Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rosanno Hanif

NIM : 11191130000075
Kelas : Politik Islam Global – 7 C

Laporan Bacaan Minggu ke-9

Whither Political Islam? Understanding the Modern Jihad

Esai review yang ditulis oleh Mahmood Mamdani berjudul “Whither Political Islam?
Understanding the Modern Jihad” merupakan bentuk rangkuman serta opininya terhadap
buku yang berjudul “The War for Muslim Minds: Islam and the West” dan “Globalized
Islam: The Search for a New Ummah”. Dalam esensinya kedua buku tersebut membahas
tentang diskusi terkait politik dalam islam. Dari rangkuman kedua buku tersebut Hamdani
berpendapat bahwa dalam fokusnya dalam buku yang ia rangkum merujuk pada penjelasan
politik Islam dari aspek sosial seperti tentang bagaimana Muslim bersosialisasi di masyarakat
dan rentetan sejarahnya. Dijelaskan oleh Mamdani kelebihan diantara kedua buku yang
ditinjau tersebut, dimana kedua penulis, Oliver Roy dan Gilles Kepel mengambil topik
tentang munculnya Islam politik dalam culture talk. Kepel cenderung membahas
pemahamannya tentang sejarah dari Islam politik, sedangkan Roy membahas dalam aspek
sosial yang menelaah bagaimana Muslim berpikir dan bertindak. Diantara keduanya, Roy
berargumen bahwa dia menolak adanya ide pendekatan kultural yang memperlakukan ‘agama
Islam’ sebagai hal yang selalu terikat dengan setiap kejadian yang berhubungan dengan
tindakan terorisme seperti bom bunuh diri dan jihad.
Kemudian Islam politik dari aspek sejarah, Kepel melacak adanya dua aliran
pemikiran Islam yang saling berbeda satu sama lain: yaitu aliran yang sangat ketat dan sangat
kaku seperti Salafi atau Wahabi, dan aliran yang menjunjung pemikiran politik sebagai
Ikhwanul Muslimin. Kedua aliran ini kemudian bergabung, menghasilkan ideologi yang
saling bersangkutan yang sekarang diidentifikasikan dengan Osama bin Laden. Kepel
menelusuri asal-usul Salafisme ke Arab Saudi dan ide-ide teolog radikal Muhammad ibn Abd
al-Wahhab. Pada dekade pembukaan abad kesembilan belas, Wahhabi dan House of Saud
membentuk aliansi, memulai proyek pembangunan negara yang selesai satu abad kemudian.
Wahhab setuju untuk memuliakan serangan suku Saudi di oasis tetangga dengan
memperlakukan mereka sebagai jihad, sebagai imbalan atas janji Raja Muhammad bin Saud
untuk mengangkat Wahhabisme menjadi ideologi negara. Pada saat itu, jihad tidak lagi
menjadi urusan yang berdiri sendiri: berkah Wahhabi bagi Ikhwan, milisi agama Raja Saud,
dibagikan bersama dengan bom yang dijatuhkan oleh Inggris, yang saat itu menduduki sula
Jazirah Arab. Setelah Perang Dunia II, Amerika menggantikan Inggris sebagai pelindung
utama kerajaan. Dan di bawah kepresidenan Ronald Reagan, yang sangat ingin menggunakan
Saudi sebagai wadah untuk menahan pengaruh Uni Soviet, dengan demikian Wahabisme
diangkat sebagai wilayah yang mengangkat liberasi sehingga akan terbebas dari pengaruh
wilayah komunisme.
Dalam esai ini Mamdani mengatakan bahwa terdapat banyak versi dalam perdebatan
terkait penyerangan dalam tragedi pada bulan September 2001. Banyak versi tersebut disebut
sebagai “culture talk”. Meskipun memiliki banyak versi, namun pada esensinya para ahli
seperti Samuel Huntington dan Bernard Lewis menitikberatkan pada akhir argument yang
sama, yaitu tindakan dalam tragedi tersebut di dorong oleh factor Islam politik dan budaya
serta motivasinya yang melibatkan kekerasan dengan agama sebagai pondasi utamanya.
Dengan pandangan tersebut menjadikan jalur kekerasan dianggap sebagai jalan yang mutlak
dilakukan untuk bisa mencapai kepentingan agama nya.
Pada isi review yang ditulis oleh Mamdani ini merupakan tinjauan yang menarik,
dengan mengkomparasikan kedua buku yang memiliki rumusan pembahasan yang berbeda,
yaitu aspek sejarah dengan aspek sosial namun bisa dipaparkan dan dikomparasikan dengan
baik, lewat penilaiannya dalam memberikan kelebihan serta kekurangan dari masing-masing
buku sehingga memberikan gambaran lebih jauh mengenai argumen yang kedua penulis
tersebut sampaikan.

Anda mungkin juga menyukai