INSTRUMEN
HAK ASASI MANUSIA
Penulis:
Budiono Widagdo
Vini Hygieani Waluya
Editor:
Abbas
Penulis:
Budiono Widagdo
Vini Hygieani Waluya
ISBN : 978–623–6060–42–1
Editor :
Abbas
Diterbitkan oleh :
Pusat Pengembangan Diklat Fungsional Dan HAM
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum Dan HAM
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Jalan Raya Gandul – Cinere, No. 4, Depok 16512
Telp. (021) 7540077, 7540124 Fax. (021) 7543709
Dicetak oleh :
CV. Alnindra Putra Perkasa - Depok
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya serta kerja keras Tim
Penyusun Modul dan Editor sehingga berhasil disusun Modul
Pelatihan Dasar-dasar Hak Asasi Manusia dengan Metode E-Learning.
Halaman
A. Latar Belakang
Hal ini dari waktu ke waktu secara luas diterima sebagai norma-norma
dasar HAM bahwa setiap orang harus menghormati dan melindungi.
Serangkaian perjanjian HAM internasional dan instrumen HAM
lainnya yang diadopsi sejak tahun 1945 telah memberikan bentuk
hukum tentang HAM yang melekat dan mengembangkan instrumen
HAM internasional. (Ditambahkan 1 – 2 kalimat)
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta dapat
menjelaskan materi muatan instrumen HAM nasional dan
substansi hak instrumen HAM internasional ini dalam rangka
mewujudkan pelindungan, penghormatan, pemenuhan,
penegakkan dan pemajuan HAM.
Modul ini terdiri dari beberapa materi pokok dan sub materi pokok:
F. Jam Pembelajaran
DUHAM, bersama dengan Kovenan Hak Sipil dan Politik dan Kovenan
Ekonomi Sosial dan Budaya merupakan landasan dari Undang-
Undang HAM Internasional (International Bill of Human Rights).
Sebagaimana pada tahun 1950, Majelis Umum PBB
mendeklarasikan bahwa “penikmatan kebebasan sipil dan politik
dan hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan hal yang saling
1. Substansi Hak
Penutup Pasal 28 hak atas tatanan dunia yang bebas dan adil
Pasal 29 terkait tanggung jawab/kewajiban individu kepada
kepada masyarakat
Pasal 30 hak-hak tidak dapat dicabut
Sebagai salah satu fitur utama dari Dewan HAM, UPR dirancang
untuk menjamin perlakuan yang sama bagi setiap negara ketika
situasi HAM mereka ditinjau. Tujuan utama dari mekanisme ini
yaitu untuk memperbaiki situasi HAM di semua negara dan untuk
3. Rangkuman
1. Muatan Substansi
Bagian V Pasal 46 tidak ada satu ketentuan pun dalam Kovenan ini
yang boleh ditafsirkan sebagai mengurangi
ketentuan Piagam PBB dan konstitusi badan khusus
dalam hubungan dengan masalah yang diatur dalam
Kovenan ini
2. Protokol Opsional
Protokol Opsional I
Protokol Opsional I terdiri dari Pembukaan dan 14 (empat belas)
Pasal. Namun karena sifatnya opsional maka Negara pihak
bebas untuk menjadi pihak atau tidak menjadi pihak dalam
protokol, untuk Negara Indonesia sendiri tidak menjadi Pihak
dalam Protokol ini. Isi dalam Protokol ini lebih menjelaskan
tentang kewenangan dan bentuk mekanisme pengawasan atas
Protokol Opsional II
Protokol Opsional ini dibuat pada 15 Desember 1989 yang
diadopsi Majelis Umum PBB melalui resolusi 44/128 dengan
tujuan untuk penghapusan hukuman mati di bawah juridiksi
hukum suatu Negara Pihak. Protokol ini mulai diterapkan pada
11 Juli 1991. Dalam Protokol ini dijelaskan bahwa Negara
Negara Pihak diwajibkan untuk mengambil semua upaya yang
diperlukan untuk menghapus hukuman mati dibawah
yuridiksinya. Karena hukuman mati dinilai bertentangan dengan
norma-norma yang terkandum dalam DUHAM dan ICCPR serta
menghambat pemajuan pemenuhan hak hidup.
3. Mekanisme Pemantauan
4. Rangkuman
5. Evaluasi
1. Muatan Substansi
3. Mekanisme Pemantauan
4. Rangkuman
Hingga Mei 2021, Kovenan ini telah diratifikasi oleh 171 negara
pihak dan 71 negara penanda tangan. Indonesia sendiri telah
meratifikasi Kovenan ini melalui UU No. 11 Tahun 2005 dengan
menyatakan deklarasi terhadap ketentuan Pasal1. Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya ini
terdiri dari Pembukaan dan 31 Pasal yang secara garis besar
dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu: Bagian I (self-
determination), Bagian II (prinsip-prinsip umum), Bagian III
(substansi hak), Bagian IV (mekanisme pelaporan), Bagian V
(penutup).
1. Muatan Substansi
Bagian I Pasal 1 definisi anak: bahwa setiap orang di bawah usia 18 tahun
Pasal 2 prinsip non-diskriminasi
Pasal 3 prinsip kepentingan terbaik bagi anak
Pasal 4 penerapan konvensi
Pasal 5 hak dan tanggung jawab orang tua untuk membimbing
anak dengan memperhatikan pengembangan kapasitas
anak
2. Protokol Opsional
3. Mekanisme Pemantauan
4. Rangkuman
5. Latihan
Hingga Februari 2021, Konvensi ini telah diratifikasi oleh 182 negara
pihak dan 3 negara penandatangan. Pemerintah Indonesia telah
mengesahkan Konvensi ini melalui UU No. 29 Tahun 1999 sebagai
desakan yang kuat pada Pemerintah Indonesia baik dari dalam
maupun luar negeri akibat terjadinya kerusuhan Mei 1998. Peristiwa
kerusuhan rasial Mei 1998 merupakan peristiwa monumental yang
memakan korban dalam jumlah amat besar, baik dari kaum miskin
kota maupun kelompok etnis Tionghoa. Protes, kecaman maupun
1. Muatan Substansi
Bagian III
Penutup Pasal 17 mengatur mengenai pengesahan konvensi dan
- 25 ketentuan khusus tentang perselisihan
Hingga Februari 2021, Konvensi ini telah diratifikasi oleh 189 negara,
termasuk Indonesia, dengan 2 negara penandatangan. Adapun
Pemerintah Indonesia menandatangani Konvensi tersebut dalam
Konferensi Sedunia Dasawarsa PBB bagi Perempuan di
Kopenhagen, Denmark pada tanggal 29 Juli 1980.
Penandatanganan itu merupakan penegasan sikap Indonesia atas
keinginannya untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha internasional
menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan karena
isi Konvensi tersebut sesuai dengan mandat konstitusi Indonesia.
2. Protokol Opsional
3. Mekanisme Pemantauan
4. Rangkuman
1. Muatan Substansi
2. Protokol Opsional
3. Mekanisme Pemantauan
Anggota Komite ini berasal dari negara pihak konvensi ini, dan
mulai berfungsi sejak 1 Januari 1988. Para pakar akan menjabat
untuk masa 4 tahun dan dapat dipilih kembali. Komite
Menentang Penyiksaan melakukan sesi pertemuan tahunan
sebanyak dua kali untuk mendiskusikan laporan yang
disampaikan negara pihak. Indonesia menyampaikan laporan
pertama pada tahun 2001 dan laporan kedua pada tahun 2005.
Selain itu, Komite Menentang Penyiksaan juga membentuk
kelompok kerja untuk melakukan pemeriksaan terhadap
komunikasi dari individu (pengaduan) yang diterima
berdasarkan Pasal 22 dan kemudian menyampaikan
rekomendasi kepada Komite.
4. Rangkuman
5. Latihan
1. Muatan Substansi
3. Mekanisme Pemantauan
4. Rangkuman
Kebijakan pra penempatan TKI yang saat ini dimiliki Indonesia masih
belum secara efektif melayani TKI dalam proses persiapannya.
Meratifikasi Konvensi ini berarti memperbaiki prosedur standar dalam
mempersiapkan TKI yang akan bekerja di Luar Negeri. Dalam
Konvensi ini, kewajiban Negara Pihak untuk mengakui dan menjamin
hak asasi yang termuat pada pasal 1 sampai dengan pasal 71. Hak-
hak asasi yang termuat dalam konvensi ini meliputi hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya dengan menerapkan prinsip perlakuan
yang sama, non diskriminasi dan manusiawi dengan warga negara
dari negara tempat bekerja.
1. Muatan Substansi
Bagian III Pasal 8 hak atas kebebasan untuk berpindah dan bergerak
HAM bagi seluruh Pasal 9 hak untup hidup
pekerja migran Pasal 10 hak atas kebebasan dari penyiksaan atau perlakuan
dan anggota atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
keluarganya merendahkan martabat
Pasal 11 hak atas kebebasan dari perbudakan, kerja paksa,
atau wajib kerja
Pasal 12 hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan
beragama
3. Rangkuman
1. Muatan Substansi
2. Mekanisme Pemantauan
3. Rangkuman
1. Negara Pihak
menyerahkan Laporan
awal/periodik kepada
Treaty Bodies
5. Treaty Bodies
mengeluarkan
Concluding 3. Negara Pihak
Observation dari Menyerahkan
Laporan Negara Tanggapan Tertulis
Pihak berikut atas LoI kepada
Rekomendasi 4. Dialog Konstruktif Treaty Bodies
antara Negara Pihak
dengan Treaty Bodies
Reservasi
pasal 30
(1)
Pasal 27 pasal 15 pasal 7 pasal 16 pasal 16 pasal 40 pasal 71 pasal 33 pasal
substansi
Pasal 53 pasal 31 pasal 25 pasal 33 pasal 30 pasal 54 pasal 93 pasal 50 pasal
keseluruhan
Negara 167 160 175 153 187 193 46 negara 130
Pihak negara negara negara negara negara negara negara
Negara 74 negara 70 negara 86 negara 78 negara 99 negara 140 35 negara 155
Penanda negara negara
tangan
Laporan 1 1 2007- 1 2008- 1,2,3 1 1999- 1 1 1992 1 2013 1 2013
periodik 2008 2012 2012 2000-2006 2001 1985-1986 2 1992
2 4,5,6, 7 2 2003- 2, 3 1989- -1997
2012 1997 3, 4 1997-
3 2017 2012 2005 4, 5 2001- 2007
3 2005
6, 7 2009-
65
2012 2010
Keterangan :
1. Muatan Materi
2. Latihan
4. Evaluasi
1. Muatan Materi
2. Latihan
Diskusikan dalam kelompok tentang alasan mengapa Hukum
HAM tidak berlaku pada isu aborsi, hak anak yang belum lahir
dan euthanasia. Jelaskan?
3. Rangkuman
Dalam UU No. 39 tentang HAM telah memuat materi HAM yang
tercantum dalam instrumen HAM internasional. UU ini selain
memuat mengenai HAM dan kebebasan dasar manusia, juga
mengatur kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah dalam
penegakan HAM di Indonesia, sehingga Pemerintah selalu
memperhatikan hak-hak masyarakat dalam setiap pembuatan
kebijakan melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM. Hal
4. Evaluasi
Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan
boleh dimiliki oleh anak-anak? Jelaskan?
2. Apakah penyadapan melanggar hak kebebasan pribadi?
Jelaskan!
3. Apakah seorang narapidana berhak untuk bebas dari
penyiksaan?
a. Genosida
2. Latihan
3. Rangkuman
4. Evaluasi
Mengingat ciri dan sifat yang khas pada Anak dan demi
perlindungan terhadap Anak, maka perkara Anak yang
berhadapan dengan hukum wajib disidangkan pada
pengadilan pidana Anak yang berada di lingkungan peradilan
Umum. Dan proses peradilan perkara Anak sejak ditangkap,
ditahan, diadili, dan pembinaan wajib dilakukan oleh pejabat
khusus yang memahai masalah Anak. Namun sebelum masuk
proses peradilan para penegak hukum, keluarga, dan
masyarakat wajib mengupayakan proses penyelesaian di luar
jalur pengadilan yakni melalui Restoratif justice dan diversi.
b. Keadilan restoratif
2. Latihan
Diskusikan dalam kelompok keuntungan yang didapat dari UU
ini untuk Pemerintah, pelaku dan korban itu sendiri.
4. Evaluasi
1. Berikan pendapatmu mengenai sistem diversi dan keadilan
restoratif ini? Apakah sistem ini dapat lebih efektif dalam
melindungi hak anak?
7. Latihan
8. Rangkuman
9. Evaluasi
A. Simpulan
B. Saran
Buku
Andrey Sudjatmoko, Perlindungan HAM dalam hukum HAM dan Hukum
Humaniter Internasional, Pusat Studi Hukum Humaniter, Fakultas
Hukum Trisakti, Jakarta, 1999.
Arif Gosita, DR, S.H., Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan
Karangan), PT Buana Ilmu Populer, Jakarta Barat, 2002.
Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta:
Mahkamah Konstitusi, 2005.
Cassese, Antonio. Hak Asasi Manusia Yang Berubah, Jakarta, Yayasan
Obor Indonesia, 2005.
McCain, John dan Mark Slater, Karakter-Karakter Yang Menggugah
Dunia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.
Kusuma, W Mulyanah, Hukum dan Hak-hak Anak, CV. Rajawali,
Jakarta, 1986.
Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumi,
Bandung 2003.
Smith K.M.Rhona dkk, ed. Asplund D. Knut, Marzuki Suparman, dan
Riyadi Eko, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Studi Hak Asasi
Manusia Universitas Islam Yogyakarta, Yogyakarta, 2008.
Soemitro, Setyowati Irma, S.H., Aspek Hukum Perlindungan Anak,
Bumi Aksara, Jakarta, 1990.
Supomo, Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, 1974.
BAB III
Evaluasi
Yang artinya negara dalam hal ini pemerintah dari seluruh sisi
Kementerian/Lembaga dalam tugas fungsinya secara
menyeluruh memiliki tanggung jawab dalam memenuhi HAM
warga negara.
Latihan
Evaluasi
Latihan
Evaluasi
Latihan
Evaluasi
Latihan