbuh kembang anak.

Permasaahan:

Dari latar belakang, diketahui beberapa masalah yang didapatkan di lapangan adalah:

- Kurangnya pemahaman masyarakat terutama ibu balita tentang pentingnya memantau tumbuh
kembang anak yang ideal

- Kurangnya pengetahuan ibu tentang upaya untuk meningkatkan tumbuh kembang anak sejak dini

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Senin/31 Agustus 2020

2. Lokasi : Ponkesdes Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Pengukuran TB dan BB pada Anak d Ponkesdes

4. Petugas : Dokter internsip, Petugas puskesmas, Kader desa

5. Metode : Pengukuran TB dan BB


6. Media/Sarana : Pengukuran TB dan BB dengan alat timbang

7. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan Pengukuran TB dan BB dengan
alat timbang dan alat ukur sesuai protokol kesehatan

Pelaksanaan:

Pengukuran TB dan BB pada Anak di Ponkesdes Desa Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 31 Agustus 2020, dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh kader dan warga
terutama ibu - ibu yang memiliki anak balita.

Sasaran kegiatan ini adalah para pengunjung yang membawa bayi dan anak di ponkesdes.

Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya pemantauan tumbuh kembang
yang ideal pada anak.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Namun tidak sedikit Ibu tidak membawa balita ke
Posyandu secara rutin. Banyak alasan ibu tidak membawa balita kembali ke Posyandu, misalnya
karena kesibukan bagi Ibu-ibu balita yang bekerja. Diharapkan agar kegiatan ini memiliki daya
partisipasi yang semakin meningkat dan mampu memberikan dampak positif bagi para balita dan ibu
rumah tangga.

2. Penyuluhan ASI Eksklusif

Latar belakang:

ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI, maka
Departemen Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33
tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. ASI sudah
diketahui keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak menyusui bayinya secara
eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu menyusui
yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Pola asuh anak ini
dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai gizi. ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI pada bayi
dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, obat-obatan dan Vitamin
atau air mineral. ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan.
Menurut WHO/ UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik dan benar adalah
menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
sampai usia 2 tahun. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

Permasalahan:

Permasalahan yang masih sering terjadi adalah masih ada bayi gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Jatibanteng karena bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Salah satu penyebab utama dari gizi buruk
yang terjadi pada bayi adalah kurangnya asupan nutrisi. Nutrisi yang lengkap untuk bayi berusia 0- 6
bulan dapat diperoleh dari ASI. Penybabnya antara lain kurangnya pengetahuan Ibu, rendahnya
pendidikan Ibu, faktor social ekonomi dan pernikahan yang terlalu dini, sehingga ibu tidak siap untuk
mengurus bayi nya.

Perencanaan:
Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarkat luas merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan. Penyuluhan kali ini
sasarannya adalah seluruh ibu hamil yang berada di Desa Patemon. Media yang digunakan berupa
poster berisi informasi mengenai ASI eksklusif.

Pelaksanaan:

Hari/Tanggal : Rabu/26 Agustus 2020

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Kantor Sekretariat Desa patemon

Kegiatan : Kelas Ibu Hamil (Penyuluhan ASI Eksklusif)

Monitoring:

Penyuluhan berjalan lancar dan peserta tampak antusias, terbukti dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan dari peserta yang berhubungan dengan materi. Melalui kegiatan penyuluhan ini
diharapkan para ibu dapat mengerti dan memahami manfaat dari pentingnya pemberian ASI
Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Karena disamping segala kebaikan dan manfaat ASI bagi bayi itu
sendiri, ASI Eksklusif juga dapat membantu menurunkan angka gizi buruk.

3. Pemberian Vitamin A pada Anak di Desa Krajan

Latar Belakang:

Bulan Februari dan Agustus adalah bulan vitamin A. Di kedua bulan ini anak bisa mendapatkan
berupa suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan
Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Manfaat Pemberian Vitamin A untuk
anak adalah Vitamin A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah
merah, sel limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh. Adapun vitamin A juga bisa
mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan. Kapsul vitamin A ini bisa
didapatkan di fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Poskesdes/Polindes, Balai
Pengobatan, Praktek Dokter, Bidan Praktek Swasta atau Posyandu dengan gratis.

Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP)
atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini
vitamin A. Anak yang menderita kurang vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan akut, campak, cacar air,diare dan infeksi lain karena daya tahan anak menurun.
Namun masalah kekurangan vitamin A dapat juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu tentang gizi yang baik.
Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin A. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pemberian suplemen vitamin A secara rutin kepada bayi dan anak secara rutin dan
berkesinambungan.

Permasaahan:

Dari latar belakang, diketahui beberapa masalah yang didapatkan di lapangan adalah kurangnya
pehamahan masyarakat terutama ibu balita tentang pentingnya vitamin A untuk tumbuh kembang
anak yang ideal, masih adanyanya gizi kurang, masih banyaknya angka kejadian infeksi dan masih
rendahnya kondisi sosio-ekonomi di Desa Krajan Jatibanteng sehingga masih banyak keluarga yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi anaknya secara ideal untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Senin/31 Agustus 2020

2. Lokasi : Ponkesdes Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Pemberian Vitamin A pada Anak di Ponkesdes

4. Petugas : Dokter internsip, Petugas puskesmas, Kader desa

5. Metode : Pemberian Vitamin A dengan dosis sesuai usia kepada anak di Ponkesdes

6. Media/Sarana : Pengukuran TB dan BB dengan alat timbang

Pelaksanaan:

Pemberian Vitamin A pada Anak dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 31 Agustus 2020, di
Ponkesdes Jatibanteng dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh kader dan warga terutama
ibu - ibu yang membawa anaknya.

Sasaran kegiatan ini adalah para pengunjung yang membawa bayi dan anak di ponkoesdes.

Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa pentingnya pemberian vitamin A untuk
membantu tumbuh kembang yang optimal pada anak.

Monitoring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Namun tidak sedikit Ibu tidak membawa anak ke
Posyandu secara rutin. Banyak alasan ibu tidak membawa balita kembali ke Posyandu, misalnya
karena kesibukan bagi Ibu-ibu balita yang bekerja. Diharapkan agar kegiatan ini memiliki daya
partisipasi yang semakin meningkat dan mampu memberikan dampak positif bagi para bayi dan anak
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal.

4. Edukasi Garam Beryodium di Desa Patemon

Latar Belakang:

Yodium merupakan unsur mineral yang menjadi nutrisi penting bagi tubuh. Yodium menjaga fungsi
tiroid tetap stabil. Adapun, hormon tiroid berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak dan sistem
saraf selama masa pertumbuhan anak sejak dari dalam kandungan. Defisiensi (kekurangan) yodium
pada ibu hamil, bila sudah parah, dapat berdampak pada retardasi kesehatan dan pertumbuhan
yang terhambat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mendorong upaya pencegahan defisiensi yodium melalui
fortifikasi yodium pada bahan pangan karena dapat mencegah masalah stunting. Fenomena stunting
di Indonesia sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pada 2013 37% anak Indonesia dibawah
usia 5 tahun atau lebih kurang 9 juta anak mengalami stunting. Pemerintah Indonesia telah
melakukan akselerasi demi mencegah stunting, bahkan pencegahan stunting telah menjadi
komitmen nasional. Pada tahun 2018, telah terjadi penurunan stunting yakni 30.8% Oleh karena itu,
perlu dilakukan edukasi pentingnya mengonsumsi garam beryodium terutama pada ibu hamil.
Permasalahan:

Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan


masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya mengkonsumsi garam beyodium. Kebanyakan ibu di
Desa Patemon masih mengonsumsi garam tanpa iodium karena ketidaktahuan dan tidak bisa
membedakan garam yang beryodium dan tidak. Selain itu juga masih kurang pemahaman mengenai
cara penyimpanan dan cara memasak menggunakan garam beryodium agar kandungannya tidak
berkurang.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

Hari/Tanggal : Rabu/26 Agustus 2020

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Kantor Sekretariat Desa patemon

Kegiatan : Kelas Ibu Hamil (Penyuluhan ASI Eksklusif)

Jumlah Peserta : 10

Pelaksanaan:

Edukasi dilakukan diakhir acara kegiatan kelas ibu hamil di Desa Patemon pada hari Rabu, tanggal 26
Agustus 2020. Kegiatan ini diikuti oleh 10 ibu hamil. Edukasi dilakukan dengan cara penyampaian
secara lisan dan dengan menunjukan perbedaan garam beryodium dan tanpa iodium secara
langsung di depan peserta oleh petugas puskesmas dan dilakukan penyetesan kepada peserta cara
membedakannya.

Monitoring:

Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dan tampak antusiasme dari peserta penyuluhan,
peserta juga aktif bertanya mengenai perbedaan garam beryodium dan ikut berpartisipasi dalam
latihan cara membedakan garam beryodium dan tidak. Meskipun dampak program ini belum dapat
diketahui secara langsung, maka diperlukan follow - up secara berkala, dengan melakukan skrining
tumbuh kembang pada anak dan pemantauan dalam konsumsi garam meryodium pada keluarga.

5. Pengukuran BB dan TB di Posyandu Tendeh Semambung

Latar Belakang:

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan
tumbuh kembang anak.

Permasaahan:
Beberapa masalah yang dijumpai di Posyandu Tendeh Semambung adalah masih adanya anak
dengan status gizi kurang dan gizi buruk. Salah satu alasannya adalah karena kurangnya asupan
nutrisi anak terutama asupan buah dan protein. Selain itu masih ada ibu yang memberikan makanan
kepada bayi di bawah 6 bulan yang seharusnya mendapatkan ASI eksklusif.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober2020

2. Lokasi : Rumah Kader Posyandu Tendeh Semambung

3. Bentuk kegiatan: Pengukuran TB dan BB kepada anak di Posyandu Tendeh

4. Petugas : Dokter internsip, Petugas puskesmas, Kader desa

5. Metode : Pengukuran TB dan BB

6. Media/Sarana : Pengukuran TB dan BB dengan alat timbang

7. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan Pengukuran TB dan BB dengan
alat timbang dan alat ukur sesuai protokol kesehatan

Pelaksanaan:

Pengukuran TB dan BB pada Anak di Posyandu Tendeh Semambung ini dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 15 Oktober 2020, dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh kader dan warga
terutama ibu - ibu yang memiliki anak balita. Sasaran kegiatan ini adalah bayi dan anak yang
terdaftar di Posyandu Tendeh Semambung. Dari kegiatan ini diharapkan peserta mengerti betapa
pentingnya pemantauan tumbuh kembang yang ideal pada anak dan nilai gizi anak dapat meningkat.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Namun beberapa ibu dan anak datang terlambat dengan
alasan karena kesibukan bagi Ibu-ibu balita yang bekerja. Diharapkan agar kegiatan ini memiliki daya
partisipasi yang semakin meningkat dan mampu memberikan dampak positif bagi kondisi gizi para
balita dan anak.

F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular


1. Imunisasi di Ponkesdes Jatibanteng

Latar Belakang:

Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi pembangunan
kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program imunisasi mengacu kepada
konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam pembangunan kesehatan yaitu upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Program imunisasi sebagai salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular yang telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya
ini merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977, upaya
imunisasi dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan
penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu tuberculosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus dan hepatitis B.
Permasaahan:

Dari latar belakang, diketahui beberapa masalah yang didapatkan di lapangan adalah:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang proses penularan penyakit dan pencegahannya


dengan imunisasi.

2. Masih adanya anak yang terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/Tanggal : Senin/31 Agustus 2020

2. Lokasi : Ponkesdes Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Pemberian Imunisasi kepada bayi dan anak di Ponkesdes Jatibanteng

4. Petugas : Dokter internsip, Petugas puskesmas

5. Metode : Pemberian Imunisasi kepada bayi dan anak di Ponkesdes Jatibanteng

6. Media/Sarana : Pemberian imunisasi sesuai dengan tata cara pemberian vaksin dan
edukasi langsung secara lisan

7. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan vaksinasi dan edukasi langsung
secara lisan seputar materi sesuai protokol kesehatan

Pelaksanaan:

Pemberian Imunisasi pada bayi dan anak di Ponkesdes Jatibanteng ini dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 31 Agustus 2020, dimulai pukul 09.00-11.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh Petugas
puskesmas, dan bayi dan anak yang belum diberikan vaksinasi.

Sasaran kegiatan ini adalah para bayi dan anak yang belum dilakukan imunisasi di desa Jatibanteng
yang telah dijadwalkan, diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat lebih memahami terhadap
pentingnya melaksanakan imunisasi.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Respons orang tua cukup baik, ditunjukkan dengan
partisipasi aktif saat kegiatan dengan saling tanya jawab saat diberikan edukasi seputar imunisasi.
Meskipun dampak program ini belum dapat diketahui secara langsung, maka diperlukan follow - up
secara berkala, dengan melakukan skrining kesehatan pada anak yang telah diberikan imunisasi.
Kegiatan ini diharapkan para orangtua peserta lebih memahami terhadap hal - hal seputar imunisasi
pada anak.

2. Pemeriksaan Tekanan Darah dan Gula Darah Sewaktu pada Kunjungan IKS di Desa Jatibanteng

Latar Belakang:

Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Transisi
epidemiologis telas terjadi secara signifikan selama dua dekade terakhir, yakni penyakit tidak
menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit menular masih berat juga.
Indonesia sedang mengalami double burden diesease, yaitu beban penyakit tidak menular dan
penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hypertensi, diabetes melitus,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan
secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita penyakit tidak menular.

Permasaahan:

Berubahnya gaya hidup manusia karena adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi telah
menyebabkan terjadinya peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak menular telah
menjadi penyebab utama kematian secara global pada saat ini. Data WHO menunjukkan bahwa
sebanyak 57 juta (63%) angka kematian yang terjadi di dunia dan 36 juta (43%) angka kesakitan
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.

Di Desa Jatibanteng sendiri penderita hipertensi dan DM masih cukup banyak, namun salah satu
masalah yang dihadapi adalah masih rendahnya kepatuhan penderetia hipertensi dan DM untuk
control tekanan darah secara rutin ke Puskesmas dan meminum obat secara teratur.

Perencanaan:

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka direncanakan pengukuran tekanan darah kepada


penderita hipertensi selama kunjungan IKS

1. Hari/Tanggal : Rabu, 7 Oktober 2020

2. Lokasi : Rumah-rumah warga di Desa Jatibanteng

3. Bentuk kegiatan: Pemeriksaan Tekanan darah, GDS dan konseling

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Pengukuran Tekanan Darah dan GDS

6. Setting tempat : Petugas puskesmas melakukan pengukuran tekanan darah dan GDS pada
seluruh penderita hipertensi dan DM yang terdaftar pada kartu keluarga sehat

Pelaksanaan:

Kegiatan IKS dilaksanakan pada Rabu, tanggal 7 Oktober 2020, dimulai pukul 09.30 WIB. Kegiatan ini
dilakukan dengan kunjungan ke rumah warga yang terdaftar pada program IKS yang termasuk
keluarga pra sehat dan tidak sehat. Peserta dilakukan pemeriksaan tekanan darah, GDS, kemudian
anamnesis dan dilakukan konseling.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Respons warga cukup baik, ditunjukkan dengan aktifnya
peserta dalam bertanya selama proses konseling. Diperlukan follow - up secara berkala, dengan
sering mengontrol tekanan darah dan gula darah. Kegiatan ini diharapkan dapat berdampak kepada
para peserta untuk lebih memahami hal - hal terkait penyakit PTM, khususnya Hipertensi dan DM
serta komplikasinya dan meningkatkan kepatuhan peserta untuk berobat dan mengontrol
penyakitnya.

3. Pemeriksaan Tekanan Darah pada Kunjungan IKS di Desa Curah Suri

Latar Belakang:

Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Transisi
epidemiologis telas terjadi secara signifikan selama dua dekade terakhir, yakni penyakit tidak
menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit menular masih berat juga.
Indonesia sedang mengalami double burden diesease, yaitu beban penyakit tidak menular dan
penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hypertensi, diabetes melitus,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan
secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita penyakit tidak menular.

Permasaahan:

Berubahnya gaya hidup manusia karena adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi telah
menyebabkan terjadinya peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak menular telah
menjadi penyebab utama kematian secara global pada saat ini. Data WHO menunjukkan bahwa
sebanyak 57 juta (63%) angka kematian yang terjadi di dunia dan 36 juta (43%) angka kesakitan
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.

Di Desa Curah Suri sendiri penderita hipertensi masih cukup banyak, namun salah satu masalah yang
dihadapi adalah masih rendahnya kepatuhan penderetia hipertensi untuk control tekanan darah
secara rutin ke Puskesmas dan meminum obat secara teratur karena kebanyakan pasien
beranggapan bahwa bila tidak terdapat keluhan makan tidak perlu control dan meminum obat.

Perencanaan:

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka direncanakan pengukuran tekanan darah kepada


penderita hipertensi selama kunjungan IKS

1. Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2020

2. Lokasi : Rumah-rumah warga di Desa Curah Suri

3. Bentuk kegiatan: Pemeriksaan Tekanan darah dan konseling

4. Petugas : Dokter internsip dan petugas puskesmas

5. Metode : Pengukuran Tekanan Darah

6. Setting tempat : Petugas puskesmas melakukan pengukuran tekanan darah pada seluruh
penderita hipertensi yang terdaftar pada kartu keluarga sehat

Pelaksanaan:

Kegiatan IKS dilaksanakan pada Sabtu, tanggal 10 Oktober 2020, dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan
ini dilakukan dengan kunjungan ke rumah warga yang terdaftar pada program IKS yang termasuk
keluarga pra sehat dan tidak sehat. Peserta dilakukan pemeriksaan tekanan darah, kemudian
anamnesis dan dilakukan konseling.

Monitring:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Respons warga cukup baik, ditunjukkan dengan aktifnya
peserta dalam bertanya selama proses konseling. Diperlukan follow - up secara berkala, dengan
sering mengontrol tekanan darah. Kegiatan ini diharapkan akan berdampak kepada para peserta
untuk lebih memahami hal - hal terkait penyakit PTM, khususnya Hipertensi serta komplikasinya.

4. Kegiatan Pemberian Obat Cacing di SDN 1 Kembang Sari

Latar Belakang:
Anak-anak sangat mudah terinfeksi cacing. Adapun bahaya cacingan pada anak yaitu anak menjadi
lebih rewel, kurang gizi dikarenakan cacing meghisap makanan pada usus anak dan dapat juga
menyebabkan anemia pada anak, anak dapat dipastikan terinfeksi cacing jika ditemukan telur cacing
pada tinja anak, salah satu upaya agar anak tidak terinfeksi cacing yaitu dengan sering mencuci
tangan terutama saat makan atau setelah BAB dengan air mengalir dan mengunakan sabun

Program pemberian obat pencegahan kecacingan pada anak dan balita diberikan minimal 1 kali
dalam setahun. Obat cacing yang diberikan adalah Albendazole dosis tunggal (400mg). Meskipun
begitu Desa Kembang Sari termasuk salah satu desa yang memiliki masalah stunting karena kurang
gizi dan cacingan. Inilah yang mendasari kami untuk melaksanakan kegiatan pemberian obat cacing
di SDN 1 Kembang Sari.

Permasalahan:

Desa Kembang Sari termasuk salah satu desa yang memiliki masalah gizi kurang dan gizi buruk
karena kurang gizi dan cacingan.

Perencanaan:

Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan kegiatan:

1. Hari/ Tanggal : Kamis, 8 Oktober 2020

2. Waktu : 08.30 s/d 10.30 WIB

3. Tempat : Ruang Guru SDN 1 Kembang Sari

4. Bentuk kegiatan: Pemberian Obat Cacing

5. Petugas : Dokter internsip dan Petugas puskesmas

6. Peserta : Perwakilan Murid di SDN 1 Kembang Sari

7. Metode : Pemberian Obat

8. Setting tempat : Petugas dan Dokter internship melakukan pemberian obat cacing sesuai
protokol kesehatan.

Pelaksanaan:

Pemberian Obat Cacing pada Anak ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8 Oktober 2020, dimulai
pukul 8.30 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh Petugas puskesmas, Guru SDN 1 Kembar Sari, serta
perwakilan murid yang diberikan obat cacing. Sasaran kegiatan ini adalah murid SDN 1 Kembar Sari
yang untuk diberikan obat cacing. Diharapkan melalui kegiatan ini angka gizi kurang dan gizi buruk di
Desa Kembar Sari dapat menurun.

Monitoring/Evaluasi:

Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Follow up perlu dilakukan dengan melihat
perkembangan angka pertumbuhan anak di Desa Kembang Sari serta pemberian obat cacing harus
dilakukan secara berkala.

F6 – Upaya Pengobatan Dasar


1. Balai Pengobatan Umum Puskesmas Jatibanteng 1 Sep

Latar Belakang:
Program puskesmas mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Pelaksanaan UKP dilakukan di dalam puskesmas ataupun diluar puskesmas untuk
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan masing-masing individunya. Dalam memenuhi UKP
dilakukan balai pengobatan umum di Puskesmas Jatibanteng.

Permasaahan:

Masih banyak masyarakat Kecamatan Jatibanteng yang menderita penyakit infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi saluran pencernaan, hipertensi, nyeri-nyeri non spesifik dan penyakit-
penyakit lainnya. Usia penderita beragam dari anak-anak hingga orang dewasa.

Perencanaan:

Dilakukan program pengobatan di BP umum.

Pelaksanaan:

Dilakukan pemeriksaan pasien dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, hingga
melakuka diagnosa dan pemberian terapi sesuai dengan indikasi.

Monitring:

Dikarenakan era pandemik jumlah pasien yang datang berobat ke Puskesmas Jatibanteng mengalami
penurunan dan pasine yang berobat didominasi oleh usia dewasa dan lansia. Beberapa pasien
datang untuk berobat kembali karena obat sudah habis dan beberapa merupakan pasien baru.
Kebanyakan dari pengunjung datang untuk meminta surat keterangan sehat untuk program KPPS
yang akan diselenggarakan di Kecamatan Jatibanteng.

2. Poli Proteksi Puskesmas Jatibanteng 25 Sep

Latar Belakang:

Program puskesmas mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Pelaksanaan UKP dilakukan di dalam puskesmas ataupun diluar puskesmas untuk
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan masing-masing individunya. Dalam memenuhi UKP
dilakukan balai pengobatan umum di Puskesmas Jatibanteng, namun dikarenakan kondisi pandemic
covid 19, maka didirikanlah poli proteksi yang memiliki kepanjangan preventif, responsive dan
deteksi yang ditujukan bagi pasien yang datang berobat dengan keluhan yang mengarah ke infeksi
covid 19.

Permasaahan:

Masih banyak masyarakat Kecamatan Jatibanteng yang menderita penyakit infeksi saluran
pernafasan atas dan demam non spesifik yang merupakan salah satu gejala yang mengarah ke
infeksi covid 19. Selain itu, di Jatibanteng sendiri sudah ada kasus covid 19 yang terkonfirmasi,
sehingga perlu dilakukan skrining yang ketat kepada setiap pasien yang datang ke puskesmas. Usia
penderita beragam dari anak-anak hingga orang dewasa, namun didominasi oleh anak-anak.

Perencanaan:

Dilakukan program skrining dan pengobatan di Poli Proteksi.

Waktu : 08.00 s/d 12.00 WIB

Tempat : Poli Proteksi Puskesmas Jatibanteng


Bentuk kegiatan: Anamnesis, skirining covid 19, pemberian obat dan edukasi

Pelaksanaan:

Dilakukan pemeriksaan pasien dimulai dari anamnesis terutama skiring covid 19, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lab, hingga melakuka diagnosa dan pemberian terapi sesuai dengan indikasi.

Monitring:

Dikarenakan era pandemik jumlah pasien yang datang berobat ke Puskesmas Jatibanteng mengalami
penurunan dan pasien yang berobat ke poli proteksi didominasi oleh usia anak. Beberapa pasien
datang dengan keluhan berulang. Dari hasil skringing, jarang didapatkan pasien yang menjadi suspek
covid 19 dan kebanyakan hanya menderita ISPA dan demam non spesifik.

3. Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Jatibanteng 23 Sep

Latar Belakang:

Program puskesmas mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Pelaksanaan UKP dilakukan di dalam puskesmas ataupun diluar puskesmas untuk
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan masing-masing individunya. Dalam memenuhi UKP
dilakukan balai pengobatan umum di Puskesmas Jatibanteng. Selain itu Puskesmas Jatibanteng
merupakan peskesmas dengan pelayanan rawat inap yang memiliki UGD untuk membantu
menangani masalah kesehatan darurat dan membutuhkan penanganan yang cepat.

Permasaahan:

Salah satu permasalahan kegawatdaruratan yang paling sering ditemui di Kecamatan Jatibanteng
adalah karena kecelakaan, salah satunya kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas. Pasien UGD
dengan kondisi yang stabil mendapatkan penanganan pertama dan dinilai untuk dirawat,
dipulangkan atau dirujuk. Usia pasien yang datang beragam dari bayi hingga dewasa dan didominasi
oleh pasien dewasa. Masalah lain yang sering ditemui di lapangan adalah ketidakmauannya pasien
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut untuk dirujuk ke rumah sakit.

Perencanaan:

Dilakukan pengobatan dan penanganan pasien di UGD sesuai dengan protokol triase dan
kegawatdaruratan.

Pelaksanaan:

Dilakukan pemeriksaan pasien dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, hingga
melakuka diagnosa dan pemberian terapi sesuai dengan indikasi.

Monitring:

Semua pasien dan tindakan yang dilakukan di UGD dicatat di pembukuan UGD. Ketersediaan sarana
dan prasarana di UGD selalu dipantau setiap hari untuk menunjang pelayanan dan penanganan
pasien dengan optimal.

4. Posyandu Balita dan Lansia Tendeh Semambung 15 Okt

Latar Belakang:

Program puskesmas mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Pelaksanaan UKP dilakukan di dalam puskesmas ataupun diluar puskesmas untuk
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan masing-masing individunya. Dalam memenuhi UKP
dilakukan balai pengobatan umum di Puskesmas Jatibanteng dan dilakukan pula upaya pengobatan
di luar puskesmas salah satunya pada kegiatan posyandu balita dan lansia.

Permasaahan:

Masih banyak masyarakat Semambung yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas,
hipertensi, nyeri-nyeri non spesifik dan penyakit-penyakit lainnya namun tidak berobat ke
Puskesmas dikarenakan jarak yang harus ditempuh cukup jauh. Kebanyakan lansia yang sakit malas
untuk berobat dengan alasan sibuk dan jauhnya jarak yang harus ditempuh ke Puskesmas.

Perencanaan:

Dilakukan program pengobatan di kegiatan Posyandu Tendeh Semambung.

Pelaksanaan:

Dilakukan pemeriksaan pasien dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, menentukan diagnosa dan
pemberian terapi sesuai dengan indikasi. Dilakukan pula edukasi kepada pasien terkait penyakitnya.
Tidak sedikit pasien lansia yang datang ketika kegiatan sudah hampir selesai.

Monitring:

Balita yang datang untuk berobat didominasi karena penyakit ISPA terutama dengan gejala batuk
dan pilek, sedangkan lansia yang datang untuk berobat kebanyakan merupakan penderita hipertensi
dan osteoarthritis. Pemeriksaan, pemberian obat dan edukasi berjalan dengan lancer dan beberapa
lansia disarankan untuk berobat ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut karena
keterbatasan obat yang dibawa pada kegiatan posyandu. Serta dIlakukan pencatatan setiap pasien
yang berobat.

5. Pengobatan Penyakit Kelamin di Polindes Wringin Anom 20 Okt

Latar Belakang:

Program puskesmas mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Pelaksanaan UKP dilakukan di dalam puskesmas ataupun diluar puskesmas untuk
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan masing-masing individunya. Dalam memenuhi UKP
dilakukan balai pengobatan umum di Puskesmas Jatibanteng dan dilakukan pula upaya pengobatan
di luar puskesmas salah satunya dilakukan bersamaan dengan kegiatan IVA test dan SADARI di
Polindes.

Permasaahan:

Masih banyak masyarakat Desa Wringin Anom, Curah Suri dan Patemon yang memiliki pengetahuan
rendah mengenai penyakit kelamin dan penyakit menular seksual. Sehingga masyarakat tidak datang
berobat ke Puskesmas meskipun memiliki gejala. Penyakit kelamin yang paling sering dijumpai
adalah keputihan.

Perencanaan:

Dilakukan program pengobatan di kegiatan SADARI dan IVA Test

Waktu : 09.00 s/d 11.30 WIB

Tempat : Polindes Wringin Anon


Bentuk kegiatan: Dilakukan anamnesis, pemeriksaan SADARI, IVA Test, dan pemberian obat juga
edukasi bagi ibu yang ditemukan memiliki penyakit kelamin ataupun terdapat kelainan lainnya.

Pelaksanaan:

Kegiatan dilakukan pada hari Selasa, tanggal 20 Oktober 2020 di Polindes Wringin Anom. Dilakukan
pemeriksaan pasien dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, SADARI, IVA Test, menentukan
diagnosa dan pemberian terapi sesuai dengan indikasi. Dilakukan pula edukasi kepada pasien terkait
penyakitnya. Terdapat 3 ibu yang memiliki penyakit kelamin dan 1 pasien anak yang datang dengan
keluhan di kelaminnya.

Monitring:

Kegiatan pemeriksaan dan pengobatan berjalan dengan baik. Hampir semua Ibu kooperatif selama
proses pemeriksaan dan mengikuti anjuran yang diberikan walaupun beberapa ibu tidak kooperatif
dan menolak untuk diperiksa oleh dokter laki-laki. Kegiatan penapisan dan pengobatan di luar
puskesmas perlu dilakukan secara berkala untuk membantu mengetahui kondisi kesehatan bagian
kemaluan masyarakat karena tidak sedikiti masyarakat yang malu untuk periksa ke Puskesmas bila
terdapat keluhan pada kemaluannya. Semoga dengan kegiatan penapisan dan pengobatan ini dapat
membantu meningkatkan kesehatan organ reproduksi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai