PEMBUATAN LARUTAN
PENDAHULUAN
campuran zat pada prosesnya. Pada umumnya, reaksi kimia berlangsung antara
dua campuran zat, bukan antara zat murni. saat ini, begitu banyak reaksi kimia
yang kita kenali, baik itu hasil dari laboratorium maupun yang terjadi secara
alami. Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, dari skala
mikro hingga skala makro titik di alam, umumnya reaksi kimia berlangsung di
dalam suatu zat. Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang.
Zat tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbedabeda. Susunan
dan sifat partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi (Putri, dkk. 2017). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika
sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran
(Khikmah, N. 2015). Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan,
maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan
mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan
suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara
yang cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya
berubah menjadi uap (Arlita, M. A. 2013). Ketika zat lain terlarut dalam air maka
bahan dari zat tersebut akan menjadi partikel-partikel, yang nantinya partikel ini
akan mengikat partikel air dan membebaskan diri menjadi uap, dengan kata lain
molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk mendidih
(Wolke, 2003). Waktu yang diperlukan untuk mendidih pada larutan berbeda-
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar
sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.
2015). Oleh karena itu, praktikum kali ini dilaksanakan untuk mengetahui
perbedaan pembuatan larutan dari bahan padat dan cair, konsentrasi dari suatu
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melarutkan zat padat secara baik dan benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
wujudnya dapat dibedakan menjadi zat padat, cair, dan gas. Sedangkan klasifikasi
campuran. Zat tunggal dapat dibedakan menjadi senyawa dan unsur. Menurut
Hendro (2012) senyawa adalah zat murni yang dapat dipecah menjadi zat yang
lebih sederhana dengan proses kimia. Contohnya adalah senyawa air (dapat
dipecah menjadi oksigen dan hidrogen), senyawa glukosa (dapat dipecah menjadi
karbon, hidrogen dan oksigen). Sedangkan menurut David E.G (2017) senyawa
adalah zat yang teridiri dari dua atau lebih unsur secara kimia yang bergabung
Berdasarkan pendapat Hendro (2017) unsur adalah zat murni yang paling
sederhana. Sedangkan menurut pendapat David E.G (2017) unsur adalah zat yang
tidak dapat dipecah menjadi zat yang lebih sederhana dengan cara kimia. Contoh
unsur adalah emas, perak, oksigen, hidrogen. Campuran adalah suatu materi yang
terdiri dari dua zat lebih dan masih mempunyai sifat azalnya. Campuran
homogen adalah campuran dengan komposisi dan sifat yang seragam diseluruh
sampel, sedangkan campuran degan komposisi dan sifat fisisnya beragam sari satu
bagian campuran dengan bagian lainnya disebut campuran heterogen (Petrucci,
2011).
adalah campuran yang memiliki susunan yang sama dari tiap bagian, sedagkan
campuran heterogen adalah campuran yang tiap bagiannya tidak terdiri dari
bagian yang sama. Jadi untuk lebih memudahkan untuk memelajari suatu materi
wujud dapat dibedakan mejadi zat padat, cair, dan gas. Sedangkan
A. Pengertian Larutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang
jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit
disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih zat yang lebih sedikit
pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan terlarut. Campuran yang dapat
saling melarutkan satu lama lain dalam segala perbandingan dinamakan larutan
„miscible'. Udara merupakan larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak
sudah pasti berfasa tunggal. Berdasarkan wujud dari pelarutnya, suatu larutan
dapat digolongkan ke dalam larutan padat, cair ataupun gas. Zat terlarut dalam
ketiga fasa larutan tersebut juga dapat berupa gas, cair ataupun padat. Campuran
gas selalu membentuk larutan karena semua gas dapat saling campur dalam
cairan disebut “pelarut” dan komponen lain (gas atau zat padat) disebut “terlarut”.
Jika dua komponen pembentuk larutan adalah cairan maka komponen yang
B. Jenis-Jenis Larutan
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga perilakunya sukar diramalkan secara
tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku zat nyata menimbulkan cara atau
model yang dapat menjelaskan prilaku secara teoritis, dinamakan hukum ideal.
Oleh karena itu, muncul istilah larutan ideal, sebagai upaya untuk menjelaskan
keadaan sistem dari larutan nyata. Molekul-molekul gas ideal dipandang sebagai
molekul-molekul bebas yang tidak berantaraksi satu sama lain. Dalam larutan cair
pendekatan keidealan berbeda dengan gas ideal. Dalam larutan ideal partikel-
partikel pelarut dan terlarut yang dicampurkan berada dalam kontak satu sama lain.
Pada larutan ideal dengan zat terlarut molekuler, gaya antaraksi antara semua
partikel pelarut dan terlarut setara. Dengan kata lain, dalam larutan ideal, misalnya
zat A dan zat B, gaya antarpartikel: AA; AB atau BB adalah sama. Benzen
dan toluen memiliki gaya antaraksi mendekati sama sehingga jika dicampurkan
akan mendekati larutan ideal. Larutan ideal dengan zat terlarut ionik didefinisikan
sebagai larutan yang ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu sama lain, dan
baku tarik hanya terjadi dengan molekul pelarut. Untuk larutan ionik yang sangat
encer dapat dikategorikan mendekati perilaku ideal sebab ion-ion dalam larutan itu
Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam bentuk ion-ionnya
maupun molekulernya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion Na+ dan ion Cl masing-
masing terhidrasi dalam air, dan ion-ion yang terhidrasi itu secara bebas dapat
bergerak ke seluruh medium larutan. Akan tetapi apabila glukosa atau etanol larut
dalam air, zat-zat tersebut tidak berada dalam bentuk ioniknya melainkan dalam
bentuk molekulernya. Zat-zat yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat
menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang tergolong elektrolit, yaitu asam, basa, dan
garam.
jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh dari zat X adalah larutan yang di
dalamnya terdapat zat X terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat X yang
tidak larut. Untuk membuat larutan jenuh NaCl dalam air pada 25°C, kita harus
menambahkan NaCl berlebih ke dalam air dan mengaduknya terus sampai tidak
ada lagi NaCl yang melarut. Larutan jenuh NaCl pada 25°C mengandung 36,5
gram NaCl per 100 gram air. Penambahan NaCl berikutnya ke dalam larutan jenuh
NaCl tidak akan mengubah konsentrasi larutan. Larutan tak jenuh mengandung zat
terlarut dengan konsentrasi lebih kecil daripada larutan jenuh. Larutan NaCl pada
25°C yang mengandung NaCl kurang dari 36,5 gram disebut larutan tak jenuh.
Dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbangan antara zat terlarut dan zat
yang tidak larutnya. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan maka larutan
mendekati jenuh. Larutan lewat jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil,
kesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika larutan yang sudah
melebihi jenuh pada suhu tinggi diturunkan sampai mendekati suhu kamar.
1. Pelarutan Cair-cair
Dalam membahas pelarutan zat cair dalam zat cair lainnya, banyak
Ilmuwan kimia mengemukakan istilah “like dissolved like” sebagai prinsip umum
untuk menyatakan pelarutan. Istilah ini mempunyai makna bahwa zat-zat cair
yang mempunyai struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam
mempunyai gaya tarik antarmolekul sama atau hampir sama dalam jenis maupun
kekuatan ikatannya. Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan pelarut tidak
Kloroform, CHCl3 yang polar dan karbon tetraklorida, CCl4 yang nonpolar dapat
memiliki sifat pelarut yang sama yakni merupakan pelarut berbagai senyawa
karbon, seperti hidrokarbon, lemak, dan minyak. Hal ini menunjukkan gaya tarik
beda. Berdasarkan kasus ini tampak bahwa sumbangan gaya dipol sangat kecil
mol I2 dalam CCl4 mencapai jenuh pada 25°C sekitar 0,011. Jika dibandingkan
dengan Br2 yang berwujud cair pada suhu yang sama tidak mempunyai batas
kelarutan dalam CCl4 sehingga Br2 dalam CCl4 tidak dapat membentuk larutan
kelarutan terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik antarmolekuler dalam zat
padat lebih besar daripada gaya tarik antarmolekuler dalam zat cair untuk suhu
yang sama sehingga dapat diduga bahwa gaya tarik antarmolekul I2(s) lebih besar
daripada gaya tarik antarmolekul CCl4() . Oleh sebab itu, kelarutan I2 dalam
CCl4 relatif rendah. Keadaan ini didukung oleh fakta bahwa zat padat dengan titik
leleh lebih rendah akan memiliki kelarutan lebih besar dibandingkan dengan zat
padat yang memiliki titik leleh lebih tinggi untuk struktur molekuler yang serupa.
Zat padat non-polar atau sedikit polar memiliki kelarutan tinggi dalam zat cair
yang memiliki kepolaran rendah, tetapi kelarutannya rendah dalam pelarut polar.
DDT, misalnya memiliki struktur serupa dengan CCl4 dan CHCl3 sehingga DDT
larut baik dalam pelarut non-polar atau sedikit polar sebagaimana halnya CCl4
3. Pelarutan Gas-Cair
Terdapat dua prinsip utama berkaitan dengan kelarutan gas dalam cairan.
Pertama, makin tinggi titik cair suatu gas, gaya tarik antarmolekul makin
mendekati sifat cairan. Dengan demikian, gas dengan titik cair lebih tinggi
memiliki kelarutan lebih besar. Kedua, pelarut yang paling baik untuk suatu gas
adalah pelarut yang mempunyai gaya tarik antarmolekul mirip dengan yang
2.4. Pengenceran
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pada
tahapan ini, ekstrak kopi yang dihasilkan pada langkah 5 kemudian didinginkan
METODOLOGI
Alat : Laptop
4.1. Hasil
Soal :
sebanyak ?
Jawab :
= 5,85 gram
2. Diketahui : M1 = 1 M dalam 1 L
M2=0,2 M
V2=100 ml
Ditanya : V1 ….?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
1 x V1 = 0,2 x 100
V1 = 20 ml.
4.2. Pembahasan
Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam dan garam dapur, merupakan
senyawa ionik dengan rumus NaCl. Natrium klorida pada umumnya merupakan
padatan bening dan tak berbau, serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol, dan
asam formiat, namun tidak larut dalam HCl. Menurut (Arios dkk, 2014)
Sebagai bahan utama dalam garam dapur, dan biasanya digunakan sebagai
bahan pengering yang murah dan aman karena memiliki sifat higroskopis,
membuat penggaraman menjadi salah satu metoda yang efektif untuk pengawetan
laut ataupun air payau dari berbagai macam sumber air tersebut, seperti sumur
dan danau air asin, dan dengan menambang dari batu-batuan garam yang biasa
disebut dengan halite. Selain digunakan dalam memasak, natrium klorida juga
digunakan dalam banyak aplikasi, seperti pada pembuatan pulp dan kertas, untuk
mengatur kadar warna pada tekstil dan kain, dan untuk menghasilkan sabun,
deterjen dan produk lainnya. Natrium klorida merupakan sumber utama dari
industri klorin dan natrium hidroksida, dan digunakan pada hampir setiap
industri. Natrium klorida juga biasa digunakan sebagai penyerap debu yang aman
dan murah dikarenakan sifatnya yang higroskopis, juga pada pembuatan garam
sebagai salah satu metode pengawetan yang efektif dikarenakan sifatnya yang
menarik air keluar dari bakteri melalui tekanan osmotik sehingga mencegah
6. Warna : putih
1. Mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut didalam gliserol, dan
amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam asam
klorida
air
3. Biasanya bersifat higroskopis yang artinya zat yang dapat menyerap air
Penelitian yang berdasarkan dengan karbon aktif ini telah banyak dilakukan,
dengan berbagai variasi bahan baku, zat aktivator, waktu aktivasi, temperatur
yang optimal didapatkan pada penelitian ini dengan hasil analisa kadar air 0.4 %,
kadar abu 6.6 %, bilangan Iodine 1015.28 mg/gr dan daya serap terhadap Cu
0.7969 ppm. Penggunaan larutan Natrium Klorida sebagai zat aktivator kimia
karena zat aktivator NaCl mampu berfungsi sebagai zat dehidrat pada karbon aktif
yang dihasilkan. Selain itu, NaCl tidak beracun, harganya sangat terjangkau
dibandingkan dengan jenis aktivator yang lain dan aman terhadap lingkungan
maka NaCl di timbang sebanyak 0,9 g kemudian dilarutkan dalam 1 liter akuades
Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan normal salin yang bersifat isotonis,
dapat juga menggunakan aquadest steril karena aquadest merupakan pelarut yang
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
pengumpulan buku, jurnal ilmiah, dan dokumen lainnya. Penulis dapat menarik
Untuk NaCl fisiologis sterilisasi dilakukan pada suhu 120°C selama 20 menit.
5.2. Saran
seminimal mungkin
Adianto, W. 2013. Perbedaan Morfologi Sel Darah pada Pengecatan Giemsa yang
Arios, R., Tomuka, D., dan Kristanto, E. 2014. Efektifitas Deteksi Spermatozoa
Manado.
Dewi, Caprita Nata Kusuma. 2018. Perbedaan Kadar Bilirubin Total Plasma Edta
Floehr, Tilman., Hongxia X., Bjorn., Lingling., Junli H., Daqiang Y., Xiaowei Z.,
review on the Pollution Status of the Yangtze River. Environ Sci Pollut
Res.
Joseph, and Hadjiza, B. W. 2013. Basic Physical Pharmacy. Burlington
Khikmah, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Jakarta
Putri, Laili Mei Ari., Trapsilo P., dan Bambang S. 2017. Pengaruh Konsentrasi
Sugianti, Cicih., Novi A., Diding S., Mareli T., Sri W., dan Meinilwita Y. 2016.
Wolke, R. L. 2003. Einstein Aja Gak Tau!. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.