Abstrak
Tulisan ini menyajikan hasil dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Posyandu
di wilayah cakupan Puskesmas Abeli. Tujuan dari PKL ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu. Metode yang digunakan meliputi perencanaan,
kunjungan, monitoring, evaluasi, dan pembinaan kader Posyandu. Hasil utama dari kegiatan
ini adalah pengenalan Balok SKDN kepada kader Posyandu, simulasi dalam pemantauan
pertumbuhan balita, dan pembuatan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk kegiatan Posyandu
selanjutnya.
Kata Kunci: pemantauan pertumbuhan, posyandu, kader posyandu, balok SKDN, rencana
tindak lanjut
Abstract
This writing presents the outcomes of the Field Practice (PKL) conducted at community
healthcare centers (Posyandu) under the authority of Abeli Public Health Center. The objective
of this PKL is to enhance the quality of child growth monitoring at Posyandu. Methods
employed include planning, field visits, monitoring, evaluation, and capacity-building for
Posyandu volunteers. Key outcomes include the introduction of SKDN blocks to Posyandu
volunteers, simulation in child growth monitoring, and the creation of a Follow-Up Plan for
future Posyandu activities.
Keywords: child growth monitoring, posyandu, posyandu volunteers, SKDN blocks, follow-up
plan
Pendahuluan:
1.1 Latar Belakang Pengabdian
Kesehatan dan gizi merupakan aspek penting dalam perkembangan dan pertumbuhan
anak. Sayangnya, masih banyak wilayah, termasuk beberapa yang berada di bawah yurisdiksi
Puskesmas Abeli, yang menghadapi tantangan dalam melakukan pemantauan pertumbuhan
anak dengan efektif. Keterbatasan ini terutama berlaku pada level Posyandu, yang sering kali
dijalankan oleh relawan atau kader dengan akses yang terbatas ke sumber daya dan pelatihan.
Pemantauan pertumbuhan adalah salah satu indikator paling dasar dari kesehatan anak.
Sebuah sistem pemantauan yang efektif dapat membantu dalam deteksi dini masalah kesehatan
dan gizi, memungkinkan intervensi tepat waktu. Puskesmas Abeli dan Posyandu di bawahnya
menghadapi tantangan spesifik dalam pemantauan pertumbuhan anak, yang menjadi fokus
utama dalam pengabdian ini. Lokasi ini dipilih juga karena adanya peluang untuk memperkuat
kapasitas kader Posyandu melalui pelatihan dan alat bantu (seperti Balok SKDN 1). Fokus pada
1 SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut: S=
adalah jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu, K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS, D= jumlah balita
yang datang ditimbang bulan ini, N= jumlah balita yang naik berat badannya.
29
Optimasi Pelayanan Gizi di Puskesmas Abeli:
Sebuah Pengabdian Masyarakat
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, pengabdian ini bertujuan untuk memberikan dampak
positif jangka panjang terhadap kesehatan dan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Abeli.
Metode Pelaksanaan:
2.1 Target dan Lokasi Pengabdian
Masyarakat yang menjadi target pengabdian ini terutama berada di wilayah cakupan
Puskesmas Abeli. Ini mungkin termasuk berbagai kelompok demografis tetapi fokus utamanya
adalah pada keluarga dengan balita. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah
status gizi dan kesehatan balita. Namun, di banyak Posyandu, terdapat beberapa tantangan yang
menghambat upaya untuk meningkatkan status ini. Di antaranya adalah kurangnya pelatihan
dan sumber daya bagi kader atau relawan yang bertugas memantau pertumbuhan balita, serta
keterbatasan fasilitas dan alat pemantauan kesehatan dan gizi. Oleh karena itu, pengabdian ini
bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kader Posyandu dan masyarakat
setempat, serta menyediakan fasilitas dan alat yang dibutuhkan. Dengan demikian, diharapkan
dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat di tingkat Posyandu.
30
Rivaldi, Majani, Marlin Rahim, Ristaria Nurul Insyira R.M., Serlin Malindo, Syefira
Salsabila, Rahma Wati, Lisnawaty
bahwa semua kegiatan di Posyandu dapat dipantau dan dievaluasi. Ketiga, melakukan
monitoring dan evaluasi selama kegiatan Posyandu. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pemantauan pertumbuhan balita dilakukan dengan efektif. Kegiatan ini juga akan
mengevaluasi hasil dengan tim. Keempat, melakukan pembinaan kader Posyandu. Kegiatan
ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kader Posyandu dalam melakukan pemantauan
pertumbuhan. Kegiatan in juga memperkenalkan alat bantu seperti Balok SKDN. Kelima,
melakukan simulasi dan pelatihan praktik tentang cara menimbang yang baik dan benar,
pengisian KMS, dan pelaporan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kader Posyandu
memahami cara-cara terbaik dalam pemantauan pertumbuhan balita. Keenam, membuat
rencana tindak lanjut (RTL) berdasarkan evaluasi dan hasil kegiatan. Kegiatan ini bertujuan
untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas layanan Posyandu. Hal ini juga
bertujuan untuk mengimplementasikan RTL dalam kegiatan Posyandu selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan pada Posyandu adalah ikut terlibat dalam pengukuran antropometri
pada anak sekaligus mengenalkan kepada kader alat antropometri terbaru yang
direkomendasikan oleh Kemenkes agar hasil pengukuran lebih akurat. (4) Melakukan
pemantauan Posyandu dengan melihat situasi Posyandu, mulai dari Posyandu yang sepi dan
Posyandu yang ramai, melihat kader melakukan pengisian KMS serta memantau kader dalam
pengukuran antropometri. (5) Melakukan evaluasi dengan cara melihat apa yang menjadi
kekurangan di setiap Posyandu, di mulai dari melihat pengisian KMS, cara penggunaan alat
antropometri seperti cara memakai alat berat badan, panjang badan (baby scale) dan tinggi
badan, melihat balok SKDN apakah sudah tersedia atau tidak selanjutnya konfirmasi kepada
31
Optimasi Pelayanan Gizi di Puskesmas Abeli:
Sebuah Pengabdian Masyarakat
petugas Puskesmas tentang kekurangan Posyandu dan melakukan RTL (rencana tindak lanjut)
sesuai kekurangan Posyandu. Melihat hasil pemantauan pertumbuhan di Posyandu dengan cara
melihat hasil pencatatan kader yang mencatat jumlah bayi laki – laki dan perempuan, jumlah
balita laki – laki dan perempuan, jumlah ibu hamil PUS dan WUS di setiap akhir Posyandu.
Kemudian dikonfirmasi hasil pemantauan melalui aplikasi e-ppbgm yang di input oleh petugas
Puskesmas untuk melihat pertumbuhan setiap Posyandu. (6) Memberikan pembinaan
kepada kader Posyandu dalam menyiapkan SKDN dengan melakukan penyuluhan adapun
pokok penjelasan dalam penyuluhan sebagai berikut:
a. Memperkenalkan Balok SKDN
32
Rivaldi, Majani, Marlin Rahim, Ristaria Nurul Insyira R.M., Serlin Malindo, Syefira
Salsabila, Rahma Wati, Lisnawaty
(7) Melakukan simulasi dalam pemantauan pertumbuhan balita seperti cara menimbang
yang baik dan benar, pengisian KMS, dan pencatatan pelaporan-pelaporan di Posyandu. KMS
balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke
Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang
tua balita tentang kesehatan anaknya. Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan
ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis.
Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada
balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan
umurnya. Keterampilan dalam pengisian KMS sangat diperlukan kader agar bisa memantau
pertumbuhan di Posyandu selain itu kader harus terampil dalam menggunakan alat
antropometri agar hasil pengukuran akurat dengan ini pencatatan pada buku KMS dapat
memberikan informasi pertumbuhan yang akurat pula sehingga pada Puskesmas Abeli
dilakukan simulasi pengukuran dan pencatat KMS yang benar. (8) Pembuatan RTL (Rencana
Tindak Lanjut) bertujuan untuk memberikan gambaran solusi sebagai rujukan dalam
perbaikan program kesehatan yang belum tercapai.
33
Optimasi Pelayanan Gizi di Puskesmas Abeli:
Sebuah Pengabdian Masyarakat
Diskusi
Salah satu keunikan dari pengabdian ini adalah fokusnya pada pemantauan pertumbuhan
balita sebagai salah satu indikator penting untuk menilai kesehatan anak dan masyarakat.
Kebanyakan proyek pengabdian di bidang kesehatan hanya memberikan edukasi atau fasilitas
kesehatan, tanpa melakukan pemantauan secara berkala. Pengabdian ini juga mengambil
pendekatan yang komprehensif, meliputi pelatihan kader Posyandu, perencanaan kegiatan, dan
evaluasi hasil. Selain itu, pengabdian ini juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan dengan
membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk memastikan adanya perbaikan berkelanjutan.
Pengabdian serupa memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di masa depan.
Metode dan alat yang telah dibuat bisa diadaptasi atau diterapkan di tempat lain yang memiliki
kebutuhan serupa. Hal tersebut juga bisa mengembangkan alat bantu seperti Balok SKDN atau
menggunakan teknologi baru untuk memudahkan proses pemantauan. Kolaborasi dengan ahli
dari bidang lain, seperti teknologi informasi atau psikologi, juga bisa membantu untuk
meningkatkan kualitas metode dan pendekatan yang dilakukan. Selain itu, hasil dari
pengabdian ini juga bisa mengembangkan kurikulum pelatihan yang lebih lengkap atau relevan
dengan isu-isu terkait, seperti nutrisi atau stimulasi anak. Terakhir, ada peluang untuk bisa
melakukan studi lanjutan untuk mengetahui dampak jangka panjang dari pengabdian ini, baik
terhadap kesehatan balita maupun kapasitas kader Posyandu.
34
Rivaldi, Majani, Marlin Rahim, Ristaria Nurul Insyira R.M., Serlin Malindo, Syefira
Salsabila, Rahma Wati, Lisnawaty
5.2 Saran
Salah satu tujuan dari pengabdian ini adalah untuk memberikan rekomendasi untuk
pengembangan dan perbaikan ke depan. Berdasarkan hasil dan temuan yang telah disampaikan,
berikut adalah beberapa saran yang bisa dipertimbangkan untuk pengabdian selanjutnya:
1. Untuk mengetahui manfaat jangka panjang dari pengabdian ini, perlu dilakukan studi
lanjutan yang mengukur dampaknya terhadap kesejahteraan dan perkembangan balita
yang terlibat.
2. Untuk memudahkan proses pemantauan dan pelaporan, perlu diteliti kemungkinan
penggunaan alat bantu atau teknologi baru yang bisa membantu kader Posyandu dalam
melakukan tugasnya.
3. Untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi kader Posyandu, perlu dikembangkan
modul pelatihan lanjutan yang meliputi isu-isu terkait lainnya, seperti nutrisi balita atau
pengenalan teknologi informasi.
4. Untuk memperluas cakupan dan dampak dari pengabdian ini, perlu dicari peluang
untuk berkolaborasi dengan pihak ketiga, seperti perguruan tinggi, pemerintah daerah,
atau LSM, yang memiliki kepentingan dan sumber daya terkait.
5. Untuk mengadaptasi pengabdian ini ke wilayah lain, perlu dikaji kemungkinan untuk
menggunakan metode dan alat yang telah dikembangkan di Posyandu atau Puskesmas
lain yang memiliki kondisi serupa.
6. Untuk membuat proses pelaporan dan monitoring lebih efisien dan akurat, perlu
dikembangkan sebuah aplikasi atau platform digital yang bisa digunakan oleh kader
Posyandu untuk mengirimkan data dan informasi secara online.
7. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemantauan
pertumbuhan balita, perlu dibuat materi edukasi yang bisa diakses oleh masyarakat luas
melalui media sosial, website, atau brosur.
35
Optimasi Pelayanan Gizi di Puskesmas Abeli:
Sebuah Pengabdian Masyarakat
8. Untuk terus meningkatkan kualitas dan efektivitas dari pengabdian ini, perlu dibuat
mekanisme untuk mendapatkan feedback dari kader Posyandu dan masyarakat
setempat tentang kepuasan, tantangan, dan saran mereka.
Daftar Pustaka
Mujiarto, Mujiarto, Djoko Susanto, dan Rizki Yudha Bramantyo. 2019. “Strategi Pelayanan
Kesehatan Untuk Kepuasan Pasien Di Upt Puskesmas Pandean Kecamatan Dongko
Kabupaten Trenggalek.” Jurnal Mediasosian : Jurnal Ilmu Sosial dan Administrasi
Negara 3(1): 34–49.
Saepuddin, Encang, Edwin Rizal, dan Agus Rusmana. 2018. “Posyandu Roles as Mothers and
Child Health Information Center” Record and Library Journal 3(2): 201
Puskesmas Jumo. 2022. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PUSKESMAS.
http://Puskesmasjumo.temanggungkab.go.id/home/halaman/271/tugas-pokok-dan-
fungsi. (diakses pada14 September 2022).
http://Sehatnegeriku.kemenkes.go.id,2021 (diakses tanggal 1 Agustus 2023) Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No43 Tahun 2019. Tentang Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014. Tentang Puskesmas
36