Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

MEMBUAT LARUTAN

DISUSUN OLEH :

Nama : MUHAMMAD FAUZAN RAMADHAN


Stambuk : 093202200028
Kelas/Kelompok : C1/3 (tiga)

Asisten

(ANNISA NURUL FARADILLAH)

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan suatu campuran homogen yang terdiri dari dua
atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air
(H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak,
kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan
air biasanya tidak disebutkan. Sebagai contoh, jika sejumlah gula
dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran tersebut
pada dasarnya akan seragam (sama) disemua bagian (Putri, Laili Mei
Ari.,dkk, 2017).
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam
larutan. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau
larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap
pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat.
Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut,vkonsentrasinya rendah
(Puspita, 2013).
Larutan didefinisikan sebagai campuran dua zat atau lebih yang
membentuk satu macam fasa (homogen). Larutan homogen adalah larutan
yang jika dicampurkan dengan pelarut akan terlarut. Sedangkan larutan
heterogen adalah larutan yang jika dicampurkan dengan air maka tidak
akan menyatu (Chang, 2004).

1.2 Tujuan Percobaan


Mempelajari cara membuat larutan dari bahan cair dan bahan padat
dengan konsentrasi tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Suatu. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Larutan merupakan bahan yang penting untuk dipelajari
terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu sendiri.
Pengetahuan ini bermanfaat dalam memprediksi jenis pelarut yang tepat dalam
proses -proses tertentu, misalnya dalam isolasi bahan kimia dari bahan alam
tertentu, pelarut suatu bahan untuk berbagai keperluan praktis, pengembangan
teori terutama menyangkut campuran biner, campuran terner, serta keperluan
– keperluan lainnya dalam bidang sains dan teknologi (Nur Aisah
Malau,2021).
Larutan adalah Campuran Homogen antara zat terlarut dan pelarut.
Larutan terdiri atasdua komponen, komponen utama biasanya disebut pelarut,
dan komponen minornyadinamakan zat terlarut. Pelarut dipandang sebagai
pembawa atau medium bagi zat terlarut, yang dapat berperan serta dalam
reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan
atau penguapan yang terrjadi (Oxtoby, 2001).
Pelarutan merupakan interaksi antar molekul yang terlibat dalam
pembentukan larutan , dimana pelarut yang digunakan pada penelitian kali ini
adalah pelarut-pelarut organik yang bersifat polar dan non polar seperti
benzena, etanol, metanol, heksana dengan berbagai variasi perbandingan
interaksi yang akan digunakan yaitu perbandingan 1 : 1, 1 : 2, 2 : 1. Bila dua
macam senyawa murni yang tidak saling bereaksi dicampurkan ada tiga
kemungkinan yang akan terjadi, yaitu terbentuk larutan ideal, larutan reguler
dan larutan non ideal. Bila gaya molekul adalah sama diantara AA, AB, dan
BB, yaitu UAB = UAA = UBB, maka larutan tersebut otomatis disebut Ideal.
Larutan Non Ideal adalah larutan yang karena interaksi diantara kedua kedua
senyawanya menyebabkan penyimpangan dari Hukum Raoult. Larutan reguler
adalah larutan yang karena interaksi diantara kedua senyawa-senyawanya
menyebabkan menyimpang dari Hukum Raoult tetapi tidak mengalami
perubahan entropi ekses (Nur Aisah Malau,2021).
Suatu larutan sudah pasti berfasa tunggal. Larutan merupakan campuran
homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat
terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Berdasarkan wujud dari pelarutnya,
suatu larutan dapat digolongkan ke dalam larutan padat, cair ataupun gas. Zat
terlarut dalam ketiga fasa larutan tersebut juga dapat berupa gas, cair ataupun
padat. Campuran gas selalu membentuk larutan karena semua gas dapat saling
campur dalam berbagai perbandingan.
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat
yang jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang
jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih
zat yang lebih sedikit sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi di
sini akan digunakan pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan
terlarut. Campuran yang dapat saling melarutkan satu lama lain dalam segala
perbandingan dinamakan larutan ”miscible”. Udara merupakan larutan
miscible. Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fasa
dinamakan cairan “immiscible”.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir
semua reaksi kimia terjadi dalam larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai
campuran serba sama dan berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat
molekul,atom,ion dari dua zat atau lebih (Marratin,2008).
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, dari skala
mikro hingga skala makro titik di alam, umumnya reaksi kimia berlangsung di
dalam larutan air. termasuk Bagaimana makhluk hidup menyerap mineral
vitamin dan makanan dalam bentuk larutan titik larutan biasanya terdiri atas
dua zat atau lebih yang bercampur dan bersifat homogen. Larutan merupakan
campuran homogen karena umumnya memiliki ukuran partikel yang begitu
kecil sehingga memiliki komposisi yang begitu seragam dan sulit untuk
dibedakan antar komponennya.

2.2 Jenis-jenis Larutan

2.2.1 Larutan Ideal


Dalam suatu sistem, atom-atom, ion-ion, dan molekul-molekul
nyata saling mempengaruhi satu sama lain sehingga perilakunya sukar
diramalkan secara tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku zat
nyata menimbulkan cara atau model yang dapat menjelaskan prilaku
secara teoritis, dinamakan hukum ideal. Oleh karena itu, muncul istilah
larutan ideal, sebagai upaya untuk menjelaskan keadaan sistem dari
larutan nyata.
Molekul-molekul gas ideal dipandang sebagai molekul-molekul
bebas yang tidak berantaraksi satu sama lain. Dalam larutan cair
pendekatan keidealan berbeda dengan gas ideal. Dalam larutan ideal
partikel-partikel pelarut dan terlarut yang dicampurkan berada dalam
kontak satu sama lain. Pada larutan ideal dengan zat terlarut molekuler,
gaya antaraksi antara semua partikel pelarut dan terlarut setara. Dengan
kata lain, dalam larutan ideal (Yazid,2005).
Larutan ideal dengan zat terlarut ionik didefinisikan sebagai
larutan yang ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu sama lain,
dan baku tarik hanya terjadi dengan molekul pelarut. Untuk larutan ionik
yang sangat encer dapat dikategorikan mendekati perilaku ideal sebab
ion-ion dalam larutan itu saling berjauhan akibatnya antaraksi
elektrostatisnya lemah. Komponen dalam larutan ideal memberikan
sumbangan terhadap konsentrasi larutan sangat efektif.
Suatu larutan dianggap bersifat ideal, karena didasarkan pada
kekuatan relatif dari gaya tarik antara molekul solut dan solvennya.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul
solut dan solvennya sama dengan gaya tarik antara molekul-molekul dari
solut dan solvennya masing-masing (Yazid, 2005).
2.2.2 Larutan Non-Ideal
Larutan biner yang terdiri dari 2 komponen zat terlarut A dan
pelarut B, bilagaya tarik antara A dan B tidak sama dengan gaya kohesi
antara A dengan A dan B dengan B, sehingga proses pelarutan
menimbulkan efek kalor. Pada kondisi ini larutan dikatan non ideal. Jika
gaya tarik antara A dan B lebih besar dibandingkan gaya tarik antara A
dengan A atau B dengan B, maka proses pelarutan merupakan reaksi
eksoterm dengan harga Δ Hl < 0. Hal ini akan menyebabkan tekanan uap
larutan lebih kecil. dibandingkan tekanan uap yang dihitung
menggunakan hukum Raoult. Contoh larutan non ideal dengan
penyimpangan negatif adalah campuran antara aseton- kloroform.
Penyimpangan dari hukum Raoult ini disebut penyimpangan negatif,
seperti diperlihatkan pada gambar 2. garis lengkung memperlihatkan
terjadinya penyimpangan tersebut. Sebaliknya jika gaya tarik antara A
dan B lebih lemah daripada gaya kohesi masing- masing komponen
maka Δ Hl > 0 atau reaksi pelarutan endoterm. Akibatnya tekanan uap
larutan lebih besar daripada tekanan uap yang dihitung dengan hukum
Raoult dan disebut penyimpangan positif (Endang widjajanti).
2.2.3 Larutan Elektrolit
Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam bentuk ion-
ionnya maupun molekulernya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion Na+ dan
ion Cl masing-masing terhidrasi dalam air, dan ion-ion yang terhidrasi
itu secara bebas dapat bergerak ke seluruh medium larutan. Akan tetapi
apabila glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat tersebut tidak berada
dalam bentuk ioniknya melainkan dalam bentuk molekulernya. Zat-zat
yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat elektrolit, dan
larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit. Secara
eksperimen larutan elektrolit dapat diketahui dari sifatnya, misalnya
dapat menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang tergolong elektrolit, yaitu
asam, basa, dan garam.

HCl(g) + H2O()  H3O + (aq) + CI (aq)

Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan


elektrolit kuat, sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian
membentuk ion-ionnya di dalam air dinamakan elektrolit lemah. Asam
dan basa yang merupakan elektrolit kuat disebut asam kuat dan basa
kuat. Asam dan basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air
dinamakan asam lemah dan basa lemah. Selain HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, dan HClO4, umumnya tergolong asam lemah. Basa kuat adalah
hidroksida dari logam alkali dan alkali tanah kecuali berlium.
Larutan berdasarkan interaksinya diantara komponen- komponen
penyusunnya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu larutan ideal dan
larutan non ideal. Sedangkan berdasarkan daya hantar listriknya, larutan
dibedakan menjadi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel
pelarut tersusun sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi
efek kalor. Untuk larutan biner, proses pencampuran tidak terjadi efek
kalor bila energi interaksi antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut
sama dengan energi interaksi antara sesama partikel zat terlarut maupun
sesama partikel pelarut (Endang widjajanti)
2.2.4 Larutan Non-Elektrolit
Zat-zat seperti etanol dan glukosa yang di dalam pelarut air
membentuk molekuler dinamakan non-elektrolit, dan larutan yang
dibentuknya dinamakan larutan non-elektrolit. Dalam keadaan murni,
asam merupakan senyawa kovalen, tetapi jika dilarutkan ke dalam air
akan terurai menjadi ion-ionnya (Endang widjajanti).
2.2.4 Larutan Jenuh
Larutan jenuh dari zat X adalah larutan yang di dalamnya
terdapat zat X terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat X yang
tidak larut.
2.2.5 Larutan Tak Jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh
terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion < Ksp (ahmad fuad ildah).

2.2.6 Larutan Lewat Jenuh


yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (ahmad fuad ildah,2017).
2.2.7 Larutan Encer
Larutan encer yakni larutan yang memiliki pelarut lebih banyak
ketimbang zat terlarutnya. Misalnya face tonic, air mawar, astringent,
dan sebagainya (Ilham Choirul Anwar, 2021).
2.2.8 Larutan Pekat
Larutan pekat yaitu larutan dengan zat terlarut relatif lebih
banyak namun tidak sampai melebihi pelarutnya. Misalnya kopi hitam
kental. Larutan dibedakan menjadi padat, cair, dan gas. Larutan bisa
dipadukan dari jenis yang sama atau berbeda. Misalnya zat terlarut gas
dengan pelarut gas, akan menghasilkan larutan gas.
2.3 Proses Pelarutan

Bagaimana proses yang terjadi ketika suatu zat dicampurkan membentuk


suatu larutan. Hal ini bergantung pada struktur dan sifat zat yang akan
dicampurkan. Zat-zat yang memiliki struktur sama atau mirip dengan zat yang
akan dicampurkan akan mudah saling melarutkan, sebaliknya zat-zat yang
berbeda struktur satu dengan lainnya, tidak akan saling melarutkan. Selain itu,
kepolaran suatu zat akan membantu meramalkan kelarutan zat.
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan
suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperature dan
tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada
tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen, yaitu
larutan biner. Komponen dari larutan biner, yaitu pelarut dan zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan,yaitu temperatur, sifat pelarut
efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan
lain-lain (Kophrak, 2003).
Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan polar atau
dua larutan non polar yang membentuk larutan satu fase homogen. Larutan
yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar
membentuk dua fase (Stephen, 2022).
Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya ketika kita ingin membuat teh manis. Kita menambahkan gula ke
dalam air dan kemudian tambahkan teh serta mengaduknya. Ternyata air teh
tersebut masih terasa manis, kmudian kita menambahkan lagi air ke dalamnya.
Sehingga air teh yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih
encer dan rasa manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam pembuatan
larutan. Mencampurkan air, teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan
dan campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam air teh
yang manis dinamakan pengenceran.
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai
keasaaman dalam struktur dan sifat –sifat kelistrikan dengan molekul-molekul
solven. Bila ada keasaman, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-
solven adalah kuat, begitu juga sebaliknya. Secara umum, padatan ionik
mempunyai kelarutan yang lebih tinggidalam solven polar dari pada dalam
solven nonpolar (Sastrohamidjojo,2001).
2.3.1 Pelarutan Cair-cair
Dalam membahas pelarutan zat cair dalam zat cair lainnya,
banyak Ilmuwan kimia mengemukakan istilah “like dissolved like”
sebagai prinsip umum untuk menyatakan pelarutan. Istilah ini
mempunyai makna bahwa zat-zat cair yang mempunyai struktur serupa
akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan, sebab
molekul-molekul zat cair yang dicampurkan mempunyai gaya tarik
antarmolekul sama atau hampir sama dalam jenis maupun kekuatan
ikatannya. Molekul-molekul zat nonpolar berantaraksi satu sama lain
melalui gaya dispersi yang sama kuat. Gaya tarik antarmolekul C 5H12
dalam cairan pentana murni dan gaya tarik antarmolekul C6H14dalam
heksana mumi hampir sama dengan gaya tarik antarmolekul C 5H12 dan
molekul C6H14 dalam campuran heksana dan pentana. Dengan demikian,
molekul pentana akan menyebar dalam molekul-molekul heksana atau
sebaliknya karena tidak mengalami perubahan lingkungan dalam proses
pelarutan. Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan pelarut tidak
mempengaruhi proses pelarutan selama perbedaannya tidak terlalu besar.
Kloroform, CHCl3 yang polar dan karbon tetraklorida, CCl4 yang
nonpolar dapat saling melarutkan dalam segala perbandingan. Kedua zat
tersebut tampak memiliki sifat pelarut yang sama yakni merupakan
pelarut berbagai senyawa karbon, seperti hidrokarbon, lemak, dan
minyak. Hal ini menunjukkan gaya tarik antarmolekul dalam CHCl3 dan
CCl4 mendekati sama, sekalipun kepolarannya beda (sastrohamidjojo,
2001).
Sering dijumpai zat-zat nonpolar mempunyai kelarutan sangat
kecil di dalam air. Contohnya, minyak bumi yang merupakan campuran
hidrokarbon tidak larut dalam air. Fraksi mol pentana (nonpolar) yang
dapat larut dalam air hanya sekitar 0,00003. Fakta ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Agar pentana larut dalam air harus mampu memecahkan
ikatan hidrogen yang mengikat sesama molekul air. Namun demikian,
tidak ada gaya antaraksi antarmolekul C5H12 dan H2O yang dapat
disumbangkan sebagai energi untuk memecahkan ikatan hidrogen
antarmolekul air. (sastrohamidjojo, 2001).
2.4 Jenis Larutan Berdasarkan Zat Terlarut dan Pelarutnya
Jenis larutan berdasarkan zat terlarut dan pelarutnya, larutan dibedakan
menjadi Sembilan yaitu:
1. Larutan gas dalam gas. Contoh: Udara
2. Larutan gas didalam cairan Contoh: Air terkarbonisasi
3. Larutan gas dalam padatan Contoh: Hidrogen dalam logam
4. Larutan cairan dalam gas. Contoh: Uap air diudara.
5. Larutan cairan dalam cairan. Contoh: Alkohol dalam air
6. Larutan cairan dalam padatan. Contoh: Air dalam kayu
7. Larutan padat dalam gas. Contoh: Aroma
8. Larutan padat dalam cairan. Contoh: Air gula
9. Larutan padat dalam padatan. Contoh: Baja campuran besi dan karbon
(Khopkar,2003).
Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut
dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam bertambah seiring
bertambahnya jumlah partikel garam yang larut. Demikian pula rasa manis
dari larutan gula akan bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel gula
yang larut.
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan sutu gas dengan gas lainnya.
karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap
campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat
dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Apabila
sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan
padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak
beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya.
2.5 Konsentrasi

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan


konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan
halini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,
normalitas, ppm serta ditambah persen massa dan volume (Baroroh, 2004).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan
fisik, satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan kimia, misalnya mol,
massa rumus, dan ekivalen. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik
yaitu persen berat (%w/w), persen volume (%v/v), persen berat-volume
(%w/v), gram zat terlarut dalam satu liter larutan, miligram zat terlarut dalam
satu miiliter larutan, parts per million (ppm) dan parts per billion (ppb). Cara
menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu kemolaran (M), kenormalan
(N), keformalan (F), kemolalan (m), dan fraksi mol. Di bidang kedokteran dan
ilmu-ilmu biologi biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam persen berat-
volume (%w/v), ekivalen (Eq), mili eki dan keosmolaran (Achmad, 2001).
Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan
kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat
tiap satuan volume (besaran intensif), larutan encer berupa jumlah zat terlarut
sangat sedikit, dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut sangat banyak.
Cara menyatakan konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen,
fraksi mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain. Untuk bagian persejuta
(ppm) adalah massa komponen larutan (g) per 1 Juta gram larutan. Untuk
pelarut air, 1 ppm setara dengan 1 mg/liter, sedangkan persen berat,
menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam larutan 100 gram (Ratna,
2009).
2.6 Sifat Larutan
Sifat larutan yaitu penurunan tekanan uap (∆ P), kenaikan titik didih (∆ Pb),
penurunan titik beku (∆ Tf), dan tekanan osmotik (π) yaang hanya bergantung
pada jumlah partikel zat terlarutnya dikelompokan bersama dan disebut
sebagai fifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat
terlarutnya. Sifat koligatif larutan dibedakan untuk larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan elektrolit untuk
terionisasi/terdisosiasi membentuk ion-ion di dalam larutan, menyebabkan
jumlah partikel zat terlarutnya menjadi lebih besar.
Adapun Sifat Larutan Adalah sebagai berikut:
1. Larutan merupakan campuran yang homogen. Larutan yang tidak
homogen
atau ada endapan (contohnya pasir yang dimasukkan ke dalam air) disebut
suspensi, bukan larutan.
2. Partikelnya berukuran kecil dan memiliki diameter kurang dari 1 nm. Jadi
Tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
3. Antara zat pelarut dan terlarut gak bisa dibedakan, anggap saja komponen
lebih banyak dinamakan zat pelarut dan yang lebih sedikit disebut zat terlarut.
4. Komponen-komponen suatu campuran tidak dapat dipisahkan dikarenakan
menggunakan filtrasi atau saringan (eva, 2001).
2.7 Larutan Cairan dan Larutan Padatan
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam
suatu cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan
berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen
terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya.
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut larutan jenuh (laili mei, 2017).
1. Molaritas
Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan
biasanya dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0
M, bararti bahwa larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air
yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi satu liter.
2. Molalitas
Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram
solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl
dibaca 6,0 molal, dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan
menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air (laili mei, 2017).
3. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen
dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang
mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah ¼
dan air ¾. Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol
pelarut) sama dengan satu.
4. Normalitas
Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per
Liter larutan. Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO 4
dibaca 0,25 normal, dan menyatakan larutan yang mengandung 0,25 gram
ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan (laili mei, 2017).
5. Pengenceran
Pengenceran adalah penambahan pelarut sehingga jumlah mol zat terlarut
sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol. sebelum pengenceran, ada
penyetaraan jumlah mol zat terlarut.
6. PPM (Bagian per juta)
Ppm (part per million) adalah salah satu satuan konsentrasi yang
Menyatakan perbandingan sebagian dalam satu juta bagian yang lain.
7. Persen
Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen
volume. Sebagai contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram
larutan. Sedangkan 12% volume adalah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml
alkohol dan solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml (laili, 2017).
8. Persen Berat
Presentasi berat adalah menyatakan jumlah berat zat terlarut dalam 100
gr larutan.
9. Persent Volume
Persen volume jumlah volume (ml) dari zat terlarut dalam 100 ml larutan.
10. Kemolalan
Kemolalan (m) adalah suatu besaran konsentrasi larutan yang menyatakan
banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram (1 kg) pelarut. Satuan kemolalan
adalah molal.
11. Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel
kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas.
12. Koloid
Koloid adalah campuran heterogen antara dua dua zat atau lebih dimana
partikel-partikel zat berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sifat yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dan tidak pada
macam zat terlarut tersebut disebut sebagai sifat koligatif. Sejauh mana sifat
suatu larutan berubah berbending dengan sifat pelarut murni dinyatakan oleh
hukum koligatif. Selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan
dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murni berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut (Chang, 2004).
2.8 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan non elektrolit disebut suatu larutan ideal yaitu
larutan yang memiliki konsentrasi sangat encer, sekitar <0,2M. Sifat koligatif
larutan terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmosis. Berikut ini adalah 4 sifat-sifat koligatif
larutan:
1. Penurunan Tekanan Uap
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (non volatil) artinya tidak
memiliki tekanan uap yang dapat diukur, tekanan uap dari larutan selalu lebih
kecil daripada pelarut murninya. Sehingga hubungan antara tekanan uap
larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam
larutan. P1 adalah tekanan uap murni. Penurunan tekanan uap berbanding
lurus terhadap konsentrasi (rizki suci).
2. Kenaikan Titik Didik
Keberadaan zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan
uap larutan sehingga titik didih larutan juga terpengaruh. Titik didih larutan
merupakan suhu saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan suhu pada saat
tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer luar. Kenaikan titik didih
didefinisikan:
ΔTd = Td - Td
Dimana Td adalah titik didih larutan dan Td adalah titik didih pelarut murni.
Kenaikan titik didih berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap sehingga
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (rizki suci).
3. Penurunan Titik Beku
Larutan memiliki titik beku rendah dibandingkan pelarut. Hal tersebut
disebabkan pembekuan melibatkan transisi dari keadaan tidak teratur ke
keadaan teratur. Agar proses itu terjadi energi harus diambil dari sisten karena
larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut, maka lebih banyak energi
yang diambil untuk menciptakan keteraturan dibandingkan pelarut murni.
Penurunan titik beku didefinisikan sebagai:
ΔTb = Tb - Tb
Dimana Tb adalah titik beku larutan dan Tb adalah titik beku pelarut murni.
Kenaikan titik beku berbanding lurus dengan berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan.
4. Tekanan Osmotik
Gerakan bersih molekul pelarut melewati membran semi permiabel dari
pelarut murni atau dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat disebut
osmosis. Tekanan osmosit dalam suatu larutan adalah tekanan yang
diperlukan untuk menghentikan osmosis. Tekanan osmosis dapat
dinyatakan sebagai:
π = M . R. T
Dimana M adalah molaritas larutan, R adalah konstanta gas (0,082 L/atm
K.mol) dan T adalah suhu mutlak. Tekanan osmotic dinyatakan bahwa dalam
atmosfir, karena pengukurannya dilakukan pada suhu tetap. Seperti halnya
sifat lain, tekanan osmotic juga berbanding lurus dengan konsentrasi larutan
(Chang, 2004).
2.9 Larutan Standar
Dalam ilmu kimia, setiap larutan mempunyai standar. Larutan standar
adalah suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti. Jika,
memakai larutan standar, maka akan dapat menentukan konsentrasi dari suatu
larutan lain. Larutan standar memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan
ketika berada di laboratorium kimia. berikut beberapa kegunaan dari larutan
standar. Larutan tersebut dapat memiliki kegunaan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Berfungsi untuk menstandarisasi larutan volumetrik
2. Dapat dijadikan referensi untuk menentukan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya.
3. Untuk mengkalibrasikan instrumen
4. Mempersiapkan larutan standar.
5. Larutan standar dibagi menjadi dua jenis, yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder.
Larutan Standar Primer merupakan larutan yang konsentrasinya diperoleh
dari hasil mengukur. Standar primer digunakan sebagai kalibrator primer.
Adapun syarat-syarat larutan standar primer, yaitu bersifat stabil, bersifat
anhidrat, tidak higroskopis, memiliki kemurnian tinggi, memiliki tingkat
molekul yang tinggi, bila dibandingkan dengan molekul yang sejenis, murah,
tidak bersifat toksik, dan selalu tersedia dan siap digunakan (rosmidah, 2018).
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya didapatkan
dengan cara menentukan kadar suatu zat menggunakan larutan standar primer.
Larutan standar sekunder biasa digunakan untuk tujuan kalibrasi dari bahan
kontrol dalam laboratorium kecil untuk menganalisis konsentrasi larutan yang
tidak diketahui dari suatu substansi. Untuk syarat-syarat larutan standar
sekunder, yaitu tingkat kemurnian larutan lebih rendah bila dibandingkan
larutan standar primer, larutan memiliki waktu yang stabil, menentukan kadar
suatu zat menggunakan larutan standar primer, dan mempunyai kestabilan
lebih rendah bila dibandingkan dengan larutan standar primer (rosmidah,
2018)
3.0 Titrasi
Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat
habis bereaksi dengan dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin
diketahui kadarnya). Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volum larutan
dikenal dengan istilah titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat
mungkin dengan menggunakan alat-alat standar misalnya buret, dan pipet
volumetri. Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal
dengan istilah titrasi asam basa atau asidi alkalimetri. Secara teknis titrasi
dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi
tetes larutan basa melalui buret, ke dalam larutan asam dengan volum tertentu
yang terletak dalam labu erlenmeyer sampai keduanya tepat habis yang
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Pada umumnya zat yang
digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang berfungsi sebagai
pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat
(Estein, 2015).

3.1 Campuran
Campuran adalah kombinasi dari dua atau lebih zat di mana tiap-tiap zat
masih mempertahankan identitasnya masing-masing yang berbeda. Seperti zat
murni, campuran dapat berupa padatan, cairan atau gas. Beberapa contoh
campuran yang akrab dengan kehidupan kita adalah, es jus, air laut, dan udara.
Campuran tidak memiliki komposisi konstan yang universal. Oleh karena itu,
sampel udara yang dikumpulkan di lokasi yang berbeda akan berbeda
komposisinya karena perbedaan ketinggian, polusi, dan faktor lainnya.
Berbagai macam es jus, sangat mungkin berbeda dalam komposisi karena
penggunaan berbagai macam buahnya, atau mungkin perbedaan dalam
pengolahan, kemasan, dan sebagainya. (elisa, 2012).
Campuran dari dua zat atau lebih yang seragam dan sama di semua
bagiannya disebut campuran homogen, sedangkan campurannya yang tidak
seragam disebut campuran heterogen. Campuran adalah kombinasi dari dua
atau lebih zat di mana tiap-tiap zat masih mempertahankan identitasnya
masing-masing yang berbeda. Campuran natrium klorida dalam air adalah
campuran homogen karena komposisi campuran adalah seragam di seluruh
bagiannya. Kita tidak bisa membedakan komponen dari campuran homogen
seperti air garam, karena semua bagian sampel memiliki komposisi yang
sama. Jika kita mencampur pasir dengan kikiran besi, maka pasir dan kikiran
besi tetap berbeda dan masing-masing dapat dilihat. Jenis campuran heterogen
ini memiliki komposisi yang tidak seragam di setiap bagiannya. Campuran,
baik yang homogen maupun heterogen, dapat dipisahkan menjadi zat-zat
penyusunnya tanpa mengubah identitas masing-masing zat.
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Defenisi lain dari pengenceran diartikan pencampuran homogen yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan Satuan konsentrasi yang
biasanya diencerkan adalah molar (Baharuddin dan Azis, 2013).
Pencampuran dari solusi merupakan penggabungan dua zat atau lebih dari
jenisnya sama. Namun larutan tersebut memiliki konsentrasi yang berbeda.
Pencampuran tidak menyebabkan adanya perubahan fisik. Pada proses
pencampuran beberapa jenis zat berlaku rumus (Salirawati, 2007).
Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan
dalam udara.. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam udara. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
yang paling sering digunakan sebagai basa dalam proses produksi adalah
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia (Hasugian, 2012).
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga
jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat
terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut
sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah
penegenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran.
3.2 Normalitas
Normalitas adalah ukuran yang menunjukkan konsentrasi pada berat setara
dalam gram per liter larutan. Berat ekivalen itu sendiri adalah ukuran kapasitas
reaktif molekul yang dilarutkan dalam larutan. Dalam suatu reaksi, tugas zat
terlarut adalah menentukan normalitas suatu larutan. Normalitas juga disebut
satuan konsentrasi larutan ekivalen. Normalitas opsi paling efektif dan
berguna dalam proses laboratorium (satria, 2021).
Normalitas umumnya hampir sama dengan molaritas atau M. Ketika
molaritas adalah unit konsentrasi yang mewakili konsentrasi ion terlarut atau
senyawa terlarut dalam suatu larutan, normalitas memiliki fungsi yang lebih
lengkap, dengan normalitas mewakili konsentrasi molar hanya dari komponen
asam atau komponen dasar.
Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan
membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan
padat ini dinamakan alloy. Dalam larutan padat tertentu, atom
terlarut menggantikan beberapa atom pelarut dalam kisi kristal. Larutan ini
dinamakan larutan substitusional, yang ukuran atom pelarut dan terlarutnya
kira-kira sama. Dalam larutan padat lain atom terlarut dapat mengisi kisi atau
lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat interstisial
terjadi apabila atom terlarut kecil untuk memasuki lubang diantara atom
pelarut (Achmadi, 2004).
Jika dua zat yang berbeda dimasukka dalam suatu wadah, ada tiga
kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur dan tidak bercampur. Jika bereaksi,
akan menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari sifat semula. Dua zat
dapat bercampur apabila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu
ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi
atas gas-gas, gas-padat, cair-cair, cair-padat, dan padat-padat.
Volatil adalah kelompok unsur kimia dan senyawa kimia dengan
volatilitas rendah yang berhubungan dengan planet atau kerak bulan dan / atau
atmosfer. Contohnya termasuk nitrogen, air, karbon dioksida, amonia,
hidrogen, metana dan sulfur dioksida. Jika suatu larutan tersusun dari dua
komponen, yakni pelarut dan zat terlarut masing-masing mudah menguap
maka tekanan uap larutan adalah jumlah dengan tekanan parsial yang
ditimbulkan oleh dari setiap masing-masing komponen (surjani, 2015).
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut
murni.Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru
zatterlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama dari pada pelarut.
Setiaplarutan memiliki titik beku yang berbeda. Titik beku suatu cairan akan
berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu
zat terlarutatau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik
bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang)
Penurunan titik beku adalah penurunan titik beku pelarut akibat
penambahan zat terlarut yang tidak mudah menguap. Sedangkan Titik beku
adalah keadaan saat suhu dan tekanan tertentu suatu zat mencair, dimana
cairan dengan zat padatnya berada pada keadaan setimbang. Pada titik beku,
kecepatan partikel meninggalkan keadaan padat dan memasuki keadaan cair
sama dengan kecepatan partikel meninggalkan keadaan cair dan memasuki
keadaan padat. Jika ke dalam air dilarutkan sejumlah zat terlarut yang sukar
menguap sehingga terbentuk larutan, maka titik beku larutan tersebut akan
lebih rendah dari pada titik beku air murni (surjani, 2015).
Osmosis adalah perpindahan molekul pelarut (misalnya air) melalui
selaput semipermiabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat
atau dari bagian yang konsentrasi pelarut (misalnya air) rendah (hipotonis) ke
konsentrasi pelarut (misalnya air) tinggi (hipertonis). Membran
semipermeabel harus dapat dilewati oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Banyak proses kimia dan biologi yang tergantung pada osmosis, yakni
lewatnya molekul-molekul pelarut secara selektif melalui bagian membran
berpori dari larutan yang lebih encer ke larutan yang konsentrasinya lebih
pekat.
Pada awal bahasan mengenai sifat koligatif dinyatakan bahwa sifat
koligatif tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dan oleh
karena itu untuk larutan elektrolit perlu perlakuan yang sedikit berbeda
dibandingkan nonelektrolit. Sebagai contoh, penurunan titik beku dari larutan
sukrosa 0,10 m adalah Δ𝑇f = 0,186 ℃. Namun, penurunan titik beku larutan
natrium klorida 0,10 m adalah hampir dua kali ini besarnya. Mengapa? Karena
1 mol natrium klorida berdisosiasi semua dan hampir menghasilkan 2 mol ion
dalam larutan, yakni 1 mol ion klorida dan 1 mol ion natrium. Rasio jumlah
mol partikel di dalam larutan dengan jumlah mol zat awal yang belum
terdisosiasi disebut faktor van't Hoff (𝑖) (nurindah, 2015).
Sifat koligatif larutan bergantung pada jumlah partikel zat yang terlarut
dalam larutan. Jenis atau bentuk zat tidak mempengaruhi sifat koligatif
larutan. Pada konsentrasi yang sama, larutan elektrolit memiliki jumlah zat
terlarut yang lebih besar daripada larutan non elektrolit. Perbedaan jumlah
partikel zat terlarut ini berhubungan dengan Van't Hoff yang biasa
dilambangkan dengan i.
Sifat koligatif larutan adalah sifat yang hanya bergantung pada jumlah
partikel terlarut dalam suatu larutan dan tidak bergantung pada sifat alami
partikel terlarut. Sifat koligatif larutan bergantung pada jumlah dari partikel
terlarut saja, dalam bentuk atom, ion, maupun molekul.
Sifat koligatif merupakan suatu sifat yang terdapat pada larutan, dimana
sifat tersebut tidak bergantung terhadap jenis-jenis zat terlarut atau komponen
larutan yang lain. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat
koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit (rusdiani, 2017).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang
sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan
titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut.
Penyiapan/pembuatan larutan merupakan aktivitas yang sering sekali
dilakukan dalam bekerja di laboratorium, baik dalam analisis kimia secara
konvensional (volumetri dan gravimetri maupun dalam analisis secara
instrumentasi (spektrometri, kromatografi, dsb).

BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat

Gambar 3.1 Batang pengaduk Gambar 3.2 Corong Gambar 3.3 Pipet tetes
Gambar 3.4 Pipet skala Gambar 3.5 Neraca analitik Gambar 3.6 Spatula

Gambar 3.7 Labu ukur Gambar 3.8 Gelas piala Gambar 3.9 Botol semprot

3.2 Bahan
a. Padatan NaOH (Natrium Hidroksida) atau NaCl (Natrium Klorida atau
Garam dapur)
b. Larutan CH3COOH (Asam Asetat) atau HCl (Asam Klorida) pekat
c. Aquades

3.3 CARA KERJA


3.3.1 Bahan Padat
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, selanjutnya larutkan
gelas piala 100 ml dalam keadaan kosong, kemudian menimbang N a OH
atau N a CI dengan berat tertentu kedalam gelas 100 ml, selanjutnya
larutkan N a OH atau N a CI dengan aquadest dan masukkan kedalam labu
ukur 100 ml dengan bantuan corong, himpitkan hingga mencapai tanda
garis atau miniskus, larutan kemudian di homogenkan dan diberi label
sesuai dengan konsentrasinya

3.3.2 Bahan Cair


Menyediakan alat dan bahan yang digunakan, kemudian pipet
larutan CH 3 COOH atau HCL pekat (konsentrasi 37% dan bj 1,18g/m)
dengan volume tertentu ke dalam labu ukur tersebut, kemudian
menambahkan aquadest hingga garis miniskus dan dinginkan, kemudian
larutan di homogenkan dan diberi label sesuai dengan konsentrasinya.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data pengamatan


a. Bobot N a OH : 4,073
b. Volume HCI : 25ML
c. Volume larutan : 100Ml 0,1L
gr
d. BM N a OH : 40
mol
gr
e. Bj HCL :1,19
mol
f. %HCL : 38%
4.2 Reaksi
N a OH + H 2 O N a + +OH- + H 2 O
HCL + H 2 O H 3 O+ +CI
4.3 Pembuatan larutan N a OH 1M dalam 100 ML
Dik : N = 1N
V = 100ml
Ar . na+ Ar o+ Ar H
Mr N a OH = gr
23+16+ 1=40
mol
Ditanyakan N = ?
Penyelesaian :
W = N x BE x V
eq gr
=1 x 40 x 0,1 = = 4 gram
t mol
4.4 Pembuatan larutan HCI 38% dalam 100ml
Dik : V = 100ml
N 2=0,5 N
N 1=2 N
Dit : v1 ?
Pemyelesaian :
v1 . N 1=v 2 . N 2
x=2 N=100 ml . 0,5 N
100 ml .0,5 N
x= =25 ml
2N
4.5 Pembahasan
Dari hasil percobaan, kami dapat mengetahui untuk cara membuat larutan
dari bahan padat dan cair. Untuk bahan dapat dilakukan dengan cara
menimbang bahan yang akan dijadikan larutan. Sedangkan untuk bahan
yang akan dijadikan larutan yang cair, dilakukan dengan cara memipet
bahan yang akan dijadikan larutan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Massa awal larutan NaOH sama dengan massa campuran Karena sesuai
dengan sistem stoikiometri hukum kekekalan massa yang berbunyi "massa
zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama" yang dibuktikan dengan
percobaan pengukuran berat yang masing-masing berat larutan jika
dijumlahkan sama dengan berat larutan campuran, begitu pula yang terjadi
pada larutan NaOH dan HCI.
5.2 Saran
1. Saran untuk laboratorium
Sebaiknya bahan dan alat yang diujikan ditambah agar semua dapat
melakukan praktikum dan tidak saling bergantian dan waktu untuk
praktikum di tambahkan agar tidak terburu buru sat mengerjakan
prakrikum.
2. Saran untuk asisten
Sara saya untuk kakak agar sabarnya ditingkatkan dalam
membimbing kami dan saat menjelaskan materi tidak terlalu cepat agar
kami dapat lebih jelas untuk memahami materi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai